Anda di halaman 1dari 6

Kanker serviks adalah salah satu penyakit mematikan yang menyerang wanita.

Ketika tidak
segera diobati dan sudah memasuki stadium lanjut, kanker serviks bisa saja menimbulkan
berbagai komplikasi. Bahkan, pengobatan kanker serviks juga berisiko menyebabkan beberapa
efek samping setelahnya. Simak beberapa kemungkinan komplikasi kanker serviks dalam
ulasan berikut ini.

Komplikasi kanker serviks akibat pengobatan


Ada serangkaian pengobatan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi kanker serviks. Mulai
dari operasi histerektomi, terapi radiasi, terapi target, kemoterapi, dan imunoterapi.

Meski dapat membantu meringankan keparahan kanker serviks, tapi metode pengobatan
tersebut berisiko menimbulkan satu atau lebih efek samping. Berikut beragam komplikasi
kanker serviks karena proses pengobatan:

1. Menopause dini

Menopause dini dapat terjadi jika rahim dan ovarium diangkat melalui operasi, atau bisa juga
karena rahim dan ovarium rusak saat menjalani perawatan dengan radioterapi. Beberapa gejala
yang bisa muncul akibat kondisi ini adalah:

 Vagina kering.
 Menstruasi berhenti atau tidak teratur.
 Kehilangan nafsu seksual.
 Sensasi rasa panas dan berkeringat.
 Berkeringat berlebihan, meski di malam hari.
 Kehilangan kemampuan menahan urine, sehingga bisa menyebabkan buang air kecil
tanpa disengaja saat batuk atau bersin; kondisi ini dikenal sebagai inkontinensia urine.
 Penipisan tulang yang bisa menyebabkan osteoporosis atau tulang rapuh.

Biasanya, gejala akibat komplikasi dari kanker serviks tersebut dapat dikurangi dengan minum
obat yang dapat meningkatkan produksi estrogen dan progesteron. Pengobatan ini disebut
dengan terapi penggantian hormon.

2. Penyempitan vagina

Pengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks kerap kali menimbulkan komplikasi berupa
penyempitan vagina. Kondisi ini dapat membuat hubungan seks sulit, bahkan terasa sangat
menyakitkan.

Pengobatan dapat dilakukan dengan mengoleskan krim hormon pada vagina untuk
meningkatkan kelembapan pada vagina, sehingga hubungan seks bisa menjadi lebih mudah.
Selain itu, vaginal dilator juga dapat digunakan untuk mengatasinya.

Ini merupakan alat berbentuk tampon terbuat dari plastik, yang membuat jaringan vagina
menjadi elastis dan hubungan seks akan terasa lebih nyaman. Anda disarankan memakai
vaginal dilator selama lima sampai 10 menit setiap saat secara teratur selama enam bulan
sampai sekitar satu tahun.

Banyak wanita yang merasa malu membicarakan tentang alat ini. Tapi metode penanganan ini
cukup dikenal untuk masalah penyempitan vagina. Anda bisa menanyakan kepada dokter
tentang kelebihan dan kekurangan penggunaan alat ini.

3. Munculnya limfedema

Linfedema adalah pembengkakan yang umumnya muncul pada tangan atau kaki karena sistem
limfatik yang terhalang. Sistem limfatik adalah bagian penting dari sistem kekebalan dan sistem
sirkulasi tubuh.

Jika nodus limfa diangkat dari panggul Anda, sistem limfatik mungkin tidak berfungsi dengan
normal. Padalah, salah satu fungsi sistem limfatik adalah membuang cairan berlebih dari dalam
jaringan tubuh. Adanya gangguan pada proses ini dapat menyebabkan penumpukan cairan di
jaringan tubuh, yang menyebabkan timbulnya pembengkakan.

Pada orang dengan kanker serviks, limfedema biasanya terjadi pada bagian kaki. Untuk
mengurangi pembengkakan yang terjadi, Anda bisa melakukan latihan dan teknik pemijatan
khusus. Perban atau kain pembalut khusus juga bisa membantu untuk mengatasinya.

Komplikasi kanker serviks akibat stadium


lanjut
Seiring berkembang dan menyebarnya sel-sel kanker, Anda juga bisa mengalami komplikasi
lain dari kanker serviks. Berikut beberapa komplikasi yang mungkin terjadi karena kanker
serviks telah masuk ke stadium lanjut:

1. Rasa sakit akibat penyebaran kanker

Rasa sakit yang parah akan muncul ketika kanker sudah menyebar ke saraf, tulang, atau otot
Anda. Namun, beberapa obat pereda rasa sakit biasanya dapat digunakan untuk
mengendalikan rasa sakit ini.

Jika pereda rasa sakit tidak banyak membantu, tanyakan pada dokter tentang obat yang
mungkin memiliki efek lebih kuat. Radioterapi jangka pendek juga efektif untuk mengendalikan
rasa sakit.

2. Gagal ginjal

Ginjal berfungsi membuang materi limbah dari dalam tubuh. Limbah ini dibuang melalui urine
melewati saluran yang disebut ureter. Fungsi ginjal dapat dipantau melalui tes darah
sederhana yang disebut dengan kadar serum kreatinin.
Pada beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, kanker bisa menimbulkan komplikasi
karena menekan ureter. Ini menyebabkan terhalangnya aliran urine untuk keluar dari
ginjal. Terkumpulnya urine di ginjal dikenal dengan istilah hidronefrosis.

Kondisi ini bisa menyebabkan ginjal membengkak dan meregang. Hidronefrosis parah bisa
merusak ginjal sehingga kehilangan seluruh fungsinya. Kondisi inilah yang disebut
sebagai gagal ginjal.

3. Penggumpalan darah

Hampir sama seperti kanker lainnya, komplikasi dari kanker serviks juga dapat membuat darah
menjadi lebih lengket atau kental dan cenderung membentuk gumpalan. Risiko penggumpalan
darah meningkat setelah menjalani kemoterapi dan istirahat pascaoperasi.

Munculnya tumor yang besar dapat menekan pembuluh darah pada panggul. Hal inilah yang
memperlambat aliran darah balik dan akhirnya mengakibatkan penggumpalan di kaki.

Kondisi bisa berdampak sangat fatal jika gumpalan darah dari pembuluh darah pada kaki
bergerak ke paru-paru dan menghalangi pasokan darah ke paru-paru. Kondisi ini disebut
dengan emboli paru-paru.

Penggumpalan darah di kaki ini bisa ditangani dengan kombinasi obat-obatan pengencer darah,
seperti heparin atau warfarin. Membalutkan stocking atau kain pembalut kaki juga dapat
membantu memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh.

4. Perdarahan berlebih

Pendarahan berlebih bisa terjadi jika komplikasi kanker serviks telah menyebar hingga ke
vagina, usus, atau kandung kemih. Pendarahan bisa muncul di rektum atau di vagina. Bisa juga
terjadi pendarahan saat buang air kecil.

Pendarahan kecil bisa ditangani dengan obat bernama asam traneksamat. Obat ini dapat
membantu darah untuk menggumpal sehingga dapat menghentikan pendarahan yang terjadi.
Radioterapi juga efektif dalam menghentikan pendarahan karena kanker.

5. Fistula

Fistula termasuk komplikasi kanker serviks yang jarang terjadi. Biasanya, hanya dialami sekitar
satu dari 50 kasus kanker serviks stadium lanjut. Fistula adalah terbentuknya sambungan atau
saluran abnormal antara dua bagian dari tubuh.

Pada kasus kanker serviks, fistula bisa terbentuk antara kandung kemih dan vagina. Ini bisa
mengakibatkan pengeluaran cairan kencing tanpa henti dari vagina. Terkadang, fistula bisa
terjadi antara vagina dan rektum.

Biasanya diperlukan operasi untuk memperbaiki fistula. Namun, ini sering kali tidak mungkin
dilakukan pada wanita dengan kanker serviks stadium lanjut, karena kondisi mereka yang
sudah sangat lemah.
6. Keputihan abnormal

Keputihan abnormal bisa berbau aneh dan tidak sedap akibat dari kanker serviks stadium
lanjut. Keputihan yang keluar bisa muncul karena beberapa penyebab, seperti kerusakan pada
jaringan sel-sel, kerusakan pada kandung kemih atau usus sehingga terjadi kebocoran, atau
karena infeksi bakteri pada organ vagina.

Untuk mengatasinya dapat menggunakan gel antibakteri yang mengandung metronidazole.


Bisa juga dengan cara memakai baju yang mengandung zat arang (karbon). Karbon adalah
senyawa kimia yang sangat efektif untuk menyerap bau yang tidak sedap.

Untuk mencegah terjadinya kanker serviks sehingga tidak terjadi komplikasi seperti yang
disebutkan sebelumnya, maka pencegahan dapat dilakukan , diantaranya yaitu deteksi dini
melalui skrining secara reguler dan vaksinasi HPV.

Vaksin HPV membuat tubuh membentuk antibodi terhadap virus HPV, sehingga virus yang
masuk akan mati dan tidak sampai menimbulkan kanker serviks. Mencegahnya berarti juga
dapat menghindari dari beberapa kemungkinan komplikasi kanker serviks yang akan timbul.

Sumber : https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/kanker-serviks/komplikasi-kanker-serviks/

Once there’s a diagnosis of cervical cancer, the next step is to find out how far
the cancer may have spread.

Determining the stage may start with a series of imaging tests to look for
evidence of cancer. Your doctor can get a better idea of the stage after
performing surgery.

Treatment for cervical cancer depends on how far it has spread. Surgical


options may include:

 Conization: Removal of the cancerous tissue from the cervix.


 Total hysterectomy: Removal of the cervix and uterus.
 Radical hysterectomy: Removal of the cervix, uterus, part of the
vagina, and some surrounding ligaments and tissues. This may also
include removal of the ovaries, fallopian tubes, or nearby lymph nodes.
 Modified radical hysterectomy: Removal of the cervix, uterus, upper
part of the vagina, some surrounding ligaments and tissues, and
possibly nearby lymph nodes.
 Radical trachelectomy: Removal of the cervix, nearby tissue and
lymph nodes, and the upper vagina.
 Bilateral salpingo-oophorectomy: Removal of the ovaries and
fallopian tubes.
 Pelvic exenteration: Removal of the bladder, lower colon, rectum, plus
the cervix, vagina, ovaries, and nearby lymph nodes. Artificial openings
must be made for the flow of urine and stool.

Other treatments may include:

 Radiation therapy: To target and destroy cancer cells and keep them
from growing.
 Chemotherapy: Used regionally or systemically to kill cancer cells.
 Targeted therapy: Drugs that can identify and attack the cancer without
harm to healthy cells.
 Immunotherapy: Drugs that help the immune system fight cancer.
 Clinical trials: To try innovative new treatments not yet approved for
general use.
 Palliative care: Treating symptoms and side effects to improve overall
quality of life.

A Pap test can detect abnormal cells on the cervix before they become
cancerous. This is known as carcinoma in situ or stage 0 cervical cancer.

Removing these cells can help prevent cancer from developing in the first
place.
General stages for cervical cancer are:

 Stage 1: Cancer cells are present on the cervix and may have spread
into the uterus.
 Stage 2: Cancer has spread outside the cervix and uterus. It hasn’t
reached the walls of the pelvis or the lower part of the vagina.
 Stage 3: Cancer has reached the lower part of the vagina, the pelvic
wall, or is affecting the kidneys.
 Stage 4: Cancer has spread beyond the pelvis to the lining of the
bladder, the rectum, or to distant organs and bones.

The 5-year relative survival rates based on people diagnosed with cervical


cancer from 2009 to 2015 are:

 Localized (confined to cervix and uterus): 91.8 percent


 Regional (spread beyond cervix and uterus to nearby sites): 56.3
percent
 Distant (spread beyond the pelvis): 16.9 percent
 Unknown: 49 percent

These are overall survival rates based on data from the years 2009 to 2015.
Cancer treatment changes quickly and the general outlook may have
improved since then.

Anda mungkin juga menyukai