Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Anggrek, Kulit Salah, dan Bawang Merah
terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphilococcus aureus

Disusun oleh
Denda Wiguna NIM. 16308144013
Anggrieta Mega Ayu O NIM. 16308144006
Fauzi Fandy Setiawan NIM. 16308144027
Rismawarsi Astuti NIM. 16308141027
Deya Maharani A. H NIM. 16308144025

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengujian aktivitas antibakteri merupakan teknik untuk mengukur berapa besar
potensi atau konsentrasi suatu senyawa dapat memberikan efek bagi mikroorganisme.
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat
aktivitas mikroorganisme dengan berbagai macam cara. Senyawa antimikroba terdiri
atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan
penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan
peruntukkannya dapat berupa desinfektan, antiseptik, sterilizer, sanitizer, dan
sebagainya.
Metode uji antibakteri ini dilakukan untuk mengetahui berbagai macam ekstrak
(bawang merah, anggrek, dan kulit salak) yang berpotensi sebagai bahan antibakteri
serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri
pada berbagai konsentrasi.
Adanya diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
menunjukan adanya sensitifitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan
bahwa semakin lebar diameter zona hambat yang terbentuk bakteri tersebut semakin
sensitif. Lebarnya zona yang terbentuk, yang juga ditentukan oleh konsentrasi senyawa
efektif yang digunakan merupakan dasar pengujian kuantitatif.
Untuk mengetahui daya hambat suatu zat antibakteri maka pada praktikum ini
dilakukanlah uji aktivitas antibakteri pada berbagai macam ekstrak dengan mengukur
efek senyawa tersebut pada pertumbuhan suatu mikroorganisme, yaitu seberapa besar
zona hambat yang dihasilkan pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan
metode cakram.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh ekstrak anggrek, bawang merah dan kulit salak terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?
2. Ekstrak apakah yang optimum pada aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh ekstrak anggrek, bawang merah dan kulit salak terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
2. Mengetahui ekstrak yang optimum pada aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Antibiotik
Antibiotik merupakan komponen alami ataupun sintetik yang dapat membunuh
bakteri, terdapat banyak jenis antibiotik yang bekerja secara berbeda terhadap bakteri,
biasanya antibiotik tidak bekerja langsung terhadap virus. Antibiotik dihasilkan oleh
bakteri, organisme eukariotik, termasuk tanaman. Biasanya dihasilkan untuk
melindungi diri dan membunuh bakteri lain (Lerner, K. Lee and Lerner, Brenda
Wilmoth,2003).
Meskipun ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya mereka berasal
dari beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Ada banyak
cara untuk menggolongkan antibiotik (Lerner,2003).
Berdasarkan struktur kimianya, menurut Glazer (2007), antibiotik dikelompokkan
sebagai berikut :
a) Golongan Aminoglikosida. Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin,
kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
b) Golongan Beta-Laktam. Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem,
meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil,
seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin,
amoksisilin).
c) Golongan Glikopeptida. Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan
dekaplanin.
d) Golongan Poliketida. Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin,
klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin
(doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
e) Golongan Polimiksin. Diantaranya polimiksin dan kolistin.
f) Golongan Kinolon (fluorokinolon). Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin,
ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.
g) Golongan Streptogramin. Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin,
dan kinupristin-dalfopristin.
h) Golongan Oksazolidinon. Diantaranya linezolid dan AZD2563.
i) Golongan Sulfonamida. Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
j) Antibiotika lain yang penting,seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.
Antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba disebut bakteriostatik,
jenis ini akan berkerja pada pertahanan normal inang untuk membunuh atau
mengeliminasi beberapa mikroba setelah menghambat pertumbuhannya. Sedangkan
zat antibiotik yang dapat membunuh mikroba disebut bakteriosidal. (Nester, Denise,
Evans, Martha, 2009).
B. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat
berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti
buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini
tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu
kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning
keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat
klinik menghasilkan S. aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis
yang berperan dalam virulensi bakteri. Berbagai derajat hemolisis disebabkan oleh S.
aureus dan kadang-kadang oleh spesies stafilokokus lainnya. (Jawetz et al., 2008).
Bakteri ini pertama kali diamati dan dibiakan oleh Pasteur dan Koch,
kemudian diteliti secara lebih terinci oleh Ogston dan Rosenbach pada era tahun
1880-an. Nama genus Staphylococcus diberikan oleh Ogston karena bakteri ini,
pada pengamatan mikroskopis berbentuk seperti setangkai buah anggur,
sedangkan nama spesies aureus diberikan oleh Rosenbach karena pada biakan
murni, koloni bakteri ini terlihat berwarna kuning-keemasan. Pertumbuhan dan
kelangsungan hidup Staphylococcus aureus tergantung pada sejumlah faktor
lingkungan seperti suhu, aktivitas air, pH, adanya oksigen dan komposisi
makanan. Parameter pertumbuhan fisik bervariasi untuk berbagai strain
Staphylococcus aureus. Kisaran suhu untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus
adalah 12-44°C, dengan optimum 37°C. (Kumar, 2012). Staphylococcus aureus
resisten terhadap pembekuan dan bertahan dengan baik dalam makanan yang
disimpan di bawah -20°C. Namun, kelangsungan hidup berkurang pada suhu -10
sampai 0°C. Staphylococcus aureus mudah mati dalam pasteurisasi atau memasak.
Pertumbuhan Staphylococcus aureus terjadi pada pH optimal 7,4. Staphylococcus
aureus adalah anaerob fakultatif sehingga dapat tumbuh di kondisi aerobik dan
anaerobik. Namun, pertumbuhan terjadi pada tingkat yang lebih lambat dalam
kondisi anaerob (Vasanthakumari, 2007)

Staphylococcus aureus yang Dilihat dari Mikroskop Elektron.


Sumber Todar, 2008

Klasifikasi

Staphylococcus aureus (Jawetz, 2013)

Taksonomi Staphylococcus aureus sebagai berikut :


Divisi : Protophyta
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus (Vasanthakumari, 2007).

C. Ekstrak
Istilah ekstrak oleh masyarakat awan diartikan sebagai sari-sari dari tanaman yang
dengan cara tertentu dipisahkan dari ampasnya, dengan demikian dapat di asumsikan
bahwa sari-sari tersebut hanya mengandung zat yang memiliki khasiat, sedangkan
ampasnya biasanya dibuang karena dianggap sudah tidak memiliki manfaat.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, yang dimaksud dengan ekstrak adalah
Sediaan kental yang diperoleh dengan menyari senyawa aktif dari simplisia nabati atau
hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan. Secara sederhana definisi FI dapat diartikan
bahwa ekstrak adalah produk dari simplisia yang diperoleh dengan menyari (dengan
cara penyarian tertentu) simplisia dengan pelarut cair dandilanjutkan dengan
dikentalkan atau dikeringkan.
1. Ekstrak Anggrek
Anggrek termasuk dalam famili orchidaceae yang mempunyai 800 genera dan
25.000 spesies. Tanaman ini terdiri dari tanaman monokotil, herba dan
tahunan. Variasi yang ada pada anggrek terletak pada bentuk bunga, ada yang
mirip kalajengking (Arachnis), kupu-kupu (Phalaenopsis) dan kantung
(Paphiopedilum), selain itu jumlah kuntum, ukuran dan warna kuntum
juga terlihat keragaman yang cukup banyak serta keragaman pada bentuk
daun serta batangnya (pseudobulb) (Purwantoro, 2005). Tanaman anggrek
cenderung memiliki organ-organ yang sukulen atau berdaging tebal dengan
kandungan air yang tinggi. Keadaan ini memungkinkan anggrek dapat hidup
pada kondisi dengan persediaan air yang rendah, baik air dari hujan, embun
ataupun uap air di udara. Tanaman anggrek biasa ditemukan di alam
dengan tumbuh sebagai tanaman di hutan atau tanaman di bawah naungan
(Fauziah, 2014).
Lebih dari 2000 spesies anggek telah diteliti kmdungan alkaloidnya (Arditti
1992). Penelitian fitokimia telah dilakulran terhadap pembentukm antosimin,
coumarin, flavonoid, glukosida, senyawa fenolik, lipid, dan senyawa-senyawa
lainnya. Walaupun beberap senyawa kimia ini mungkin beracun, tapi tidak ada
kasus orang keracunan yang pernah dilaparkan.
2. Ekstrak tanaman salak (kulit salak)
Tanaman salak (Salacca Edulis Reinw) adalah tanaman yang termasuk
dalam suku Palmae (Arecaceae). Klasifikasi salak (Salacca Edulis) yaitu
Kerajaan Plantae, Kelas Magnoliophyta, Ordo Liliopsida, Famili Arecales,
Genus Salacca dan Spesies Salacca zalacca. Tanaman ini banyak digemari karena
rasa daging buahnya yang bermacam-macam tergantung dari mana asal buah
tersebut. Daging buahnya dapat berasa manis, manis agak asam, manis agak
sepat, atau manis bercampur asam dan sepat. Rasa buahnya yang unik ini
agak mirip dengan kombinasi rasa dari apel, nanas dan pisang. Ciri khas dari buah
salak adalah kulitnya yang bersisik seperti ular dengan warna coklat
kehitaman, sehingga buah ini dikenal oleh orang barat dengan nama snake fruit.
Pada umumnya buah salak berbentuk bulat atau bulat telur terbalik dengan bagian
ujung runcing dan terangkai rapat dalam tandan buah yang muncul dari ketiak
pelepah daun. Biji buah salak bewarna coklat berbentuk persegi dan berkeping
satu. Dalam satu buah salak mengandung 1-3 biji. Lembaganya tidak tahan
dalam lingkungan yang kering sehingga biji salak yang akan dikecambahkan
harus langsung dibungkus plastik (Nazaruddin & Kristiawati 1992).
Kandungan flavonoid di dalam ekstrak kulit salak mampu menurunkan kadar
glukosa dalam darah. Ekstrak etanol kulit buah salak mengandung metabolit
sekunder alkaloid, polifenolat, flavonoid, tanin, kuinon, monoterpen dan
seskuiterpen. Ekstrak etanol kulit buah salak memiliki aktivitas antioksidan dengan
nilai IC50 sebesar 229,27 ± 6,35 (μg/mL).
3. Ekstrak Bawang
Tanaman bawang merah merupakan tanaman umbi lapis yang memiliki
tinggi mencapai 40-70 cm. Tanaman bawang merah memiliki sistem
perakaran serabut yang mampu menembus 25-30 cm kedalam tanah. Secara
morfologis, bagian tanaman bawang merah terdiri dari akar, batang, daun,
bunga, serta umbi.
Bawang merah mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Kandungan kimia lain yang terdapat pada bawang merah antara lain adalah minyak
atsiri yang salah satunyaallin,dan fitohormon berupa auksin (Setiawati dkk., 2008)
Di dalam bawang merah terndapat kandungan minyak atsiri berupa allin yang
merupakan senyawa mengandung ikatan asam amino dan prekursor dari senyawa
allicin. Senyawa allicin dihasilkan dari senyawa allin dengan bantuan enzim
allinase. Selain itu, di dalam bawang merah juga terdapat kandungan thiamin
(vitamin B1) berperan dalam proses perombakan karbohidrat menjadi energi dalam
proses metabolisme tanaman, akan tetapi thiamin (vitamin B1) agak sulit diserap
oleh tanaman. Adanya senyawa tersebut dapat lebih mudah diserap oleh tubuh
tanaman dibandingkan dengan vitamin B1, sehingga senyawa tersebut akan
membuat vitamin B1 akan lebih efisien dimanfaatkan oleh tanaman(Wibowo, 1988).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Praktikum


1. Waktu Praktikum : Selasa – kamis, 30 April – 2 Mei 2019
2. Tempat Praktikum : Laboratorium Mikrobiologi FMIPA UNY

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan : 12. Kertas saling
1. Mikropipet 13. Blankdis
2. Petri dish
3. Gelas beker
4. Incubator
5. Api Bunsen
6. Jangka sorong
7. Tips mikropipet
8. Drygalsky
9. Pinset
10. Camera
11. Alat tulis

Bahan yang digunakan :


1. Media nutrient agar (NA)
2. Kultur murni bakteri S.aureus
3. Alkohol 70%
4. Tissue
5. Ampicylin
6. Ekstral kulit salak
7. Etanol 90%
8. Ekstrak daun anggrek cair
9. Ekstrak daun anggrek pasta 10%,
20%, dan 30%
10. Aquadest
11. Chloromform
C. Cara Kerja
1. Persiapan Ekstrak Antibakteri

Etanol, alcohol dan ekstrak (daun anggrek cair, daun anggrek pasta
10%, 20%, 30%, bawang merah, 60% dan kulit salak 10%, 20%) yang
akan digunakan dipersiapkan

Blankdish Amphicylin atau kertas saring yang sudah dipotong bulat


dipersiapkan.

Kertas saring bulat dimasukan ke dalam larutan ekstrak (daun anggrek


cair, daun anggrek pasta 10%, 20%, 30%, bawang merah, 60% dan
kulit salak 10%, 20%), etanol, aquadest dan alcohol sesuai dengan
kebutuhan masing – masing selama 20 menit.

Meniriskan kertas saring di bagian dinding beker


2. Uji berbagai ekstrak terhadap bakteri Staphylococcus aureus

Media NA, api Bunsen, drigalsky, mikropipet, botol jam, alcohol,


berbagai ekstrak dan isolate bakteri Staphylococcus aureus
dipersiapkan

Isilat bakteri Staphylococcus aureus ditanam ke meida NA dengan


menggunakan mikropipet sebanyak 1 ml, kemudian diratakan dengan
driglsky. Melakukan 2x pengulangan

Kertas saring yang sudah direndam dan ditiriskan pada dinding gelas
beker, dimasukan ke dalam media NA yang telat ditanami bakteri
Staphylococcus aureus

Sampel diinkubasi pada suhu 37 % selama 53 jam dan diamati setiap 3


jam sekali dalam 3x pengamatan dalam sehari.

Zona hambat pertumbuhan bakteri ditunjukan dengan terbentuknya


zona bening di sekitar kertas saring. Diameter zona bening diukur
dengan jangka sorong meliputi sisi (vertikal, horizontal, dan diagonal)

Data hasil pengukuran dicatat dan sampel di dokumentasikan setiap


dilakukan pengamatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

A B

C D

E F G

Gambar 1. Hasil pengamatan uji aktivitas antibakteri dari berbagai ekstrak terhadap
Staphilococcus aureus (A) ekstrak bawang 60% (B) pasta anggrek 10% (C)
anggrek cair (D) kulit salak 20% (E) pasta anggrek 20% (F) pasta anggrek
30% (G) kulit salak 30%

Pemberian 7 ekstrak yang berbeda pada bakteri Staphilococcus aureus


menghasilkan zona bening semua dengan diameter yang bervariasi, pemberian
ampisilin juga menghasilkan zona bening pada semua perlakuan, kontrol positif
(kloram) juga membentuk zona bening. Sedangkan pada kontrol negatif ada yang
terbentuk dan tidak terbentuk zona bening. Zona bening yang terbentuk diakibatkan
dalam ekstrak tersebut memiliki senyawa antibakteri sehingga dapat mematikan
bakteri sehingga pada sekitar ekstrak terdapat zona bening.
Tabel 1. Hasil pengamatan uji aktivitas antibakteri dari berbagai ekstrak terhadap
Staphilococcus aureus pada hari ke-3 pengamatan terakhir jam 14.00 WIB

12

10

8
Zona bening (mm)

0
% % ir ) -) -) p
60 0 ca 0% 0% 0 % 10 % (+ l( s( Am
g1 g ks
2
g 2 g 3
ks ra
m
an
o de
Bm an An e. an an e. lo Et ua
e. sta e. ta sta K A q
pa as Pa
e. e.p e.

Dari tabel di atas dapat dilihat perbandingan aktivitas ekstrak sebagai


antibakteri terhadap bakteri Staphilococcus aureus, ekstrak yang memiliki aktivitas
antibakteri yang paling tinggi yaitu pada ekstrak pasta anggrek konsentrasi 30%
yaitu sebesar 10,81 mm, selanjutnya pada urutan kedua yaitu ekstrak bawang
merah konsentrasi 60% sebesar 7,17 mm, urutan ketiga yaitu ekstrak pasta anggrek
20% sebesar 7,03 mm , urutan keempat ekstrak pasta anggrek 10% sebesar 6,81
mm, urutan kelima yaitu ekstrak kulit salak 20% sebesar 6,35 mm, urutan keenam
yaitu ekstrak kulit salak 10% sebesar 6,27 mm, dan yang terakhir paling rendah
aktivitas antibakterinya yaitu ekstrak anggrek cair yaitu sesar 5,45 mm.
Grafik 1. 12

10

Diameter zona bening (mm)


Choramphenicol
8
Aquadest
Etanol
Amphicillin
6
Bawang Merah 60%
Anggrek Cair
Pasta Anggrek 10%
4
Pasta Anggrek 20%
Pasta Anggrek 30%
Kulit Salak 10%
2
Kulit Salak 20%

0
0 3 jam 6 jam 23 26 29 47 50 53
jam jam jam jam jam jam
Lama Inkubasi

Uji aktivitas antbakteri berbagai ekstrak terhadap Staphilococcus aureus selama


inkubasi 53 jam

Dari hasil keseluruhan praktikum kelas biologi e hasil data yang diperoleh
diameter zona bening yang merupakan aktivitas antibakteri dari 3 hari pengamatan
selama selang waktu 3 jam, aktivitas antibakteri menaik setiap 3 jam dan pada hari
ke 2 pengamatan jam 2 dan 5 mulai menurun aktivitasnya.

B. Pembahasan
Praktikum bioteknologi kali ini akan membahas tentang “Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Anggrek, Kulit Salak dan Bawang terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphilococcus aureus” bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak anggrek, kulit
salak, dan bawang terhadap pertumbuhan bakteri Staphilococcus aureus dan ekstrak
manakah yang memberikan aktivitas bakteri paling tinggi. Metode yang diguanakan
yaitu metode cakram, metode cakram kertas (disc diffusion method) merupakan metode
yang sering digunakan untuk mengetahui adanya aktivitas antimikroba, karena metode
ini mudah dan tidak membutuhkan banyak biaya (Bailey, 2004).
Bakteri Staphilococcus aureus yang dibiakan di media Nutrien Broth (NB) di
inokulasikan pada media NA dan diratakan dengan drygalsky, menambahkan kertas
saring yang sudah direndam dalam ekstrak selama 10-20 menit lalu dimasukan secara
aseptik dalam petridish yang sudah berisi bakteri Staphilococcus aureus dan diinkubasi
dalam oven. Inkubasi dalam oven berfungsi untuk mempercepat reaksi aktivitas
antibakteri. Pada kelas biologi e mendapatkan 6 ekstrak yaitu ekstrak bawang 60%,
pasta anggrek 10% , anggrek cair, kulit salak 20%, pasta anggrek 20%, pasta anggrek
30%, kulit salak 30%. Kontrol postif berupa Kloram, kontrol negatif ada aquades dan
etanol, dan perlakuan ampisilin. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari
campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai yang nantinya menjadi ekstrak
(Alfinda, dkk, 2008).
Antibakteri adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Proses tersebut dilakukan
melalui penghambatan sintesis dinding sel, sintesis protein, sintesis asam nukleat, serta
menghambat jalur metabolisme sehingga menghancurkan struktur membran sel
(Tenover 2006).
Dalam praktikum ini menggunakan bakteri Staphylococcus aureus. Menurut
Pelczar (2008 : 954-955) Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram positif. Sel-sel
berbentuk bola, berdiameter 0,5-1,5 µm, terdapat dalam tunggal dan berpasangan dan
secara khas membelah diri lebih dari satu bidang sehingga membentuk gerombolan
yang tak teratur, tidak diketahui adanya stadium istirahat. Dinding sel mengandung dua
komponen utama yaitu peptidoglikan dan asam teikoat yang berkaitan dengannya.
Metabolisme dengan respirasi dan fermentatif. Anaerob fakultatif, tumbuh lebih cepat
dan lebih banyak dalam keadaan aerobik. Suhu optimum 35-42 oC. Berasosiasi dengan
kulit, dan selaput lendir hewan berdarah panas. Kisaran inangnya luas dan banyak galur
merupakan patogen potensial.
Dari praktikum didapatkan hasil bahwa pemberian 7 ekstrak yang berbeda pada
bakteri Staphilococcus aureus menghasilkan zona bening semua dengan diameter yang
bervariasi, pemberian ampisilin juga menghasilkan zona bening pada semua perlakuan,
kontrol positif (kloram) juga membentuk zona bening. Sedangkan pada kontrol negatif
ada yang terbentuk dan tidak terbentuk zona bening. Zona bening dari ekstrak yang
terbentuk diakibatkan dalam ekstrak tersebut memiliki senyawa antibakteri sehingga
dapat mematikan bakteri sehingga pada sekitar ekstrak terdapat zona bening. Ampisilin
dan kloram menghasilkan zona bening. Ampisilin adalah antibiotik termasuk golongan
penisilin. Mekanisme kerja penisilin dengan cara menghambat pembentukan dinding
dan permeabilitas membran sel bakteri melalui penghambatan enzim transpeptidase.
Kontrol positif yang biasa digunakan yaitu menggunakan kloram. Kloramfenikol
digunakan sebagai kontrol positif karena merupakan antibiotik bakterostatik
berspektrum luas yang aktif terhadap mikroorganisme aerobik dan anaerobik
(Katzung,2004). Kontrol negatif disesuaikan dengan pelarut ekstraknya yaitu
dipraktikum ini ada etanol dan aquades.
Perbandingan aktivitas ekstrak sebagai antibakteri terhadap bakteri
Staphilococcus aureus, ekstrak yang memiliki aktivitas antibakteri yang paling tinggi
yaitu pada ekstrak pasta anggrek konsentrasi 30% yaitu sebesar 10,81 mm, selanjutnya
pada urutan kedua yaitu ekstrak bawang merah konsentrasi 60% sebesar 7,17 mm,
urutan ketiga yaitu ekstrak pasta anggrek 20% sebesar 7,03 mm, urutan keempat ekstrak
pasta anggrek 10% sebesar 6,81 mm, urutan kelima yaitu ekstrak kulit salak 20%
sebesar 6,35 mm, urutan keenam yaitu ekstrak kulit salak 10% sebesar 6,27 mm, dan
yang terakhir paling rendah aktivitas antibakterinya yaitu ekstrak anggrek cair yaitu
sebesar 5,45 mm.
Dari data yang didapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka
semakin tinggi pula aktivitas antibakterinya, seperti ekstrak pasta anggrek 30% sebesar
10,81 mm, ekstrak pasta anggrek 20% sebesar 7,03, dan ekstrak pasta anggrek 10%
sebesar 6,81. Dengan semakin besar konsentrasi ekstrak maka kandungan senyawa
antibakteri juga lebih banyak. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan semakin
tinggi konsentrasi ekstrak yang diberikan semakin besar kandungan senyawa
didalamnya (Cappucino, 2013:288). Diameter zona bening pada aktivitas antibakteri
tertinggi pada ekstrak pasta anggrek 30% sebesar 10,81 mm termasuk dalam kategori
aktivitas lemah. Besarnya diameter dari aktivitas antibakteri oleh bahan aktif
dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu aktivitas lemah (10-20 mm), dan sangat kuat
(>20-30 mm) (Cappucino, 2013:288).
Dari tabel 1.dapat dilihat ekstrak pasta anggrek 30% berpengaruh nyata
antibakterinya terhadap kontrol positif maupun ampisilin, jika dibandingkan dengan
kloram sebagai kontrol positif aktivitas antibakteri ekstrak ini lebih tinggi dibandingkan
kontrol positif, jadi ekstrak pasta anggrek 30% pada praktikum ini berpotensi sebagai
antibakteri unggulan jika dibandingkan dengan ekstrak yang lain. Ekstrak anggrek cair
dan ekstrak kulit salak 10% dan 20% tidak berpengaruh nyata antibiotiknya, karena
nilai diameter zona bening kurang dari kontrol negatif. Untuk ekstrak ekstrak bawang
merah 60%, ekstrak pasta anggrek 10% dan 20% aktivitas antibakteri diatas kontrol
negatif namun aktivitas antibiotiknya termasuk sedang karena dibawah kontrol positif
(kloram) dan juga ampisilin. Dari semua kelompok pada kontrol negatif (etanol dan
aquades) memiliki zona bening, maka tidak hanya ekstrak saja yang berpengaruh
terhadap antibakteri namun pelarutnya juga memberikan pengaruh terhadap antibakteri
tersebut.
Dari hasil keseluruhan praktikum kelas biologi e, hasil data yang diperoleh
diameter zona bening yang merupakan aktivitas antibakteri dari 3 hari pengamatan
selama selang waktu 3 jam, aktivitas antibakteri menaik setiap 3 jam dan pada hari ke 2
pengamatan jam 2 dan 5 mulai menurun aktivitasnya, hal ini terjadi karena ekstrak yang
berada pada kertas saring sudah habis sehingga zona bening yang terbentuk menurun
karena efektivitas ekstrak antibiotiknya menurun sehingga bakteri S. aureus memiliki
aktivitas lebih tinggi. Bakteri ini memiliki fase pertumbuhan disesuaikan faktor internal
dan faktor eksternalnya salah satunya seperti senyawa antibakteri.
Terbentuknya zona bening disekitar ekstrak ini menandakan bahwa adanya
aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. Aureus, karena didalam ekstrak yang diujikan
mengandung banyak senyawa-senyawa, salah satunya yaitu senyawa antibakteri seperti
saponin, flavonoid, tanin, terpenoid, dan senyawa lainnya yang dapat mengambat
pertumbuhan bakteri tersebut. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka senyawa yang
ada di dalamnya semakin tinggi. Karena dalam praktikum tidak menguji ekstraknya,
senyawa yang ada didapatkan berdasarkan jurnal. Berdasarkan hasil uji fitokimia,
golongan senyawa yang terkandung dalam kulit buah salak (S. zalacca) berdasarkan
terbentuknya perubahan warna dapat dilihat pada alkaloid, terpenoid, steroid, tanin,
flavonoid, saponin. Hasil penelitian Sukadana, dkk. (2009-8:16) juga mengatakan
bahwa isolat flavonoid diduga dapat menghambat pertumbuhan E. coli. Bawang merah
(Allium cepa L.) memiliki kandungan kimia alkaloid, steroid, flavonoid, dan fenol.
Senyawa-senyawa ini berfungsi sebagai antibakteri. Mekanisme ekstrak
menghancurkan bakteri terdapat proses melalui penghambatan sintesis dinding sel,
sintesis protein, sintesis asam nukleat, serta menghambat jalur metabolisme sehingga
menghancurkan struktur membran sel. Menurut Pelczar dan Chan (2008) mekanisme
kerja antimikroba dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :
a. Menghambat sintesis dinding sel: Antimikroba yang mempunyai aktivitas
menghambat sintesis dinding sel hanya aktif pada sel yang sedang aktif
membelah
b. Merubah molekul protein dan asam nukleat : Terdenaturasikannya protein dan
asam-asam nukleat yang dapat merusak sel hingga tidak dapat diperbaiki
kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat
mengakibatkan koagulasi irreversible (tidak dapat kembali) komponen-
komponen selular yang vital ini.
c. Merusak membran plasma : antibiotik merubah permeabilitas membran plasma.
d. Menghambat sintesis asam nukleat Mekanisme ini didasarkan pada
penghambatan proses transkripsi dan replikasi DNA.
e. Menghambat sintesis metabolit esensial Mekanisme ini didasarkan pada adanya
penghambatan secara kompetitif dari aktivitas enzimatis dari mikroorganisme
oleh senyawa yang mempunyai struktur yang mirip substrat untuk enzim.
Menurut Pelczar dan Chan (2008), banyak faktor dan keadaan yang
mempengaruhi penghambatan dan pembasmian mikroorganisme oleh suatu
bahan antimikroba. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a) Kosentrasi zat antimikroba Peluang mengenai mikroba sebanding dengan
jumlah mikroba, dan konsentrasi zat antimikroba. Jadi semakin tinggi
konsentrasi zat antimikroba (sampai suatu batas tertentu) mikroba akan
terbunuh lebih cepat.
b) Jumlah mikroorganisme Diperlukan lebih banyak waktu untuk membunuh
populasi apabila jumlah selnya banyak, dengan perlakuan yang lebih lama
supaya kita cukup yakin bahwa semua sel tersebut telah mati.
c) Suhu Kenaikan suhu yang sedang secara besar dapat menaikkan keefektifan
suatu disinfektan atau bahan antimikroba lain, karena laju reaksi kimiawi
dipercepat dengan meningkatkan suhu.
d) Jenis mikroorganisme Setiap jenis mikroorganisme menunjukkan kerentaan
yang berbeda-beda terhadap perlakuan fisik dan bahan kimia. Misalnya
spesies pembentuk spora, sel vegetatif yang sedang tumbuh lebih mudah
dibunuh dibandingkan dengan sporanya.
e) pH Mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan pH asam dapat
dibasmi pada suhu yang lebih rendah dan dalam waktu yang lebih singkat
dibandingkan dengan mikroorganisme yang sama dalam lingkungan basa.
f) Adanya bahan organik Adanya bahan organik asing dapat menurunkan
keefektifan zat kimia antimikrobial dengan cara menginaktifkan bahan-
bahan tersebut atau melindungi mikroorganisme dari zat antimikroba.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak pasta anggrek 30% berpengaruh nyata antibakterinya terhadap kontrol
positif maupun ampisilin, jika dibandingkan dengan kloram sebagai kontrol positif
aktivitas antibakteri ekstrak ini lebih tinggi dibandingkan kontrol positif, jadi
ekstrak pasta anggrek 30% pada praktikum ini berpotensi sebagai antibakteri
unggulan jika dibandingkan dengan ekstrak yang lain. Ekstrak anggrek cair dan
ekstrak kulit salak 10% dan 20% tidak berpengaruh nyata antibiotiknya, karena
nilai diameter zona bening kurang dari kontrol negatif. Untuk ekstrak ekstrak
bawang merah 60%, ekstrak pasta anggrek 10% dan 20% aktivitas antibakteri diatas
kontrol negatif namun aktivitas antibiotiknya termasuk sedang karena dibawah
kontrol positif (kloram) dan juga ampisilin. Dari semua kelompok pada kontrol
negatif (etanol dan aquades) memiliki zona bening, maka tidak hanya ekstrak saja
yang berpengaruh terhadap antibakteri namun pelarutnya juga memberikan
pengaruh terhadap antibakteri tersebut.
2. Ekstrak yang memiliki aktivitas antibakteri yang paling tinggi yaitu pada ekstrak
pasta anggrek konsentrasi 30% yaitu sebesar 10,81 mm, selanjutnya pada urutan
kedua yaitu ekstrak bawang merah konsentrasi 60% sebesar 7,17 mm, urutan kestiga
yaitu ekstrak pasta anggrek 20% sebesar 7,03 , urutan keempat ekstrak pasta
anggrek 10% sebesar 6,81 mm, urutan kelima yaitu ekstrak kulit salak 20% sebesar
6,35 mm, urutan keenam yaitu ekstrak kulit salak 10% sebesar 6,27 mm, dan yang
terakhir paling rendah aktivitas antibakterinya yaitu ekstrak anggrek cair yaitu
sebesar 5,45

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka sarannya, untuk menghambat pertumbuhan


bakteri Staphilococus aureus salah satu caranya adalah menggunakan ekstrak pasta
anggrek 30% karena ekstrak ini berpotensi sebagai antibakteri.
DAFTAR PUSTAKA

Alfinda Novi. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya: Universitas Airlangga Press.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 6-7, 93-94, 265, 338-339,
691.
Arditti, J. 1992. Fundamentals of Orchid Biology. John Wiley and Sons.
New
York.
Cappucino, J. G., & Sherman, N., 2013, Manual Laboratorium Mikrobiologi, Edisi 8,
Jakarta, EGC.
Fauziah. 2014. Karakterisasi Morfologi Anggrek Phalaenopsis spp.
Spesies Asli Indonesia. Jurnal Agrohorti 2(1) : 86-94
Glazer, A.N, dan Nikaido, H. 2007. Microbial biotechnology:
fundamentals of applied microbiology, second
edition.Cambridge:USA.
Jawetz et al., 2008.Medical Microbiology.24thed. North America: Lange
Medical book.
Jawetz, Melnick & Adelberg. (2013). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25.
Jakarta: Salemba Medika.
Katzung, B. G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi XIII. Buku 3. Translation of
Basic and Clinical Pharmacology Eight Edition Alih bahasa oleh Bagian
Farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta: Salemba Medika
Kenneth, Todar., 2008. Staphylococcus Aureus and Staphylococcal
disease. http://textbookofbacteriology.net/staph.html . (Diakses 8 Mei
2019 pukul 17.20 WIB)
Kumar,V., Cotran, R.S., dan Robbins S.L.2012. Buku Ajar Patologi. Edisi
7; ali Bahasa, Brahm U, Pendt ;editor Bahasa Indonesia,
Huriawati Hartanto, Nurwany Darmaniah, Nanda Wulandari.-ed.7-
Jakarta: EGC.
Lerner, K. Lee and Lerner, Brenda Wilmoth (2011). Encyclopedia of
Water
Science Vol. 3. Published by Thomson Learning, Inc., USA
Lerner, K.L. dan Lerner,B.W. 2003. World of Microbiology and Immunology. Thomson
and Gale, USA. Hal : 189
Nazaruddin dan Kristiawati, R. 1992. 18 Varietas Salak. Penebar
Swadaya.
Jakarta
Nester, E. W., Denise, G. A., C. Evans. R. J., and Martha T. N. 2009. Microbiology A
Human Perspective. McGraw-Hill. New York.
Pelczar, Michael J dan Chan, E. C. S. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I. Jakarta: UI
Press.
Purwantoro, A., E. Ambarwati, F. Setyaningsih. 2005. Kekerabatan antar anggrek spesies
berdasarkan sifat morfologi tanaman dan bunga. Ilmu Pertanian 12 (1): 1-11.
Setiawati, W., R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T. Rubiati. 2008. Tumbuhan Bahan
Pestisida Nabati. Balai Penelitian Tanaman Sayur. Bandung. 203 hlm.
Sukadana, I.M. 2009. Senyawa Antibakteri Golongan Flavonoid dari Buah Belimbing
Manis (Averrhoa carambola Linn.L). Jurnal Kimia. 3 (2) : 109- 116.
Tenover, 2006, Mechanisms of Antimicrobial Resistance in Bacteria, The American
Journal of Medicine, 119 (6), 3-10.
Vasanthakumari,R. (2007) Textbook of Microbiology. New Delhi: BI Publications
Wibowo, S. 1988. Budidaya Bawang: Bawang Putih, bawang Merah, dan Bawang
Bombay. Penebar Swadaya. Jakarta. 201 hlm.
LAMPIRAN
1. Dokumentasi

A B C

D E F

Keterangan : (A) ekstrak bawang 60% (B) pasta anggrek 10% (C) anggrek cair (D)
kulit salak 20% (E) pasta anggrek 20% (F) pasta anggrek 30% (G) kulit
salak 30%.
2. Data hasil pengamatan
Kelompok 1
vertikal Horizontal Diagonal PS
Hari jam penjelasan
1 2 1 2 1 2  
09.00 + -   -   -    
  - -   -   -    
  BM -   -   -    
  Amphisilin -   -   -    
12.00 + 10,6   8.0   10,9    
  - -   -   -    
Selasa, 30 April   BM -   -   -    
2019
  Amphisilin 8,3   8,2   8,2    
15.00 + 10,1   2,3   15    
  - 8,6   9,2   8,7    
  BM 8,1   8,1   10    
    Amphisilin 8,9   8,7   9,7    
08.00 + 11,1   9,4   11,2    
  - 8,1   9,2   8,6    
  BM 8,1   8,3   10    
  Amphisilin 9,3   9   9,8    
11.00 + 8,6   5,7   5,2    
  - 6,6   5,4   6,3    
Rabu, 1 Mei   BM 5,9   6,4   4,8    
2019
  Amphisilin 7,8   8,4   7,7    
14.00 + 5,9   5,6   6,9    
  - 7,8   8,2   7,6    
  BM 7,4   7,8   7,9    
  Amphisilin 7,9   8,2   8,3    
08.00 + 9,3   9,1   8,5    
  - 5,7   4,4   5    
  BM 6,3   5,4   5,8    
  Amphisilin 8,8   7,7   8,6    
11.00 + 9,2   9,7   8,5    
Kamis, 2 Mei
  - 8,2   8,4   7,8    
2019
  BM 9,2   8,6   8,3    
  Amphisilin 8,6   9,2   8,6    
14.00 + 6,7   8,4   8,2    
  - 5,3   8,3   5,5    
  BM 6,8   7,9   6,8    
  Amphisilin 6,2   8,4   7,5    

Kelompok 2
Hari Jam Keteranga Pengukuran
n Vertikal Horizontal Diagonal
Ul. 1 Ul. 2 Rata2 Ul. 1 Ul. 2 Rata2 Ul. 1 Ul. 2 Rata2
Selas 09.00 + - - - - - - - - -
a
- - - - - - - - - -
EA - - - - - - - - -
Amp - - - - - - - - -
12.00 + 7,3 7,1 7,2 6,9 6,6 6,75 7,0 6,2 6,6
- 6,7 7,4 7,05 6,2 5,9 6,05 6,6 7,3 6,95
EA 6,9 6,9 6,9 6,5 5,3 5,9 5,9 6,3 6,1
Amp 6,9 6,5 6,7 6,9 7,4 7,15 8,4 7,7 8,05
15.00 + 7,6 7,8 7,7 7,7 7,9 7,8 7,7 7,8 7,75
- 7,5 7,7 7,6 7,4 7.1 7,25 7,5 7,1 7,3
EA 7,1 6,9 7 7,1 6,9 7 7,1` 7,2 7,15
Amp 8,8 9,2 9 8,7 9,7 9,2 8,7 9,0 8,85
Rabu 08.00 + 7,8 8,0 7,9 7,7 7,9 7,8 7,7 7,8 7,75
- 7,9 8,1 8 7,4 7,1 7,25 7,5 7,1 7,3
EA 7,5 7,4 7,45 7,1 6,9 7 7,1 7,2 7,15
Amp 9,0 9,5 8,25 8,7 9,7 9,2 8,7 9,0 8,85
11.00 + 6,4 6,1 6,25 6,1 8,3 7,2 6,4 8,5 7,45
- 8,3 7,8 8,05 6,8 8,0 7,4 8,7 8,1 8,4
EA 8,9 7,6 8,25 8,7 7,7 8,2 8,9 7,3 8,1
Amp 9,7 9 9,35 9,3 8,8 9,05 9,6 8,8 9,2
14.00 + 7,2 6,3 6,75 6,2 7,6 6,9 6,5 6,9 6,7
- 8,7 7,3 8 7,3 6,6 6,95 8,8 6,6 7,7
EA 8,2 6,9 7,55 6,8 6,8 6,8 7,2 6 6,6
Amp 9,8 8,5 9,15 9,7 7,9 8,8 9,3 6,9 8,1
Kamis 08.00 + 7,1 6,2 6,65 5,9 6,6 6,25 6,8 6,2 6,5
- 6,1 6,9 6,5 5,8 6,3 6,05 6,3 6,5 6,4
EA 8,1 6,9 7,5 6,8 6,5 6,65 7,9 6,4 7,15
Amp 8,7 7,6 8,15 8 6,7 7,35 8,4 6,1 7,25
11.00 + 6,6 6,3 6,45 5,6 6 5,8 6,1 5,8 5,95
- 6,0 6,6 6,3 5,6 6,3 5,95 5,7 5,1 5,4
EA 6,3 6,2 6,25 5,3 6,3 5,8 5,9 7 6,45
Amp 6,4 5,3 5,85 5,4 5,3 5,35 5,7 5,1 5,4
14.00 + 5,9 6,1 6 5,6 7,3 6,45 5,9 5,8 5,85
- 6,1 6,1 6,1 5,8 5,4 5,6 6,1 5,5 5,8
EA 8,3 6,2 7,25 6,6 6,1 6,35 7,4 6,3 6,85
Amp 6,3 6,9 6,6 6,1 6,2 6,15 5,8 5,9 5,85
Keterangan :
Ukuran :
- (4,9 mm)
+ (4,9 mm)
Amp (5,2 mm)
Ekstrak anggrek 10% (Anggrek cair 4,9 mm)
Kelompok 3
Hari Jam Keteranga Pengukuran
n Vertikal Horizontal Diagonal
Ul. 1 Ul. 2 Rata2 Ul. 1 Ul. 2 Rata2 Ul. 1 Ul. 2 Rata2
Selas 09.00 + - - - - - - - - -
a
- - - - - - - - - -
Amp - - - - - - - - -
AC - - - - - - - - -
12.00 + 6,7 7,8 7,25 7 7,3 7,15 7,6 6,9 7,25
- - - - - - - - - -
Amp 10,7 11,3 11 10,8 13,4 12,1 11,2 16,4 13,8
AC 7,7 7,1 7,4 6,6 6,9 6,75 8,1 6,6 7,35
15.00 + 7,5 13,1 10,3 8,9 14,4 11,65 8,1 16,3 12,2
- - - - - - - - - -
Amp 13,4 11,3 12,35 13,1 13,5 13,3 12,5 17,4 14,95
AC 12,6 10,9 11,75 12,4 12 12,2 16,2 11,7 13,95
Rabu 08.00 + 7,4 8,6 8 7,8 10,1 8,95 7,9 8,8 8,35
- - - - - - - - - -
Amp 13,7 15,2 14,45 13,3 13,4 13,35 13,4 17,8 15,6
AC 8,5 7,8 8,15 9,6 7,8 8,7 7,6 8 7,8
11.00 + 7,3 7,5 7,4 7,6 7,8 7,7 7,8 7,5 7,65
- - - - - - - - - -
Amp 11,2 14,7 12,95 10,9 13,3 12,1 11,7 16,9 14,3
AC 8,2 7,6 7,9 8,3 7,1 7,7 7,3 7,9 7,6
14.00 + 7,2 7,3 7,25 7,5 7,4 7,45 7,4 6,9 7,15
- - - - - - - - - -
Amp 10,7 14,7 12,7 10,8 13,3 12,05 11,2 16,4 13,8
AC 8,1 7,4 7,75 8,1 6,7 7,4 7,2 6,9 7,05
Kamis 08.00 + 7,1 7 7,05 6,9 6,7 6,8 7,1 6,6 6,85
- - - - - - - - - -
Amp 9,2 9,1 9,15 9,4 7,6 8,5 10,3 9 9,65
AC 7,6 7,3 7,45 7 6,4 6,7 6,9 6,4 6,65
11.00 + 6,7 6,8 6,75 6,5 6,2 6,35 6,7 6,5 6,6
- - - - - - - - - -
Amp 7,9 7,5 7,7 9,1 6,9 8 9.5 7,2 8,35
AC 7,1 7,2 7,15 6,8 6,3 6,65 6,6 6.3 6,45
14.00 + 6,6 6,3 6,45 6,4 5,3 5,85 6,2 6,3 6,25
- - - - - - - - - -
Amp 7,2 6,1 6,65 8,3 6 7,15 8,7 6,5 7,6
AC 5,3 5,4 5,35 5,7 5,5 5,6 5,8 5 5,4
Keterangan :
Ukuran :
- (4,9 mm)
+ (4,9 mm)
Amp (5,2 mm)
AC (Anggrek cair 4,9 mm)
Kelompok 4
Hari Jam Keterangan Pengukuran
Vertikal Horizontal Diagonal
Ul. 1 Ul. 2 Rata2 Ul. 1 Ul. 2 Rata2 Ul. 1 Ul. Rata2
2
Selas 09.00 + - - - - - - - - -
a
- - - - - - - - - -
Ekst. Kulit - - - - - - - - -
salak 20%
Amphi - - - - - - - - -
12.00 +
- - - - - - - - - -
Ekst. Kulit - - - - - - - - -
salak 20%
Amphi - - - - - - - - -
15.00 + 15,3 7,1 11,2 9,2 5,9 7,55 17,1 7,1 12,1
- 10 11,3 10,6 7,8 6,1 6,95 13,9 6,6 10,25
5
Ekst. Kulit 11,2 6,7 8,95 7,8 6,1 6,85 13,9 6,6 10,1
salak 20%
Amphi 8,9 6,9 7,9 10,4 7,6 9 11,5 8,8 10,15
Rabu 08.00 + 9,1 6,6 7,85 8,8 6,3 7,55 9,2 6,2 7,7
- 8,8 9 8,9 8 8,6 8,3 9,4 8,3 8,85
Ekst. Kulit 8,1 7,1 7,6 6,2 6,6 6,4 7,5 7,1 7,3
salak 20%
Amphi 8,1 7,9 8 7,9 6,8 7,35 8,9 7,5 8,2
11.00 + 5,7 7,7 6,7 4,8 6,5 5,65 5,9 7,2 6,55
- 8,4 8,3 83,5 8,7 7,6 8,15 8,8 7,8 8,3
Ekst. Kulit 7,2 6,5 6,85 6,1 8,6 7,35 5,8 7,5 6,65
salak 20%
Amphi 6,8 10,2 8,5 5 12,2 8,6 6,7 9,8 8,25
14.00 + 8,8 7,4 8,1 8,4 6,3 7,35 8,6 8,1 8,35
- 7,6 8,6 8,1 7,7 8,7 6,55 7,3 9,8 6,9
Ekst. Kulit 7,4 6,8 7,1 7,4 5,4 6,4 7,5 6,5 7
salak 20%
Amphi 8,5 7,9 8,2 8,9 6,8 7,85 8,2 8,1 8.15
Kamis 08.00 + 6,2 7,9 7,05 6,4 6,6 6,5 6,5 7,5 7
- 7,2 7,1 7,15 8 7,2 7,6 7,6 7,3 7,45
Ekst. Kulit 5,8 6,4 6,1 5,4 7,5 6,45 5,1 6,4 5,75
salak 20%
Amphi 6,1 7,1 6,6 4,7 7,2 5,95 5,6 7 6,3
11.00 + 8,4 6,2 7,3 6,7 5 5,85 7,1 5,2 6,15
- 6,9 8,4 7,65 5,9 8,1 7 6,6 8 7,3
Ekst. Kulit 7,6 5,8 6,7 6,6 4,5 5,55 6,7 4,8 5,75
salak 20%
Amphi 8,6 5,3 6,95 6,5 4,6 5,55 8,2 5,1 6,65
14.00 + 6,1 6,2 6,15 6,5 6,3 6,4 7,3 6,1 6,7
- 6,4 6,1 6,25 6,6 6 6,3 6,7 6,1 6,4
Ekst. Kulit 6,3 6,1 6,2 6,4 6,3 6,35 6,6 6,4 6,5
salak 20%
Amphi 6,8 8,9 7,85 6,8 8,1 7,45 6,6 8 7,3
Kelompok 6
Hari Jam Keterangan Pengukuran
Vertikal Horizontal Diagonal
Ul. Ul. Rata2 Ul. Ul. Rata2 Ul. Ul. Rata2
1 2 1 2 1 2
Selas 09.00 + (Kloram) - - - - - - - - -
- (Etanol) - - - - - - - - -
a
Pasta - - - - - - - - -
Anggrek
30%
Amphi - - - - - - - - -
12.00 + (Kloram) 8,4 7,6 8,0 7,1 5,2 6,15 7,4 6,1 6,75
- (Etanol) 6,7 8,1 7,4 6,4 7,0 6,7 6,7 7,3 7
Pasta 5,6 5,9 5,75 5,8 5,7 5,75 5,7 5,9 5,8
Anggrek
30%
Amphi 8,1 7,8 7,95 8,8 9,1 8,95 7,3 7,9 7,6
15.00 + (Kloram) 12,4 25,4 18,9 27,3 24,6 25,95 11,3 17,1 14,21
- (Etanol) 6,7 9,3 8 5,9 8,2 7,05 6,6 9,7 16,3
Pasta 18,6 12,4 15,4 28,1 8,9 18,5 20,3 9,2 14,75
Anggrek
30%
Amphi 6,8 8,0 7,4 7,6 8,2 7,9 6,7 8,8 7,75
Rabu 08.00 + (Kloram) 6,0 6,0 6,0 6,0 5,7 5,85 5,4 5,5 5,45
- (Etanol) 9,2 6,0 7,6 5,9 8,0 6,95 5,9 8,1 7,0
Pasta 6,7 15,2 10,95 11,1 8,3 9,7 13,4 7,4 10,4
Anggrek
30%
Amphi 6,1 6,1 6,1 5,5 9,5 7,5 5,6 6,0 5,8
11.00 + (Kloram) 6,3 7,7 7,0 7,0 7,3 7,15 6,2 7,9 7,05
- (Etanol) 6,3 8,6 7,45 6,7 8,7 7,7 6,5 8,2 7,35
Pasta 14,9 8,4 11,65 12,3 8,7 10,5 11,4 9,1 10,25
Anggrek
30%
Amphi 8,4 7,4 7.9 7,8 7,6 7,7 7,0 7,8 7,4
14.00 + (Kloram) 6,8 8,4 7,6 6,1 9,7 7,9 6,7 8,5 7,6
- (Etanol) 6,7 8,7 7,7 7,4 8,6 8,0 7,7 8,8 8,25
Pasta 15,8 9,4 12,6 11,8 7,8 9,8 13,1 8,3 10,7
Anggrek
30%
Amphi 9,1 8,6 8,85 9,3 8,8 9,05 9,5 8,1 8,8
Kamis 08.00 + (Kloram) 5,5 5,1 5,3 4,9 4,7 4,8 5,0 5,2 5,1
- (Etanol) 7,3 9,2 8,25 4,0 7,8 5,9 5,2 10,1 7,65
Pasta 12,4 5,9 9,15 9,7 5,9 7,8 13,8 7,6 21,4
Anggrek
30%
Amphi 6,0 8,4 7,2 5,1 8,8 6,95 6,0 8,3 7,15
11.00 + (Kloram) 5,1 5,4 5,25 5,8 5 5,4 5,3 5,3 5,3
- (Etanol) 6,9 7,6 7,25 5,8 7,7 6,75 5,7 7,8 6,75
Pasta 15,1 7,2 11,15 11 7,4 9,2 10,5 7,7 9,1
Anggrek
30%
Amphi 6,9 7,4 7,15 6,6 7,5 7,05 7,3 8 7,65
14.00 + (Kloram) 5,8 6,2 6,0 5,5 5,5 5,5 5,8 6,2 6,0
- (Etanol) 6,3 5,9 6,1 6 5,6 5,8 6,4 6,3 6,35
Pasta 15,1 8,4 11,75 10,8 8,1 9,45 13,2 9,4 11,3
Anggrek
30%
Amphi 6,1 6 6,05 6,4 5,7 6,05 6,2 5,9 6,05
Kelompok 7
Diagona
  vertikal Horizontal RATA2
Hari jam penjelasan l
         
Selasa, 30
09.00 U1 + - - - 0
April 2019
      - - - - 0
      KS 10% - - - 0
      Amphisilin - - - 0
    U2 + - - - 0
      - - - - 0
      KS 10% - - - 0
      Amphisilin - - - 0
  12.00 U1 + 0 0 0 0,00
      - 0 0 0 0,00
      KS 10% 0 0 0 0,00
      Amphisilin 0 0 0 0,00
    U2 + 0 0 0 0,00
      - 0 0 0 0,00
      KS 10% 0 0 0 0,00
      Amphisilin 0 0 0 0,00
  15.00 U1 + 6,6 6 7,7 6,77
      - 8,2 8,2 6,9 7,77
      KS 10% 7,5 7,6 7,7 7,60
      Amphisilin 0 0 6,4 2,13
    U2 + 9,9 10,9 11,4 10,73
      - 0 0 0 0,00
      KS 10% 9,2 7,7 6,6 7,83
      Amphisilin 0 0 0 0,00
Rabu 2 MEI 08.00 U1 + 7,9 8 8,2 8,03
      - 8,9 8,4 8,2 8,50
      KS 10% 8,9 8,6 8,1 8,53
      Amphisilin 8,8 8,6 8,1 8,50
    U2 + 7,2 7,5 7 7,23
      - 7,7 8,7 8,4 8,27
      KS 10% 7,2 7,5 7 7,23
      Amphisilin 8,9 8,3 8,3 8,50
  11.00 U1 + 6,3 6,1 6,5 6,30
      - 9,1 8,6 9 8,90
      KS 10% 7,1 7,6 7 7,23
      Amphisilin 9,1 8,7 8,7 8,83
    U2 + 7,7 8,6 7,3 7,87
      - 6,7 7,1 6,6 6,80
      KS 10% 5,5 5,9 6,2 5,87
      Amphisilin 7,5 6,6 8,6 7,03
  14.00 U1 + 8 8,9 8,1 8,33
      - 8,8 9 8,9 8,90
      KS 10% 9,1 8,3 8,5 8,63
      Amphisilin 9 8,6 8,9 8,83
    U2 + 8,9 8,8 8,8 8,83
      - 7,7 8,6 7,6 7,97
      KS 10% 7,2 7,2 7,2 7,20
      Amphisilin 9,5 9,3 9,3 9,37
Kamis 08.00 U1 + 7 6,8 6,6 6,80
      - 9,2 8,5 9,1 8,93
      KS 10% 7,5 7,1 7,6 7,40
      Amphisilin 10 8,2 9,3 9,17
    U2 + 7,7 7,8 7,7 7,73
      - 7,9 7,7 7,4 7,67
      KS 10% 6,8 7,6 6,9 7,10
      Amphisilin 8,7 8,3 8,8 8,60
  11.00 U1 + 0 0 0 0,00
      - 8,6 6,5 8 7,70
      KS 10% 6,2 5,8 6,1 6,03
      Amphisilin 8,5 7,2 8,6 8,10
    U2 + 7,5 7,4 7,4 7,43
      - 7,6 7,9 7,2 7,57
      KS 10% 7,4 7,6 6,8 7,27
      Amphisilin 8,4 8,3 8,5 8,40
  14.00 U1 + 0 0 0 0,00
      - 8,3 7,1 7,4 7,60
      KS 10% 0 0 0 0,00
      Amphisilin 8,5 8,6 8,3 8,47
    U2 + 6 6,4 6,1 6,17
      - 8 8,9 8,2 8,37
      KS 10% 6 6,1 6,7 6,27
      Amphisilin 8,9 8 8,2 8,37

Anda mungkin juga menyukai