Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

M DENGAN
GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER : HIPERTENSI DI
DESA SUNGAI RAYA SIDIKALANG

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

Damasia Elci Hutajulu


190202046

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2013).
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan kerusakan pada ginja, jantung, dan otak bila tidak dideteksi secara dini
dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2013).

Seseorang dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darahnya di atas normal


atau tekanan sistolik lebih tinggi 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90
mmHg.Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah kedalam
pembuluh nadi (saat jantung berkontraksi). Diastolik adalah tekanan darah pada saat
jantung memgembang atau relaksasi. Berdasarkan etiologi, hipertensi dibedakan
menjadi 2, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah
suatu kondisi terjadinya tekanan darah tinggi sekitar 95% yang disebabkan faktor
gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Hipertensi sekunder
adalah suatu kondisi terjadinya tekanan darah tinggi lebih jarang hanya sekitar 5%
dan disebakan oleh kondisi medis (misalnya penyakit ginjal) atau reaksi terhadap
obat-obatan tertentu (Nurarima,2012).

World Health Organization (WHO) melaporkan tahun 2012 sedikitnya sejumlah


839 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025 atau
sekitar 29 % dari total penduduk dunia, dimana penderitanya lebih banyak pada
wanita (30%) dibanding pria (29%). Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi
terutama di negara-negara berkembang. Data WHO menunjukkan dari setengah
penderita hipertensi yang diketahui, hanya seperempat atau 25 % yang mendapat
pengobatan. Sementara hipertensi yang diobati dengan baik hanya 12,5%. Hipertensi
yang dapat menyebabkan rusaknya organ-organ tubuh, seperti ginjal, jantung, hati,
mata dan terjadi kelumpuhan organ-organ gerak (WHO,2013).

Prevelensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran menurut usia >18


tahun sebesar 25,8%. Prevelensi hipertensi di Indonesia yang di peroleh melalui
kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan adalah 9,4% yang di diagnosis tenaga
kesehatan sebesar atau sedang minum obat sebesar 9,5%. Jadi terdapat 0,1% yang
minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang
minum obat hipertensi sebesar 0,7%. Jadi prevelensi hipertensi di Indonesia sebesar
26,5%. (Kemenkes RI, 2013).

Faktor-faktor hipertensi yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor
risiko yang dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah terdiri dari genetika,
umur, jenis kelamin. Faktor yang dapat diubah yaitu obesitas, kurang olahraga,
konsumsi garam berlebih, merokok dan mengkonsumsi alkohol dan stres.
Berdasarkan masalah yang ada, maka penyakit hipertensi menjadi salah satu penyakit
yang ditakuti masyarakat dan menjadi perhatian pemerintah (Kemenkes RI, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO) menganjurkan pada penderita


hipertensi untuk membatasi konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari atau setara
dengan 2400 mg natnium. Konsumsi garam di Indonesia tergolong tinggi, berkisar
30-40 gram perhari. Angka ini setara dengan 12-16 gram natrium (1 gram garam
dapur 400 mg Na) (Huteri, 2013). Para lanjut usia (Lansia) tidak mengetahui
penyebab tekanan darahnya meningkat, yang selain dikarenakan oleh faktor usia, juga
di kehidupan sehari-hari lansia sering sekali menerapkan pola makan yang tidak
teratur, mengkonsumsi makanan rendah serat, tinggi lemak, tinggi gula, dan
mengandung banyak garam yang dapat menyebabkan hipertensi (Megha, 2012).
Ketika tubuh kita mendapatkan asupan garam yang terus meningkat, maka volume
darah akan meningkat dan dapat meningkatkan beban kerja pada jantung.
Arteriosclerosis, kerusakan pada ginjal, masalah pembuluh darah, serangan jantung,
dan stroke adalah beberapa kondisi dari resiko hipertensi (Yuli, 2014). Hipertensi
yang tidak tekontrol akan menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti otak, ginjal,
mata dan jantung serta kelumpuhan anggota gerak. Namun kerusakan yang paling
sering adalah gagal jantung dan stroke serta gagal ginjal.

Untuk menghindari hal tersebut perlu pengamatan secara dini. Hipertensi sering
ditemukan pada usia tua/lanjut kira-kira 65 tahun keatas. Untuk mencegah komplikasi
diatas sangat diperlukan perawatan dan pengawasan yang baik. Banyak kasus
penderita dan kematian akibat penyakit kardiovaskuler dapat dicegah jika seorang
merubah perilaku kebiasaan yang kurang sehat dalam mengkonsumsi makanan yang
menyebabkan terjadinya hipertensi, selalu berolah raga secara teratur serta merubah
kebiasan hidup lainnya yang dapat mencetus terjadinya penyakit hipertensi seperti
merokok, minum-minuman beralkohol. Adapun faktor dietik dan kebiasaan makan
yang mempengaruhi tekanan daran yang meliputi, cara mempertahankan berat badan
ideal, natrium klorid, Kalium, Kalsium, Magnesium, lemak dan alcohol.
Dalam pelaksanaan tugas–tugas kesehatan keluarga mempunyai peranan yang
sangat penting dalam pemeliharaan kesehatan bagi anggota keluarga yang menderita
penyakit hipertensi. Freedmen (1981) membagi lima (5) peran yang dilakukan
keluarga yaitu : mengenal gejala hipertensi, mampu mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan yang tepat untuk menolong klien hipertensi, mampu memberikan
asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang menderita hipertensi dalam
mengatasi masalahnya dan meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan
mutu hidup anggota keluarga, yang menderita penyakit hipertensi. Untuk mencapai
tujuan perawatan kesehataan keluarga yang optimal, sangatlah penting peran perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan ini adalah untuk mendapatkan gambaran
nyata mengenai  asuhan keperawatan gerontik pada klien Ny. M
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan laporan ini adalah untuk mendapatkan
gambaran nyata tentang:
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada lansia
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan lansia
c. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan.
d. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah
yang telah diprioritaskan.
e. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah
dilaksanakan pada klien hipertensi.
f. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang
telah dilaksanakan.
 
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Proses Penuaan Pada Sistem Muskuloskeletal


1. Definisi Proses Menua
Pada lansia, menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki dari atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang di derita.
Pada  orangorang sehat, perubahan anatomik fisiologik tersebutmerupakan
bagian dari proses menua, Usia Ianjut bukanlah merupakan penyakit, tetapi
merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan menurunnya
kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres atau pengaruh lingkungan.
Proses menua melandasi berbagai kondisi yang terjadi pada usia.
Untuk dapat mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi tubuh adalah
disebabkan oleh proses menua dan bukan disebabkan oleh penyakit yang
menyertai proses menua, ada 4 kriteria yang harus dipenuhi: 
a. Kemunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi harus bersifat universal, artinya
umum terjadi pada setiap orang.
b. Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti perubahan
fungsi sel dan jaringan disebabkan oleh penyimpangan yang terjadi di dalam sel
dan bukan oleh faktor luar.
c. Proses menua terjadi secara progresif, berkelanjutan, berangsur Iambat dan tidak
dapat berbalik lagi.
d. Proses menua bersifat proses kemunduran atau kerusakan (injury).

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses secara perlahan – lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus – menerus
berlanjut secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua
makhluk hidup.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung
sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan
jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit
demi sedikit.
Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun
mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang
pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai bagian dari proses
penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman panca indera, menurunnya
daya tahan tubuh merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi
mereka masih harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial
serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.

B. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum terjadi dalam
masyarakat kita. Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada arteri utama didalam
tubuh terlalu tinggi. Hipertensi kini semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia
(Shanty, 2011). Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh
darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja
lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain,
terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal (Kemenkes RI, 2013).
2. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial dan
hipertensi sekunder yaitu sebagai berikut :
a. Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial (primer) atau idiopatik, adalah hipertensi yang tidak jelas
etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini.
Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan
resistensi perifer. Penyebab hipertensi esensial adalah multifaktor, terdiri dari
factor genetic dan lingkungan. Factor keturunan bersifat poligenik dan terlihat
dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dari keluarga. Faktor predisposisi
genetic ini dapat berupa sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress,
peningkatan reaktivitas vascular (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi
insulin. Paling sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat menyebabkan
hipertensi yakni, makan garam (natrium) berlebihan, stress psikis, dan obesitas.

b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi Sekunder. Prevalensinya hanya sekitar 5-8 % dari seluruh penderita
hipertensi. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi
renal), penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan lain-lain. Hipertensi
renal dapat berupa:
1) Hipertensi renovaskular adalah hipertensi akibat lesi pada arteri ginjal
sehingga menyebabkan hipoperfusi ginjal.
2) Hipertensi akibat lesi pada parenkim ginjal menimbulkan gangguan fungsi
ginjal.

Sementara menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan


lanjut usia adalah terjadinya perubahanperubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
3. Patofisiologi
Dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (2000)
menjelaskan patofisiologi hipertensi terdapat pada, mekanisme yang mengatur
atau mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasonator. Pada medulla otak, dari pusat vasomotor inilah bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna,
medula spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre ganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meski tidak
diketahui dengan jelas mengapa bisa terjadi hal tersebut.

Pada saat yang bersamaan, sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang. Hal ini
mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya untuk memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal dan memicu pelepasan
renin. Pelepasan rennin inilah yang merangsang pembentukan angiotensin I yang
akan diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat yang nantinya akan
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon aldosteron ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, sehingga terjadi
peningkatan volume intra vaskular. Semua faktor ini dapat mencetus terjadinya
hipertensi.

Pada keadaan gerontologist dengan perubahan structural dan fungsional sistem


pembuluh perifer bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan darah usia
lanjut. Perubahan itu antara lain aterosklerosis hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah. Akibatnya akan
mengurangi kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya) dan curah jantung pun ikut
menurun, sedangkan tahanan perifer meningkat.

4. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Committee On Prevention,
Detection, Evaluation, And The Treatment Of High Blood Pressure), yang dikaji
oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat. Data terbaru menunjukkan
bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata
dapat menyebabkan peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler. Sehingga
mendorong pembuatan klasifikasi baru pada JNC 7, yaitu terdapat pra hipertensi
dimana tekanan darah sistol pada kisaran 120-139 mmHg, dan tekanan darah
diastole pada kisaran 80-89 mmHg. Hipertensi level 2 dan 3 disatukan menjadi
level 2. Tujuan dari klasifikasi JNC 7 adalah untuk mengidentifikasi individu-
individu yang dengan penanganan awal berupa perubahan gaya hidup, dapat
membantu menurunkan tekanan darahnya ke level hipertensi yang sesuai dengan
usia.

Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan darah Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol


(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi stadium 2 > 160 > 100

5. Faktor Risiko Hipertensi


a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain usia, jenis kelamin dan
genetik.
1) Usia
Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur,
risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi
di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, sebagai bagian
dengan kematian sekitar di atas usia 65 tahun (Depkes, 2009).
Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan
tekanan sistolik. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik
tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi.
Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur yang disebabkan
oleh perubahaan struktur pada pembuluh darah besar,sehingga lumen
menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku,
sebagai akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah sistolik. Dalam
penelitian Irza (2009) menyatakan bahwa risiko hipertensi 17 kali lebih
tinggi pada subyek > 40 tahun dibandingkan dengan yang berusia ≤ 40
tahun.

2) Jenis Kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih
banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan rasio sekitar
2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya
hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan
dengan wanita (Depkes, 2006). Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria
sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler
sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi
oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan
faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek 15
perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita
pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan
sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh
darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen
tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang
umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin
wanita sekitar 56, 5% (Anggraini, 2009). Data Riskesdas (Riset Kesehatan
Dasar) menyebutkan bahwa prevalensi penderita hipertensi di Indonesia
lebih besar pada perempuan (8,6%) dibandingkan laki-laki (5,8%).
Sedangkan menurut Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2006),
sampai umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibanding
perempuan. Dari umur 55 sampai 74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan
dibanding laki-laki yang menderita hipertensi (Depkes, 2009).

3) Keturunan (Genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer
(essensial). Tentunya faktor genetik ini juga dipenggaruhi faktor-faktor
lingkungan, yang kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi.
Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan
renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua orang tuanya menderita
hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu
orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke
anak-anaknya (Depkes, 2006). Faktor keturunan menunjukkan, jika kedua
orang tua kita menderita hipertensi kemungkinan kita terkena penyakit ini
sebesar 60 % karena menunjukan ada faktor gen keturunan yang berperan
(Iqbal, 2008).

b. Faktor risiko yang dapat diubah


Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak sehat
dari penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat, kurang aktifitas
gerak, berat badan berlebihan/kegemukan, komsumsi alkohol, hiperlipidemia
atau hiperkolestrolemia, stress dan komsumsi garam berlebih sangat
berhubungan erat dengan hipertensi (Depkes, 2006).
1) Obesitas
Kegemukan (obesitas) adalah presentase abnormalitas lemak yang
dinyatakan dalam Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara
berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Kaitan erat antara
kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh
beberapa studi. Berat badan dan IMT berkorelasi langsung dengan tekanan
darah, terutama tekanan darah sistolik. Sedangkan, pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih overweight (Depkes,
2006). Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat
badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok
lansia dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan
pembuluh darah, hipertensi.
2) Psikososial dan stress
Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara
individu dengan lingkungannya yang mendorong seseorang untuk
mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber daya
(biologis, psikologis dan sosial) yang ada pada diri seseorang (Depkes,
2006). Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,
dendam, rasa takut dan rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal
melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat
serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress
berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga
timbul kelainan organis atau perubahaan patologis. Gejala yang muncul
dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi atau
kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih tinggi
dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stress atau rasa tidak puas
orang kulit hitam pada nasib mereka.

3) Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan
endotel pembuluh darah arteri yang mengakibatkan proses artereosklerosis
dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara
kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh
darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen
untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah
tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri
(Depkes, 2006). Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok
berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan
risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam
penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and
Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya
tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan
perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8%
subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan
dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu
kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan
merokok lebih dari 15 batang perhari
Menurut Depkes RI (2009), telah dibuktikan dalam penelitian bahwa
dalam satu batang rokok terkandung 4000 racun kimia berbahaya termasuk
43 senyawa. Bahan utama rokok terdiri dari 3 zat, yaitu :
a) Nikotin, merupakan salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak
jantung dan sirkulasi darah dengan adanya penyempitan pembuluh darah,
peningkatan denyut jantung, pengerasan pembuluh darah dan
penggumpalan darah.
b) Tar dapat mengakibatkan kerusakan sel paru-paru dan menyebabkan
kanker.
c) Karbon Monoksida (CO) merupakan gas beracun yang dapat
menghasilkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen
(Depkes, 2009).

4) Olahraga
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi
diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru
memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen
ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisasisa dari tubuh (Supariasa,
2001). Olahraga dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner melalui
mekanisme penurunan denyut jantung, tekanan darah, penurunan tonus
simpatis, meningkatkan diameter arteri koroner, sistem kolateralisasi
pembuluh darah, meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein) dan
menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) darah. Melalui kegiatan
olahraga, jantung dapat bekerja secara lebih efisien. Frekuensi denyut nadi
berkurang, namun kekuatan jantung semakin kuat, penurunan kebutuhan
oksigen jantung pada intensitas tertentu, penurunan lemak badan dan berat
badan serta menurunkan tekanan darah (Cahyono, 2008).
Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan
bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu dengan
melakukan olahraga aerobik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah
tanpa perlu sampai berat badan turun (Depkes, 2006). Kurangnya aktivitas
fisik menaikkan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko
untuk menjadi gemuk.Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai
detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras
pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa
semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri (Hamer, 2006).

5) Konsumsi alcohol berlebih


Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas.
Namun, diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel
darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan
darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan
darah dan asupan alkohol dilaporkan menimbulkan efek terhadap tekanan
darah baru terlihat apabila mengkomsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran
standar setiap harinya.

6. Gejala Hipertensi
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain
yaitu :
a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
b. Sering gelisah
c. Wajah merah
d. Tengkuk terasa pegal
e. Mudah marah
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur
h. Sesak napas
i. Rasa berat ditengkuk
j. Mudah lelah
k. Mata berkunang-kunang
l. Mimisan (keluar darah dari hidung)..

7. Komplikasi
Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai penyakit diantaranya
adalah stroke hemorragik, penyakit jantung hipertensi, penyakit arteri koronaria
anuerisma, gagal ginjal, dan ensefalopati hipertensi (Shanty, 2011).
1) Stroke
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena berkurangnya
atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak yang mengalami
hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang pula stroke disebut
dengan CVA (cerebrovascular accident). Hipertensi menyebabkan tekanan
yang lebih besar pada dinding pembuluh darah, sehingga dinding pembuluh
darah menjadi lemah dan pembuluh darah rentan pecah. Namun demikian,
hemorrhagic stroke juga dapat terjadi pada bukan penderita hipertensi. Pada
kasus seperti ini biasanya pembuluh darah pecah karena lonjakan tekanan
darah yang terjadi secara tiba-tiba karena suatu sebab tertentu, misalnya
karena makanan atau faktor emosional. Pecahnya pembuluh darah di suatu
tempat di otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya mendapat
pasokan oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut
menjadi kekurangan nutrisi dan akhirnya mati. Darah yang tersembur dari
pembuluh darah yang pecah tersebut juga dapat merusak sel-sel otak yang
berada disekitarnya.
2) Penyakit Jantung
Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai akibatnya terjadi hipertropi
ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Kebutuhan oksigen oleh
miokardium akan meningkat akibat hipertrofi ventrikel, hal ini mengakibat
peningkatan beban kerja jantung yang pada akhirnya menyebabkan angina
dan infark miokardium. Disamping itu juga secara sederhana dikatakan
peningkatan tekanan darah mempercepat aterosklerosis dan arteriosclerosis.

3) Penyakit Arteri Koronaria


Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit arteri
koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plak terbentuk pada
percabangan arteri yang ke arah aterikoronaria kiri, arteri koronaria kanan
dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah kedistal dapat
mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan
olehakumulasi plak atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di
sekitar obstruksiarteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke
miokardium. Kegagalan sirkulasikolateral untuk menyediakan supply
oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri
koronaria.

4) Aneurisme
Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada yang terpisah
sehingga memungkinkan darah masuk. pelebaran pembuluh darah bisa
timbul karena dinding pembuluh darah aorta terpisah atau disebut aorta
disekans. kejadian ini dapat menimbulkan penyakit aneurisma diamana
gejalanya adalah sakit kepala yang hebat, sakit di perut sampai ke pinggang
belakang dan di ginjal. aneurisme pada perut dan dada penyebab utamanya
pengerasan dinding pembuluh darah karena proses penuaan (aterosklerosis)
dan tekanan darah tinggi memicu timbulnya aneurisme.

8. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan
konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolesterolemia, Hipertensi, dsb.
b) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d) Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.  

b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
1. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun
dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
2. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal dan stabil mungkin.
3. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
4. Batasi aktivitas.

9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
2) Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
3) Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
4) Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
6) Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa
( efek kardiovaskuler ).
7) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi
dan hipertensi
8) Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
9) Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
10) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
11) Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
13) Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup, pembesaran jantung.
b. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama ) :
1) IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
2) CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3) IUP:mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
4) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT
scan.
5) (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien.

10. Penatalaksanaan
a. Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
b. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1) Terapi tanpa Obat (diet rendah kolestrol, penurunan berat badan, restriksi
garam)
2) Latihan fisik (olah raga).
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas /Data Biografis Pasien
a. Nama :Ny. M
b. Umur :56 Tahun
c. Pendidikan terakhir :SMP
d. Agama :Katolik
e. Status perkawinan :Menikah
f. Alamat :Jl. Tigalingga KM 6 Sidikalang
g. Telepon :-
h. Jenis kelamin :Perempuan
i. Orang yang paling dekat dihubungi :Tn. A dan An. A
j. Hubungan dengan usila :suami dan anak
k. Alamat : Jl. Tigalingga KM 6 Sidikalang
2. Riwayat Keluarga
a. Pasangan
1) Nama : Tn. A
2) Umur : 58 Tahun
3) Pekerjaan : Petani
4) Alamat : Jl. Tigalingga KM 6 Sidikalang
5) Hidup/Mati : Hidup
6) Kesehatan : Gout Artrithis
b. Anak
1) Nama : An. A
2) Alamat : Jl. Tigalingga KM 6 Sidikalang
3) Hidup/Mati : Hidup
Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
…….. : serumah

3. Riwayat Pekerjaan
saat ini Ny. M bekerja sebagai petani

4. Riwayat Lingkungan
Klien tinggal dengan suami dan anaknya. Pencahayaan dalam rumah terang,
memiliki jendela rumah kaca yang selalu terbuka dan dibersihkan.Pertukaran
udara dan cahaya matahari baik. Kondisi sekitar dan dalam rumah nyaman.
Disekitar rumah terdapat tanaman.

5. Riwayat Rekreasi
Klien sudah jarang jalan-jalan. Klien hanya berada di rumah dan bekerja
kekebun menghabiskan hari bersama suami dan anaknya
6. Sumber/Sistem Pendukung Yang Digunakan
Dirumah klien melaksanakan kegiatan dibantu anaknya

7. Kebiaasan Ritual (Beribadah)


Klien rutin beribadah tiap hari minggunya.

8. Status Kesehatan Saaat Ini


a. Obat Obatan : klien minum obat anti hipertensi jus mentimun
b. Status Imunisasai : klien tidak pernah di imunisasi
c. Alergi : klien tidak mempunyai riwayat alergi
d. Penyakit Yang Diderita : klien memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun
yang lalu
e. Nutrisi : Klien sering mengkonsumsi makanan dengan
kandungan garam yang tinggi. klien memakan
makanannya dengan lahap dan klien tidak
memilih-milih makanan
9. Status Kesehatan Masa Lalu
Klien memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu

10. Tinjauan Sistem


1. Tinjauan Sistem
a. keadaan umum : klien tampak bersih
b. kesadaran : composmentis
c. TTV :
TD : 180/100 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Suhu : 36,5 oC
RR : 24 kali/menit

d. Integumen : tampak bersih, ada lesi, turgor kulit jelek, warna kulit
kuning langsat
e. Kepala : bentuk bulat, rambut sebahagian putih, kulit kepala
bersih, berbau
f. Mata : simetris, fungsi penglihatan menurun, terdapat katarak
di kedua mata, konjungtiva anemis
g. Telinga : simetris, tidak ada nyeri tekan, fungsi pendengaran
baik
h. Hidung : Simetris, Bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan
i. Mulut : mulut bersih, gigi masih lengkap, tidak ada
pembesaran tiroid
j. Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis
k. paru-paru : inspeksi : simetris, tidak ada lesi
palpasi : pergerakan dada simetris
perkusi : sonor
auskultasi : Vesikuler
l. jantung : inspeksi : -
palpasi : -
perkusi : dalam batas normal
auskultasi : dup lup, tidak ada suara tambahan
m. gastrointestinal : inspeksi : tidak ada lesi
palpasi : tidak ada pembesaran hati
perkusi : timpani
auskultasi: biing usus 5x/menit
n. perkemihan : BAK 6x/hari, tidak ada inkontinensia
o. muskuloskeletal : kekuatan otot 5555

11. pengkajian fugsional klien


a. KATZ Indeks :
INDEKS KATZ
SKOR
KRITERIA
E
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
A
berpakaian dan mandi
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi
B
tersebut
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu
C
fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
D
berpakaian dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari- hari, kecuali mandi,
E
berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari- hari, kecuali mandi,
F
berpakaian, berpindah, dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Lain- Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat diklasifikasikan
Lain sebagai C, D, E, F, dan G

1. Modifikasi dari Barthel indeks


No. Kriteria Dengan Mandiri Keterangan
Bantuan
1. Makan 5 10 Frekuensi :
3x sehari
Jumlah :
sedang
Jenis :
Snack, nasi dan
lauk
2. Minum 5 10 Frekuensi :
8x sehari
Jumlah :
2L
Jenis :
Air Putih, kopi
3. Berpindah dari kursi roda ke tempat 5 15 Mandiri
tidur, sebaliknya
4. Personal toilet (cuci muka, menyisir 0 5 Frekuensi : 2x
rambut, gosok gigi) sehari
5. Keluar masuk toilet (mencuci 5 10 Frekueni 2-3x
pakaian, menyeka tubuh, menyiram) sehari
6. Mandi 5 15 Frekuensi :
2x sehari pagi
dan sore hari
7. Jalan dipermukaan datar 0 5 Setiap ingin
melakukan
sesuatu misalnya
mengambil
minum atau ke
kamar mandi
8. Naik turun tangga 0 10 Baik
9. Mengenakan pakaian 0 10 Mandiri dan
rapi
10. Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi :
1x sehari
Konsistensi :
lunak
11. Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi :
3x Sehari
Warna : kuning
jernih
12. Olahraga/ Latihan 5 10 Frekueensi :
2x sehari
Jenis : senam
13. Rekreasi/ pemanfaatan waktu luang 5 10 Frekueensi :
2x sehari
Jenis :
Berbincang
dengan suami
dan anak atau
dengan tetangga
Nilai 130

Kesimpulan : klien memiliki tingkat ketergantungan total


Keterangan:
A. 130 : Mandiri
B. 65-125 : Ketergantungan sebagian
C. 60 : Ketergantungan Total

2. Psikososial
a. Komunikasi dengan orang lain : Baik
b. Hubungan dengan orang lain : Baik
c. Peran dalam Kelompok : Teman
d. Kesedihan Yang dirasakan : klien merasa senang tinggal bersama
keluarga
e. Stabilitas emosi : Stabil
f. Perhatian dari keluarga : Anak klien setiap hari membantu klien
melakukan kegiatan berkebun maupun pekerjaan di rumah

3. Pengkajian Status Mental Gerontik


a. Indentifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan
short portable Mental Status Quisioner (SPMSQ)
Instruksi : Anjurkan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua
jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.

No Pertanyaan Salah Benar


.
1. Tanggal berapa hari ini? 
2. Hari apa sekarang ini? 
3. Siapa nama anda? 
4. Dimana alamat anda? 
5. Berapa umur anda? 
6. Kapan Anda lahir? (Minimal tahun lahir) 
7. Siapa presiden Indonesia Sekarang? 
8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya? 
9. Siapa nama Ibu anda? 
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari 
setiap angka baru, semua secara menurun.
Total Skor 2
Kesimpulan : klien memiliki fungsi intelektual utuh
Interprestasi hasil :
A. Skor 0-3 : Fungsi intelektual
B. Salah 4-5 : Kerusakan Intelektual ringan
C. Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
D. Salah 9-10: kerusakan intelektual berat

b. Indentifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan


Mini Mental Status Exam (MMSE)

N Aspek Kgnitif Nilai Nilai


o Mak Klie Kriteria
s n
5 5 Menyebutkan dengan benar
Tahun
Tanggal
Hari
1 Orientasi Bulan
Musim
5 5 Dimana kita sekarang berada?
Negara Indonesia
Provinsi. Sumatera utara
Kota : Sidikalang
Alamat : Jl. Tiga Lingga Km 6
Tinggal di : Rumah Milik sendiri
Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama objek (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk mengatakan
masing-masing objek, kemudian
tanyakan kepada klien ketiga objek tadi
untuk di sebutkan :
a. Klien mampu menyebutkan
kembali objek yang diperintahkan
3 Pengelihatan 5 2 Minta klien untuk memulai dari angka
dan kalkulasi 100 kemudian di kurangi 7 sampai 5/
tingkat
a. 93
b. 86
c. 79
d. 72
e. 65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
objek no 2 (registrasi) tadi. Bila benar 1
poin untuk masing-masing objek.
5 Bahasa 9 5 Tunjukan pada klien suatu benda dan
menyalin tanyakan namanya Tunjukan pada klien
gambar suatu benda dan tanyakan namanya pada
klien
a. Misal : kertas
b. Misal :pulpen
Minta klien untuk mengulangi kata
berikut "tak ada, jika, dan atau, tetapi"
bila benar, nilai 1 poin
Pertanyaan benar 2 buah : tak ada, tetapi
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terduri dari 3 langkah :
a. Ambil kertas di tangan anda, lipat
dua buah dan taruh di lantai
b. Ambil kertas ditangan anda
c. Lipat dua
d. Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk hal berikuut
(bila aktivitas sesuai perintah beri 1
point)
a. Tutup mata anda
Perintahkan pada klien untuk menulis
satu kalimat dan menyalin gambar
a. Tulis satu kalimat
Menyalin gambar
Total 23

Kesimpulan : klien memiliki gangguan kognitif sedang


Interprestasi hasil :
24 - 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 - 23 : ganguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat

Inventaris Depresi Beck


Skore Uraian
A. Kesedihan
Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak dapat
3
menghadapinya
Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar
2
darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan sesuatu tidak
3
dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa Kegagalan
3 Saya merasa bahwa saya benar-benar gagal sebagai seseorang
Seperti melihat kebelakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat
2
hanya kegagalan
1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari waktu yang
1
baik
0 Saya tidak merasa benar benar bersalah
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
3
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
Saya tidak mempunyai pikiran pikiran mengenai membahayakan
0
diri sendiri
H. Menarik Diri dari Sosial
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
3
perduli pada mereka semua
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
2
mempunyai sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam
2
penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
0
sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
2
sesuatu
Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan
1
sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya

APGAR Keluarga
No Fungsi Uraian Skore
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada 1
keluarga ( teman-teman ) saya untuk
1. Adaptasi
membantu pada waktu sesuatu menyusahkan
saya
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman- 1
teman ) saya membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah dengan
saya
Saya puas bahwa keluarga ( teman-teman ) 1
saya menerima dan mendukung keinginan
3. Pertumbuhan
saya untuk melakukan aktivitas atau arah
baru
Saya puas dengan cara keluarga ( teman- 1
teman ) saya mengekspresikan efek dan
4. Afeksi
berespons terhadap emosi emosi saya, seperti
marah, sedih atau mencintai
Saya puas dengan cara teman-teman saya 1
5. Pemecahan
dan saya menyediakan waktu bersama-sama
ANALISA DATA
Nama klien : Ny. M
Umur. : 56 tahun
Data penunjang Penyebab Masalah

DS : Peningkatan tekanan Nyeri


vaskuler serebral
- Klien mengatakan sering
merasa pusing, nyeri dan
tegang pada tengkung
- Klien mengakatan nyeri
yang dirasakan berdenyut
dan hilang timbul

DO :

- Klien tampak meringis dan


memijat tengkuknya
- skala nyeri 5
- TTV :
TD : 180/100
mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Suhu : 36,5 oC
RR : 24 kali/menit

DS : Kurang informasi tentang Kurang pengetahuan


proses penyakit
- Klien mengatakan kurang
mengerti tentang penyakit
yang dideritanya

- Klien mengeluh tidak tau


cara mengatasi pusing dan
tengkuk yang terasa berat
apabila timbul secara tiba-
tiba

DO :

- Klien tidak tau cara


mengatasi sakit yang
dirasakannya.
- Klien tampak bingung cara
mengurangi tengkuk nya
yang terasa berat.
- TTV: TD :150/90mmHg,
N : 80 x/menit,
o
Temp: 37 C, RR: 20
x/menit.

DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS

Nama : Ny. M
Umur : 56 tahun
No Diagnosa Keperawatan

1 Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral


2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit
TINDAKAN KEPERAWATAN / IMPLEMENTASI

Nama : Ny. M
Umur : 56 tahun

No Dx.Kep Tujuan Intervensi Rasional

Setelah dilakukan intervensi


1 Nyeri 1. Pantau tekanan darah 1. Untuk mengetahui
selama 1x 24 jam diharapkan
2. Ajarkan klien melakukan perkembangan tekanan
klien mampu mengatasi nyeri
latihan teknik relaksi darah pasien
yang dirasakan dengan
otot prosresif 2. Untuk mengurangi
kriteria hasil :
nyeri yang dirasakan
- Mampu mengatasi nyeri
klien
yang dirasakan
- Tekanan darah dalam batas
normal

Setelah dilakukan intervensi


2 Kurang 1. Berikan pendidikan 1. Menambah
keperawatan diharapkan
pengetahuan kesehatan kepada klien pengetahuan dan
klien memahami tentang
dan keluarga informasi tentang
hipertensi dengan kriteria
2. Anjurkan klien hipertensi kepada klien
hasil :
mengkonsumsi obat anti 2. Untuk menurunkan
- klien mampu
hipertensi: tekanan darah klien
menerapkan penkes
nonfarmakologi
yang sudah diberikan
- klien mampu
menangani dan
mengontrol tekanan
darah klien
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Tgl DX Implementasi Evaluasi

1 Rabu, I S:Klien mengatakan masih


8 1. Pantau tekanan darah
merasa pusing, nyeri dan
April 2. Ajarkan klien melakukan
2020 tegang pada tengkuk
latihan teknik relaksi otot
sudah berkurang
prosresif
O : klien tampak meringis
TD : 170/100 mmHg
A : Masalah teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
2 Rabu, II 1. Berikan pendidikan kesehatan S : klien mengatakan sudah
8
kepada klien dan keluarga mengerti cara menangani
April
2020 2. Anjurkan klien mengkonsumsi dan mengontrol tekanan
obat anti hipertensi: darah dan nyerinya
nonfarmakologi O : klien sudah memahami
penkes yang di berikan
TD : 170/100 mmHg
A : masalah teratasi
P intervensi 2 dilanjutkan
3 Kamis I S:Klien mengatakan tidak
,9 1. Pantau tekanan darah
merasakan nyeri lagi
April 2. Ajarkan klien melakukan
2020 O : klien tampak tenang
latihan teknik relaksi otot TD : 150/80 mmHg
prosresif A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

4 Kamis II 1. Berikan pendidikan kesehatan S : klien mengatakan sudah


,9
kepada klien dan keluarga melakukan terapi rendam
April
2020 2. Anjurkan klien mengkonsumsi air hangan dan
obat anti hipertensi: mengkonsumsi jus
nonfarmakologi mentimun
O : klien tampak meminum
jus mentimun
TD : 170/100 mmHg
A : masalah teratasi
sebagian
P intervensi dilanjutkan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan meningkatnya populasi lanjut usia di Indonesia, kejadian hipertensi pada
populasi ini meningkat pula. Meningkatnya tekanan darah sudah terbukti
meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada usia lanjut. Salah satu karakteristik
hipertensi pada usia lanjut adalah terdapatnya berbagai penyakit penyerta (komorbid)
dan komplikasi organ target, seperti kejadian penyakit kardiovaskuler, ginjal,
gangguan pada sistem saraf pusat dan mata. Dengan menurunkan tekanan darah
sampai target 140/90 mmHg dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
Selain diagnosis yang sangat teliti, tatalaksana hipertensi pada usia lanjut harus juga
memperhatikan kedua hal tersebut di atas. Penatalaksanaan hipertensi pada lansia
tidak berbeda dengan penatalaksanaan hipertensi pada umumnya, yaitu merubah pola
hidup dan pengobatan anti hipertensi yang dapat dilakukan dengan nonfarmakologis
melalui terapi nafas dalam yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi.

B. Saran
1. Pasien agar lebih kooperatif, selalu memperhatikan serta tidak melakukan hal-
hal yang menyimpang dari petunjuk dokter/perawat. Bila dirumah harus dapat
menjaga diri agar tidak terjadi komplikasi yaitu penyakit stroke.
2. Untuk tenaga kesehatan setempat agar selalu memberikan informasi tentang
perkembangan kesehatan dan memberi pendidikan kesehatan pada lansia yang
paling sederhana dan anak kandung dari lansia agar senantiasa memotivasi
untuk selalu menjaga pola makan, jangan terlalu banyak pikiran, dan jangan
lupa untuk berolahraga.

Anda mungkin juga menyukai