Anda di halaman 1dari 28

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian penelitian sebelumnya digunakan untuk memperlihatkan


persamaan serta perbedaan yang ada di penelitian sebelumnya, dengan penelitian
setelahnya. Persamaan maupun perbedaan bisa dilihat dari obyek yang diteliti,
metode penelitiannya dan teori yang digunakan. Pada tabel ini berisikan lima
penelitian, dua berasal dari jurnal internasional dan tiga dari sumber lokal lainnya,
dibuat dalam bentuk matrik, sehingga dapat memperlihatkan perbandingan antara
penelitian sebelumnya dan penelitian yang akan dilakukan peneliti.
Pada peneliti pertama yang bernama Dra.Lusiana Andriani Lubis,MA
meneliti mengenai Komunikasi antarbudaya.Beliau menggunakan metode kualitatif
dan subyek penelitian nya berasal dari beberapa individu dari berbagai macam latar
belakang serta berisi mengenai komunikasi lintas budaya dari berbagai sudut
pandang ahlinya dan hambatan yang ditemukan adalah komunikasi antarbudaya lebih
banyaknya dikaitkan oleh kurangnya wawasan seseorang terhadap budaya lainnya.
Pada peneliti kedua yang bernama Andriana Noro Iswari & Prof. Pawito,
Ph.D. Judul penelitian nya adalah Komunikasi Antar Budaya di Kalangan
Mahasiswa (Studi Tentang Komunikasi Antar Budaya di Kalangan Mahasiswa Etnis
Batak dengan Mahasiswa Etnis Jawa). Penelitian ini bersifat kualitatif yang mana
mempunyai beberapa ciri diantaranya mempunyai latar ilmiah, instrumennya adalah
manusia (peniliti atau orang lain yang membantu). Hasil dari penelitian ini adalah
mempelajari dalam studi kasus dimana hubungan antar budaya dapat mempengaruhi
efektivitas komunikasi antar budaya. Juga memberikan gambaran hambatan-
hambatan yang ada atau ditemukan dalam studi kasus penelitian yang dilakukan
dalam proses komunikasi antar budaya.
Pada peneliti ketiga yang bernama Dinara Maya Julijanti.Judul penelitiannya
adalah Bahasa Sebagai Medium Komunikasi Antar Budaya.Beliau menggunakan
metode penelitian Kualitatif, tujuan melakukan penelitian ini adalah mempelajari
sebuah komunitas masyarakat dan menyimpulkan dalam masyarakat multicultural
yang terdiri dari kelompok masyarakat multi ras dan multi etnik ditemui beberapa
variasi bahasa dalam komunikasi antar budaya.

7
8

Pada peneliti keempat yang bernama Min Jeong Ko BA, Bed. Judul
penelitiannya adalah A Case Study of Intercultural Communication in a
Multicultural Classroom in The Brisbane Metropolitan Area. Beliau menggunakan
metode penelitian kualitatif,tujuan beliau melakukan penelitian ini adalah
mempelajari sebuah kelas dengan pelajar dari bangsa yang berbeda serta
mempelajari komunikasi antar budaya memerlukan pemahaman tentang apa yang
mendefinisikan budaya itu sendiri. Juga menjelaskan arti dan perbedaan dari
komunikasi antar budaya dengan komunikasi lintas budaya. Komunikasi lintas
budaya adalah untuk membandingkan khas budaya yang berbeda untuk memahami
perbedaan-perbedaan yang ada.
Pada Peneliti kelima yang bernama Paulene Naidoo,judul penelitiannya
adalah Intercultural Communication: a Comparative Study of Japanese and South
African Work Practice. Metode penelitian yang digunakan adalah Kualitatif,hasil
dari penelitian ini adalah bahwa banyak bagian dunia menjadi serupa karena
prevalensi media yang mengekspos orang dengan unsur-unsur budaya yang berbeda.
Namun juga jelas bahwa kesalahpahaman masih dapat terjadi ketika individu kurang
memahami perbedaan dalam persepsi dan makna dari pesan.
Pada peneliti keenam yang bernama Melissa Wiryanto,Judul penelitian
adalah Analisis Komunikasi Multikultural Dalam Dunia Kerja di Standard Chartered
Bank Cabang Puri Indah.Beliau menggunakan metode penelitian kualitatif,tujuan
dari melakukan penelitian ini adalah meniliti sebuah ruang lingkup kerja team
marketing di Standard Chartered Bank cabang Puri Indah serta mengetahui keadaan
iklim kerja dan kebudayaan yang beragam dalam lingkup Kerja Standard Chartered
Bank Puri Indah serta menemukan berbagai hambatan serta cara mengatasi berbagai
hambatan yang terjadi selama penelitian berlangsung.
2.1 Penelitian sebelumnya (State of the art)

9
Tabel 2.1 Penelitian sebelumnya (State of the art)

N Keterangan Nama Peneliti I Nama Peneliti II Nama Peneliti III Nama Peneliti IV Nama Peneliti V Nama Peneliti Pada
o Penelitian Ini
Dra. Lusiana Andriana Noro Dinara Maya Min Jeong Ko BA, Paulene Naidoo Melissa Wiryanto
Andriani Lubis, Iswari & Prof. Julijanti Bed
MA Pawito, Ph.D
1 Judul Komunikasi Komunikasi Bahasa Sebagai A Case Study of Intercultural Analisis Komunikasi
Penelitian Antar Budaya Antar Budaya di Medium Intercultural Communication: Multikultural Dalam
Kalangan Komunikasi Antar Communication in a Comparative Dunia Kerja di
Mahasiswa (Studi Budaya a Multicultural Study of Japanese Standard Chartered
Tentang Classroom in The and South African Bank Cabang Puri
Komunikasi Brisbane Work Practice Indah
Antar Budaya di Metropolitan Area
Kalangan
Mahasiswa Etnis
Batak dengan
Mahasiswa Etnis
Jawa di
Universitas
Sebelas Maret

8
10

No Keterangan Nama Peneliti I Nama Peneliti II Nama Peneliti III Nama Peneliti IV Nama Peneliti V Nama Peneliti Pada
Penelitian Ini
Dra. Lusiana Andriana Noro Dinara Maya Min Jeong Ko BA, Paulene Naidoo Melissa Wiryanto
Andriani Lubis, Iswari & Prof. Julijanti Bed
MA Pawito, Ph.D
Surakarta)
2 Metode/Teori Metode Penelitian ini Metode kualitatif. Kualitatif seperti Kualitatif dan Metode kualitatif
Yang kualitatif. bersifat kualitatif hal-nya melakukan kuantitatif
Digunakan yang mana interview. digunakan dalam
mempunyai penelitian ini.
beberapa ciri Dimana peneliti
diantaranya membuat
mempunyai latar pertanyaan
ilmiah, survey terhadap
instrumennya 100 orang dari
adalah manusia kedua etnis.
(peniliti atau
orang lain yang
membantu),
menggunakan
metode kualitatif,
11

No Keterangan Nama Peneliti I Nama Peneliti II Nama Peneliti III Nama Peneliti IV Nama Peneliti V Nama Peneliti Pada
Penelitian Ini
analisis data
secara induktif,
Dra. Lusiana Andriana Noro Dinara Maya Min Jeong Ko BA, Paulene Naidoo Melissa Wiryanto
Andriani Lubis, Iswari & Prof. Julijanti Bed
MA Pawito, Ph.D
teori dari dasar,
deskriptif, dan
desain yang
bersifat
sementara.
3 Subyek Beberapa Mahasiswa etnis Mempelajari Mempelajari Dalam lingkup Meniliti sebuah ruang
Penelitian individu dari Batak dengan sebuah komunitas sebuah kelas ruang kerja lingkup kerja team
berbagai macam mahasiswa etnis masyarakat dengan pelajar dari dengan marketing di
latar belakang Jawa di bangsa yang mempelajari dua Standard Chartered
Universitas berbeda bangsa yaitu Bank cabang Puri
Sebelas Maret Jepang dan South Indah
Surakarta Africa
4 Hasil Penelitian Mengerti dan Mempelajari Menyimpulkan Menegaskan Berdasarkan Mengetahui keadaan
memahami dalam studi kasus dalam masyarakat bahwa analisi dari iklim kerja,serta
12

No Keterangan Nama Peneliti I Nama Peneliti II Nama Peneliti III Nama Peneliti IV Nama Peneliti V Nama Peneliti Pada
Penelitian Ini
tentang dimana hubungan
13

No Keterangan Nama Peneliti I Nama Peneliti II Nama Peneliti III Nama Peneliti IV Nama Peneliti V Nama Peneliti Pada
Penelitian Ini
Dra. Lusiana Andriana Noro Dinara Maya Min Jeong Ko BA, Paulene Naidoo Melissa Wiryanto
Andriani Lubis, Iswari & Prof. Julijanti Bed
MA Pawito, Ph.D
pengertian antar budaya dapat multicultural yang mempelajari penelitian ini kebudayaan yang
komunikasi lintas mempengaruhi terdiri dari kelompok komunikasi antar terbukti bahwa beragam dalam
budaya dari efektivitas masyarakat multi ras budaya memerlukan banyak bagian lingkup Kerja Standard
berbagai sudut komunikasi antar dan multi etnik pemahaman tentang dunia menjadi Chartered Bank Puri
pandang ahlinya; budaya. Juga ditemui beberapa apa yang serupa karena Indah serta
kaitan antara memberikan variasi bahasa dalam mendefinisikan prevalensi media menemukan berbagai
komunikasi dan gambaran komunikasi antar budaya itu sendiri. yang mengekspos hambatan serta cara
kebudayaan, hambatan- budaya. Juga adanya Juga menjelaskan orang dengan unsur- mengatasi berbagai
prinsip-prinsip hambatan yang ada penjelasan teori arti dan perbedaan unsur budaya yang hambatan yang terjadi
komunikasi dalam atau ditemukan faktor-faktor dari komunik berbeda. Namun selama penelitian
penerapan pada dalam studi kasus penghambat berlangsung.
konteks antar penelitian yang
budaya, langkah- dilakukan dalam
langkah untuk proses komunikasi
perbaikan antar budaya.
14

No Keterangan Nama Peneliti I Nama Peneliti II Nama Peneliti III Nama Peneliti IV Nama Peneliti V Nama Peneliti Pada
Penelitian Ini
Dra. Lusiana Andriana Noro Dinara Maya Min Jeong Ko Paulene Naidoo Melissa Wiryanto
Andriani Lubis, Iswari & Prof. Julijanti BA, Bed
MA Pawito, Ph.D
dan peningkatan komunikasi antar asi antar budaya juga jelas bahwa
komunikasi antar budaya. dengan kesalahpahaman
budaya, dan komunikasi lintas masih dapat
implikasi budaya. terjadi ketika
penelitian pada Komunikasi lintas individu kurang
konteks budaya adalah memahami
komunikasi antar untuk perbedaan dalam
budaya. membandingkan persepsi dan
khas budaya yang makna dari pesan.
berbeda untuk
memahami
perbedaan-
15

No Keterangan Nama Peneliti I Nama Peneliti II Nama Peneliti III Nama Peneliti IV Nama Peneliti V Nama Peneliti Pada
Penelitian Ini
Dra. Lusiana Andriana Noro Dinara Maya Min Jeong Ko Paulene Naidoo Melissa Wiryanto
Andriani Lubis, Iswari & Prof. Julijanti BA, Bed
MA Pawito, Ph.D
5 Perbedaan Sebagian besar Hambatan Keterampilan Hambatan Keadaan dan Perbedaan terdapat
masing- hambatan KAB terhadap KAB berkomunikasi terbesar yang tempat yang ada pada kasus
masing lebih banyaknya pada penelitian ini seorang individu ditemukan peniliti harus mendukung permasalahan yang
penelitian diakibatkan oleh lebih cenderung merupakan faktor dalam penilitian individu-individu satu dengan lainnya
kurangnya diakibatkan penting dalam ini adalah yang ada untuk serta perbedaan pada
wawasan perbedaan 2 etinis KAB kemauan dari mampu dan cara mengatasi
seseorang yang mempunyai seorang individu- menciptakan permasalahan
terhadap budaya perbedaan kultur individu yang ada KAB maupun hambatan
lainnya untuk terbuka dan yang terjadi.
menerima
keberagaman
yang ada
16

No Keterangan Nama Peneliti I Nama Peneliti II Nama Peneliti III Nama Peneliti IV Nama Peneliti V Nama Peneliti Pada
Penelitian Ini
Dra. Lusiana Andriana Noro Dinara Maya Min Jeong Ko BA, Paulene Naidoo Melissa Wiryanto
Andriani Lubis, Iswari & Prof. Julijanti Bed
MA Pawito, Ph.D
6 Persamaan Dua saluran Hambatan- Pemahaman Menjadi individu Agar KAB Sama-sama meneliti
masing- komunikasi (antar hambatan yang terhadap variabel yang efektif dalam berjalan efektif mengenai KAB serta
masing pribadi dan media ditemukan dalam kognitif dan KAB adalah pilihan dan dari setiap penelitian
penelitian massa) proses personal yang pribadi individu meminiimalisir memiliki latar
mempengaruhi komunikasi antar dipakai untuk tersebut. hambatan belakang serta
proses dan hasil budaya seperti menerangkan komunikasi pada penggunaan teori
keseluruhan KAB stereotipe, KAB yang efektif individu-individu yang serupa.
keterasingan, terinci pada yang ada, sebuah
ketipastian, beberapa indikator peruhasaan perlu
etnosentrisme, memperhatikan
prasangka, dan beberapa syarat.
relasi.
17

2.2. Teori Umum


Dalam penelitian yang berjudul “AnalisisKomunikasi Multikultural Dalam
Dunia Kerja di Standard Chartered Bank Cabang Puri Indah”, penulis menggunakan
teori-teori yang terkait dengan judul yang dibuat oleh penulis, teori-teori yang terkait
adalah sebagai berikut:

2.2.1. Komunikasi Antar Budaya


Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) tidak sekedar
mata kuliah yang diajarkan pada program studi ilmu komunikasi di
Indonesia,namun komunikasi antarbudaya adalah sebuah kajian yang sangat
relevan dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk.Ciri yang
menandai kemajemukan tersebut adalah adanya keragaman budaya yang
tercermin dari perbedaan adat istiadat,bahasa,suku bangsa (etnis),keyakinan
agama,dan lain-lain. Kemajemukan budaya ini pada satu sisi yang lain
keragaman memiliki potensi bagi terjadinya perpecahan bangsa.
Kesadaran dari setiap orang bahwa adanya perbedaan-perbedaan
sekaligus kesamaan-kesamaan dalam diri masing-masing orang dan
kelompok budayanya merupakan langkah awal untuk meminimalkan perilaku
masyarakat majemuk seperti Indonesia,dialog merupakan pijakan untuk
menghargai keberagaman.Dialog merepresentasikan sebuah bentuk wacana
yang menekankan pada kemampuan mendengarkan dengan tujuan untuk
menumbuhkan saling menghormati dan memahami.Dialog memungkinkan
pihak-pihak yang berkomunikasi menyadari cara-cara yang berbeda ketika
orang menginterpretasikan dan memberikan makna terhadap pengalaman-
pengalaman yang sama.Dialog dipahami sebagai proses transaksional yang
dinamis dengan fokus khusus pada kualitas hubungan antar partisipan
(LittleJohn & Foss,2009:301).
Individu-individu dalam relasi dialogis tidak berusaha memaksakan
pandangan-pandangan mereka satu sama lain.Setiap orang bersedia menerima
orang lain tanpa syarat dan tidak ada keinginan untuk mengubah orang lain.
Menurut Martin Buber dalam pemikirannya tentang Etika Dialogis,mitra
dialogis menunjukkan kesadaran bahwa orang lain itu unik dan semua orang
memiliki genuineness atau authenticity. Setiap orang akan menunjukkan rasa
hormat satu sama lain guna mendorong terciptanya pengembangan bersama.
18

Dialog adalah pusat wacana yang membawa orang bersama-sama dalam


suatu percakapan (LittleJohn & Foss, 2005: 206-207; LittleJohn &Foss,
2009:302).Penghargaan setiap orang terhadap perbedaan latar belakang
budaya inilah yang menciptakan komunikasi antarbudaya yang mindful.
Fungsi Komunikasi Antar Budaya adalah memahami budaya
masyarakat lain merupakan satu hal yang sangat penting dalam membangun
komunikasi yang efektif. Disinilah komunikasi antarbudaya mempunyai
peranan yang sangat besar.
Fungsi pribadi,ada beberapa fungsi yang bisa dikelompokkan dalam
fungsi pribadi ini.Menurut Alo Liliweri dalam bukunya dasar-dasar
komunikasi antarbudaya (2004:36-44),fungsi pribadi tersebut terdiri dari
fungsi-fungsi untuk:
1. Menyatakan identitas sosial
Dalam komunikasi antarbudaya,ada beberapa perilaku individu yang
digunakan untuk menyatakan diri.Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan
berbahasa baik secara verbal maupun non verbal.Dari perilaku berbahasa
itulah orang akan tahu identitas diri atau sosial dari seorang individu.
2. Menyatakan integrasi sosial
Inti dari konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan
antarpribadi,antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan
yang dimiliki oleh setiap unsur.Dalam komunikasi antarbudaya,karena setiap
tindak komunikasi yang dilakukan antara komunikator dan komunikan dari
latar belakang yang berbeda maka selalu melibatkan perbedaan budaya
diantara dua partisipan komunikasi tersebut.Karena ada keterlibatan latar
belakang budaya yang berbeda ini,maka integrasi sosial merupakan tujuan
utama komunikasi.Prinsip utama dalam proses pertukaran pesan dalam
komunikasi antarbudaya adalah: saya memperlakukan anda sebagaimana
budaya anda memperlakukan anda,dan bukan sebagaimana yang saya
kehendaki.Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat
meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.
19

3. Menambah pengetahuan
Latar belakang budaya yang berbeda yang menjadi perbedaan diantara dua
orang partispan dalam komunikasi merupakan sumber pembelajaran diantara
mereka.Akibatnya,komunikasi antarbudaya menambah pengetahuan
bersama,saling mempelajari budaya lain,ketika komunikator dan komunikan
yang berasal dari latar belakang yang berbeda melakukan tindak
komunikasi.Seorang komunikatot akan bertambah pengetahuannya tentang
budaya lain dari komunikan.Begitu juga sebaliknya,seorang komunikan akan
bertambah pengetahuan tentang budaya lain dari komunikator.

4.Melepaskan diri/jalan keluar.


Sebagai mahluk sosial,seringkali seorang individu ketika berkomunikasi
dengan individu yang lainnya mempunyai tujuan untuk melepaskan diri atau
mencari jalan keluar atas masalah yang sedang dihadapinya.

2.2.1.1. Komunikasi antarbudaya yang efektif


Dalam pandangan Gudykunst komunikasi efektif akan terjadi apabila
kesalahpahaman dapat diminimalisasi.Penulis lain menggunakan istilah yang
bervariasi untuk menyatakan ide yang sama yaitu dengan istilah
accuracy,fidelity dan understanding.Gudykunts memberikan contoh tentang
komunikasi yang efektif berdasarkan tindak komunikasi antara presiden dari
Mickelson Pol Quia dan dirinya.Dalam gambaran ini,Gudykunts menjelaskan
bahwa komunikasi yang efektif antara individu-individu yang memiliki latar
belakang budaya yang berbeda bukan diartikan karena terciptanya
keakraban,berbagi kebiasaan yang sama atau bahkan berbicara dengan
jelas.Komunikasi yang efektif digambarkan pada kondisi dimana kedua belah
pihak dapat memprediksikan secara akurat dan menjelaskan perilaku masing-
masing.Komunikasi antarbudaya akan efektif apabila didalam komunikasi
antarbudaya terjadi situasi mindful.Komunikasi antarbudaya yang mindful
akan muncul apabila masing-masing pihak yang terlibat dalam komunikasi
tersebut dapat meminimalkan kesalahpahaman budaya dengan cara merduksi
persepsi yang negatif,perilaku etnosentrisme,prasangka dan stereotipe.Selain
itu,situasi mindful ini juga kan tercapai apabila kedua belah pihak dapat
mengelola kecemasan dan ketidakpastian yang dihadapi.
20

Dalam buku komunikasi organisasi, mindfulness diterjemahkan


sebagai satu bentuk kehati-hatian. Mindfulness ini merupakan
 Salah satu strategi komunikatif yang paling impresif untuk
mengatasi stres adalah strategi kehati-hatian.
 Kehati-hatian adalah seni menerima kehidupan ketika kehidupan
itu datang dan menikmatinya dari saat ke saat.
 Kehati-hatian mendorong kita untuk hidup seolah-olah setiap saat
itu penting,yang berarti bahwa setiap saat itu penting,yang berarti
bahwa setiap saat harus diperhatikan,dijaga,diterima,dan dihargai.

Menurut Buber (dalam Turnomo 2005:64),situasi komunikasi yang


mindful lebih menekankan pada relasi antar individu.Buber mengkontraskan
pada dua tipe relasi : I-It ( Aku - Itu) dan I - Thou (Aku - Engkau)
I - It : memperlakukan orang lain sebagai benda yang digunakan atau objek
yang dimanipulasikan.Seringkali ditutupi dengan ketidakjujuran.
I - Thou : menghormati orang lain sebagai subyek sebagai ciptaan Tuhan
yang berharga.Akan memperlakukan orang lain dengan empati.Dengan
demikian dibutuhkan pengungkapan diri (self disclosure).

Komunikasi budaya tidak akan terjadi dalam konteks yang mindful


apabila setiap partisipan dalam komunikasi itu menempatkan partisipan
lainnya sebagai objek atau benda.Komunikasi antarbudaya akan mindful
apabila memperlakukan orang lain Aku- Engkau.

2.2.2 Diversity In The Workplace


Meningkatnya globalisasi dunia membutuhkan lebih interaksi antara
orang-orang dari beragam budaya, keyakinan, dan latar belakang dari
sebelumnya. Orang tidak lagi hidup dan bekerja di pasar lokal, mereka
sekarang menjadi bagian dari perekonomian dunia dengan persaingan yang
datang dari hampir setiap benua. Untuk alasan ini, profit dan non-profit
organisasi perlu keragaman untuk menjadi lebih kreatif dan terbuka untuk
berubah. Memaksimalkan dan memanfaatkan tempat kerja keragaman telah
menjadi isu penting bagi managemen sekarang ini.
21

Konsep dari diversity (keragaman) sendiri secara umum didefinisikan


sebagai mengakui, mengerti, menerima, menghargai, dan merayakan
perbedaan antara orang-orang sehubungan dengan usia, kelas, etnis, jenis
kelamin, kemampuan fisik dan mental, ras, orientasi seksual, rohani, dan
status dimata publik.
Hal-hal yang dapat membuat adanya keberagaman antar individu:
 Biologi
Biologi membuat orang yang berbeda. Bahkan kembar identik tidak
identik. Tidak ada yang datangdekat untuk menjadi persis
sepertiorang lain. Kulit, bentuk tubuhdan jenis, tekstur rambut, warna
mata, dan sejenisnya membedakan kita. Jenis Kelamin membuat kami
berbeda, juga.Tak hanya ciri-ciri fisik, tetapi hal-halseperti sikap,
keyakinan, dan nilai-nilai juga dipengaruhi oleh jenis kelamin.
 Budaya
Budaya berarti bagaimana orang dibangkitkan untuk menjalani
kehidupan mereka. Cara lain untuk mengatakan ini adalah bahwa
budaya adalah caradi mana orang memecahkan masalah. Budaya
memberitahu kita apa yang masuk akal. Ini mengikat kita bersama.
Hal ini memanifestasikan dirinya dalam apa yang kita lakukan,
danapa yang kita buat, dan apa peristiwa hidup kita merayakan. Ini
memberikan pedoman untuk nilai-nilai, keyakinan, dan perilaku.
Pendekatan yang tidak tepat terhadap individu yang berbeda
 Prejudging
Sebuah prejudging adalah menghakimi seorang individu berdasarkan
informasi yang tidak cukup dan tidak tepat. Misalnya seorang
individu mengalami sebuah kejadian yang menyebabkan traumatis
yang diakibatkan oleh sebuah etnis, maka ketika si individu tersebut
melihat individu lain dengan etnis tersebut maka si individu ini
berasumsi atau prejudging bahwa individu lain ini berbahaya atau
akan melakukan hal yang jahat terhadap dia.
 Stereotype
Sebuah stereotip adalah pernyataan tidak fleksibel diterapkan untuk
22

semua anggota kelompok. Stereotype adalah generalisasi berdasarkan


satu pengalaman yang terbatas sendiri dengan anggota kelompok.

2.2.3. Komunikasi Verbal dan Non-verbal


2.2.3.1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan
komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis atau lisan. Komunikasi
verbal menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau
keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang non-verbal.
Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maupun pembaca) bisa lebih
mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan. Beberapa faktor yang
menjadi penyebab muncul ketidakpastian dalam komunikasi antarbudaya
yang disebabkan oleh komunikasi verbal adalah keragaman bahasa daerah
yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.Bangsa Indonesia yang sangat kaya
akan budaya,ditambah dengan keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh
setiap daerah,membuat setiap daerah memiliki bahasa daerah sendiri-
sendiri.Karena setiap daerah memiliki budaya dan bahasa sendiri-sendiri
akhirnya menimbulkan keragaman dan perbedaan budaya dan
bahasa.Perbedaan ini seringkali membawa akibat terhadap perbedaan makna
dalam satu kosa kata yang digunakan. Sehingga tidak mengherankan apabila
terdapat kata-kata yang berbeda, tetapi justru diberi makna secara sama.
Aturan dalam komunikasi verbal adalah suatu petunjuk,ketentuan,atau
persyaratan.Beberapa aturan adalah jelas dan eksplisit,seperti aturan lalu
lintas atau persyaratan untuk keanggotaan dalam kelompok formal atau
organisasi.Aturan lainnya bersifat implisit dan halus, seperti etiket tenis atau
norma informal dan praktik yang diharapkan dari anggota kelompok atau
organisasi.Aturan percakapan sebagian dasarnya adalah implisit dan halus
dan juga membimbing perilaku kita dalam interaksi verbal.Peraturan itu
menjelaskan bagaimana seseorang menjadi harus hendaknya atau tidak
semestinya bersikap tertentu dalam interaksi dengan orang lain.Aturan
percakapan memfasilitasi upaya kerja sama,membantu mengatur struktur dan
interaksi,memberikan dasar untuk memprediksi pola komunikasi dan
membimbing kita dalam menafsirkan tindakan orang lain.
23

Para ahli komunikasi telah mengidentifikasi sejumlah aturan yang


membantu perilaku kita dalam percakapan.Kita dapat mengelompokkan
aturan-aturan ini ke dalam kategori berikut:
 Cooperativeness (kesediaan kerja sama)
Tanpa beberapa tingkat kesediaan kerja sama dan kemauan untuk
melakukan interaksi,percakapan adalah mustahil.H. Paul Grice
kontributor penting untuk pemahaman kita tentang aturan
percakapan menyebut aturan umum percakapan ini sebagai
cooperative-principle atau prinsip bekerja sama yang dengan
prinsip ini akan mengalirkan dalil-dalil kerja sama yang lain.
- Jangan mengemukakan yang sudah jelas atau menyatakan
kembali apa yang orang lain sudah tahu.
- Jangan berlebih-jangan bicara terlalu banyak.
- Buatlah komentar anda relevan dengan topic pembicaraan.
 Informativeness (kesediaan informatif). Percakapan juga biasanya
melibatkan komitmen untuk saling memberi informasi :
- Jangan sengaja menyesatkan atau mengatakan sesuatu
yang anda percaya adalah palsu.
- Jangan membesar-besarkan atau mengatakan lebih dari
yang ada tahu.
- Jangan menahan atau mengatakan kurang dari yang anda
tahu.
 Responsiveness (kesediaan menanggapi).
Kewajiban untuk meyadari dan mengakomodasi kebutuhan para
peserta interaksi membuat kita harus menyimpulkan dan
menanggapi pengetahuan dan keyakinan orang lain,menanggapi
pertanyaan dan permintaan informasi menggunakan cara dan nada
yang mempertimbangkan kebutuhan rekan interaksi,berbicara
dengan jelas,sopan,dan menghindari bualan yang berlebihan atau
promosi diri.
 Interactiveness (kesediaan berinteraksi).Kesediaan berinteraksi
juga mengacu pada ketentuan yang mengatur tata
24

percakapan.Komitmen ini harus dilaksanakan dalam urutan dari


ritual-ritual percakapan meliputi:
- Memulai interaksi.
Memulai percakapan dan atau menanggapi inisiatif
percakapan orang lain. Jika misalnya saya katakan:
“bagaimana kabarmu?” bersama kalimat tersebut ada harapan
anda akan berpartisipasi dalam ritual inisiasi dengan
merespons dan akan melakukannya sesuai kebiasaan “baik dan
kamu?”
- Membangun agenda percakapan.
Berpartisipasi dalam proses menetapkan agenda untuk diskusi
seperti dalam rapat.Jika misalnya,saya mengatakan saya kira
topik utama diskusi kita hari ini adalah cara memperbaharui
iklan kita adalah harapan bahwa anda akan setuju dengan
agenda ini dan mengikuti diskusi topik ini secara terarah ,atau
jika tidak setujun dengan agenda pembicaraan ini,anda harus
mengajukan alternatif agenda lainnya.
- Bergiliran bicara sepanjang diskusi berlangsung.
Adakalanya aturan ini disebut juga sebagai manajemen
interkasi.Ini adalah harapan bahwa orang akan mengambil
giliran bicara selama diskusi berlangsung,menghindari
memonopoli diskusi dan menolak tidak berpartisipasi.
- Pergantian Topik.
Mengubah topic dan atau menanggapi perubahan topik orang
lain.Harapannya adalah bahwa perubahan topic yang diajukan
akan disetujui atau dinegosiasikan secara eksplisit,bukan
paksaan sepihak.Jika anda tengah antusias mendeskripsikan
perjalanan ke Eropa baru-baru ini,diharapkan bahwa orang
lain tidak akan menyela pernyataan anda dan mulai berbicara
tentang kursus yang ia rencanakan untuk diambil.Aturan ini
menghendaki orang lain untuk bekerja sama untuk
menghasilkan perpindahan topik secara bertahap alami atau
menunggu sampai jeda alami untuk menjadikannya
kesempatan mengajukan pergantian topic.Dengan
25

demikian,mungkin ia akan mengatakan “cerita tentang


perjalanan anda mengingatkan saya pada sebuah kursus baru
saat anda sedang pergi”.Saya benar-benar ingin memberitahu
anda tentang hal itu; kursus itu amat menarik.
- Penutup.
Mengakhiri percakapan dan menganggapi inisiatif penutupan
pembicaraan dari orang lain-kadang disebut perpisahan.
Harapannya adalah bahwa seseorang tidak akan bangkit dan
berjalan pergi saat anda tengah berbicara tentang perjalanan
anda.Seperti saat pembukaan percakapan,ada sejumlah ritual
dan konvensi terkait penutupan.Dengan demikian,sebuah
penutupan seperti ‘oke’, ‘hati-hati ya’, dan sebuah respons
seperti ‘ya’, ‘sama-sama’ adalah isyarat keinginan inisiator
untuk mengakhiri percakapan dan menggunakan cara standar
untuk menangani kemungkinan terjadinya ketidakjelasan dan
keadaan menjadi canggung.
 Conformance (kesediaan menyesuaikan diri).Aturan conformance
menunjuk kepada kewajiban kita untuk mematuhi aturan-aturan
percakapan atau memberikan penjelasan-penjelasan ketika
pelanggaran terjadi.Harapannya adalah bahwa kita akan mengikuti
aturan percakapan.Jika pelanggaran terjadi sering diikuti oleh
konsekuensi-konsekuensi negative.Konsekuensi negative yang
mungkin terjadi meliputi: frustasi,kesalahpahaman,hilangnya
kepercayaan atau keramahan persahabatan,atau reinterpretasi dari
nilai dan tujuan percakapan dengan satu atau lebih pihak yang
terlibat.
Ada sejumlah keadaan dimana kita melanggar aturan.Kita mungkin
mengubah topik secara tiba-tiba,bangun untuk meninggalkan percakapan
yang sedang berlangsung,membesar-besarkan atau mengecilkan atau
mengatakan hal yang tidak kita inginkan.Mungkin ada alasan yang baik untuk
tindakan ini; ketika terjadi pelanggaran peraturan,kita diharapkan untuk
menjelaskan alasan pelanggaran.Misalnya,ketika anda harus mengganggu
atau ke luar percakapan secara tiba-tiba; penjelasan bahwa anda sedang
26

terlambat masuk kelas dirangkai dengan permintaan maaf akan membantu


munculnya suasana maklum atas pelanggaran yang terjadi.
Salah satu contoh yang paling mencolok dari pelanggaran peraturan
yang terjadi ketika salah satu rekanan interaksi secara sengaja melakukan
penipuan.Dalam keadaan demikian,aturan kesediaan untuk informative dan
aplikasinya menjadi tindakan berbagi informasi telah dirusak.Ketika semua
peraturan lainnya diikuti,upaya untuk menipu mungkin cukup berhasil.
Sebagai contoh,kita menyadari bahwa kita benar-benar terbujuk oleh seorang
tenaga penjualan dengan cara-cara yang kooperatif,responsive, dan interaktif
bahkan ketika beberapa informasi tentang produk yang ditawarkannya adalah
tidak benar. Salah satu alasan kenapa ini terjadi,kita sering lebih mampu
menilai secara akurat kepada suatu percakapan karena percakapan itu sesuai
aturan dan bukan berdasar benar atau tidaknya isi percakapan.Jika penipuan
terdeteksi,kemungkinannya memberikan dampak besar pada percakapan dan
makna yang dihasilkan.Konsekuensi dari upaya penipuan akan tergantung
pada topik dan sifat hubungan diantara pelaku interaksi dan situasi.
Dalam situasi tertentu,seseorang mungkin mengatakan hal-hal yang
tidak benar tetapi tanpa tujuan penipuan.Sebagai contoh, kita dapat
mengatakan “gaun itu tampak bagus sekali baginya” tetapi jika kita sedang
sarastik dan pesan kita tidak bermaksud untuk dimengerti secara harfiah,kita
dapat menunjukkan ini melalui nada suara atau ekspresi wajah.
Aturan dan pentingnya pelanggran peraturan bergantung pada banyak
situasi atau keadaan.Harapan kita mungkin berbeda tergantung pada apakah
kita berbicara dengan teman akrab atau orang asing,anak-anak maupun orang
dewasa,teman sejenis atau lawan jenis,salesman atau biarawan,satu orang
lain atau beberapa orang lain.Karena itu,perbedaan keadaan,gender,etnis,ras,
dan budaya semua mungkin memiliki dampak pada tata cara percakapan.
Hal lain yang terkait dengan komunikasi verbal dan sangat
mempengaruhi dalam komunikasi antarbudaya adalah dialek, logat,
aksen,intonasi,kecepatan bicara, dan volume (keras ato lemahnya) merupakan
perbedaan yang seringkali muncul dalam komunikasi antarbudaya,selain
kosakata yang digunakan.
Contoh komunikasi verbal dapat melalui lisan dapat dilakukan dengan
menggunakan media, contoh seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon.
27

Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak


langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian
informasi dilakukan dengan menggunakan berupa media surat, lukisan,
gambar, grafik, dan lain-lain.

2.2.3.2. Komunikasi Non-verbal


Komunikasi non-verbal menempati porsi penting. Banyak komunikasi
verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan
komunikasi non-verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui
komunikasi non-verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai
suatu kesimpulan tentang berbagai macam persaan orang, baik rasa senang,
benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan
dunia bisnis, komunikasi non-verbal bisa membantu komunikator untuk lebih
memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan
saat menerima pesan.Analisis dalam komunikasi antarbudaya juga
menitikberatkan pada komunikasi non-verbal dan paralinguistik (aspek-
aspek,intonasi,suara,bunyi,diksi,gumaman, maupun komunikasi non-verbal
lainnya).Kajian ini penting karena komunikasi non-verbal dan paralinguistik
sangat mempengaruhi dalam komunikasi antar budaya. Andrik Purwasito
(2003:210) mengatakan bahwa bahasa non-verbal biasanya lebih berhasil
dalam tindak komunikasi dengan perbandingan 10% kemampuan diterima
oleh komunikan karena faktor pendengaran, 30% karena faktor suara
sedangkan 60% disebabkan oleh adanya factor non-verbal. Fakta ini
menunjukkan bahwa komunikasi non-verbal mempunyai peranan yang sangat
penting dalam komunikasi antarbudaya.
Analisis untuk tanda-tanda serta simbol-simbol yang digunakan dalam
komunikasi non-verbal merupakan satu hal yang sangat penting karena
faktanya komunikasi non-verbal begitu kompleks sehingga tidak mudah bagi
setiap orang untuk mengerti dan memahami makna pesan dari setiap simbol
dan tanda yang disampaikan dalam komunikasi non-verbal.
Dalam konteks ini De Vito (2011:193) mengatakan,pada saat kita
mempelajari komunikasi non-verbal, seharusnya kita harus mempunyai
tujuan yang realistis.Ada 3 tujuan yang terkait dengan fungsi komuniksi non-
verbal. Pertama, kita berusaha meningkatkan pemahaman kita mengenai sifat
28

dan fungsi komunikasi non-verbal.Kedua,kita berusaha meningkatkan


pemahaman kita terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain sebagai
komunikator non-verbal.Ketiga,kita berusaha meningkatkan kemampuan kita
untuk berkomunikasi secara lebih efektif sebagai pengirim dan penerima
pesan-pesan non-verbal.
Bentuk komunikasi non-verbal sendiri di antaranya adalah bahasa
isyarat, ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian seragam, warna, dan
intonasi suara.
Contoh komunikasi non-verbal secara umum:
a. Sentuhan
Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan,
berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-
lain.
b. Gerakan-tubuh
Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi
kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh
biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase,
misalnya mengangguk untuk mengatakan ya untuk mengilustrasikan
atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan.
c. Vokalik
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu
ucapan, yaitu cara berbicara. Contohnya adalah nada bicara, nada
suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara,
intonasi, dan lain-lain.
d. Kronemik
Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam
komunikasi non-verbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi
nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas,
banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka
waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).

2.2.4. Listening in a multilingual word


Mendengarkanmerupakan bagian integral dari proses komunikasi.
Berapa banyak dari kitabenar-benar mendengarkan? Berapa kaliseseorang
29

berkata kepada Anda, "Kau tidak mendengarkan aku, kan?".Salah satu alasan
kita tidak mengembangkan keterampilan mendengarkan adalah karena
budaya kita yang bergerak sangat cepat yang menyebabkan individu
sepertinya tidakpunya waktu untuk mendengarkan, menjadi terlalu sibuk
berbicara, dan jikasi individu tidak berbicara, maka individu yang lain
merumuskan apa yang akan dikatakan oleh individu itu selanjutnya.
Mendengar adalah proses pasif dan fisik mendengarkan. Terkadang
seorang individu mungkin mendengarakan tapi tidak memahami makna yang
sedang dibicarakan. Mendengar hanya terjadi ketika pesan yang diucapkan
membuat getaran pada gendang telinga si pendengar dan mengirimkan sinyal
ke otak manusia.
Tahapan seseorang mendengar dan mendapatkan arti pesan yang
disampaikan berdasarkan informasi yang diterima berdasarkan struktural
sehingga tidak membuat bingung si pendengar.
Juga seorang pendengar mampu mendapatkan pesan yang
disampaikan adalah kemampuan mendengarkan secara kritikal dan untuk
memusyawarahkan apa yang dikatakan dengan menjelajahi logika, alasan,
dan sudut pandang si pembicara. Hanya ketika si pendengar mencapai tahap
mendengerkan secara kritikal maka dapat memulai merefleksikan kredibilitas
pembicara, pesan, dan motivasi di balik pembicaraan.
Selain itu adanya “Self-reflexive listening”; dimana si pendengar
mendengerkan apa yang dibicarakan oleh pembicara yang berlaku untuk
kehidupan si pendengar. Dengan merenungkan apa yang dikatakan dan
bagaimana hal itu akan mempengaruhi si pendengar, si pendengar akan
mendengarkan secara sadar. Ketika si pendengar mendegarkan secara “self-
reflesive listening”, si pendengar akan mendapatkan pesan yang tersampaikan
seperti hal-hal yang mencermikan identitas si pendengar di tempat kerja,
tujuan pribadi si pendengar, pemahaman si pendengar tentang isu atau
masalah dan juga kepekaan si pendengar terhadap kebutuhan orang lain.
Ketika semua pendengar yang ada pada sebuah perkumpulan saling
komunikasi mendengarkan secara sadar, maka semua semua mitra
komunikasi yang terlibat merefleksikan bagaimana pembicaraan yang terjadi
bisa mempengaruhi keseluruhan kelompok, tim, atau perusahaan.
30

2.2.5. Menjelajahi Komunikasi Interpersonal


Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang mempunyai efek
yang besar dalam hal memepengaruhi orang lain terutama per-individu. Hal
ini disebabkan, biasanyapihak yang terlibat dalam komunikasi bertemu secara
langsung, tidak menggunakan mediadalam penyampaian pesannya sehingga
tidak ada jarak yang memisahkan antarakomunikator dengan komunikan.
Impresi pertama terhadap seorang individu berdasarkan fisik dan
tingkah laku yang berdasarkan kategori orang tersebut. Kategori-kategori ini
adalah orang prototipe. Contohnya adalah mahasiswa, dosen, politikus, dan
lain-lain.
Juga impresi terhadap seseorang dapat diwakili oleh pola dasar orang
dan definisi peran orang tersebut atau disebut sebagai kategori kontruksi
pribadi. Dimana impresi terhadap orang tersebut berdasarkan penilaian
kebiasaan komunikasi pribadi individu tersebut dan perilakunya. Misalnya, si
pembicara menilai si pendengar sebagai orang yang susah berubah atau easy
going, sebagai rapi dan bersih atau ceroboh, sebagai baik atau jahat. Tetap hal
yang penting untuk yang diingat tentang konstruksi pribadi adalah bahwa
kontruksi ini adalah preferensi pribadi seorang individu terhadap individu
yang lain.
Ada hal yang bisa dilakukan oleh sebuah individu untuk membuat
komunikasi interpersonal menjadi baik secara impresi pertama, yaitu
berperilaku sesuai naskah atau rencana. Namun berperilaku seperti ini
menyangkal individu tersebut untuk mempunyai kesempatan untuk menjadi
kreatif, berekspresi unik, dan bersifat apa adanya sesuai karakter individu
tersebut. Hal-hal seperti berjabat tangan, senyum pada pertemuan pertama,
dan sebagainya merupakan perilaku yang sudah terencana untuk membuat
kesan pertama menjadi baik.

2.2.6. Face Negotiation Theory


Negosiasi wajah teori pertama adalah teori postulated oleh Stella
Ting-Toomey pada tahun untuk menjelaskan bagaimana mengelola konflik
budaya yang berbeda dalam berkomunikasi. Pada dasarnya teori menjelaskan
bahwa akar konflik berdasarkan identitas manajemen pada tingkat individu
dan budaya.
31

Dalam teori ini memiliki model pengelolaan konflik yang ada yakni:
 Avoiding (penghindaran).
Dimana akan menghindari diskusi perbedaan-perbedaan dengan anggota
kelompok.
 Obliging (keharusan).
Dimana akan menyerahkan kepada kekebijakan anggota kelompok.
 Compromising.
Menggunakan,memberi dan menerima sedemikian,sehingga suatu
kompromi bisa dibuat.
 Dominating.
Memastikan penanganan isu sesuai kehendak diri sendiri.
 Integrating.
Menukar informasi akurat dengan anggota kelompok untuk memecahkan
masalah bersama-sama.
Asumsi teori ini beranggapan bahwa budaya memiliki dampak yang
signifikan pada orang berkomunikasi dan mengelola konflik dengan masing-
masing individu dan antar kelompok.Budaya rangka menyediakan referensi
bagi individu dan kelompok interaksi karena terdiri dari nilai, norma,
kepercayaan, dan tradisi yang memainkan peranan besar dalam bagaimana
seseorang atau sekelompok mengidentifikasi diri. Dr.Ting Tooney
menyatakan bahwa konflik dapat berasal dari salah satu langsung peraduan
kepercayaan budaya dan nilai-nilai atau sebagai akibat dari menyalah-
aplikasikan harapan tertentu dan standar perilaku untuk suatu situasi.Face
Negosiasi Teori mengidentifikasi tiga tujuan masalah konflik yang akan
ditawarkan meliputi: konten,penghubung,dan identitas.
Isu adalah tujuan konflik eksternal masalah yang berpendapat seorang
individu dalam hal tinggi. Relational konflik tujuan seperti namanya lihat
bagaimana menentukan individu atau ideal akan menentukan hubungan
mereka dengan anggota lainnya dalam situasi konflik. Akhirnya identitas
berbasis tujuan melibatkan isu identitas konfirmasi,menghormati,dan
persetujuan dari konflik anggota. Ini memiliki tujuan terkait dengan budaya
dan mereka yang paling langsung berhubungan dengan identitas wajah
menyimpan masalah.
32

Dr.Ting Toomey menjelaskan konsep wajah sebagai identitas diri dan


manajemen identitas-pertimbangan lain diluar individu konflik episode.Faces
public adalah gambar seorang individu atau kelompok masyarakat dimana
mereka melihat dan menilai berdasarkan budaya dan norma-norma nilai.Ini
adalah pertimbangan utama dalam manajemen konflik.Affectively,ketika
seseorang menghadapi terancam akan mendapat respons yang emosional dari
beberapa derajat.Pada tingkat Kognitif,menghadapi ancaman diukur
berdasarkan seberapa jauh derajat yang mengancam tindakan diverges dari
norma budaya dan perilaku.Sudut perbedaan dari perilaku normative akan
memperoleh berbagai facework perilaku.Face Work merujuk kepada
kemampuan komunikasi yang digunakan untuk menegakkan dan mengatur
wajah.Wajah dan Face work merupakan bagian dari kehidupan sehari-
hari,tetapi bingkai referensi tentang bagaimana mengelola satu wajah
individual dan budaya pada tingkat apa Face Teori Negosiasi akan mencoba
menangkap.
Untuk yang mana,teori ini memiliki 6 asumsi:
 Komunikasi disemua budaya didasarkan pada menjaga wajah dan
negosiasi.
 Wajah yang bermasalah ketika identitas adalah pertanggungjawaban.
 Perbedaan individualis vs collectivitistic besar dan kecil
dibandingkan dengan daya jarak budaya profoundly bentuk wajah
manejemen.
 Individualis budaya sendiri lebih berorientasi facework, collectivistic
dan budaya lainnya lebih berorientasi facework.
 Kecil daya jarak budaya yang lebih individu yang sama kerangka
kerja, sedangkan daya besar jarak budaya lebih suka kerangka
hierarkis.
 Kompetensi dalam komunikasi adalah puncak pengetahuan dan
mindfulness.

Philipsen (dalam Griffin, 2004) mendeskripsikan budaya sebagai suatu


konstruksi sosial dan pola symbol,makna-makna,pendapat,dan aturan-aturan
yang dipancarkan secara mensejarah. Pada dasarnya budaya adalah suatu
33

kode. Terdapat empat dimensi krusial yang dapat untuk memperbandingkan


budaya-budaya, yaitu:
a. Jarak kekuasaan
b. Maskulinitas
c. Penghindaran ketidakpastian
d. Individualisme

Berkenaan dengan pembahasan komunikasi antar budaya,Griffin


(2004) menyadur Teori Face Negotiation.Teori yang dipublikasikan Stella
Ting Toomey ini membantu menjelaskan perbedaan-perbedaan budaya dalam
merespon konflik.Ting Toomey berasumsi bahwa orang-orang dalam setiap
budaya akan selalu Negotiating Face. Istilah itu adalah metaphor citra diri
public kita,cara kita menginginkan orang lain melihat dan memperlakukan
diri kita.Face work merujuk pada pesan verbal dan non-verbal yang
membantu menjaga dan menyimpan rasa malu dan menegakkan muka
terhormat.Identitas kita dapat selalu dipertanyakan dan kecemasan serta
ketidakpastian yang digerakkan oleh konflik yang membuat kita tidak
berdaya atau harus terima.Postulat teori ini adalah face work orang-orang dari
budaya individu akan berbeda dengan budaya kolektivis.Ketika facework
adalah berbeda,gaya penanganan konflik juga beragam.Terdapat tiga
perbedaan penting diantara budaya individualis dan budaya
kolektivis.Perbedaan-perbedaan itu adalah dalam cara mendefinisikan
diri,tujuan-tujuan, dan kewajiban.

Tabel 2.2.5 Face Negotiation Theory


Konsep Budaya Individualis Budaya Kolektivitis
Diri Sebagai dirinya sendiri Sebagai bagian kelompok
Tujuan Tujuan diperuntukkan Tujuan diperuntukkan
kepada pencapaian kepada pencapaian
kebutuhan diri kebutuhan kelompok
Kewajiban Melayani diri sendiri Melayani kelompok/orang
lain

2.3 Kerangka Pemikiran


34

Diversity In The Face Negotiation Komunikasi


Work Place Theory Antar Budaya
1.Arti Budaya 1. Avoiding 1. Arti Komunikasi
2.Prejudging 2. Obliging Antar Budaya.
3.Stereotype 3. Compromissing 2. Fungsinya
4. Dominating 3. Komunikasi
5. Integrating Antarbudaya yang
efektif.

Analisis
Komunikasi
Multikultural
Dalam Dunia Kerja
Di Standard
Chartered Bank
Cabang Puri Indah.

Listening In Menjelajahi Komunikasi


Multilingual Komunikasi Verbal dan Non
Words Interpersonal verbal
1.Tahapan 1. Arti Komunikasi 1.Arti Komunikasi
mendengarkan Interpersonal Verbal beserta
2.Self reflexive 2. Contoh contohnya
Listening Komunikasi 2.ArtiKomunikasi
Interpersonal Non Verbal beserta
contohnya.

Anda mungkin juga menyukai