Anda di halaman 1dari 23

SEMINAR KELAS

MATA KULIAH ORGANISASI DAN MANAJEMEN


PELAYANAN KEBIDANAN
“Kebijakan Pemerintah Terkait Wewenang Bidan dalam JKN”

PEMBIMBING:
Sugijati, SST, M.Kes

Disusun Oleh:
Mega Yulia Citra (P17-001) Silva Maulina (P17-012)
Mega sylviana D (P17-002) Ina Indriana (P17-013)
Candrika Eka P (P17-003) Adenin dwi P (P17-015)
Firdha Amaliatus S (P17-004) Al Alief Banat A (P17-017)
Rahmawati (P17-005) Chatarina Purnama (P17-020)
Tanti Krusita D (P17-007) Ningmas Arka A (P17-021)
Ismi Ramadani A (P17-008) Nur Mufidah A (P17-022)
Septi Permatasari (P17-009) Rika Avkarina H (P17-023)
Ghora Vira K (P17-010)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
JEMBER
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan seminar kelas ini yang berjudul “Kebijakan Pemerintah Terkait
Kewenangan Bidan dalam JKN “ dalam bentuk maupun isinya yang sederhana.
Semoga makalah seminar kelas ini memberikan manfaat bagi pembacanya.

Ucapan terima kasih selalu kami haturkan kepada :


1. Ibu Sugijati,SST,M.Kes
2. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan penyusunan
makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini membantu manambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah seminar kelas ini kedepannya sehingga dapat lebih baik.
Makalah seminar kelas ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan
kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun.

Jember, 10 Februari 2020

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................2
DAFTAR ISI ..................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................4


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian JKN...............................................................................6


2.2 Peran Bidan dalam Pelayanan JKN................................................7
2.3 Tugas dan Tanggungjawab Bidan dalam Pelayanan JKN..............10
2.4 Manfaat Pelayanan Kebidanan dan Neonatal dalam JKN..............11
2.5 Tantangan Bidan dalam Berjejaring dengan BPJS.........................13
2.6 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama JKN.....................................14

BAB 3 STUDI KASUS

3.1 Studi Kasus Permasalahan Program JKN di Masyarakat..............19


BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan terkait dengan Permasalahan Program JKN………20

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan…………………………………………………….22

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar.
Berdasarkan hasil sensus tahun 2010 menunjukkan hasil 238,5 juta jiwa.
Jumlah penduduk indonesia pada tahun 2035 diproyeksikan menjadi 305,6
juta jiwa sedangkan umur harapan hidup menjadi 72,2 pada tahun 2030.
Kepersertaan penduduk indonesia yang memiliki jaminan kesehatan
adalah 131 juta jiwa pada tahun 2015 berarti sekitar 55% dari total
masyarakat indonesia, sementara dalam undang-undang republik Indonesia
nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional dinyatakan
bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju
terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Dengan
demikian perlu langkah strategis dalam upaya meningkatkan kepersertaan
masyarakat karena dengan jumlah penduduk yang besar serta umur harapan
hidup yang meningkat jika tidak diimbangi dengan kesiapan dalam
menghadapi berbagai permasalahan pada masa lansia termasuk penyakit
degeneratif akan menambah beban bagi negara serta bagi keluarganya jika
mereka tidak produktif.
Jumlah bidan saat ini yang sekitar 250.000 sebenarnya telah sesuai
dengan jumlah penduduk yang ada, dengan demikian penting sekali untuk
mengoptimakan peran bidan tersebut dalam upaya pemanfaatan jaminan
kesehatan oleh masyarakat. Peran bidan penting dalam upaya pemanfaatan
jaminan kesehatan oleh masyarakat, karena bidan merupakan profesi yang
strategis dalam menyampaikan peran langsung kepada masyarakat sesuai
dengan ruang lingkup praktiknya yang memberikan asuhan kepada wanita
dalam setiap siklus kehidupannya. Setiap kali bidan memberikan pelayanan
kepada wanita secara langsung dapat dijelaskan tentang pentingnya JKN.

4
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian JKN?
2. Bagaimana peran bidan dalam pelayanan JKN?
3. Bagaimana tugas dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan JKN?
4. Apa manfaat pelayanan kebidanan dan neonatal dalam JKN ?
5. Apa tantangan bidan dalam berjejaring dengan BPJS?
6. Bagaimana fasilitas kesehatan tingkat pertama JKN?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu :
1. Untuk menjelaskan pengertian JKN.
2. Untuk menjelaskan peran bidan dalam pelayanan JKN.
3. Untuk menjelaskan tugas dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan JKN.
4. Untuk menjelaskan manfaat pelayanan kebidanan dan neonatal dalam JKN.
5. Untuk menjelaskan tantangan bidan dalam berjejaring dengan BPJS.
6. Untuk menjelaskan fasilitas kesehatan tingkat pertama JKN.

1.4 Manfaat
Adapun Manfaat dalam makalah ini yaitu :
1. Dapat lebih mengerti pengertian JKN.
2. Dapat lebih memahami peran bidan dalam pelayanan JKN.
3. Dapat lebih mengerti dan memahami tugas dan tanggung jawab bidan
dalam pelayanan JKN.
4. Dapat lebih mengerti manfaat pelayanan kebidanan dan neonatal dalam
JKN.
5. Dapat mengetahui tantangan bidan dalam berjejaring dengan BPJS.
6. Dapat mengetahui fasilitas kesehatan tingkat pertama JKN.

5
BAB 2
KONSEP TEORI

2.1 Pengertian JKN


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory)
berdasarakan Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak
yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibaya oleh pemerintah.
Di dalam Naskah Akademik UU SJSN tahun 2004 disebutkan bahwa
Program Jaminan Kesehatan Nasional, disingkat Program JKN, adalah suatu
program pemerintah dan masyarakat dengan tujuan memberikan kepastian
jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar
penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera. UU No. 40
Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) tidak
menetapkan definisi atau pengertian JKN dalam salah satu ayat atau pasalnya.
Dengan merangkai beberapa pasal dan ayat yang mengatur tentang program
jaminan sosial, manfaat, tujuan dan tatalaksananya, dapat dirumuskan
pengertian Program Jaminan Kesehatan Nasional sebagai berikut: “Program
jaminan sosial yang menjamin biaya pemeliharaan kesehatan serta
pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan nasional secara
bergotong-royong wajib oleh seluruh penduduk Indonesia dengan membayar
iuran berkala atau iurannya dibayari oleh Pemerintah kepada badan
penyelenggara jaminan sosial kesehatan nirlaba - BPJS Kesehatan.” Dua
Peraturan Pelaksanaan UU SJSN, yaitu Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun
2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan1 dan Peraturan
Presiden No. 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan2 menetapkan
bahwa yang dimaksud dengan: “Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa
perlindungan kesehatan agar Peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

6
yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayar oleh Pemerintah.” Manfaat yang dijamin oleh Program JKN berupa
pelayanan kesehatan perseorangan yang komprehensif, mencakup pelayanan
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit(preventif),
pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) termasuk obat dan bahan
medis. Pemberian manfaat tersebut dengan menggunakan teknik layanan
terkendali mutu dan biaya (managed care).

2.2 Peran Bidan Dalam Pelayanan JKN


Berdasarkan UU Tenaga Kseahatan Pasal 11 ayat 1, tenaga kesehatan
dikelompokkan ke dalam:
a. Tenaga medis
b. Tenaga psikologi klinis
c. Tenaga keperawatan
d. Tenaga kebidanan
e. Tenaga kefarmasian
f. Tenaga kesehatan masyarakat
Sehingga bidan merupakan salah satu profesi dari tenaga kesehatan. Bidan
memposisikan dirinya sebagai mitra perempuan dan masyarakat, terutama
dalam memenuhi kebutuhan perempuan dalam menjalani kehidupan
reproduksinya serta bayi dan balita melalui asuhan holistic dan
berkesinambungan serta focus ada “childbearing and childrearing”.
Disamping itu bidan merupakan seorang agen pembaharu yang sangat dekat
dengan masyarakat, hidup di tengah – tengah masyarakat dan berperan dalam
memberdayakan perempuan dan masyarakat.
Berdasarakan Permenkes 1464 Tahun 2010 tentang Registrasi dan Praktek
Bidan pasal 2 ayat 1 menjelasakan bahwa bidan apat menjalankan praktik
mandiri serta bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Adapun ruang lingkup
praktik bidan antara lain:
1. Promosi Kesehatan,
2. Upaya Pencegahan,
3. Asuhan Pada Ibu Pra Hamil Dan Hamil

7
4. Pertolongan Persalinan Normal
5. Asuhan Post Partum
6. Bayi Dan Balita
7. Kesehatan Reproduksi Perempuan & Kb
8. Deteksi Komplikasi Pada Ibu Dan Anak Dan Melaksanaan Asuhan
Kegawatdaruratan Sesuai Dengan Kompetensi Dan Kewenangan
9. Merujuk Untuk Kasus Risti Dan Komplikasi
Peran bidan sesuai kewenangan (sesuai permenkes no 1464 tahun
2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan)
1. Kewenangan melekat/atributik pelayanan kesehatan ibu; pelayanan
kesehatan anak; serta pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana
2. Kewenangan bidan yang menjalankan program pemerintah
3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter
Untuk dapat melaksanakan kewenangan tersebut dibutuhkan keterampilan
minimla D3
Berdasarakan Permenkes No 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan
Pada JKN, dijelaskan bahwa:
1. Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua fasilitas kesehatan
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan (FKRTL)
2. Fasilitas Kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa:
a) Puskesmas atau yang setara
b) Praktik dokter
c) Praktik dokter gigi
d) Klinik pratama atau yang setara
e) Rumah Sakit Pratama atau yang setara.

8
Berdasarakan Permenkes No 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan
Pada JKN (Pasal 8) dijelaskan bahwa:
1. Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat dokter berdasarkan
penetapan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, BPJS
Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan dan/atau praktik
perawat untuk memberikan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
sesuai dengan kewenangan yang ditentukan dalam peraturan
perundangundangan.
2. Dalam rangka pemberian pelayanan kebidanan di suatu wilayah
tertentu, BPJS Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan.
3. Persyaratan bagi praktik bidan dan/atau praktik perawat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) terdiri atas:
a) Surat Ijin Praktik (SIP)
b) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
c) Perjanjian kerja sama dengan dokter atau puskesmas pembinanya
d) Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan – Jaminan Kesehatan Nasional.
Tarif Pelayanan Kebidanan Dan Neonatus Non Kapitasi , Permenkes
59/2014 (Revisi69/2013)
NO Pelayanan Kesehatan Tarif (Rp)
1 Pemeriksaan ANC (Paket minimal 4 kali) 200.000
2 Persalinan normal 700.000
Penanganan perdarahan pasca keguguran, persalinan 750.000
3
pervaginam dan emergency dasar
4 Pemeriksaan PNC dan neonates 25.000
Pelayanan tindakan pasca persalinan (misalnya plasenta 175.000
5
manual)
Pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan 125.000
6
neonatal
7 Pelayanan KB pemasangan IUD dan implant 100.000
8 Penanganan komplikasi KB pasca salin 125.000
9 MOW/ MOP 350.000
Pertmenkes No 99/2015 (Revisi PMK 71/2013) Ps 32 A: Terhadap
pelayanan non kapitasi yg diberikan oleh jejaring faskes, BPJS

9
membayarkan langsung klaim pembiayaan pelayanan tersebut kepada
jejaring faskes

2.3 Tugas dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan JKN


1. Bidan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kualitas
kesehatan masyarakat, karena bidan dengan ilmu kebidananya dapat
membantu meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya ibu-ibu mulai
dari kehamilan, persalinan, kala nifas, serta pemberian ASI dengan
selamat.
2. Bidan bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang diambilnya
serta keputusan yang diberikan kepada klien. Prinsip utama dalam
menghadapi masalah kebidanan yang sesuai dengan kode etik adalah
dengan memberikan yang terbaik, tidak melakukan kesalahan yang
merugikan klien.
3. Upaya bidan untuk menghindari konflik dengan melakukan pengarahan
informasi selengkap-lengkapnya, menghindari melakukan kesalahan,
memberikan pilihan untuk memperoleh manfaat dan siap menanggung
resikonya dan keadilan terhadap hak klien untuk memutuskan. Kemudian
diadakan persetujuan secara isan maupun tertulis sebagai dokumentasi
penting dalam pelayanannya.
4. Pelayanan kesehatan kebidanan dan neonatal dalam standar tarif JKN
masuk sistem nonkapitasi. Namun, karena bidan tak bisa kerja sama
langsung dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, bidan
harus ikut jejaring dengan fasilitas kesehatan primer, seperti klinik
bersama dokter ataupun puskesmas agar bisa mengklaim
pembayarannya.
5. Persoalannya, dalam kerja sama dengan jejaring fasilitas kesehatan
tingkat pertama itu tak ada ketentuan resmi tentang pembagian tarif.
"Sebagian bidan menerima penuh tarif layanan sesuai standar, tetapi ada
pula yang dipotong hingga 40 persen. Ketidakjelasan aturan itu membuat
banyak bidan praktik mandiri enggan ikut JKN.

10
6. Meski tak ikut JKN, pasien bidan praktik mandiri tak berkurang. Namun,
hal itu mengurangi hak peserta JKN untuk mendapat layanan kesehatan
ibu, anak, dan program KB di mana pun mereka berada.
7. IBI
berharap,
bidan
praktik
mandiri
bisa
bekerja
sama
langsung
dengan
BPJS
Kesehatan, sama seperti ketika program Jaminan Persalinan
dilakukan. Saat itu, bidan praktik mandiri bisa bekerja sama
langsung dengan pengelola Jaminan Kesehatan Masyarakat
( juliani, 2014 )
Pertmenkes No 99/2015 (Revisi PMK 71/2013) Ps 32 A:
Terhadap pelayanan non kapitasi yg diberikan oleh jejaring faskes,
BPJS membayarkan langsung klaim pembiayaan pelayanan
tersebut kepada jejaring faskes ( Nurjasmi, 2017 ).

2.4 Manfaat pelayanan kebidanan dan neonatal dalam JKN


1. Pelayanan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) Salah satu
fungsi terpenting dari perawatan antenatal adalah untuk memberikan saran
dan informasi pada seorang wanita mengenai tempat kelahiran yang tepat
sesuai dengan kondisi dan status kesehatannya. Perawatan antenatal juga
merupakan suatu kesempatan untuk menginformasikan kepada para wanita
mengenai tanda – tanda bahaya dan gejala yang memerlukan bantuan
segera dari petugas kesehatan (WHO).
Tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat
melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat,

11
serta menghasilkan bayi yang sehat (Depkes RI) sehingga mengurangi
angka kematian ibu dan angka kematian bayi dari suatu proses persalinan.
Pemeriksaan antenatal juga memberikan manfaat bagi ibu dan janin, antara
lain:
a. Bagi ibu
1) Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi
kehamilan dan mengobati secara dini komplikasi yang
mempengaruhi kehamilan.
2) Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan
fisik ibu hamil dalam menghadapi persalinan.
3) Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk
dapat memberikan ASI.
4) Memberikan konseling dalam memilih metode kontrasepsi
(Manuaba, 2012).
b. Bagi janin Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu
sehingga mengurangi persalinan prematur, berat badan lahir
rendah, juga meningkatkan kesehatan bayi sebagai titik awal
kualitas sumber daya manusia (Manuaba, 2012)
2. Persalinan
3. Pemeriksaan bayi baru lahir
4. Pemeriksaan pasca persalinan atau postnatal care (PNC) Pemeriksaan bayi
baru lahir dan ibu pasca persalinan sangat penting untuk memastikan
kesehatan dan keselamatan bayi dan ibu, terutama pada masa nifas awal
yaitu setelah kelahiran bayi dan selama 7 (tujuh) hari pertama setelah
melahirkan. Namun demikian, sepanjang periode nifas yaitu setelah
melahirkan hingga 28 hari setelah kelahiran adalah masa-masa risiko
tinggi. Kematian bayi lahir hidup dalam masa 28 hari sejak kelahiran yang
dikenal sebagai tingkat kematian neonatal (neonatal mortality rate)
dilaporkan terjadi di seluruh dunia. Begitu juga dengan kematian ibu
karena komplikasi pasca persalinan cukup tinggi. Tujuan pemeriksaan
pasca persalinan (PNC) adalah:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya

12
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
5. pelayanan KB
6. Pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh bidan atau
dokter, sesuai kompetensi dan kewenangan.

2.5 Tantangan bidan dalam berjaring dengan BPJS


Berdasarkan hasil penelitian Amriza Ansari (2017) yaitu :
1) Prosedur administrasi pengklaiman yang dilakukan oleh bidan praktek
mandiri harus dilakukan berupa menyiapkan berkas klaim (kuitansi asli
bermaterai, formulir pengajuan klaim, rekapitulasi pelayanan, fotokopi
identitas BPJS, partograf, bukti pelayanan yang ditandatangani faskes)
dianggap masih cukup rumit. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya berkas
klaim yang harus dilengkapi oleh bidan. Serta kurangnya pemahaman
bidan dalam mingisi berkas klaim diakibatkan ketidakaktifan bidan
bertanya ketika penandatanganan Mou kerjasama. Kurangnya informasi
tentang klaim dari pihak BPJS Kesehatan.
2) Pengajuan klaim BPJS Kesehatan pada proses klaim dana non kapitasi
di Kecamatan Hutaimbaru terkendala waktu klaim terkait pengklaiman
dana non kapitasi oleh bidan praktek mandiri berlangsung hingga 1-2
bulan diakibatkan proses verifikasi berkas yang cukup lama . Selain itu
ketidaklengkapan berkas yang diajukkan oleh bidan menambah lama
waktu pengklaiman.
3) Kesesuaian besaran dana klaim yang diterima oleh klinik dari BPJS
sebesar 100%, kemudian ada potongan untuk biaya administrasi yang
dilakukan oleh klinik ke bidan praktek mandiri sebesar 10%. Sehingga
bidan hanya menerima sebesar 90% dari dana pengklaiman. Belum lagi
jika ada pasien yang menggunakan BPJS mandiri mengalami tunggakan

13
maka proses pengklaiman tertunda. sikap petugas BPJS Kesehatan
dinilai baik terkait proses pengklaiman non kapitasi selalu menghubungi
bidan jika ada kesalahan maupun kekurangan berkas.
(Ansari, 2017).

2.6 Fasilitas Kesehatan tingkat pertama JKN


Fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan tingkat
pertama adalah :
1) Rawat Jalan Tingkat Pertama
a. Puskesmas atau yang setara;
b. Praktik dokter;
c. praktik dokter gigi;
d. klinik Pratama atau yang setara termasuk fasilitas kesehatan tingkat
pertama milik TNI/POLRI;dan
e. Rumah sakit Kelas D Pratama atau yang setara.
2) Rawat Inap Tingkat Pertama
Fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan fasilitas rawat inap.
Cakupan Pelayanan
1. Rawat Jalan Tingkat Pertama
a. administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran
peserta untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke
fasilitas kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat
ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama;
b. pelayanan promotif preventif, meliputi:
1) kegiatan penyuluhan kesehatan perorangan; Penyuluhan
kesehatan perorangan meliputi paling sedikit penyuluhan
mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup
bersih dan sehat.
2) imunisasi dasar; Pelayanan imunisasi dasar meliputi Baccile
Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B
(DPTHB), Polio, dan Campak.
3) keluarga berencana;

14
a) Pelayanan keluarga berencana meliputi konseling,
kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja sama
dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana.
b) Penyediaan dan distribusi vaksin dan alat kontrasepsi dasar
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan/atau
pemerintah daerah.
c) BPJS Kesehatan hanya membiayai jasa pelayanan
pemberian vaksin dan alat kontrasepsi dasar yang sudah
termasuk dalam kapitasi, kecuali untuk jasa pelayanan
pemasangan IUD/Implan dan Suntik di daerah perifer.
d) skrining kesehatan
- Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara
perorangan dan selektif.
- Pelayanan skrining kesehatan ditujukan untuk
mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak
lanjutan dari risiko penyakit tertentu, meliputi:
1) diabetes mellitus tipe 2;
2) hipertensi;
3) kanker leher rahim;
4) kanker payudara; dan
5) penyakit lain yang ditetapkan oleh Menteri.
- Pelayanan skrining kesehatan penyakit diabetes mellitus
tipe 2 dan hipertensi dimulai dengan analisis riwayat
kesehatan, yang dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu)
tahun sekali.
- Jika Peserta teridentifikasi mempunyai risiko penyakit
diabetes mellitus tipe 2 dan hipertensi berdasarkan
riwayat kesehatan, akan dilakukan penegakan diagnose
melalui pemeriksaan penunjang diagnostik tertentu dan
kemudian akan diberikan pengobatan sesuai dengan
indikasi medis.

15
e) Pelayanan skrining kesehatan untuk penyakit kanker leher
rahim dan kanker payudara dilakukan sesuai dengan indikasi
medis.
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
e. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
f. pemeriksaan penunjang diagnostic laboratorium tingkat pertama;
g. pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui dan bayi ;
h. upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi termasuk
penanganan komplikasi KB paska persalinan;
i. rehabilitasi medik dasar.
2. Pelayanan Gigi
a. administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran
peserta untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke
fasilitas kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat
ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama
b. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
c. premedikasi
d. kegawatdaruratan oro-dental
e. pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi)
f. pencabutan gigi permanen tanpa penyulit
g. obat pasca ekstraksi
h. tumpatan komposit/GIC
i. skeling gigi (1x dalam setahun)

3. Rawat Inap Tingkat Pertama


Cakupan pelayanan rawat inap tingkat pertama sesuai dengan cakupan
pelayanan rawat jalan tingkat pertama dengan tambahan akomodasi
bagi pasien sesuai indikasi medis.
4. Pelayanan darah sesuai indikasi medis

16
Pelayanan transfusi darah di fasilitas kesehatan tingkat pertama dapat
dilakukan pada kasus:
a. Kegawatdaruratan maternal dalam proses persalinan
b. Kegawatdaruratan lain untuk kepentingan keselamatan pasien
c. Penyakit thalasemia, hemofili dan penyakit lain setelah mendapat
rekomendasi dari dokter Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
(BPJS KESEHATAN, 2014b).
(BPJS KESEHATAN, 2014a)
Bagian Ketiga pada PMK NO.71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama Pasal 16
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama merupakan pelayanan kesehatan non
spesialistik yang meliputi:
a. administrasi pelayanan;
b. Pelayanan promotif dan preventive
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
e. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
f. transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis
g. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama
h. Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis

Pasal 17
a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 untuk pelayanan medis mencakup: a. kasus medis
yang dapat diselesaikan secara tuntas di Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama;
b. kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum
dilakukan rujukan;
c. kasus medis rujuk balik; dpemeriksaan, pengobatan, dan tindakan
pelayanan kesehatan gigi tingkat pertama;
d. pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita
oleh bidan atau dokter; dan
e. rehabilitasi medik dasar.

17
1) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan panduan klinis.
2) Panduan klinis pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 18
Pelayanan Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf h mencakup:
a. rawat inap pada pengobatan/perawatan kasus yang dapat diselesaikan
secara tuntas di Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
b. pertolongan persalinan pervaginam bukan risiko tinggi;
c. pertolongan persalinan dengan komplikasi dan/atau penyulit pervaginam
bagi Puskesmas PONED;
d. pertolongan neonatal dengan komplikasi; dan
e. pelayanan transfusi darah sesuai kompetensi Fasilitas Kesehatan dan/atau
kebutuhan medis.

Pasal 19
1. Obat dan Alat Kesehatan Program Nasional yang telah ditanggung oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah, tidak ditanggung oleh BPJS
Kesehatan.
2. Obat dan Alat Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. alat kontrasepsi dasar;
b. vaksin untuk imunisasi dasar; dan
c. obat program pemerintah.
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2013)
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014)

BAB 3
STUDI KASUS

Ny.K G2P0001 hamil anak ke 2 dari pernikahan yang ke 2, UK 42


Minggu. Hasil USG mengatakan bahwa, ketuban tinggal sedikit, sehingga Ny.K
harus dirujuk ke RS. Sebelum di rujuk, suami mengetahui bahwa BPJS Ny. K

18
terblokir sehingga suami melunasi tunggakan BPJS pada tgl 30-12-2019. Tanggal
1 Januari 2020 Bayi lahir secara SC. Setelah itu bayi ternyata mengalami asfiksia
dan harus mendapatkan perawatan.
Keluarga Ny.K mengurusi pembiayaan untuk persalinan dan jasa rawat
bayinya, tetapi ternyata ada kendala pada kartu BPJS Ny.K tidak aktif / terblokir.
Karena Ny.K tidak membayar iuran sejak suami pertamanya meninggal 2 tahun
yang lalu. Setelah mengetahui bahwa kartu BPJS Ny. K tetap terblokir, keluarga
langsung pergi ke kantor BPJS untuk mengkonfirmasi bahwa suami sudah
membayar lunas tunggakan pada tgl 30-12-2019. Tetapi pihak BPJS mengatakan
bahwa kartu BPJS tetap tidak bisa digunakan karena sudah terlanjur terblokir
walaupun tunggakan sudah dibayarkan. Jika ingin menggunakan BPJS lagi, maka
Ny. K harus mendaftar baru dan kartu tidak bisa langsung digunakan. Akhirnya
pasien menggunakan program Jampersal.

BAB 4
PEMBAHASAN

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem


Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan

19
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory)
berdasarakan Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibaya
oleh pemerintah.
Di dalam Naskah Akademik UU SJSN tahun 2004 disebutkan bahwa
Program Jaminan Kesehatan Nasional, disingkat Program JKN, adalah suatu
program pemerintah dan masyarakat dengan tujuan memberikan kepastian
jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk
Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.
Namun pada realita dilapangan hal tersebut tidak selalu sesuai dengan
harapan, ada beberapa masalah terjadi dilapangan salah satunya yang terjadi pada
Ny.K. Dikasus dijelaskan bahwa Keluarga Ny.K mengurusi pembiayaan untuk
persalinan dan jasa rawat bayinya, tetapi ternyata ada kendala pada kartu BPJS
Ny.K tidak aktif / terblokir. Karena Ny.K tidak membayar iuran sejak suami
pertamanya meninggal 2 tahun yang lalu. Setelah mengetahui bahwa kartu BPJS
Ny.K tetap terblokir, keluarga langsung pergi ke kantor BPJS untuk
mengkonfirmasi bahwa suami sudah membayar lunas tunggakan pada tgl 30-12-
2019. Tetapi pihak BPJS mengatakan bahwa kartu BPJS tetap tidak bisa
digunakan karena sudah terlanjur terblokir walaupun tunggakan sudah
dibayarkan. Jika ingin menggunakan BPJS lagi, maka Ny. K harus mendaftar baru
dan kartu tidak bisa langsung digunakan. Akhirnya pasien menggunakan program
Jampersal.

Salah satu upaya bidan yang dilakukan dengan memberikan pengarahan


informasi selengkap-lengkapnya tentang jaminan kesehatan nasional. Sehingga
pasien tersebut dapat memperoleh manfaat yang dijamin oleh Program JKN
seperti pelayanan kesehatan perseorangan yang komprehensif, mencakup
pelayanan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit(preventif),
pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) termasuk obat dan bahan medis.
Pemberian manfaat tersebut dengan menggunakan teknik layanan terkendali mutu
dan biaya (managed care).

20
Pada kasus diatas sebaiknya bidan tersebut menginformasi pasien untuk
melakukan pengecekan keaktifan kartu BPJSnya. Sehingga dapat meminimalisir
apabila kartu BPJSnya bermasalah dapat menemukan solusi yang cepat dan tepat.
Dalam hal ini bidan merupakan salah satu profesi dari tenaga kesehatan yang
memposisikan dirinya sebagai mitra perempuan dan masyarakat.

BAB 5
KESIMPULAN

21
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibaya oleh
pemerintah. Pelayanan kesehatan JKN meliputi semua semua fasilitas kesehatan
yang bekerjasama dengan BPJS yang berupa fasilitas kesehatan tingkat pertama
(FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). Dalam hal
ini bidan juga dapat bekerjasama dengan BPJS sehingga mempermudah
masyarakat khususnya perempuan agar mempermudah mendapatkan pelayanan
kesehatan. Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.
Bidan disini memposisikan dirinya sebagai mitra perempuan dan
masyarakat yang berada ditengah tengah masyarakat dalam mempedayakan
masyarakta utamanya perempuan dalam memperkenalkan pentingnya mempunyai
jaminan kesehatan (BPJS) yang mempunyai banyak manfaat dibidang kesehatan
khususnya untuk perempuan.
Banyak sekali tantangan yang harus dilakukan bidan dalam berjejaring
dengan BPJS salah satunya waktu yang lama dalam melakukan pengklaiman dan
juga dana yang didapatkan tidak penuh sesuai dengan ketentuan. Juga kenyataan
di lapangan banyak terjadi masalah dalam penggunaan BPJS. Upaya yang dapat
dilakukan bidan dalam mengatasi masalah yang ada dengan memberikan
pengarahan informasi selengkap-lengkapnya tentang jaminan kesehatan nasional
sehingga masyarakat khususnya perempuan dalam merasakan manfaat BPJS,
mencakup pelayanan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit(preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) termasuk
obat dan bahan medis. Pemberian manfaat tersebut dengan menggunakan teknik
layanan terkendali mutu dan biaya (managed care).

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, A. (2017). Respons Bidan Praktek Mandiri Yang Bekerjasama Dengan

22
BPJS Tentang Proses Pengklaiman Dana Non Kapitasi Di Kecamatan
Hutaimbaru Kota Padang Sidempuan Tahun 2017.
BPJS KESEHATAN. (2014a). Panduan Praktis Pelayanan Kebidanan dan
Neonatal.
BPJS KESEHATAN. (2014b). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan.
http://www.jkn.kemkes.go.id/detailfaq.php?id=1Diakses Pada tanggal 14 Februari
Http://Www.Pdpersi.Co.Id/Kanalpersi/Kompartemen_Jamkes/Data/Permunas_Ma
nrs/Presentasi_Ibi.Pdf
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.71
Tahun 2013. , (2013).
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.59
Tahun 2014. , (2014).
Nurjasmi, Emi . 2014. Pandangan Profesi Bidan Serta Rekomendasi Perbaikan
Kebijakan Terkait Belanja Strategis JKN. Diakses pada tanggal 15 Februari
2020, dari alamat web//
Putri, Asih Eka. 2014. Paham JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) Jakarta: CV
Komunitas Pejaten Mediatama. Diakses dari alamat

23

Anda mungkin juga menyukai