Anda di halaman 1dari 12

GADJAH MADA JOURNAL OF PROFESSIONAL PSYCHOLOGY

VOLUME 1, NO. 1, APRIL 2015: 64 – 75


ISSN: 2407-7801

Penerapan Brief Strategic Family Therapy (BSFT) untuk


Meningkatkan Komunikasi Orang Tua-Anak
Moya A. D. Martiningtyas1, Ira Paramastri2
Program Studi Magister Profesi Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstract. Brief Strategic Family Therapy (BSFT) is a family therapy that usually use for
children with problem behavior. Purpose of BSFT is helping the family to change the
maladaptive pattern, such as: lack of communication between parents and children so the
behaviors problem can be decreased and dissapear. BSFT is implemented to a family with
children that showing symptoms of Oppositional Defiant Disorder (ODD). BSFT was
performed in 2 month and able to change maladaptive pattern of communication in the
family so the children’s behavior problem decreased. Follow up after 8 month shows that
there were less fighting in the family and improvement of communication between parents
and their children.
Keywords: Brief Strategic Family Therapy (BSFT), communication pattern, children’s behavior
problem

Abstrak. Brief Strategic Family Therapy (BSFT) adalah terapi keluarga yang biasa dipakai
untuk menghadapi anak dengan permasalahan perilaku. Tujuan BSFT adalah untuk
membantu keluarga mengubah pola interaksi yang maladaptif, salah satunya adalah
kurangnya komunikasi antara orangtua–anak sehingga permasalahan perilaku yang
ditunjukkan oleh anak dapat menurun kemudian menghilang. BSFT diterapkan pada sebuah
keluarga dengan anak yang menunjukkan simptom Oppositional Defiant Disorder (ODD).
BSFT dilakukan selama dua bulan dan mampu mengubah pola komunikasi dalam keluarga
sehingga permasalahan perilaku anak menurun. Follow up setelah delapan bulan terapi
menunjukkan adanya penurunan frekuensi pertengkaran dan peningkatan frekuensi
komunikasi orangtua–anak.
Kata kunci: Brief Strategic Family Therapy(BSFT), pola komunikasi keluarga, perilaku anak

Perubahan1 tahap perkembangan dari temannya mempunyai rutinitas atau akti-


anak ke remaja atau ketika anak-anak me- vitas berbeda terkait dengan peraturan di
masuki tahap sekolah biasanya membawa dalam keluarga ataupun di dalam hu-
perubahan yang cukup tajam bagi keluarga. bungan orangtua–anak. Keluarga sebaiknya
Pada saat anak berkembang, anak memba- melakukan negosiasi tentang peraturan dan
wa elemen baru ke dalam sistem keluarga. penyesuaian beberapa peraturan di dalam
Anak dapat belajar bahwa keluarga teman- keluarga. Semua anggota keluarga harus
mengembangkan pola baru dalam mengha-
dapi anak yang sedang berkembang,
1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilaku-
bagaimana dan siapa yang akan mengha-
kan melalui: moya.aritisna@gmail.com
2 Atau melalui: ira@ugm.ac.id dapi mereka, peraturan apa saja yang ada

64 E-JURNAL GAMA JPP


BRIEF STRATEGIC FAMILY THERAPY, KOMUNIKASI ORANGTUA-ANAK

dan harus ditekankan, misalnya untuk jam dengan gangguan conduct disorder terus
pulang saat akan pergi pada malam hari. menerus melakukan hal-hal yang telah dise-
Keluarga harus memulai sistem baru yang butkan di atas. Delikuensi atau delinquency
lebih terorganisir (Minuchin & Fishman, yaitu anak-anak yang mengalami conduct
1981). disorder dan bermasalah dengan hukum,
Masalah perilaku pada masa remaja dan (3) Penyalahgunaan obat-obatan
dapat mengganggu kemampuan remaja (Substance abuse), yaitu anak-anak yang
berkaitan dengan keterampilan perkem- mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan
bangan normal dan keberfungsian secara sehingga mengganggu peran dan kewajiban
efektif di dalam lingkungan. Perilaku yang mereka di sekolah. Jika penggunaan obat
mengganggu, misalnya pembangkangan membuat anak menarik diri dan terus
otoritas, merusak barang-barang personal menggunakannya secara berulang, hal ini
atau orang lain dan penyalahgunaan obat- disebut dengan ketergantungan obat-
obatan merupakan hal yang menjadi obatan.
perhatian keluarga, pegawai sekolah, dan
masyarakat. Banyak faktor individu, keluar- Brief Strategic Family Therapy (BSFT)
ga dan sosial yang telah terlibat sebagai Brief Strategic Family Therapy (BSFT)
variabel penting dalam tahap perkem- merupakan terapi keluarga yang banyak
bangan baru dalam permasalahan perilaku dipakai untuk menghadapi remaja dengan
remaja. Walaupun begitu, tidak ada satu permasalahan perilaku. BSFT mentargetkan
variabel pun yang menerima banyak pola interaksi maladaptif yang terjadi
perhatian seperti faktor keluarga. Teori berulang-ulang dalam keluarga. Pola int-
klinis dan penelitian telah membantu untuk raksi yang berulang ini gagal dalam menc-
mengidentifikasi pola spesifik dalam inte- pai tujuan yang diharapkan dan menye-
raksi keluarga yang menyebabkan permasa- babkan masalah perilaku pada remaja.
lahan perilaku pada remaja dan untuk Dengan meningkatkan hubungan komu-
meningkatkan strategi intervensi keluarga nikasi antar anggota keluarga diharapkan
yang menargetkan pola spesifik tersebut permasalahan perilaku pada remaja akan
(Horigan, Suarez-Morales, Robbins, Zarate, menurun dengan sendirinya.
Mayorga, Mitrani, & Szapocznik, 2005).
Menurut Szapocznik dan Kurtines
American Psychiatric Association (1994) (1989), BSFT terbagi dalam tiga konstruk,
telah mengidentifikasi masalah perilaku yaitu: (1) Sistem. Sistem adalah suatu kese-
sebagai simptom terhadap beberapa gang- luruhan yang terorganisasi dan terdiri dari
guan, yaitu: (1) Oppositional Defiant Disorder bagian-bagian yang saling bergantung atau
(ODD), ciri-cirinya adalah ketidakpatuhan saling terkait. Keluarga adalah sebuah
terhadap figur otoritas, meningkatnya tan- sistem yang terdiri dari individu-individu
trum, agresivitas yang berlebihan kepada yang selalu memengaruhi perilaku anggota
orang dewasa, menyalahkan orang lain atas keluarga lainnya. Di samping itu, anggota
kesalahan sendiri, dan lain-lain. ODD biasa- keluarga akan menjadi terbiasa dengan
nya terjadi pada anak yang memasuki tahap perilaku anggota keluarga yang lain karena
pra sekolah ataupun menginjak remaja. (2) perilaku mereka terjadi berkali-kali sepan-
Conduct Disorder, ciri-ciri yang tampak jang hidup. Perilaku ini secara sinergis
adalah agresi kepada hewan ataupun ma- mengatur sistem keluarga. (2) Struktur atau
nusia, merusak properti, mencuri, ataupun Pola Interaksi. Pola berulang dalam interaksi
melanggar peraturan yang serius. Anak keluarga disebut sebagai struktur keluarga.

E-JURNAL GAMA JPP 65


MARTININGTYAS & PARAMASTRI

Struktur keluarga yang maladaptif dikarak- Metode


teristikkan sebagai interaksi keluarga yang
berulang namun memperlihatkan tanggap- Peserta terapi BSFT ini merupakan
an atau respon yang tidak memuaskan dari sebuah keluarga yang terdiri dari empat
anggota keluarga lainnya. Struktur keluarga anggota keluarga, yaitu ayah, ibu, dan dua
yang maladaptif dipandang sebagai kontri- orang anak. Sebelum asesmen dimulai,
butor penting sehingga memunculkan dan keluarga telah diminta untuk menandata-
menguatkan permasalahan perilaku. Bebe- ngani inform consent yang berisi persetujuan
rapa penelitian mengemukakan bahwa keluarga untuk mengikuti proses layanan
remaja dengan penyalahgunaan obat atau psikologis, termasuk asesmen dan pembe-
permasalahan perilaku dapat berubah rian terapi. Identitas seperti nama keluarga
sebagai hasil perubahan hubungan keluarga dan hal-hal lain yang dapat merujuk pada
(Liddle & Dakof, 1995; Santisteban, kode etik Psikologi Indonesia, identitas ke-
Szapocznik, Perez-Vidal, Kurtines, luarga akan disamarkan. Identitas keluarga
Coatsworth, & LaPerriere, 2000). (3) Strategi. secara singkat dapat dilihat pada Tabel 1.
Strategi adalah intervensi yang praktis, Keluarga ini diberikan BSFT karena AG
fokus kepada masalah dan disengaja. Inter- mulai menunjukkan simptom ODD yaitu
vensi yang praktis dipilih sesuai dengan sering berbohong pada guru, tidak patuh
kebutuhan keluarga untuk membawa pada orangtua, melempar barang, dan
keluarga pada perubahan yang diinginkan. membentak. Robin (1998) menyatakan
Salah satu aspek penting dari intervensi bahwa sangat penting untuk mengetahui
yang praktis ini adalah penekanan aspek level komunikasi dari sebuah keluarga yang
dari realitas keluarga sebagai cara untuk didalamnya terdapat anak dengan ODD
mendorong hubungan orangtua-anak karena ketidaksepakatan dalam keluarga
(misalnya: anak yang ketergantungan obat dan penyelesaian masalah yang buruk
ini sebenarnya sedang merasakan kesa- merupakan salah satu penyebab keluarga
kitan) atau aspek lain yang mengedepankan mencari pertolongan.
urgensi (misalnya: anak ini akan mati Karakteristik keluarga yang mengikuti
karena over dosis). BSFT adalah keluarga yang memiliki

Tabel 1
Identitas Keluarga
Ayah Ibu Kakak Adik
Inisial HM NN IN AG
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki
Usia 47 tahun 42 tahun 19 tahun 15 tahun
Anak ke 1 dari 4 bersaudara 10 dari 11 bersaudara 1 dari 2 bersaudara 2 dari 2 bersaudara
Pendidikan SMA SMA Perguruan tinggi, Kelas 3 SMP
semester 3
Pekerjaan Pegawai Swasta Ibu rumah tangga Mahasiswa Pelajar
Agama Islam Islam Islam Islam
Status Menikah Menikah Belum Menikah Belum menikah

66 E-JURNAL GAMA JPP


BRIEF STRATEGIC FAMILY THERAPY, KOMUNIKASI ORANGTUA-ANAK

hambatan komunikasi sehingga menyebab- menghormati, dan memperhatikan pola


kan timbulnya masalah pada anak. Ham- karakter interaksi dari keluarga.
batan komunikasi tersebut dilandasi oleh
perbedaan pola asuh yang diterapkan Diagnostic
dalam keluarga. Ayah cenderung permisif
Diagnostic merujuk pada identifikasi
sedangkan ibu menerapkan pola asuh
dari pola interaksi di dalam keluarga yang
authoritarian. Dalam pelaksanaan BSFT, IN
menjadi penyebab munculnya perilaku
tidak ikut terlibat dikarenakan tidak lagi
remaja yang bermasalah. Tahap ini, terdiri
tinggal di rumah dan sibuk dengan kegiatan
atas lima bagian untuk melihat pola inte-
perkuliahannya sehingga BSFT ini hanya
raksi yang bermasalah di dalam keluarga,
dihadiri oleh ibu, ayah dan AG.
yaitu:
Teknik asesmen yang dipakai adalah
observasi dan wawancara kepada guru- 1) Organization
guru AG dan seluruh anggota keluarga, Di bagian Organisasi, terdapat tiga
kecuali pada IN yang tidak bisa mengikuti aspek, yaitu: kepemimpinan, organisasi
terapi keluarga ini. BFST dilakukan seba- subsistem, dan komunikasi. Dalam meli-
nyak tiga sesi terapi bersama keluarga, tiga hat aspek kepemimpinan, praktikan
sesi terapi individu bersama ibu dan satu melihat pada hirarki keluarga, siapa
sesi terapi bersama ayah. Sesi terapi dengan yang mengontrol perilaku dan siapa
keluarga rata-rata berdurasi 3 jam, semen- yang membimbing anggota keluarga
tara sesi terapi individu berdurasi kurang lain. Aspek organisasi subsistem, prak-
lebih 1 jam. Follow up dilakukan delapan tikan melihat apakah terdapat aliansi dan
bulan setelah BSFT berakhir. triangulasi di dalam keluarga. Aliansi
diartikan sebagai keterdekatan anggota
Langkah dalam melaksanakan BSFT keluarga yang satu dengan anggota
keluarga lain karena persamaan persepsi
Horigan dkk. (2005) menyatakan ada sehingga meninggalkan atau mengucil-
tiga langkah untuk melaksanakan terapi kan anggota keluarga yang lain. Triangu-
BSFT, yaitu Joining, Diagnostic, dan Restruc- lasi muncul saat figur orang tua mempu-
turing. nyai perbedaan pendapat dan salah satu
dari mereka yang kurang mempunyai
Joining kekuasaan mulai menghindari konflik
Joining yaitu menciptakan dan memba- bukan menghadapi dan mencari jalan
ngun hubungan terapeutik di dalam keluar- keluar atas konflik tersebut. Aspek
ga. Hubungan terapeutik ini dimulai dari komunikasi dilihat dari bagaimana alur
pertemuan pertama dengan keluarga. komunikasi di dalam keluarga. Komuni-
Target dari joining adalah terapis dapat kasi yang baik dikarakteristikkan dengan
membentuk sistem baru, sistem terapeutik komunikasi langsung daripada melalui
yang terdiri dari seluruh keluarga dan perwakilan.
terapis (Szapocznik, Hervis, & Schwartz, 2) Resonance
2003). Tahap joining terdiri atas dua bagian
Resonansi adalah keterhubungan salah
yaitu level individual dan level keluarga.
satu anggota keluarga dengan anggota
Pada level individual mengharuskan prak-
keluarga lain ataupun sebaliknya, yaitu
tikan membangun hubungan dengan setiap
adanya jarak diantara salah satu anggota
anggota keluarga. Pada level keluarga
keluarga dengan anggota keluarga yang
mengharuskan praktikan untuk mengenali,

E-JURNAL GAMA JPP 67


MARTININGTYAS & PARAMASTRI

lain. Untuk melihat resonansi suatu ke- Restructuring


luarga, dapat dilihat dari ikatan keluarga
Target utama dalam BSFT adalah untuk
yang tercipta. Bagaimana mereka berin-
membantu keluarga mengubah pola inte-
teraksi dan bereaksi satu dengan yang
raksi yang maladaptif, yang telah ditangkap
lainnya. Keterhubungan atau pun jarak
dalam proses diagnosis. Ada empat teknik
dari satu anggota keluarga dengan yang
dalam restructuring, yaitu:
lainnya menandakan keterhubungan
atau jarak secara emosi dan psikis. 1) Proses versus konten
3) Developmental Stage Terapis diharapkan untuk pada saat ini
Individu akan mengalami tahap perkem- dan bukan pada konten yang diberikan
bangan, dimulai dari bayi, anak-anak, keluarga (apa yang telah terjadi di masa
remaja, dewasa awal, dewasa madya dan lalu). Terapis dapat mengajak keluarga
lanjut usia. Di setiap tahap perkem- fokus pada proses saat ini. Fokus kepada
bangan melibatkan peran dan tanggung proses dapat membuat terapis mengi-
jawab yang berbeda. Keluarga terdiri dentifikasi dan melakukan restrukturi-
dari beberapa individu dengan tahap sasi pola interaksi berulang yang
perkembangan yang berbeda-beda se- maladaptif sehingga menyebabkan mun-
hingga sebaiknya mereka juga berlaku culnya perilaku bermasalah pada anak.
sesuai dengan tahap perkembangan Proses menjelaskan alur stimulus dan
masing-masing agar keluarga dapat respons diantara anggota keluarga.
berfungsi secara baik. Stimulus dan respons yang repetitif
diantara anggota keluarga menjadi fokus
4) Identified Patienthood
intervensi BSFT. Konten yaitu apa yang
Identified patienthood dapat diartikan dikatakan keluarga saat mereka berinte-
sebagai anggota keluarga yang ditunjuk raksi. Konten merujuk pada contoh
sebagai sumber permasalahan. Sering spesifik dan konkrit yang dipakai dalam
kali remaja yang mempunyai masalah komunikasi.
perilaku ditunjuk menjadi sumber per-
masalahan keluarga. Lebih mudah bagi 2) Reframing
orangtua untuk menyalahkan anak-anak. Reframing adalah sudut pandang yang
Identified patienthood mudah dikenali baru dan berbeda pada keluarga dari
karena mereka biasanya menjadi pusat sudut pandang yang biasa digunakan
dalam diskusi keluarga. oleh keluarga pada masa lalu. Sudut
5) Conflict Resolution pandang atau frame yang baru ini akan
dipakai untuk memfasilitasi perubahan
Menyelesaikan perbedaan pendapat me-
sehingga terbentuklah pola interaksi
rupakan sebuah tantangan tersendiri.
baru yang lebih adaptif.
Keluarga dapat berusaha untuk menge-
lola konflik dengan lima cara yaitu: 3) Bekerja dengan batasan dan aliansi
menyangkal, menghindari, mengalihkan, Dalam keluarga, ada yang membentuk
tanpa resolusi dan dengan resolusi. Agar hubungan aliansi untuk memastikan ter-
keluarga dapat berjalan dengan baik, jadinya perilaku yang diinginkan di
dibutuhkan banyak cara untuk mengha- dalam keluarga. untuk mengubah aliansi
dapi konflik tersebut. ini, terapis menggeser batas-batas yang
menghubungkan beberapa anggota ke-
luarga dan anggota keluarga lain yang

68 E-JURNAL GAMA JPP


BRIEF STRATEGIC FAMILY THERAPY, KOMUNIKASI ORANGTUA-ANAK

ditinggalkan, hal ini disebut shifting jalan keluar atas konflik tersebut. Adanya
boundaries. Misalnya aliansi antara anak perbedaan pendapat tentang pola asuh anak
perempuan dan ibu sehingga hubungan membuat ayah dan Ibu berselisih pendapat.
dengan ayah menjadi jauh, terapis dapat Ayah lebih menginginkan ibu untuk tidak
memberikan terapi dengan mendekatkan menuntut anak sedangkan ibu menolak
hubungan ayah dan anak perempuan- keinginan ayah. Ayah cenderung mengalah
nya, sehingga aliansi antara ibu dan anak untuk menghindari konflik.
perempuannya melemah. Aspek ketiga, yaitu komunikasi, keluar-
4) Tugas ga mengalami hambatan. Ayah mempunyai
latar belakang keluarga yang jarang berin-
Memberikan tugas dalam terapi keluarga
teraksi dengan sesama anggota keluarga
digunakan untuk membiasakan keluarga
lainnya memandang komunikasi dengan
terhadap apa yang telah dipelajari dalam
anggota keluarga lain tidak memegang
terapi. Dalam memberikan tugas, terapis
peranan penting. Ayah juga merasa bahwa
sebaiknya memberikan contoh kongkrit
menghindari konflik adalah jalan terbaik
pada keluarga agar keluarga dapat
sehingga cenderung diam atau mengalah
memahami yang dimaksud terapis.
mengikuti keinginan ibu ataupun meminta
tolong kepada ibu untuk mengingatkan
Hasil anak untuk mengubah perilaku yang ayah
tidak sukai.
Berdasarkan asesmen, identifikasi pola
interaksi yang bermasalah di dalam 2) Resonance
keluarga sesuai dengan langkah diagnostic Resonansi didefinisikan sebagai keter-
di dalam BSFT, sebagai berikut: hubungan salah satu anggota keluarga
dengan anggota keluarga lain ataupun
1) Organization
sebaliknya. Dari hasil observasi, terdapat
Di dalam organisasi, dilihat tiga aspek, jarak antara ayah, ibu dan anak. Saat perta-
yaitu kepemimpinan, organisasi subsistem ma kali orang tua datang, posisi duduk
dan komunikasi. Di dalam keluarga, kepe- mereka menunjukkan adanya jarak, ayah
mimpinan dipegang oleh ibu. Ibu sering lebih memilih duduk di depan ibu daripada
kali memutuskan apa yang harus dilakukan duduk di sebelahnya. Hal yang sama terjadi
anak dan sering memaksa anak untuk me- saat terapis datang ke rumah, anak dan
matuhi keinginannya. Ayah yang cende- ayah lebih memilih untuk duduk di kursi
rung pasif biasanya hanya diam membiar- untuk satu orang daripada di sofa panjang
kan ibu untuk mengatur urusan rumah dengan ibu.
tangga termasuk pendidikan anak. Jika
ayah dan ibu berbeda pendapat, ayah 3) Developmental stage
seringkali mengalah untuk menghindari Di dalam keluarga, anak sedang meng-
konflik dengan Ibu. hadapi satu tahap perkembangan yang
Aspek kedua, yaitu organisasi subsis- terpenting, yaitu transisi yang dialami anak
tem ditemukan adanya triangulasi di dalam dari tahap perkembangan anak-anak ke
keluarga. Triangulasi muncul saat figur tahap perkembangan remaja. Kesuksesan
orang tua mempunyai perbedaan pendapat keluarga beradaptasi pada transisi perkem-
dan salah satu dari mereka yang kurang bangan anak akan membuat keluarga lebih
mempunyai kekuasaan mulai menghindari kuat dan berfungsi secara baik dan begitu
konflik bukannya menghadapi dan mencari pula berlaku sebaliknya.

E-JURNAL GAMA JPP 69


MARTININGTYAS & PARAMASTRI

4) Identified Parenthood keluarga mengubah pola interaksi yang


Identified parenthood dapat diartikan maladaptif, yang ditemukan dalam proses
sebagai anggota keluarga yang ditunjuk diagnostic. Berikut ini merupakan hasil inte-
sebagai sumber permasalahan. Di dalam grasi antara assesmen yang telah didapat-
keluarga, ayah dan ibu melihat anak sebagai kan dengan teori BSFT sehingga dapat dija-
sumber masalah karena anak mulai mem- dikan panduan dalam langkah restructuring.
perlihatkan perilaku bermasalah seperti ber- Berdasarkan Tabel 2, langkah restruc-
bohong dan sulit untuk menuruti perintah turing yang perlu dilakukan adalah mem-
orangtua. buat kesepakatan antara orang tua dengan
klien terkait proses belajar klien dan
5) Conflict Resolution perilaku marah Ibu, dan membangun
Di dalam keluarga, terdapat dua cara komunikasi yang efektif antar anggota
yang sering dipakai dalam menghadapi keluarga. Dalam teknik restructuring, terapis
konflik, yaitu menghindari konflik seperti perlu memberikan penekanan terhadap
yang dilakukan ayah dan konflik yang langkah proses versus konten dan reframing
muncul namun tanpa resolusi seperti yang pada keluarga. Diharapkan jika keluarga
sering ibu lakukan kepada anak (misalnya: sudah memahami masalah dari segi proses
memarahi anak agar belajar sehingga anak dan dapat beradaptasi dengan frame baru,
merespon dengan cara yang sama yaitu perilaku bermasalah yang muncul pada AG
marah dan keinginan ibu tetap tidak terca- akan menurun.
pai). Kedua cara yang sering dipakai terse-
but terbukti tidak efektif dalam membantu Pelaksanaan BSFT
menghadapi masalah sehingga sebaiknya
1) Tahap bekerja sama dengan keluarga
diubah.
Penjelasan pelaksanaan BSFT dengan
Rancangan BSFT anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 3.

Pelaksanaan BSFT mengacu pada


langkah restructuring yaitu membantu

Tabel 2
Integrasi Data Assesmen dengan Teori BSFT
Interaksi Maladaptif sesuai
Kontak Hasil Assesmen Langkah Restructuring
Teori BSFT
Ibu AG sulit sekali diminta untuk Developmental Stage (Transisi Membuat kesepakatan anta-
belajar dan mengerjakan dari anak ke remaja), Identified ra orang tua dengan klien
tugas sekolah. AG pasti patienthood terkait proses belajar klien
marah-marah dan tidak dan perilaku marah ibu.
mengerjakan apa-apa.
Ibu AG sering marah-marah jika Developmental Stage (Transisi Membangun komunikasi
di singgung masalah sekolah dari anak ke remaja), Identified yang efektif antar anggota
patienthood keluarga.
Ibu Ayah tidak mendukung ibu Organization (Aspek arus ko- Membangun komunikasi
dengan cara tidak pernah munikasi), Resonance (Adanya yang efektif antar anggota
meminta AG untuk belajar jarak antar keluarga), Conflict keluarga.
ataupun menurut pada ibu. Resolution (Menghindar)

70 E-JURNAL GAMA JPP


BRIEF STRATEGIC FAMILY THERAPY, KOMUNIKASI ORANGTUA-ANAK

Ibu Jika ayah memiliki keluhan Organization Membangun komunikasi


terhadap AG, ayah meminta (Aspek Arus Komunikasi), yang efektif antar anggota
ibu untuk menyampaikan Conflict Resolution (Konflik keluarga.
pada klien. muncul tanpa resolusi)
Ayah Ibu sering sekali marah- Organization Membangun komunikasi
marah dan berbicara dengan (Aspek Arus Komunikasi), yang efektif antar anggota
nada tinggi pada AG Conflict Resolution (Konflik keluarga.
muncul tanpa resolusi)
Ayah AG sulit untuk disuruh Developmental Stage (Transisi Membuat kesepakatan anta-
belajar dari anak ke remaja), Identified ra orang tua dengan klien
patienthood terkait proses belajar klien
AG Ibu setiap hari menyuruhnya Organization (Kepemimpinan), Membuat kesepakatan anta-
untuk belajar Conflict Resolution (Konflik ra orang tua dengan klien
muncul tanpa resolusi) terkait proses belajar klien
dan perilaku marah Ibu.
AG Ibu memakai nada tinggi dan Organization Membangun komunikasi
menasehati saat (Aspek Arus Komunikasi), yang efektif antar anggota
membicarakan masalah Conflict Resolution (Konflik keluarga.
sekolah muncul tanpa resolusi)

Tabel 3
Pelaksanaan BSFT dengan Keluarga
Sesi Aktivitas
1 Mengenali dan memahami pola interaksi dalam keluarga:
 Meminta masing-masing anggota keluarga untuk terbuka dan melihat apa yang
menjadi keluhan utama ayah, ibu dan klien kemudian mencari fokus utama dalam
terapi.
 Mencari solusi alternatif dengan memfasilitasi keinginan dari kedua belah pihak.
Target Sesi:
 Membuat kesepakatan yang ditandatangani oleh orang tua
2 Mendiskusikan keinginan AG yang tidak disetujui oleh orang tua sehingga
menimbulkan perasaan tidak nyaman dan tidak adil.
 Melihat hambatan apa saja yang terjadi dalam upaya memenuhi kesepakatan di antara
kedua belah pihak.
 Mengkomunikasikan pikiran dan perasaan dari masing-masing pihak sehingga
menghasilkan win win solution.
Target Sesi:
 Orang tua mendengar keinginan klien dan berusaha mencari jalan keluar atas hal
tersebut.
3 Melihat progres dalam keluarga:
 Melihat hambatan yang masih dialami namun juga memuji anggota keluarga yang
berusaha untuk mematuhi kesepakatan yang telah dibuat.
Target Sesi:
Menguatkan anggota keluarga untuk tetap berkomitmen dalam menjalankan
kesepakatan.

E-JURNAL GAMA JPP 71


MARTININGTYAS & PARAMASTRI

2) Tahap bekerja sama dengan ibu


Tabel 4 menjelaskan pelaksanaan BSFT dengan ibu
Tabel 4
Pelaksanaan BSFT dengan Ibu
Sesi Aktivitas
1 Melihat dan mengenali pola perilaku berulang yang tidak efektif di dalam
keluarga
Target Sesi:
Orang tua memahami pola perilaku yang tidak efektif dan berusaha untuk tidak
mengulanginya lagi.
2 Meningkatkan komunikasi ibu dengan AG
Target Sesi:
Ibu mengerti pentingnya keterdekatan dengan anak, hal ini bisa dilakukan salah
satunya dengan membicarakan topik yang disukai anak.
3 Meningkatkan Komunikasi ibu dengan AG
Target Sesi:
Ibu mengerti pentingnya komunikas non verbal, seperti mendukung anak dengan
cara mendengarkan dan membawakan makanan ringan saat anak belajar.

3) Tahap bekerja sama dengan ayah


Tabel 5 pelaksanaan terapi BSFT yang dilakukan dalam sekali pertemuan pada ayah:
Tabel 5
Pelaksanaan BSFT dengan Ayah
Aktivitas
Pentingnya pola komunikasi yang efektif
 Mencoba melihat kebutuhan keluarga yang tidak difasilitasi karena terhambatnya
komunikasi.
Target Sesi:
Ayah memahami pentingnya komunikasi dalam perannya sebagai kepala keluarga di rumah.

Hasil Pelaksanaan BSFT kesepakatan keluarga mengenai apa yang


diinginkan ibu dan ayah terhadap AG dan
Pelaksanaan BSFT pada keluarga meng-
keinginan AG terhadap kedua orang tua-
hasilkan beberapa hal yaitu: (1) Adanya
nya. Kesepakatan ini memiliki aturan dan
keterbukaan antara masing-masing anggota
konsekuensi bagi yang melanggar dan ayah
keluarga. Setiap anggota keluarga dapat
sebagai kepala keluarga yang akan bertang-
mengemukakan apa yang selama ini tidak
gung jawab untuk mengawasi berjalannya
disukainya terhadap anggota keluarga yang
kesepakatan tersebut. Salah satu reward
lain dan juga mengatakan keinginannya. (2)
yang disepakati oleh keluarga jika AG
AG dapat mengkomunikasikan perasaan
mampu masuk ke SMA Negeri adalah AG
kecewanya kepada ibu karena menganggap
diizinkan untuk mengikuti sekolah sepak
ibu memperlakukannya secara tidak adil.
bola. (4) Orangtua mengetahui pola inte-
Hal ini karena ibu dianggap AG meman-
raksi maladaptif yang berulang di dalam
dang sepele terhadap keinginannya untuk
keluarga, yaitu pola komunikasi yang tidak
sekolah sepak bola. (3) Terbentuknya
efektif dan menggantinya dengan pola

72 E-JURNAL GAMA JPP


BRIEF STRATEGIC FAMILY THERAPY, KOMUNIKASI ORANGTUA-ANAK

interaksi alternatif. Dalam kasus ini adalah proses follow up untuk melihat perkem-
ibu yang belajar bahwa memarahi ataupun bangan AG dan membuktikan bahwa
membentak AG tidak akan membuat AG komunikasi yang lebih efektif antara orang
melakukan perintahnya, sehingga ibu harus tua dan anak menghasilkan penurunan
mencari bentuk komunikasi yang lebih permasalahan perilaku pada anak. Hal ini
efektif untuk berbicara dengan AG. (5) Ayah sejalan dengan pernyataan bahwa kurang-
mengerti pentingnya menjadi peran komu- nya komunikasi dan tingginya kritik atau
nikasi dalam menjalankan fungsinya seba- kekerasan dalam keluarga meningkatkan
gai kepala keluarga. Ayah lebih mencoba resiko pola perilaku yang disfungsi (Pettit,
untuk memegang kendali dalam keluarga, 2004), rendahnya harga diri (Kernis, Brown
dengan cara lebih banyak berkomunikasi & Brody, 2000), dan menghilangnya nilai
dengan ibu dan AG, dan (6) Hambatan diri (Kamins & Dweck, 1999).
komunikasi antara ayah, ibu dan anak Hasil dari intervensi ini sejalan dengan
berkurang. Adanya penurunan frekuensi penelitian Nickel dkk. (2006); Coatsworth
menentang perintah orangtua dan berbo- dkk. (2001); Santisteban dkk. (2003) bahwa
hong pada guru yang dilakukan oleh anak. BSFT mampu mengurangi perilaku berma-
salah seperti bullying, ketidakpatuhan terha-
Follow Up dap figur otoritas, membolos sekolah, atau-
Setelah delapan bulan keluarga menja- pun kemarahan yang berlebihan. Berhasil-
lani BSFT, AG mengalami beberapa peru- nya intervensi keluarga ini juga dikarena-
bahan seperti: (1) AG lebih bersemangat kan kepatuhan dan keaktifan keluarga
dalam belajar. Wali kelas AG bercerita dalam mengikuti seluruh rangkaian sesi
bahwa AG sering memanfaatkan waktu (Kazantzis, Deane, & Ronan, 2000; Fennel &
istirahatnya untuk bertanya mengenai mata Teasdale, 1987), hal tersebut menandakan
pelajaran yang tidak dimengertinya (teruta- kesiapan dan kemauan keluarga untuk
ma matematika). (2) Pertengkaran antara berubah (Fennel & Teasdale, 1987; Burns &
ibu dan AG di dalam rumah menjadi jarang Spangler, 2000).
terjadi. Ibu menyatakan bahwa AG meng- Komunikasi dalam keluarga menjadi
habiskan sebagian besar waktunya berada lebih baik saat masing-masing anggota ke-
di dalam kamar, mengerjakan soal-soal UN luarga dapat mengemukakan ketidaksuk-
online, dan (3) Frekuensi ayah dalam berko- aan dan keinginannya kepada anggota
munikasi dengan AG meningkat walaupun keluarga yang lain kemudian mencari solusi
durasinya kurang dari lima menit. bersama. Keterbukaan dalam keluarga sa-
ngat berperan dalam pengembangan sosial
Diskusi dan keterampilan koping pada remaja
(Noller & Callan, 1991). Keluarga yang
Terapi BSFT merupakan terapi keluarga berfungsi dengan baik memiliki tipe komu-
untuk mengurangi permasalahan perilaku nikasi yang terbuka (Barnes & Olson, 1985)
pada anak dan remaja dengan cara meng- sedangkan komunikasi yang tertutup diaso-
identifikasi pola interaksi maladaptif, salah siasikan dengan perilaku bermasalah pada
satunya pola komunikasi yang terhambat di remaja (Clark & Shields, 1997).
dalam keluarga. Setelah terapi berakhir, Mengikutsertakan anak dalam mem-
keluarga diminta untuk tetap melanjutkan buat kesepakatan ataupun peraturan dalam
kesepakatan yang telah disepakati sebelum- rumah beserta konsekuensinya membuat
nya. Delapan bulan setelahnya, diadakan anak merasa dilibatkan dan dianggap

E-JURNAL GAMA JPP 73


MARTININGTYAS & PARAMASTRI

dalam keluarga sehingga kecenderungan dan adanya peningkatan komunikasi antara


anak untuk berperilaku kooperatif terhadap ayah dan anak.
peraturan tersebut semakin besar. Hal ter-
sebut juga dapat membantu mereka untuk
Daftar Pustaka
meningkatkan regulasi diri (DeVries & Zan,
1994). American Psychiatric Association. (1994).
Walaupun begitu, efektivitas dari BSFT Diagnostic and Statistical Manual of Men-
akan lebih optimal jika seluruh anggota tal Disorders Fourth Edition. Washington
keluarga dapat hadir untuk mengikuti sesi DC: American Psychiatric Association.
(Center for Substance Abuse Treatment, 2004). Barns, H. L., & Olson, D. H. (1985). Parent-
Hal ini dikarenakan dalam prosesnya adolescent communication and the
masing-masing anggota keluarga harus circumplex model. Child Development,
saling bekerja sama dengan saling mema- 56, 437 – 447.
hami, fleksibel dan menyesuaikan diri.
Burns, D. D., & Spangler, D. L. (2000). Does
Selain itu juga, tidak adanya pengukuran
psychotherapy homework lead to
kuantitatif dengan skala atau kuisioner
improvements in depression in cogni-
menjadi kelemahan dalam penelitian ini.
tive behavioral therapy or does im-
Follow up dalam penelitian ini hanya sebatas
provement lead to increases homework
kembali mewawancarai anggota keluarga
compliance. Journal of Consulting and
dan guru-guru di sekolah anak untuk
Clinical Psychology, 68, 46-56.
memeriksa kebenaran informasi.
Center for Substance Abuse Treatment.
(2004). Substance Abuse Treatment and
Kesimpulan Family Therapy. Rockville: Substance
Abuse and Mental Health Service
Terapi BSFT terbukti menurunkan
Administration.
permasalahan perilaku pada anak, dalam
kasus ini adalah sering berbohong pada Clark, R. D., & Shields, G. (1997). Family
guru, tidak patuh pada orangtua, melempar communication and delinquency.
barang, dan membentak. Hasil analisis kua- Adolescence, 32, 81 – 92.
litatif yang di dapat dari refleksi keluarga Coatsworth, J. D., Santisteban, D. A.,
menunjukkan bahwa terapi ini membantu McBride, C. K., & Szapocznik, J. (2001).
keluarga memperbaiki pola komunikasi Brief strategic family therapy versus
yang sebelumnya terhambat. Beberapa hasil community control: engagement, reten-
positif yang menonjol diantara lain adalah tion, and an exploration of the mode-
orangtua merasa mendapatkan pengeta- rating role of adolescent symptom
huan dan keterampilan bagaimana menjalin severity. Family Process, 40, 313-332.
pola komunikasi yang efektif dengan DeVries, R., & Zan, B. (1994). Moral Class-
anaknya. Selain itu, perilaku keluarga pun rooms, Moral Children: Creating a Cons-
ikut berubah selama sesi terapi, ditandai tructivist Atmosphere in Early Education.
oleh penurunan frekuensi menentang perin- New York: Teachers College Press.
tah orang tua dan berbohong kepada guru
Fennel, M. J. V., & Teasdale, J. D. (1987).
yang dilakukan oleh anak. Follow up setelah
Cognitive therapy for depression:
delapan bulan berakhirnya terapi BSFT
individual differences and the process
menyatakan bahwa frekuensi pertengkaran
of change. Cognitive Therapy and
di rumah antara ibu dan anak jarang terjadi
Research, 11, 253 -271.

74 E-JURNAL GAMA JPP


BRIEF STRATEGIC FAMILY THERAPY, KOMUNIKASI ORANGTUA-ANAK

Horigan, V. E., Suarez-Morales, L., Robbins, Pettit, G. S. (2004). Violent children in


M. S., Zarate, M., Mayorga, C.C., developmental perspective: risk and
Mitrani, V. B., & Szapocznik, J. (2005). protective factors and the mechanisms
Brief strategic family therapy for through which they (may) operate.
adolescents with behavior problems. In Current Directions in Psychological
J. L. Lebow (Ed). Handbook of Clinical Science, 13, 194 – 197.
Family Therapy. New York: John Wiley Santisteban, D. A., Muir, J. A., Mena, M. P.,
& Sons, Inc. Mitrani, V. B. (2003). Integrated
Kamins, M., & Dweck, C. S. (1999). Person Borderline Adolescent Family Therapy:
vs process praise and criticism: impli- Meeting the Challenges of Treating
cation for contingent self worth and Borderline Adolescents. Psychotherapy:
coping. Developmental Psychology, 35, 835 Theory Research Practice Training, 40(4),
– 847. 251-264.
Kazantzis, N., Deane, F. P., & Ronan, K. R. Santisteban, D. A., Coatsworth, J. D., Perez-
(2006). Can between session activities Vidal, A., Kurtines, W. M., Schwartz, S.
considered a common factor in psycho- J., LaPerriere, A., & Szapocznik, J.
therapy. Journal of Psychotherapy (2003). The efficacy of brief strategic/
Integration, 16(2), 115-127. structural family therapy in modifying
behavior problems and an exploration
Kernis, M. H., Brown, A. C., & Brody, G. H.
of the mediating role that family
(2000). Fragile self esteem in children
functioning plays in behavior change.
and its associations with perceived
Journal of Family Psychology, 17(1), 121-
patterns of parent-child communication.
133.
Journal of Personality, 68, 225 – 252.
Szapocznik, J., Hervis, O. E., & Scwartz, S.
Liddle, H. A., & Dakof, G. A. (1995). Efficacy (2003). Brief strategic family therapy for
of family therapy for drug abuse: adolescent drug abuse. NIDA Therapy
promising but not definitive. Journal of Manuals for Drug Addiction. Rockville:
Marital and Family Therapy, 21, 511-544. National Institute on Drug Abuse.
Minuchin, S., & Fishman, H. C. (1981). Szapocznik, J., & Kurtines, W. (1989).
Family Therapy Techniques. USA: Breakthrough in Family Therapy with Drug
Harvard University Press. Abusing and Problem Youth. New York:
Nickel, M., Luley, J., Krawczyk, J., Nickel, Springer.
C., Widermann, C., Lahmann, C., Szapocznik, J., & Williams, A. R. (2000).
Muehlbacher, M., Loew, T. (2006). Brief Strategic Family Therapy: Twenty
Bullying girls – changes after brief Five Years of Interplay Among Theory,
strategic family therapy: a randomized, Research and Practice in Adolescent
prospective, controlled trial with one Behavior Problems and Drug Abuse.
year follow up. Psychoterapy and Clinical Child and Family Psychology
Psychosomatics, 75, 47-55. http:// Review, 3(2), 117-134.
dx.doi.org/10.1159/000089226.
Wiley, J. (2005). Handbook of Clinical Family
Noller, P., & Callan, V. (1991). The Adolescent Therapy. USA: John Wiley & Sons, Inc.
in the Family. London: Routledge.

E-JURNAL GAMA JPP 75

Anda mungkin juga menyukai