Kelompok 1 Orgamen
Kelompok 1 Orgamen
PEMBIMBING:
Sugijati, SST, M.Kes
Disusun Oleh:
Mega Yulia Citra (P17-001) Silva Maulina (P17-012)
Mega sylviana D (P17-002) Ina Indriana (P17-013)
Candrika Eka P (P17-003) Adenin dwi P (P17-015)
Firdha Amaliatus S (P17-004) Al Alief Banat A (P17-017)
Rahmawati (P17-005) Chatarina Purnama (P17-020)
Tanti Krusita D (P17-007) Ningmas Arka A (P17-021)
Ismi Ramadani A (P17-008) Nur Mufidah A (P17-022)
Septi Permatasari (P17-009) Rika Avkarina H (P17-023)
Ghora Vira K (P17-010)
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan seminar kelas ini yang berjudul “Kebijakan Pemerintah Terkait
Kewenangan Bidan dalam JKN “ dalam bentuk maupun isinya yang sederhana.
Semoga makalah seminar kelas ini memberikan manfaat bagi pembacanya.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................2
DAFTAR ISI ..................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………….22
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian JKN?
2. Bagaimana peran bidan dalam pelayanan JKN?
3. Bagaimana tugas dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan JKN?
4. Apa manfaat pelayanan kebidanan dan neonatal dalam JKN ?
5. Apa tantangan bidan dalam berjejaring dengan BPJS?
6. Bagaimana fasilitas kesehatan tingkat pertama JKN?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu :
1. Untuk menjelaskan pengertian JKN.
2. Untuk menjelaskan peran bidan dalam pelayanan JKN.
3. Untuk menjelaskan tugas dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan JKN.
4. Untuk menjelaskan manfaat pelayanan kebidanan dan neonatal dalam JKN.
5. Untuk menjelaskan tantangan bidan dalam berjejaring dengan BPJS.
6. Untuk menjelaskan fasilitas kesehatan tingkat pertama JKN.
1.4 Manfaat
Adapun Manfaat dalam makalah ini yaitu :
1. Dapat lebih mengerti pengertian JKN.
2. Dapat lebih memahami peran bidan dalam pelayanan JKN.
3. Dapat lebih mengerti dan memahami tugas dan tanggung jawab bidan
dalam pelayanan JKN.
4. Dapat lebih mengerti manfaat pelayanan kebidanan dan neonatal dalam
JKN.
5. Dapat mengetahui tantangan bidan dalam berjejaring dengan BPJS.
6. Dapat mengetahui fasilitas kesehatan tingkat pertama JKN.
5
BAB 2
KONSEP TEORI
6
yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayar oleh Pemerintah.” Manfaat yang dijamin oleh Program JKN berupa
pelayanan kesehatan perseorangan yang komprehensif, mencakup pelayanan
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit(preventif),
pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) termasuk obat dan bahan
medis. Pemberian manfaat tersebut dengan menggunakan teknik layanan
terkendali mutu dan biaya (managed care).
7
4. Pertolongan Persalinan Normal
5. Asuhan Post Partum
6. Bayi Dan Balita
7. Kesehatan Reproduksi Perempuan & Kb
8. Deteksi Komplikasi Pada Ibu Dan Anak Dan Melaksanaan Asuhan
Kegawatdaruratan Sesuai Dengan Kompetensi Dan Kewenangan
9. Merujuk Untuk Kasus Risti Dan Komplikasi
Peran bidan sesuai kewenangan (sesuai permenkes no 1464 tahun
2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan)
1. Kewenangan melekat/atributik pelayanan kesehatan ibu; pelayanan
kesehatan anak; serta pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana
2. Kewenangan bidan yang menjalankan program pemerintah
3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter
Untuk dapat melaksanakan kewenangan tersebut dibutuhkan keterampilan
minimla D3
Berdasarakan Permenkes No 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan
Pada JKN, dijelaskan bahwa:
1. Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua fasilitas kesehatan
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan (FKRTL)
2. Fasilitas Kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa:
a) Puskesmas atau yang setara
b) Praktik dokter
c) Praktik dokter gigi
d) Klinik pratama atau yang setara
e) Rumah Sakit Pratama atau yang setara.
8
Berdasarakan Permenkes No 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan
Pada JKN (Pasal 8) dijelaskan bahwa:
1. Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat dokter berdasarkan
penetapan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, BPJS
Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan dan/atau praktik
perawat untuk memberikan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
sesuai dengan kewenangan yang ditentukan dalam peraturan
perundangundangan.
2. Dalam rangka pemberian pelayanan kebidanan di suatu wilayah
tertentu, BPJS Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan.
3. Persyaratan bagi praktik bidan dan/atau praktik perawat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) terdiri atas:
a) Surat Ijin Praktik (SIP)
b) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
c) Perjanjian kerja sama dengan dokter atau puskesmas pembinanya
d) Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan – Jaminan Kesehatan Nasional.
Tarif Pelayanan Kebidanan Dan Neonatus Non Kapitasi , Permenkes
59/2014 (Revisi69/2013)
NO Pelayanan Kesehatan Tarif (Rp)
1 Pemeriksaan ANC (Paket minimal 4 kali) 200.000
2 Persalinan normal 700.000
Penanganan perdarahan pasca keguguran, persalinan 750.000
3
pervaginam dan emergency dasar
4 Pemeriksaan PNC dan neonates 25.000
Pelayanan tindakan pasca persalinan (misalnya plasenta 175.000
5
manual)
Pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan 125.000
6
neonatal
7 Pelayanan KB pemasangan IUD dan implant 100.000
8 Penanganan komplikasi KB pasca salin 125.000
9 MOW/ MOP 350.000
Pertmenkes No 99/2015 (Revisi PMK 71/2013) Ps 32 A: Terhadap
pelayanan non kapitasi yg diberikan oleh jejaring faskes, BPJS
9
membayarkan langsung klaim pembiayaan pelayanan tersebut kepada
jejaring faskes
10
6. Meski tak ikut JKN, pasien bidan praktik mandiri tak berkurang. Namun,
hal itu mengurangi hak peserta JKN untuk mendapat layanan kesehatan
ibu, anak, dan program KB di mana pun mereka berada.
7. IBI
berharap,
bidan
praktik
mandiri
bisa
bekerja
sama
langsung
dengan
BPJS
Kesehatan, sama seperti ketika program Jaminan Persalinan
dilakukan. Saat itu, bidan praktik mandiri bisa bekerja sama
langsung dengan pengelola Jaminan Kesehatan Masyarakat
( juliani, 2014 )
Pertmenkes No 99/2015 (Revisi PMK 71/2013) Ps 32 A:
Terhadap pelayanan non kapitasi yg diberikan oleh jejaring faskes,
BPJS membayarkan langsung klaim pembiayaan pelayanan
tersebut kepada jejaring faskes ( Nurjasmi, 2017 ).
11
serta menghasilkan bayi yang sehat (Depkes RI) sehingga mengurangi
angka kematian ibu dan angka kematian bayi dari suatu proses persalinan.
Pemeriksaan antenatal juga memberikan manfaat bagi ibu dan janin, antara
lain:
a. Bagi ibu
1) Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi
kehamilan dan mengobati secara dini komplikasi yang
mempengaruhi kehamilan.
2) Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan
fisik ibu hamil dalam menghadapi persalinan.
3) Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk
dapat memberikan ASI.
4) Memberikan konseling dalam memilih metode kontrasepsi
(Manuaba, 2012).
b. Bagi janin Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu
sehingga mengurangi persalinan prematur, berat badan lahir
rendah, juga meningkatkan kesehatan bayi sebagai titik awal
kualitas sumber daya manusia (Manuaba, 2012)
2. Persalinan
3. Pemeriksaan bayi baru lahir
4. Pemeriksaan pasca persalinan atau postnatal care (PNC) Pemeriksaan bayi
baru lahir dan ibu pasca persalinan sangat penting untuk memastikan
kesehatan dan keselamatan bayi dan ibu, terutama pada masa nifas awal
yaitu setelah kelahiran bayi dan selama 7 (tujuh) hari pertama setelah
melahirkan. Namun demikian, sepanjang periode nifas yaitu setelah
melahirkan hingga 28 hari setelah kelahiran adalah masa-masa risiko
tinggi. Kematian bayi lahir hidup dalam masa 28 hari sejak kelahiran yang
dikenal sebagai tingkat kematian neonatal (neonatal mortality rate)
dilaporkan terjadi di seluruh dunia. Begitu juga dengan kematian ibu
karena komplikasi pasca persalinan cukup tinggi. Tujuan pemeriksaan
pasca persalinan (PNC) adalah:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya
12
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
5. pelayanan KB
6. Pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh bidan atau
dokter, sesuai kompetensi dan kewenangan.
13
maka proses pengklaiman tertunda. sikap petugas BPJS Kesehatan
dinilai baik terkait proses pengklaiman non kapitasi selalu menghubungi
bidan jika ada kesalahan maupun kekurangan berkas.
(Ansari, 2017).
14
a) Pelayanan keluarga berencana meliputi konseling,
kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja sama
dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana.
b) Penyediaan dan distribusi vaksin dan alat kontrasepsi dasar
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan/atau
pemerintah daerah.
c) BPJS Kesehatan hanya membiayai jasa pelayanan
pemberian vaksin dan alat kontrasepsi dasar yang sudah
termasuk dalam kapitasi, kecuali untuk jasa pelayanan
pemasangan IUD/Implan dan Suntik di daerah perifer.
d) skrining kesehatan
- Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara
perorangan dan selektif.
- Pelayanan skrining kesehatan ditujukan untuk
mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak
lanjutan dari risiko penyakit tertentu, meliputi:
1) diabetes mellitus tipe 2;
2) hipertensi;
3) kanker leher rahim;
4) kanker payudara; dan
5) penyakit lain yang ditetapkan oleh Menteri.
- Pelayanan skrining kesehatan penyakit diabetes mellitus
tipe 2 dan hipertensi dimulai dengan analisis riwayat
kesehatan, yang dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu)
tahun sekali.
- Jika Peserta teridentifikasi mempunyai risiko penyakit
diabetes mellitus tipe 2 dan hipertensi berdasarkan
riwayat kesehatan, akan dilakukan penegakan diagnose
melalui pemeriksaan penunjang diagnostik tertentu dan
kemudian akan diberikan pengobatan sesuai dengan
indikasi medis.
15
e) Pelayanan skrining kesehatan untuk penyakit kanker leher
rahim dan kanker payudara dilakukan sesuai dengan indikasi
medis.
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
e. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
f. pemeriksaan penunjang diagnostic laboratorium tingkat pertama;
g. pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui dan bayi ;
h. upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi termasuk
penanganan komplikasi KB paska persalinan;
i. rehabilitasi medik dasar.
2. Pelayanan Gigi
a. administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran
peserta untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke
fasilitas kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat
ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama
b. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
c. premedikasi
d. kegawatdaruratan oro-dental
e. pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi)
f. pencabutan gigi permanen tanpa penyulit
g. obat pasca ekstraksi
h. tumpatan komposit/GIC
i. skeling gigi (1x dalam setahun)
16
Pelayanan transfusi darah di fasilitas kesehatan tingkat pertama dapat
dilakukan pada kasus:
a. Kegawatdaruratan maternal dalam proses persalinan
b. Kegawatdaruratan lain untuk kepentingan keselamatan pasien
c. Penyakit thalasemia, hemofili dan penyakit lain setelah mendapat
rekomendasi dari dokter Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
(BPJS KESEHATAN, 2014b).
(BPJS KESEHATAN, 2014a)
Bagian Ketiga pada PMK NO.71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama Pasal 16
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama merupakan pelayanan kesehatan non
spesialistik yang meliputi:
a. administrasi pelayanan;
b. Pelayanan promotif dan preventive
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
e. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
f. transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis
g. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama
h. Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis
Pasal 17
a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 untuk pelayanan medis mencakup: a. kasus medis
yang dapat diselesaikan secara tuntas di Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama;
b. kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum
dilakukan rujukan;
c. kasus medis rujuk balik; dpemeriksaan, pengobatan, dan tindakan
pelayanan kesehatan gigi tingkat pertama;
d. pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita
oleh bidan atau dokter; dan
e. rehabilitasi medik dasar.
17
1) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan panduan klinis.
2) Panduan klinis pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 18
Pelayanan Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf h mencakup:
a. rawat inap pada pengobatan/perawatan kasus yang dapat diselesaikan
secara tuntas di Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
b. pertolongan persalinan pervaginam bukan risiko tinggi;
c. pertolongan persalinan dengan komplikasi dan/atau penyulit pervaginam
bagi Puskesmas PONED;
d. pertolongan neonatal dengan komplikasi; dan
e. pelayanan transfusi darah sesuai kompetensi Fasilitas Kesehatan dan/atau
kebutuhan medis.
Pasal 19
1. Obat dan Alat Kesehatan Program Nasional yang telah ditanggung oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah, tidak ditanggung oleh BPJS
Kesehatan.
2. Obat dan Alat Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. alat kontrasepsi dasar;
b. vaksin untuk imunisasi dasar; dan
c. obat program pemerintah.
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2013)
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014)
BAB 3
STUDI KASUS
18
terblokir sehingga suami melunasi tunggakan BPJS pada tgl 30-12-2019. Tanggal
1 Januari 2020 Bayi lahir secara SC. Setelah itu bayi ternyata mengalami asfiksia
dan harus mendapatkan perawatan.
Keluarga Ny.K mengurusi pembiayaan untuk persalinan dan jasa rawat
bayinya, tetapi ternyata ada kendala pada kartu BPJS Ny.K tidak aktif / terblokir.
Karena Ny.K tidak membayar iuran sejak suami pertamanya meninggal 2 tahun
yang lalu. Setelah mengetahui bahwa kartu BPJS Ny. K tetap terblokir, keluarga
langsung pergi ke kantor BPJS untuk mengkonfirmasi bahwa suami sudah
membayar lunas tunggakan pada tgl 30-12-2019. Tetapi pihak BPJS mengatakan
bahwa kartu BPJS tetap tidak bisa digunakan karena sudah terlanjur terblokir
walaupun tunggakan sudah dibayarkan. Jika ingin menggunakan BPJS lagi, maka
Ny. K harus mendaftar baru dan kartu tidak bisa langsung digunakan. Akhirnya
pasien menggunakan program Jampersal.
BAB 4
PEMBAHASAN
19
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory)
berdasarakan Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibaya
oleh pemerintah.
Di dalam Naskah Akademik UU SJSN tahun 2004 disebutkan bahwa
Program Jaminan Kesehatan Nasional, disingkat Program JKN, adalah suatu
program pemerintah dan masyarakat dengan tujuan memberikan kepastian
jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk
Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.
Namun pada realita dilapangan hal tersebut tidak selalu sesuai dengan
harapan, ada beberapa masalah terjadi dilapangan salah satunya yang terjadi pada
Ny.K. Dikasus dijelaskan bahwa Keluarga Ny.K mengurusi pembiayaan untuk
persalinan dan jasa rawat bayinya, tetapi ternyata ada kendala pada kartu BPJS
Ny.K tidak aktif / terblokir. Karena Ny.K tidak membayar iuran sejak suami
pertamanya meninggal 2 tahun yang lalu. Setelah mengetahui bahwa kartu BPJS
Ny.K tetap terblokir, keluarga langsung pergi ke kantor BPJS untuk
mengkonfirmasi bahwa suami sudah membayar lunas tunggakan pada tgl 30-12-
2019. Tetapi pihak BPJS mengatakan bahwa kartu BPJS tetap tidak bisa
digunakan karena sudah terlanjur terblokir walaupun tunggakan sudah
dibayarkan. Jika ingin menggunakan BPJS lagi, maka Ny. K harus mendaftar baru
dan kartu tidak bisa langsung digunakan. Akhirnya pasien menggunakan program
Jampersal.
20
Pada kasus diatas sebaiknya bidan tersebut menginformasi pasien untuk
melakukan pengecekan keaktifan kartu BPJSnya. Sehingga dapat meminimalisir
apabila kartu BPJSnya bermasalah dapat menemukan solusi yang cepat dan tepat.
Dalam hal ini bidan merupakan salah satu profesi dari tenaga kesehatan yang
memposisikan dirinya sebagai mitra perempuan dan masyarakat.
BAB 5
KESIMPULAN
21
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibaya oleh
pemerintah. Pelayanan kesehatan JKN meliputi semua semua fasilitas kesehatan
yang bekerjasama dengan BPJS yang berupa fasilitas kesehatan tingkat pertama
(FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). Dalam hal
ini bidan juga dapat bekerjasama dengan BPJS sehingga mempermudah
masyarakat khususnya perempuan agar mempermudah mendapatkan pelayanan
kesehatan. Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.
Bidan disini memposisikan dirinya sebagai mitra perempuan dan
masyarakat yang berada ditengah tengah masyarakat dalam mempedayakan
masyarakta utamanya perempuan dalam memperkenalkan pentingnya mempunyai
jaminan kesehatan (BPJS) yang mempunyai banyak manfaat dibidang kesehatan
khususnya untuk perempuan.
Banyak sekali tantangan yang harus dilakukan bidan dalam berjejaring
dengan BPJS salah satunya waktu yang lama dalam melakukan pengklaiman dan
juga dana yang didapatkan tidak penuh sesuai dengan ketentuan. Juga kenyataan
di lapangan banyak terjadi masalah dalam penggunaan BPJS. Upaya yang dapat
dilakukan bidan dalam mengatasi masalah yang ada dengan memberikan
pengarahan informasi selengkap-lengkapnya tentang jaminan kesehatan nasional
sehingga masyarakat khususnya perempuan dalam merasakan manfaat BPJS,
mencakup pelayanan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit(preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) termasuk
obat dan bahan medis. Pemberian manfaat tersebut dengan menggunakan teknik
layanan terkendali mutu dan biaya (managed care).
DAFTAR PUSTAKA
22
BPJS Tentang Proses Pengklaiman Dana Non Kapitasi Di Kecamatan
Hutaimbaru Kota Padang Sidempuan Tahun 2017.
BPJS KESEHATAN. (2014a). Panduan Praktis Pelayanan Kebidanan dan
Neonatal.
BPJS KESEHATAN. (2014b). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan.
http://www.jkn.kemkes.go.id/detailfaq.php?id=1Diakses Pada tanggal 14 Februari
Http://Www.Pdpersi.Co.Id/Kanalpersi/Kompartemen_Jamkes/Data/Permunas_Ma
nrs/Presentasi_Ibi.Pdf
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.71
Tahun 2013. , (2013).
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.59
Tahun 2014. , (2014).
Nurjasmi, Emi . 2014. Pandangan Profesi Bidan Serta Rekomendasi Perbaikan
Kebijakan Terkait Belanja Strategis JKN. Diakses pada tanggal 15 Februari
2020, dari alamat web//
Putri, Asih Eka. 2014. Paham JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) Jakarta: CV
Komunitas Pejaten Mediatama. Diakses dari alamat
23