Anda di halaman 1dari 23

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Gigitiruan


2.1.1 Pengertian
Basis gigitiruan merupakan bagian yang menggantikan tulang alveolar yang
sudah hilang dan berfungsi mendukung elemen gigitiruan.1,2,20 Basis gigitiruan
merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan dan memperoleh dukungan melalui
kontak yang erat dengan jaringan mulut di bawahnya.2 Syarat basis gigitiruan yang
ideal adalah tidak toksik dan tidak mengiritasi, tidak terpengaruh oleh cairan rongga
mulut, yang berarti tidak larut dan tidak menyerap air. Memiliki sifat mekanis yang
kuat dan bagus, terutama modulus elastisitas, kekuatan impak, kekuatan tarik, dan
kekerasan, perlekatan yang bagus dengan gigi penyangga, serta syarat lainnya yaitu,
radiopak, mudah diproses, mudah dimanipulasi, mudah diperbaiki jika terjadi fraktur,
stabilitas dimensional baik, dan mudah dibersihkan.8,17

2.1.2 Bahan Basis Gigitiruan


Bahan basis gigitiruan yang digunakan dapat terbuat dari dua kelompok, yaitu
logam dan non logam.6,15

2.1.2.1 Logam
Bahan logam yang digunakan pada basis gigitiruan pada umumnya berupa
aluminium kobalt, logam emas, aluminium dan stainless steel.17 Bahan logam yang
pertama kali digunakan sebagai basis gigitiruan adalah emas yang diperkenalkan oleh
John Greenwood pada tahun 1794, kemudian disusul aluminium, yang diperkenalkan
oleh Dr.Bean pada tahun 1867.6 Pada tahun 1907 E.Haynes memperkenalkan bahan
stainless steel dan alloy.6 Bahan logam memiliki kekuatan yang baik, tahan terhadap
fraktur dan abrasi, dan juga tidak mudah terjadi korosi serta tidak larut dalam cairan
mulut, tetapi bahan logam memiliki kelemahan yaitu biaya yang mahal dalam

Universitas Sumatera Utara


9

pembuatannya, kurang estetik dan juga tidak mungkin dicekatkan kembali apabila
terjadi fraktur.6,17

2.1.2.2 Non logam


Bahan non logam diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan ada atau tidaknya
perubahan kimia dalam proses pembentukannya. Bahan ini terbagi menjadi dua
yaitu:2,6,17
2.1.2.2.1 Thermoplastic
Thermoplastic adalah bahan yang tidak mengalami perubahan kimia saat
proses pembentukannya sehingga hasil akhirnya akan sama dengan material aslinya
kecuali bentuknya. Bahan ini dapat dilunakkan dan dibentuk berulang kali menjadi
bentuk lain dengan cara pemanasan. Jenis bahan thermoplastik yang biasa digunakan
adalah seluloid, selulosa nitrat, resin vinil, nilon polikarbonat dan resin akrilik.2,6,17
2.1.2.2.2 Thermohardening
Thermohardening adalah suatu bahan yang setelah proses pembentukannya
mengalami perubahan kimia. Bahan thermohardening memiliki molekul berbentuk
silang yang tidak mengalami perubahan saat pemanasan dan tidak dapat dilunakkan
dan dibentuk menjadi bentuk lain setelah dilakukan pemrosesan. Jenis bahan ini yang
sering dijadikan bahan basis gigitiruan adalah vulkanit, fenol, formaldehid dan resin
akrilik.2,6,17
Bahan resin poli(metil metakrilat) dikenalkan oleh Dr.Walter Wright pada
tahun 1937.6 Sejak itu resin menjadi bahan popular yang digunakan sebagai bahan
basis gigitiruan.10 Resin merupakan plastik lentur yang dibentuk dengan
menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat multipel.2
Resin poli(metil metakrilat) dipilih karena ekonomis, dan dapat diproses
dengan mudah menggunakan teknik yang relatif sederhana. Bahan ini mampu
mewakilkan sifat dan karakteristik yang dibutuhkan untuk digunakan dalam rongga

Universitas Sumatera Utara


10

mulut. Kinerja ini berhubungan dengan karakteristik biologis, fisik, estetik dan
penanganan.1,4,10,19,21
Beberapa sifat resin akrilik secara umum adalah :22
a. Penyusutan
Ketika monomer metil metakrilat berpolimerisasi akan terjadi perubahan kepadatan.
Perubahan kepadatan menyebakan penyusutan polimerisasi sebesar 21 %. Umumnya
perbandingan bubuk-cairan adalah sebesar 3–3,5 :1 (satuan volume ) atau 2,5 :1
(satuan berat). Pada proporsi adonan akrilik ini akan terjadi penyusutan sebesar 7%.
Hal ini disebabkan karena resin akrilik selama ini menunjukkan penyusutan yang
terdistribusi merata disetiap permukaan basis sehingga tidak begitu mempengaruhi
adaptasi basis mukosa.22
b. Strength (Kekuatan )
Kekuatan resin akrilik tergantung dari komposisi resin, teknik prosesing, dan
lingkungan gigi tiruan itu sendiri. Resin akrilik mempunyai modulus elastisitas yang
relatif rendah yaitu 2400 Mpa, oleh karena itu basis tidak boleh kurang dari 1 mm.22
c. Porositas
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang telah
mengalami polimerisasi. Timbulnya porositas menyebabkan efek negatif terhadap
kekuatan dari resin akrilik.22
Ada 2 jenis porositas yang dapat kita temukan pada basis gigitiruan yaitu
shrinkage porosity dan gaseous porosity. Shrinkage porosity kelihatan sebagai
gelembung yang tidak beraturan bentuk di seluruh permukaan gigitiruan sedangkan
gaseous porosity terlihat berupa gelembung kecil halus yang uniform, biasanya
terjadi terutama pada basis gigitiruan yang tebal dan di bagian yang lebih jauh dari
sumber panas.22
d. Stabilitas dimensi
Stabilitas dimensi dapat dipengaruhi oleh proses molding, pendinginan, polimerisasi,
absorbsi air dan temperatur tinggi.22

Universitas Sumatera Utara


11

e. Crazing
Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin, hal ini disebabkan karena adanya
tensile stress, sehingga terjadi pemisahan berat molekul.22
f. Fraktur
Gigitiruan yang tidak sesuai karena desain yang tidak baik dapat menyebabkan daya
fleksural yang berkelanjutan sehingga terjadi fatique dan akhirnya menyebabkan
gigitiruan fraktur.22
g. Radiologi
Akrilik tidak dapat dideteksi dalam foto karena sifat radiolusensinya. Ini disebabkan
karena atom C,H,O yang terdapat dalam akrilik melemahkan, menyerap sinar x- ray,
hal ini akan meyulitkan jika terjadi kecelakaan dimana ada bagian akrilik yang
tertelan atau tertanam di dalam jaringan lunak.22
h. Reaksi alergi
Sangat jarang pasien yang mengalami reaksi alergi akibat kontak dengan resin akrilik
yang berasal dari gigitiruan. Kebanyakan kasus yang dilaporkan adalah akibat dari
gigitiruan yang tidak bersih dan gigitiruan yang tidak sesuai kedudukanya dalam
rongga mulut sehingga mengakibatkan trauma pada jaringan lunak mulut, tetapi
banyaknya residual monomer yang terdapat pada basis resin akrilik yang tidak
mengalami polimerisasi secara sempurna akan mengakibatkan iritasi pada jaringan
mulut pasien.22
i. Penyerapan air
Resin menyerap air secara perlahan dengan nilai equilibrium absorpsi 2 – 2,5 %
akan terjadi setelah 6 bulan atau lebih tergantung dari ketebalan basis. Peyerapan air
ini akan menyebabkan perubahan dimensional, tetapi hal ini adalah tidak signifikan
dan biasanya bukan merupakan penyebab utama ketidak sesuaian gigitiruan.22 Resin
akrilik akan menjadi jenuh setelah dilakukan perendaman selama 17 hari dan tidak
akan menyerap air lagi.22
j. Berat molekul

Universitas Sumatera Utara


12

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul polimer yang tinggi yaitu
500.000 – 1.000.000 dan berat molekul monomernya yaitu 100. Berat molekul
polimer ini akan bertambah hingga mencapai angka 1.200.000 setelah berpolimerisasi
dengan benar. Rantai polimer dihubungkan antara satu dengan lainnya oleh gaya Van
der Waals dan ikatan antar rantai molekul. Bahan yang memiliki berat molekul tinggi
mempunyai ikatan rantai molekul yang lebih banyak dan mempunyai kekakuan yang
besar dibandingkan polimer yang memiliki berat molekul yang lebih rendah.22
k. Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut organik
Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa lemah
adalah baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan retaknya gigitiruan. Ethanol
dapat mengurangi temperatur transisi kaca. Oleh karena itu, larutan yang
mengandung alkohol sebaiknya tidak digunakan untuk membersihkan gigitiruan.22
Oleh karena itu resin akrilik harus memenuhi syarat penggunaan resin
dalam kedokteran gigi:15
a. Pertimbangan biologis yaitu tidak berbau, tidak berasa, tidak toksik dan tidak
mengiritasi jaringan mulut.
b. Sifat fisik memiliki kekuatan terhadap tekanan gigit atau pengunyahan, tekanan
benturan, keausan, kestabilan dimensi.
c. Sifat estetis menunjukkan translusensi dan tidak berubah warna.
d. Tahan abrasi, mudah direparasi dan dibersihkan
e. Biokompabilitas dengan jaringan lunak mulut
f. Biaya ekonomis dan mudah dalam manipulasi

Resin akrilik yang dapat dijadikan sebagai bahan basis gigitiruan dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu:2,6,14
1. Resin akrilik swapolimerisasi yaitu sering disebut juga resin cold-curing, self-
curing, atau swapolimerisasi. Proses polimerisasi resin ini menggunakan
aktivator kimia sehingga tidak memerlukan energi termal dan dapat dilakukan
pada temperatur ruangan. Komposisinya sama dengan resin akrilik polimerisasi

Universitas Sumatera Utara


13

panas kecuali pada komponen cairannya mengandung bahan aktivator seperti


dimetil-paratoluidin.
2. Resin akrilik polimerisasi sinar yaitu resin yang diaktivasi menggunakan sinar
yang terlihat oleh mata. Bahan ini digambarkan sebagai suatu komposit yang
memiliki matriks uretan dimetakrilat, silika ukuran mikro, dan monomer resin
akrilik berberat molekul tinggi. Butir-butir resin akrilik dimasukkan sebagai
bahan pengisi organik. Sinar yang terlihat oleh mata adalah aktivator, sementara
hydroquinone bertindak sebagai inhibitor polimerisasi.
3. Resin akrilik polimerisasi panas, yaitu resin yang memerlukan energi termal
(panas) untuk berpolimerisasi dengan cara direndam dalam air atau menggunakan
oven gelombang mikro (microwave).

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas


Resin akrilik polimerisasi panas adalah bahan yang memerlukan energi termal
untuk berpolimerisasi dengan cara direndam dalam air panas atau menggunakan oven
gelombang mikro. Resin jenis ini paling banyak dimintai karena prosesnya yang
mudah dan harganya yang lebih terjangkau.
2.2.1 Komposisi
Resin akrilik polimerisasi panas terdiri atas dua komponen yaitu:2,6
a. Bubuk
- Polimetil metakrilat (polimer)
- Inisiator peroksida (benzoil peroksida 0,2-0,5%)
- Zat translusensi (titanium dioksida)
- Zat pewarna atau pigmen organic 1% (merkuri sulfida, cadmium sulfida,
ferri oksida)
- Serat sintesis
b. Cairan
- Metil metakrilat tidak terpolimer (monomer)
- Inhibitor (hydroquinone)

Universitas Sumatera Utara


14

- Cross linking agent (etilen glikol dimetakrilat)


- Akselator organik amine

2.2.2 Manipulasi
Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan proses manipulasi resin akrilik
adalah:2
a. Perbandingan Polimer dan Monomer
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa resin akrilik terdiri dari dari dua
komponen yaitu bubuk dan cairan. Bubuk terdiri dari poli(metil metakrilat) disebut
dengan polimer. Cairan mengandung metil metakrilat tidak terpolimerisasi disebut
monomer.2 Bila komponen bubuk dan cairan diaduk dalam perbandingan yang sesuai
maka akan menghasilkan massa menyerupai adonan.2
Perbandingan polimer : monomer yang dapat diterima adalah 3-3,5:1 (satuan
volume) dan 2,5:1 (satuan berat). Ini memberikan monomer yang cukup untuk
membasahi keseluruhan partikel polimer, tetapi tidak memberikan kelebihan
monomer yang dapat menyebabkan peningkatan pengerutan polimerisasi.2
b. Pencampuran
Polimer dan monomer dengan perbandingan yang benar dicampur dalam
tempat yang tertutup lalu dibiarkan hingga mencapai fase dough.17 Pada saat
pencampuran ada empat tahap yang terjadi yaitu :2
1. Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang meyerupai pasir basah.
2. Sticky stage adalah saat bahan melekat ketika bubuk mulai larut dalam cairan dan
berserat ketika ditarik.
3. Dough stage adalah tahap dengan konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak
melekat lagi, serta merupakan waktu yang tepat memasukkan adonan ke dalam
mold dan kebanyakan dicapai dalam waktu 10 menit.
4. Rubber hard stage adalah berwujud seperti karet dan tidak dapat dibentuk
dengan tekanan konvensional.

Universitas Sumatera Utara


15

c. Pengisian
Sebelum pengisian, dinding cetakan model (mold) diberi bahan separator
untuk mencegah kontak langsung antara plat basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi
panas dengan permukaan rongga dalam kuvet yaitu stone.2 Separator diberikan ke
seluruh permukaan secara rata dan dibiarkan kering selama 10 menit untuk mencegah
merembesnya cairan ke bahan mold, karena apabila air melewati permukaan mold ke
dalam plat basis maka akan mempengaruhi kecepatan polimerisasi serta sifat fisik dan
optik dari resin yang diproses.2,17 Pada saat pengisian adonan ke dalam mold haruslah
penuh agar saat dipres menimbulkan tekanan yang cukup. Setelah pengisian adonan
ke dalam mold penuh kemudian kuvet ditutup dan ditekan dengan press hidrolik
sebesar 1000 psi selama 5 menit agar mold terisi padat. Kuvet dibuka dan kelebihan
resin dibuang kemudian lakukan lagi pengepresan kedua dengan press hidrolik
sebesar 2200 psi selama 5 menit.2,17
d. Kuring
Pada proses kuring, kuvet dipasang mur dan dibiarkan

selama 30 menit.2

2.2.3 Keuntungan dan Kerugian


Keuntungan Resin Akrilik Polimerisasi Panas adalah sebagai berikut:2,3,5,6,9,20
1. Estetik yang baik
2. Sifat fisik yang baik
3. Kestabilan dimensional yang tinggi
4. Tidak larut dalam cairan rongga mulut
5. Harga terjangkau
6. Dapat diperbaiki bila terjadi fraktur
7. Pembuatan yang mudah
8. Biokompatibel
Kerugian Resin Akrilik Polimerisasi Panas:3,5,6,9,20

Universitas Sumatera Utara


16

1. Mudah terjadi abrasi


2. Polimerisasi yang tidak sempurna akan menyebabkan banyaknya monomer sisa
yang dapat menimbulkan alergi
3. Sifat mekanis yang rendah sehingga membuat resin akrilik tidak dapat bertahan
lama
4. Mudah terjadi fraktur

2.2.4 Sifat-Sifat
2.2.4.1 Sifat Fisis
Sifat fisis merupakan sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan
atau gaya dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut.17 Sifat fisik resin basis
gigitiruan penting untuk ketepatan dan fungsi gigitiruan lepasan. Sifat yang perlu
diperhatikan tersebut adalah polimerisasi, porositas, penyerapan air, kelarutan,
tekanan selama proses, dan retakan ataupun goresan.2

2.2.4.2 Sifat Biologis


Sifat biologis adalah syarat utama dari material yang akan digunakan sebagai
bahan basis gigitiruan ataupun sebagai bahan yang akan dipakai dalam bidang
kedokteran gigi. Bahan tersebut tidak boleh mengandung toksik, tidak mengiritasi
jaringan rongga mulut, dan tidak bersifat karsinogenik.17 Resin akrilik polimerisasi
panas dipilih karena biokompatibilel terhadap jaringan mulut.5

2.2.4.3 Sifat Kemis


Sifat kemis adalah faktor penting dalam menentukan daya tahan dari bahan
yang akan dipakai sebagai bahan kedokteran gigi. Bahan tersebut seharusnya adalah
bahan yang tidak larut dalam cairan rongga mulut, tidak mudah erosi dan tidak
mudah terjadi korosi.17

Universitas Sumatera Utara


17

2.2.4.4 Sifat Mekanis


Sifat mekanis merupakan sifat suatu bahan yang memiliki kekuatan untuk
dapat menahan tekanan yang diberikan sehingga bahan tidak mengalami perubahan
bentuk atau deformasi.17 Sifat mekanis gigitiruan terdiri atas kekuatan tarik, kekuatan
fatique, kekuatan impak dan kekuatan transversal.8,17

2.3 Kekuatan Transversal


2.3.1 Pengertian
Kekuatan adalah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur atau sejumlah
deformasi plastis tertentu.2 Kekuatan transversal adalah kemampuan suatu bahan
untuk menahan tekanan berlebihan dari beban statis yang diberikan ditengahnya pada
suatu benda yang terdukung pada kedua ujungnya, dan berhenti jika benda itu
patah.2,17 Pengujian kekuatan transversal adalah pengujian sekumpulan pengukuran
tekanan tarik, kompresi dan geseran secara simultan,dimana semuanya
mencerminkan kekakuan serta ketahanan bahan sebelum terjadinya fraktur.17,23
Kekuatan transversal ini mewakili beban dan tekanan pengunyahan yang dihasilkan
oleh gigitiruan di dalam rongga mulut.17
Standar kekuatan transversal basis gigitiruan menurut ISO standart
(1567:1999) terbaru tidak kurang dari 60-65 MPa (611,83-662,81 kg/cm2), dan
menurut original ISO standart (1567:1988) kekuatan tekanan menyebabkan fraktur
tidak kurang dari 55N.15 Semakin tinggi kekuatan transversal suatu basis gigitiruan
maka akan semakin baik.2,15

2.3.2 Alat Uji dan Cara Pengukuran


Untuk mengetahui berapa besar kekuatan transversal dilakukan dengan
pengujian menggunakan alat Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine,
Japan.17 Uji kekuatan transversal untuk basis gigitiruan dijelaskan pada spesifikasi
American Dental Association no.12.17

Universitas Sumatera Utara


18

Keterangan :
S : Kekuatan transversal (kg/cm2)
I : Jarak antara kedua penyangga (cm)
P : Beban (kg)
b : Lebar batang uji (cm)
d : Ketebalan batang uji (cm)

2.4 Reparasi Basis Gigitiruan


2.4.1 Pengertian
Reparasi basis gigitiruan adalah perbaikan yang dilakukan pada gigitiruan
yang terjadi fraktur. Kebutuhan akan perbaikan ataupun reparasi basis gigitiruan terus
meningkat, seiring dengan bertambahnya pemakaian gigitiruan.24 Diperlukannya
perbaikan basis gigitiruan karena apabila terjadi fraktur pada basis gigitiruan pasien
maka tidak perlu dilakukan pembuatan gigitiruan baru.24
Fraktur basis gigitiruan yang terbuat dari resin akrilik adalah fenomena yang
banyak terjadi.5 Penyebab dari fraktur basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas
dapat disebabkan dari kesalahan pasien sendiri yang terjadi di luar rongga mulut
ataupun karena sifat mekanis dari bahan basis gigitiruan yang terjadi di dalam rongga
mulut.12,13,15 Penyebab fraktur di luar rongga mulut biasanya adalah karena
terjatuhnya basis gigitiruan akibat ketidak hati-hatian pasien dalam meletakkan
gigitiruan saat sedang tidak digunakan ataupun ketika pasien membersihkan
gigitiruan atau sedang batuk sehingga gigitiruan terjatuh.12,15 Sedangkan penyebab
fraktur yang dikarenakan rendahnya sifat mekanis dari bahan basis gigitiruan

Universitas Sumatera Utara


19

biasanya terjadi di dalam rongga mulut karena tekanan yang besar ketika sedang
digunakan.12,15
Beberapa penelitian mengatakan bahwasanya penyebab utama dari fraktur
basis gigitiruan yang terbuat dari resin akrilik polimerisasi panas adalah karena sifat
mekanis dari bahan tersebut yang rendah, yang paling sering terjadi adalah flexural
fatique dan tekanan impak pada saat pengunyahan.1,4,5,8
Oleh karena itu, reparasi basis gigitiruan dilakukan untuk memperbaiki bagian
yang fraktur tersebut dengan melekatkan kembali dua bagian yang patah dengan
berbagai metoda. Tujuan utama dari reparasi adalah memperbaiki basis gigitiruan
resin akrilik polimerisasi panas dengan mengembalikan kekuatan dan estetis seperti
semula.16,18,19

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Basis Gigitiruan yang Direparasi


Kelebihan :25
1. Dapat dicekatkan kembali dengan mudah.
2. Warnanya yang sesuai dengan basis gigitiruan yang lama sehingga memenuhi
fungsi estetik.
3. Teknik reparasi mudah dan relatif murah.
Hal yang diharapkan dari perbaikan basis gigitiruan adalah supaya keadaan
gigitiruan kembali kekeadaan semula sebelum terjadi fraktur, tetapi apabila dalam
melakukan perbaikan terdapat kekurang hati-hatian maka akan menimbulkan
beberapa kekurangan yaitu:25
1. Kekuatan transversalnya cenderung lebih kecil dibandingkan basis gigitiruan
sebelum terjadi fraktur.
2. Dimensi menjadi tidak stabil.
Hal tersebut dapat dihindari apabila operator melakukan perbaikan dengan baik dan teliti.
Sehingga diharapkan kekurangan tersebut tidak akan muncul.
Faktor utama yang mempengaruhi dalam memperbaiki kekuatan basis
gigitiruan setelah diperbaiki adalah adalah bentuk reparasi yang digunakan. Berbagai

Universitas Sumatera Utara


20

penulis telah menganjurkan cara mereparasi dengan permukaan halus dan kasar,
dalam hal ini ada empat bentuk reparasi permukaan yang biasa digunakan, yaitu:1
1. Butt Joint
2. Bevel Joint
3. Rabbet Joint
4. Round Joint
Selain dengan bentuk tersebut, dapat juga dilakukan reparasi dengan cara
konvensional, cara mereparasinya secara umum adalah:5,25
1. Dua bagian spesimen akrilik yang akan direparasi dikembalikan ke posisi
semula kemudian dipisahkan dan ditempatkan pada kedua sisi indeks perbaikan
dengan jarak 5 mm antara kedua spesimen.
2.Kedua permukaan dibuat kasar dengan menggunakan bur.
3. Resin akrilik polimerisasi panas diaduk dalam wadah yang bersih dan pada
tahap dough, resin akrilik dimasukkan diantara kedua jarak specimen tersebut.
4.Spesimen yang telah diperbaiki, dikuring pada suhu 70⁰C selama 90 menit
dan pada 100⁰C selama 30 menit5,25

2.4.3 Bentuk Reparasi


Bentuk reparasi digunakan karena terbukti dapat menambah kekuatan
transversal. Modifikasi bentuk permukaan pada bagian yang akan disatukan kembali
menambah retensi mekanis pada gigitiruan sehingga membuat kekuatan transversal
bertambah dan menyamai kekuatan transversal sebelum terjadi fraktur.5

2.4.3.1 Butt Joint


Butt joint adalah bentuk reparasi permukaan s

lurus.4
Teknik reparasinya pada ujung kedua specimen basis gigitiruan yang terpisah
direparasi dengan jarak pengurangan dikedua ujungnya sehingga nantinya sebagai

Universitas Sumatera Utara


21

tempat pengisian bahan resin akrilik polimerisasi panas. Pengurangan dilakukan


dengan membuat garis patokan sekitar 1mm dari ujung patahan kemudian direparasi
menggunakan bur carbide ataupun menggunakan kertas pasir.1,25

65 mm

32mm 32mm
Gambar 1. Butt Joint

2.4.3.2 Bevel Joint


Bevel joint
1,4,5

Teknik reparasi untuk preparasi dari desain permukaan bentuk bevel dibuat jarak
2mm pada bagian tengah spesimen,kemudian buat garis parallel 2mm dari tepi
preparasi. Buat garis patokan bentuk sudut bevel 45⁰ , Pada masing-masing kedua
bagian dibuat miring 45⁰ menggunakan bur carbide. 25

65 mm

31.5 mm 31.5 mm

32.5 mm 32.5 mm

Gambar 2. Bevel Joint

Universitas Sumatera Utara


22

2.4.3.3 Rabbet Joint


Rabbet joint adalah bentuk reparasi permukaan sambungan basis gigitiruan
resin akrilik polimerisasi panas yang kedua ujungnya dibuat sedemikian rupa
menyerupai bentuk parallel.1

Kemudian potong menggunakan straight fissure carbide bur.1,25

Gambar 3. Rabbet Joint

2.4.3.4 Round Joint


Round joint adalah bentuk reparasi sambungan basis gigitiruan resin akrilik
polimerisasi panas dimana kedua ujungnya tidak sama bentuknya. Pada salah satu
permukaan akan berbentuk cekung sedangkan satunya lagi cembung dimana apabila
disatukan maka akan saling menyatu.1,25
Teknik Reparasi gambar garis pemisah sepanjang 2mm ditengah specimen,
kemudian tepi luarnya dibuat setengah bulatan satu cekung dan yang satunya
cembung. Potong dengan straight fissure carbide bur kemudian tepinya haluskan
dengan kertas pasir.1,25

Universitas Sumatera Utara


23

Gambar 4. Round Joint (panah)

2.5 Serat Kaca


2.5.1 Pengertian
Serat kaca merupakan substansi anorganik yang sudah dibekukan sehingga
menjadi kaku tanpa adanya kristalisasi. Bahan tersebut terdiri dari serabut halus berisi
silica yang berbentuk silinder.6,26 Serat kaca memiliki efek bonding yang baik dengan
polimer melalui silane coupling agent, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
reinforcement pada kedokteran gigi, khususnya pada pembuatan ataupun perbaikan
basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.1,10,17,26,27
Serat kaca juga memiliki estetis yang bagus karena memiliki warna yang sama
dengan jaringan rongga mulut dan juga memiliki sifat mekanis yang dapat menambah
kekuatan dari basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.5 Serat kaca
memberikan kekuatan pada bahan matriks dengan cara memindahkan gaya beban
yang dikenakan pada matriks yang lemah ke matriks yang lebih kuat.17
Beberapa jenis serat kaca yang diproduksi diantaranya yang sering digunakan
adalah E-glass, S-glass, R-glass, V-glass, dan Cemfil. Serat kaca E-glass adalah yang
paling banyak digunakan karena memiliki kandungan alumina yang tinggi,tetapi
rendah alkali dan boron-silikat. Serat kaca ini juga dilaporkan memiliki kekuatan
flexural yang lebih tinggi dibandingkan lainnya. Karena modulus elastisitas dari serat
kaca yang tinggi maka bahan ini dapat menerima beban tanpa terjadi
deformasi.6,17,26,27

Universitas Sumatera Utara


24

2.5.2 Komposisi
Komponen utama dari serat kaca adalah silica oksida (SiO2) karena silica
oksida memiliki sifat kaku sehingga memiliki fungsi sebagai penguat.26 Beberapa
komposisi lainnya dari serat kaca adalah : 26,28
- SiO2 (52-56%)
- Alumina (12-15%)
- CaO (21-23%)
- Magnesia (0,4%)
- Boron oksida (7,3%)
- Titanium (0.4-0.6%)
- Na2O (0.3%)
- K2O (0.2%)

2.5.3 Bentuk
2.5.3.1 Batang
Serat kaca bentuk batang terbuat dari kumpulan serat kaca yang terdiri dari
100-200000 serat kaca menjadi satu untaian panjang yang sukar menjadi stabil dan
dibungkus silinder.26,28 Diameternya berkisar 3-24 µm, dan kekurangannya adalah
serat kaca bentuk batang penanganannya lebih sulit dan tidak dapat melekat dengan
baik pada resin akrilik.17,28

Gambar 5. Serat kaca bentuk batang

Universitas Sumatera Utara


25

2.5.3.2 Anyaman
Serat kaca bentuk anyaman diproduksi dari serat kaca bentuk batang kebentuk
anyaman.26 Serat kaca bentuk anyaman ini dipakai untuk mereparasi basis gigitiruan.
Serat kaca bentuk anyaman ini sangat baik melekat dengan matriks polimer dan
mudah dibasahi cairan monomer.17,28 Kekurangan serat kaca bentuk ini adalah
sulitnya penempatan pada mold.17

Gambar 6. Serat kaca bentuk anyaman

2.5.3.3 Potongan Kecil


Serat kaca potongan kecil adalah jenis yang paling banyak dipakai untuk
memperkuat basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas karena beberapa
kelebihannya seperti penggunaan dan manipulasi yang mudah, proses pencampuran
antara serat kaca dan resin akrilik polimerisasi panas yang sederhana dan ukurannya
kecil sehingga mudah dimasukkan ke dalam mold.29
Penelitian yang dilakukan Lee (2001) menunjukkan bahwa konsentrsi serat
kaca yang ditambahkan pada adonan resin akrilik polimerisasi panas juga
berpengaruh pada kekuatan transversal. Serat kaca potongan kecil 3mm dengan
konsentrasi 6% - 9% dapat meningkatkan kekuatan transversal.29 Penelitian Valittu
(1996) memperkirakan bahwa ketahanan fatique suatu basis gigitiruan yang

Universitas Sumatera Utara


26

ditambahkan serat kaca lebih tinggi dibandingkan yang tidak ditambahkan serat
kaca.30

Gambar 7. Serat kaca bentuk potongan kecil.

2.5.4 Manipulasi dan Mekanisme


Penambahan serat kaca adalah suatu metoda untuk menambah kekuatan pada
resin akrilik polimerisasi panas baik itu kekuatan impak, kekuatan transversal,
modulus elastisitas dan daya tahan basis gigitiruan.3 Serat kaca digunakan karena
kelebihannya yaitu mudah dimanipulasi dan juga estetik yang baik.3 Beberapa
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwasanya penambahan serat kaca pada basis
gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat menambah kekuatan mekanis dari
basis gigitiruan.1,3,8-11,15,21,27,29,30
Penambahan serat kaca ke dalam resin akrilik seringkali menimbulkan
permasalahan dalam penyatuan serat ke dalam matriks polimer, sehingga untuk
mengatasinya serat kaca dapat direndam terlebih dahulu pada monomer metil
metakrilat ataupun pada silane coupling agent.21,31 Silane coupling agent secara
kimia akan mengikat serat kaca matriks jauh lebih kuat daripada monomer.17,31 Bahan
yang paling sering digunakan adalah organosilanes [3-methacryloxypropyltrimethoxy
silane (γ-MPS)] sebagai bahan adhesif untuk meningkatkan interaksi antar molekul
pada resin akrilik. Bahan adhesif ini berfungsi untuk mengikat partikel bahan pengisi
dengan matrik polimer resin akrilik.17,31,32

Universitas Sumatera Utara


27

Bahan adhesif akan menambah sifat mekanis dan fisik resin akrilik
polimerisasi panas, dan menstabilkan hidrolitik dengan pencegahan air. Ikatan ini
akan berkurang ketika resin menyerap air dari penetrasi bahan pengisi resin. Dengan
mencampurkan senyawa silane coupling agent maka akan terjadi adhesif optimal
antara serat kaca dan matriks polimer resin akrilik polimerisasi panas.17,31
Adhesi yang terjadiantara serat kaca dengan matriks polimer menyebabkan
penyatuan densitas diantara keduanya. Densitas merupakan fungsi dari kerapatan
komposisi sehingga dengan menambahkan serat kaca yang nilai densitasnya 2,79
gr/cm3 dapat mengisi rongga kosong pada RAPP yang densitasnya berkisar 1,15-1,25
gr/cm3 yang relatif lebih rendah sehingga dapat meningkatkan kekuatan transversal
RAPP.17,31

Universitas Sumatera Utara


28

2.6 Kerangka Teori

Bahan Basis Gigitiruan


Metoda Perbaikan

Resin Akrilik
Reparasi Sambungan Bahan Penguat

RA polimerisasi sinar RA swapolimerisasi RA polimerisasi panas


Logam Serat
Butt Joint

Kelebihan Kekurangan Komposisi Manipulasi Sifat - sifat Kaca Aramid Karbon Polietilen
Bevel Joint

Estetis baik Fraktur Jenis Bentuk Manipulasi


Fisis Biologis Kemis Mekanis Rabbet Joint
S - glass Batang Silane
Mudah Coupli
Round Joint
diproses V - glass Anyaman ng

Mudah
E - glass Potongan
direpasa
kecil

Kekuatan Transversal

Universitas Sumatera Utara


29

2.7 Kerangka Konsep


Reparasi Basis Gigitiruan Resin Akrilik
Polimerisasi Panas

Reparasi Konvensional Bentuk reparasi


permukaan

Permukaan Permukaan Dovetail


halus kasar Butt Joint Bevel Joint Rabbet Joint Round Joint

Retensi mekanis rendah Penambahan bahan


penguat serat kaca
Kekuatan transversal
Potongan kecil 2mm volume 2%

Methode perbaikan yang Perendaman dalam silane coupling agent (organosilanes) yang secara kimia
meningkatkan kekuatan akan mengikat serat kaca matriks jauh lebih kuat daripada monomer
transversal
Terjadi adhesif optimal antara serat kaca dan matrik polimer RAPP

Densitas serat kaca mengisi rongga kosong

Menambah kekuatan

Sifat mekanis basis gigitiruan


resin akrilik polimerisasi
panas meningkat
Universitas Sumatera Utara
30

2.8 Hipotesis Penelitian


1. Ada pengaruh penambahan serat kaca terhadap kekuatan transversal pada
basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direparasi menggunakan
bentuk butt, bevel, rabbet dan round joint.
2. Ada perbedaan pengaruh bentuk reparasi disertai penambahan serat kaca
dengan pengaruh bentuk reparasi tanpa disertai penambahan serat kaca
terhadap kekuatan transversal.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai