Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha untuk melakukan proses pembelajaran bagi peserta didik untuk
mencapai tujuan pendidikan yang diterapkan di suatu negara. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan. Seperti dikatakan oleh Prof. Rupert. C. Lodge, yaitu “in this sence, life is education, and
education is life”. Artinya, seluruh kehidupan memiliki nilai pendidikan karena kehidupan
memberikan pengaruh kepada pendidikan bagi seseorang atau masyarakat.[1] Pendidikan tidak
terlepas dari kurikulum pendidikan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Kurikulum merupakan
suatu metode yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di suatu negara.

Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum
yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang
diinginkan. Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa
disekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh Ijazah tertentu, sejumlah mata pelajaran yang
ditawarkan dalam suatu lembaga pendidikan atau jurusan.[2]

 Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan
kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan
kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang maksimal. Perubahan kurikulum didasari pada
kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan secara terus
menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan
kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan
perubahan.

Standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan dewasa ini menuntut
pemahaman berbagai pihak terhadap perubahan yang terjadi dalam berbagai komponen sistem
pendidikan. Kebijakan pendidikan yang semula dilakukan secara sentralisasi telah berubah menjadi
desentralisasi, yang menekankan bahwa pengambilan kebijakan pendidikan berpindah dari
Pemerintah Pusat (top government) ke Pemerintahan daerah (district government), yang berpusat di
Pemerintahan kota dan Kabupaten.[3]

Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia dewasa ini salah satu diantaranya adalah karena ilmu
pengetahuan itu sendiri selalu dinamis. Selain itu, perubahan tersebut juga dinilainya dipengaruhi
oleh kebutuhan manusia yang selalu berubah juga pengaruh dari luar, dimana secara menyeluruh
kurikulum itu tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh perubahan iklim ekonomi, politik, dan
kebudayaan. Sehingga dengan adanya perubahan kurikulum itu, pada gilirannya berdampak pada
kemajuan bangsa dan negara. Kurikulum pendidikan harus berubah tapi diiringi juga dengan
perubahan dari seluruh masyarakat di Indonesia yang harus mengikuti perubahan tersebut.[4]

Di Indonesia telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenjang pendidikan tetapi
usaha tersebut masih banyak mengalami kendala, terutama dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan di sekolah. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah sangat terkait dengan upaya
perbaikan. Perbaikan tersebut dilakukan dalam bentuk pembaharuan kurikulum disesuaikan dengan
perkembangan dunia Global. Seperti pergantian dari kurikulum 1994 yang berbasis materi diganti
dengan kurikulum 2004 atau KBK(Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang berorientasi pada
pencapaian-pencapaian kompetensi kemudian berganti dengan KTSP pada tahun 2006 untuk
merespon keputusan pemerintah tentang otonomi pendidikan dan setelah itu dirubah lagi dengan
Kurikulum 2013.

Untuk itu, sebelum menyusun dokumen-dokumen yang dibutuhkan, masing-masing satuan


pendidikan terlebih dahulu perlu melakukan kajian atau analisis tentang potensi atau kekuatan,
kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapi baik pada saat ini maupun masa datang. Hasil
analisis ini akan menjadi acuan dalam pengembangan visi, misi, strategi, dan program-program
pembelajaran yang relevan dengan kondisi, potensi dan kebutuhan peserta didik serta daerah
sekitarnya. Untuk menganalisa masalah diatas penulis mengkemasnya dengan judul Analisis
Kritis  Kebijakan  Kurikulum  Antara KBK, KTSP dan KURIKULUM 2013.

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis memberikan rumusan dalam pembahasan makalah


ini adalah:

1.   Bagaimana kebijakan Kurikulum antara KBK, KTSP dan K-13 terkait dengan:

a.    Pengertian KBK, KTSP dan K-13

b.   Landasan KBK, KTSP dan K-13

c.    Karakteristik KBK, KTSP dan K-13

d.   Komponen-komponen KBK, KTSP dan K-13

e.    Prinsip pengembangan dan pelaksanaan KBK, KTSP dan K-13

2.   Bagaimana analisis kritis kebijakan Kurikulum antara KBK, KTSP dan K-13?

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian KBK, KTSP dan K-13

Menurut Muhaimin pengertian kurikulum dalam arti yang sempit merupakan seperangkat rencana
dan pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pengertian ini mengeris bawahi adanya 4
(empat) komponen pokok dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi/ bahan, organisasi dan strategi.[5]

Sedangkan pengertian kurikulum secara luas, kurikulum merupakan segala kegiatan yang dirancang
oleh lembaga pendidikan untuk disajikan kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan
(institusional, kurikuler, dan intruksional). Pengertian ini menggambarkan aktivitas sekolah yang
sekiranya mempunyai efek bagi pengembangan peserta didik, adalah termasuk kurikulum, dan dan
bukan terbatas pada kegiatan belajar mengajar.
Pengertian kurikulum sebagaimana tercantum dalam UUSPN No.20 Tahun 2003 adalah sebagai
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (UU No.20 Tahun 2003, Bab 1 ayat 19)

Kurikulum Berbasis Kompatansi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangkan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan
standar performan tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan
pengatahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan
sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tangguang jawab.[6]

Kurikulum berbasis kompetensi berorientasi pada : (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul 
pada diri peserta didik melalui serangkaian penglaman belajar yang bermakna dan (2) keberagaman
yang dapat di infestasikan sesuai dengan kebutuhannya.

Rumusan kompetensi dalam kurikulum berbasis kompetensi merupakan pernyataan apa yang
diharapkan dapat diketahui, disikapi atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan sekolah
sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk
menjadi kompeten.

Kurikulum berbasis kompetansi (KBK) memfokuskan pada perolehan kompetensi-kempetensi


tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan
seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat
diamati dalam bentuk perilaku atau ketrampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan.
Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-
kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Sesuai dengan konsp balajar tuntas dan pengembangan bakat, setiap peserta didik harus
diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar
masing-masing.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengandung makna bahwa kurikulum dikembangkan


oleh masing-masing satuan pendidikan dengan tujuan agar satuan pendidikan yang bersangkutan
dapat mengembangkan kekhasan potensi sumber daya manusia dan daerah di sekitarnya. Hal ini
merupakan implikasi dari perubahan kebijakan dari sentralisasi ke desentralisasi di bidang
pendidikan. Perubahan ini menuntut adanya perubahan paradigma dalam membina satuan
pendidikan. Pembinaan yang selama ini dilakukan secara terpusat dialihkan menjadi pendampingan
terhadap masing-masing satuan pendidikan.

Menurut PP Nomor 19 Tahun 2006 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal (1) Ayat (15)
dikemukakan bahwa: “Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan”.[7]Penyusunan KTSP dilakukan
oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta
kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).[8]

Otonomi penyelenggaraan pendidikan tersebut kemudian berimplikasi pada perubahan sistem


manajemen pendidikan dari pola sentralisasi ke desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan.
Manajemen yang dikembangkan lebih mengarah pada manajemen berbasis sekolah atau madrasah
(school based management) atau manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah atau madrasah.[9]
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang dirancang untuk mengantisipasi
kebutuhan kompetensi abad 21. Kurikulum 2013 mempunyai tujuan untuk mendorong peserta didik
atau siswa, mampu lebih baik melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan) apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi
pelajaran. Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004.[10]

B.  Landasan KBK, KTSP dan K-13

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi berlandaskan pada fungsi dan tujuan pendidikan


nasional sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional.

”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta


peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan banngsa, betujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta tangguang  jawab”.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh yang mencakup
penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan peserta didik yang mampu mengembangkan dimensi
manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan,
ketrampilan, seni, olah raga, dan prilaku. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada
peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi
peserta didik untuk bertahan hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil dimasa depan. Dengan
demikian peserta didik memiliki ketanggapan, kemandirian, dan jati diri yang dikembangkan melalui
pembelajaran atau pelatihan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.

Penyelenggaraan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang saat ini diterapkan di


Indonesia dilandasi oleh kebijakan perundang-undangan sebagai berikut:

a.      Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional,

b.     Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan

c.      Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar isi ini mencakup lingkup materi
dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Termasuk dalam standar isi adalah: kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap
jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah.

d.     Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar Kompetensi
Lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan
keterampilan.

e.      Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
[11]

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi


pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang
tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based


education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum).

Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:

1)  Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2)  Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

3)  Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional,
beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan

4)  Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Menurut pendapat penulis dalam pelaksanaannya, KBK, KTSP dan Kurikulum 2013 mempunyai


berbagai landasan yaitu Landasan Yuridis, Filosofis, dan teoritis.

C. Karakteristik KBK, KTSP dan K-13

Depdiknas mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memilikikarakteristik sebagai


berikut:

a.   Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.

b.   Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

c.   Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan atau metode yang bervariasi.

d.   Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.

e.   Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan dan pencapaian
suatu kompetensi.

Dari karakteristik pembelajaran berbasis kompetensi di atas Penulis berpendapatbahwa


pembelajaran berbasis kompetensi merupakan upaya pelaksanaan pendidikan berbasis luas yang
berorientasi pada kecakapan hidup (life skill), dimana kurikulumnya dikembangkan dengan
pendidikan berbasis kompetensi (KBK).

Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu :

a.   Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan

b.   Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi

c.   Kepemimpinan yang demokratis dan professional

d.   Tim-kerja yang kompak dan transparan.


Melalui, sekolah dan satuan pendidikan perlu mengembangkan lembaga yang diberi kewenangan
dan tanggung jawab secara luas, mandiri dan maju serta berkembang berdasarkan strategi kebijakan
manajemen pendidikan yang diterapkan pemerintah. [12]

Sedangkan karakteristik Kurikulum 2013 mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi


tantangan-tantangan di masa depan melalui pengetahuan, keterampilan, sikap dan keahlian untuk
beradaptasi serta bisa bertahan hidup dalam lingkungan yang senantiasa berubah. Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh menegaskan bahwa perubahan dan pengembangan
kurikulum 2013 merupakan persoalan yang genting dan penting. Alasan perubahan kurikulum dari
KTSP menjadi kurikulum 2013 adalah kurikulum harus lebih berbasis pada penguatan penalaran,
bukan lagi hafalan semata.

D. Komponen KBK, KTSP, dan Kurikulum-13

Kurikulum KBK terdiri atas empat komponen yaitu:

1)  kurikulum dan hasil belajar

Kurikulum dan hasil belajar ini memuet kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator hasil belajar.
Kurikulum dan hasil belajar menuntut setiap siswa di sekolah untuk mengali, memahami,
menghargai, dan melakukan ajaran dan nilai-nilai agama Islam, sebagai hasil belajar yang
dilaksanakan di sekolah.

2)  kegiatan belajar mengajar

Pemberian muatan pedagogik (pendidikan) dan andragogis (suasana belajar yang kondusif sesuai


dengan situasi.

3)  penilaian kurikulum berbasis kelas

Suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa
terhadap mata pelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan,
bukti-bukti autentik, akurat dan konsisten.

4)  pengelolaan kurikulum berbasis sekolah.

Merupakan salah satu pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumberdaya pendidikan lainnya
untk meningkatkan mutu hasil belajar.

Komponen isi kurikulum tingkat satuan pendidikan, dalam panduan penyusunan telah ditetapkan
sistematikanya, yaitu mencakup:

1)  tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,

Komponen tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dirumuskan dengan mengacu kepada
tujuan umum pendidikan, yaitu meletakkan dasar dan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.

2)  struktur dan muatan kurikulum,

Komponen struktur dan muatan kurikulum memuat penjelasan-penjelasan yang rinci berkaitan
dengan mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban belajar,
ketuntasan belajar, kenaikan kelas dan kelulusan, penjurusan, pendidikan kecakapan hidup.
3)  kalender pendidikan

disusun oleh masing-masing satuan pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan daerah, karakteristik
sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan
sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi.

Struktur/komponen kurikulum 2013 terdiri atas:

1)  sejumlah mata pelajaran

Mata pelajaran terdiri atas:

·     Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap
satuan atau jenjang pendidikan

·     Mata  pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan mereka

2)  beban belajar

Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama satu semester.

3)  kalender pendidikan.

disusun oleh masing-masing satuan pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan daerah.

E. Prinsip KBK, KTSP dan K-13

Sesuai dengan asas-asas yang mendasarinya, proses pengembangan KBK harus dilakukan dengan
memperhatikan beberapa prinsip. Setiap prinsip pengembangan dan pelaksanaan KBK seperti yang
dirumuskan depdiknas dalam kerangka dasar kurikulum 2004 seperti berikut:

a.   Prinsip Pengembangan

b.   Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika.

c.   Penguatan Integritas Nasional.

d.   Perkembangan Pengatahuan dan Teknologi Informasi.

e.   Pengembangan Kecakapan Hidup.

f.    Pilar Pendidikan.

g.   Komprehensif dan Berkesinambungan.

h.   Balajar Sepanjang Hayat

i.    Diversifikasi kurikulum.

Prinsip-prinsip pengembangan KTSP meliputi:

1)  Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.

2)  Beragam dan terpadu

3)  Tanggap terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni

4)  Relevan dengan kebutuhan kehidupan


5)  Menyeluruh dan berkesinambungan

6)  Belajar sepanjang hayat

7)  Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Setiap kurikulum pastinya mempunyai prinsip. Karena prinsip merupakan landasan atau acuan untuk
mengembangkan kurikulum. Seperti halnya kurikulum 13 yang baru dirintis ini mempunyai
beberapa prinsip yaitu:[13]

a.   Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar mata pelajaran.
Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten
pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya di
satu satuan atau jenjang pendidikan tertentu. Kurikulum sebagai proses adalah totalitas pengalaman
belajar peserta didik di satu satuan atau jenjang pendidikan untuk menguasai konten pendidikan
yang dirancang dalam rencana. Hasil belajar adalah perilaku peserta didik secara keseluruhan dalam
menerapkan perolehannya di masyarakat.

b.   Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan
program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka
Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang
harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain itu sesuai
dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan
tujuan dari masing-masing satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangan
kurikulum didasarkan pula atas Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah serta Standar Kompetensi satuan pendidikan.

c.   Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap
peserta didik (mastery learning).

d.   Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
serta lingkungannya.

e.   Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan
seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi,
dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu konten kurikulum harus selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan
kemampuan bagi peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat hasil hasil ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.

f.    Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah


untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional
dikembangkan melalui penentuan struktur kurikulum, Standar Kemampuan/SK dan Kemampuan
Dasar/KD serta silabus.

F. Analisis Kritis Kebijakan Kurikulum KBK, KTSP, KURIKULUM 2013

Perbedaan KBK, KTSP dan K-13

Aspek KBK KTSP Kurikulum 2013

Peran Guru § Pengembang potensisiswa § Guru sebagai Guru meningkatkan


§ Fasilitator siswa fasilitator untuk efektifitas
sebagaipengembang mengkondisikan pembelajaran
potensi dirinya siswanya

§ Berpusat pada siswa

Sumber Belajar § Lingkungan fisik, sosial § Berbagai § Buku ditulis


dan budaya mengacu pada
Sumber belajar
konsep kurikulum
§ Beragam sumber belajar
(KI, KD, Silabus)

Alat Bantu § ABP sederhana dan murah Kegiatan pembelajaran Setiap mengajar ada
Pembelajaran buatan guru dan siswa lebih bervariasi, dua jenis buku yaitu
menyenangkan dan buku siswa dan
§ ABP dari
dinamis buku guru
pusat/pemerintah hanya
pelengkap

Persiapan Beragam bentuk tergantung Guru dituntut agar Alokasi waktu untuk
Mengajar keinginan dan kemampuan lebih kreatif persiapan silabus
guru dan review buku
ajar

Penilaian § Taraf pencapaian Evaluasi berbasis kelas § Menekankan


kompetensi yang menekankan kompetensi sikap
pada proses dan hasil (spiritual dan sosial)
§ Kognitif, afektif dan
belajar
psikomotorik § Menggunakan
portopolio
§ Patokan acuan kriteria
pembelajaran siswa
§ Tertulis. Unjuk kerja, lisan
§ Mengukur tingkat
dan tingkah laku
berfikir siswa mulai
§ Beragam teknik dari yang rendah
sampai yang tinggi
 Penilaian formatif
(terutama penilaian proses) § Mengukur pada
dan penilain sumatif (tes proses kerja bukan
dan non tes) hasil kerja

Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum[14]

No KBK KTSP Kurikulum 2013

1 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari


dari standar Isi kebutuhan

2 Standar Isi dirumuskan berdasarkan Standar Isi diturunkan dari standar


tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti
Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang bebas mata pelajaran
yang dirinci menjadi Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

3 Pemisahan antara mata pelajaran Semua mata pelajaran harus berkontribusi


pembentuk sikap, pembentuk terhadap pembentukan sikap, keterampilan,
keterampilan, dan pembentuk dan pengetahuan
keterampilan

4 Kompetensi diturunkan dari mata Mata pelajaran diturunkan dari Kompetensi


pelajaran yang ingin dicapai

5 Mata pelajaran lepas satu dengan yang Semua mata pelajaran diikat oleh
lain, seperti sekumpulan mata pelajaran kompetensi inti (tiap kelas)
terpisah

Pada KBK pembelajaran berbasis kompetensi merupakan upaya pelaksanaan pendidikan berbasis


luas yang berorientasi pada kecakapan hidup (life skill), dimana kurikulumnya dikembangkan dengan
pendidikan berbasis kompetensi (KBK).

Penulis berpendapat bahwa bidang studi keilmuan dan agama dapat dikembangkan berdasarkan
pengembangan KBK dengan berpegang pada dimensi kompetensi secara umum. Karena hasil
pendidikan keagamaan adalah kemampuan atau kompetensi yang bermanfaat bagi kehidupan.
Artinya hasil pendidikan keagamaan merupakan pemilikan pengetahuan dan konsep-konsep
keilmuan, nilai dan sikap serta ketrampilan, yang terintegrasi, yang dapat digunakan dalam
kehidupan bermasyarakat.

Sedangkan pada KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan yang diletakkan pada posisi yang
paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. KTSP merupakan wujud
dari reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan dan kebutuhan masing-masing.

Menurut penulis tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan


satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan
mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan dalam pengembangan kurikulum.

Selanjutnya pada Kurikulum 2013 mempunyai tujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa,
mampu lebih baik melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan) apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi
pelajaran.

Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan Kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004. Alasan perubahan kurikulum dari
KTSP menjadi kurikulum 2013 adalah kurikulum harus lebih berbasis pada penguatan penalaran,
bukan lagi hafalan semata.

Menurut penulis Mengingat kurikulum ini hal baru, memang kesannya harus belajar lagi
padahal guru punya potensi awal untuk mengajar tematik. Kurikulum 2013 ini lebih menekankan
kepada sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Mudah-mudahan dengan penerapan kurikulum baru
ini, pendidikan kita lebih maju dan lebih bagus lagi.
Bab III

PENUTUP

Kesimpulan

Setelah melihat beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ternyata diIndonesia telah banyak
mengalami perubahan kurikulum. Dan model kurikulum yang digunakan banyak sekali diantaranya :

1)   KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)

2)   KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

3)   K-13 (Kurikulum 2013)

Dan kesemuanya ini telah mengalami berbagai proses dan tentunya telah melaluiundang-undang
yang diberlakukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) dan semuanya juga memiliki
kelebihan dan kelemahan masing-masing.

Berbagai kebijakan kurikulum hendaknya kita sebagai calon guru tetap melaksanakan tugas kita
sebagai pendidik yang dapat mencerdaskan anak bangsa.  Kurikulum mana pun yang akan kita
gunakan akan berdampak positif jika kita menanggapinya dengan positif.

Anda mungkin juga menyukai