Tugas Lo 1 Blok 3
Tugas Lo 1 Blok 3
SKENARIO 2
DISUSUN OLEH :
NAMA : ARIQ MUHAMMAD GAFFAR
STAMBUK : N101 18 115
KELOMPOK :9
1. CAIRAN INFUS YANG DIBERIKAN PADA BAYI YANG SINOSIS, FUNGSI CAIRAN DAN
NAMA OPERASI
JAWAB :
pasien tidak dapat menelan air liur dan ASI dari ibu, kemudian pasien
disiapkan untuk operasi pembuatan saluran keluar air liur di leher
(esophagostomy) dan pembuatan saluran untuk masuk makanan lewat
selang dinding perut (gastrotomy). Kelainan kongenital lain tidak ada. Pasien
merupakan anak ke 2, lahir cukup bulan dengan berat badan lahir 3100 gram,
spontan, ditolong bidan langsung menangis.
Sumber :
Rifki, M., Syamun, R., Efendi. 2019. Interposisi Colon Retrosternal dan
Esofagoplasty Pada Pasien Atresia Esophagus Tipe A Long Gap. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2019; 8(Supplement 1). Viewed on 21 november 2019. From
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/935/827
3. EPIDEMIOLOGI 3 E !
JAWAB:
Fistula trakheoesofagus merupakan kelainan kongenital yang
terjadi sekitar 1 dalam 4000 kelahiran hidup, lebih dari 85 % disertai
dengan atresia oesofagus. Cacat bawaan dari sudut anatomis disebabkan
oleh perkembangan embrio yang abnormal oleh karena adanya fistula
esofagus membentuk tracheoesofageal fistel. Perbaikan dari segi
pembedahan adalah pengobatan definitif untuk kelainan ini. Pembedahan
umumnya dilakukan dalam waktu 24 hingga 72 jam pada neonatus sehat.
Keterlambatan dalam melakukan koreksi atresia oesophagus dapat
meningkatkan resiko aspirasi.Berdasarkan hasil penelitian sekitar 70 %
kebanyakan bayi yang mengalaminya, memiliki paling tidak satu
abnormalitas lain. Hampir 20 – 25 % disertai dengan penyakit jantung
bawaan, meliputi ventricular septal defect, patent ductus arteriosus,
tetralogy of fallot, atrial septal defect, atrioventricular canal, coartasio
aorta dan arcus aorta.
Etiologi atresia esofagus merupakan multifaktorial dan masih
belum diketahui dengan jelas. Adanya hubungan atresia esofagus dengan
berbagai kelainan bawaan lainnya, menunjukkan bahwa lesi ini terjadi
akibat adanya gangguan dalam embriogenesis, yang penyebab pastinya
belum
Sumber:
Lubis, and H. Arifin, "Penatalaksanaan Anestesi pada Koreksi Atresia Esophagus
dan Atresia Esofagus,"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia), vol. 5, no. 3, pp. 217-
224, Nov. 2019. https://doi.org/10.14710/jai.v5i3.6312
5. PROGNOSIS KASUS !
JAWAB:
6. EDUKASI KE KELUARGA !
JAWAB:
Pasca operasi pasien di ventilasi selaa 5 hari. Suction harus dilakukan secara
rutin. Selang cateter untun suction harus ditandai agar tidak masuk terlalu dalam
dan mengenai bekas operasi dan tempat anastomosis agar tidak menimbulkan
kerusakan. Setalah hari ketiga bis dimasukkan NGT untuk pemberian makanan.
Pemberian minum baik oral maupun intral merupakan kontraindikasi mutlak untuk
bayi ini. Sebaiknya ditidurkan dengan posisi prone atau telenkup, dengan posisi
kepala 30 derajat lebih tinggi. Dilakukan pengisapan lendir secara berkala, sebaiknya
dipasang sonde nasogastric untuk mengosongkan the blind end pouch. Bila perlu di
berrikan dot agar tidak gelisa atau menanggis berkepanjangan.
Sumber:
Lubis,F,A., Arifin,H. 2015. PENATALAKSANAAN ANASTESI PADA KOREKSI ATRESIA
ESOFAGUS. Jurnal Anatesiologi Indonesia. Vol 5(3). Viewd on 22 november 2019.
From:https://ejournal.undip.ac.id