TAHUN 2020
MAKALAH
Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-
Nya,sehingga kami mampu menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Kesehatan
Jiwa 1 yang membahas tentang “Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan konsep
diri”.
Pada kesempatan ini pula kami menyampaikan terima kasih Ns. Yeni Suryaningsih,
S.Kep.,M.Kep selaku Dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa 1.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................1
D. Manfaat......................................................................................................................2
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................18
A. Kesimpulan................................................................................................................18
B. Saran...........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
b) Untuk mengetahui dimensi pada konsep diri
D. Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, serta pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Konsep diri belum muncul saat bayi, tetapi mulai berkembang secara
bertahap. Bayi mampu mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain serta
mempunyai pengalaman dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri dipelajari
melalui pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain, dan interaksi
dengan dunia di luar dirinya. Memahami konsep diri penting bagi perawat karena asuhan
keperawatan diberikan secara utuh bukan hanya penyakit tetapi menghadapi individu
yang mempunyai pandangan, nilai dan pendapat tertentu tentang dirinya.
Secara umum menurut pendapat para ahli ada 3 dimensi konsep diri,Calhom dan
Acocella (1995) misalnya menyebutkan ke 3 dimensi tersebut, yakni :
1. Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan (kognitif) mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan
tentang diri kita sendiri secara pribadi,seperti saya pintar,saya cantik,saya anak
baik dan seterusnya.
2. Dimensi Pengharapan
Dimensi pengharapan yakni pengharapan bagi diri kita sendiri.Pengharapan
ini merupakan self-ideal atau diri yang dicita-citakan.Cita-cita diri meliputi
dambaan,aspirasi,harapan,keinginan bagi diri kita, atau menjadi manusia seperti
apa yang kita inginkan.
3. Dimensi Penilaian
Dimensi penilaian yakni penilaian terhadap diri sendiri.Penilaian diri sendiri
merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita secara pribadi.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sudeen (1991) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan,
3
Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception
(persepsi diri sendiri).
1. Teori Perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap
sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain.
Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari
lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui
bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya
dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri
sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang
nyata.
2. Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang
lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan
diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat
dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat
dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup,
pengaruh budaya dan sosialisasi.
3. Self Perception (persepsi diri sendiri)
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi
individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat
dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep
merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan
konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih
efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual
dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari
hubungan individu dan sosial yang terganggu.
D. Rentang Respon Konsep Diri
Konsep diri seseorang terletak pada suatu rentang respons antara ujung adaptif dan
ujung maladaptif, yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan
identitas, dan depersonalisasi.
1. Aktualisasi diri, merupakan pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan
melatarbelakangi pengalaman nyata yang suskes dan diterima, ditandai dengan
citra tubuh yang positif dan sesuai, ideal diri yang realitas, konsep diri yang
4
positif, harga diri tinggi, penampilan peran yang memuaskan, hubungan
interpersonal yang dalam dan rasa identitas yang jelas.
2. Konsep diri positif , merupakan individu yang mempunyai pengalaman positif
dalam beraktivitas diri, tanda dan gejala yang diungkapkan dengan
mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya dan mengungkapkan keinginan
yang tinggi. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah:
Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Seseorang ini mempunyai
rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah
yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti
ada jalan keluarnya. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri,
tidak sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang
lain. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa
menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak
membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. Menyadari bahwa setiap
orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak
seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain
sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui
leh masyarakat. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk
mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan
mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.
3. Harga diri rendah, adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan
ideal diri. Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri yang adaptif
dengan konsep diri yang maladaptif. Tanda dan gejala yang ditunjukkan sperti
perasaan malu terhadap diri sendiri, akibat tindakan penyakit, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, dan merendahkan martabat. Tanda dan gejala yang lain dari
harga diri rendah diantaranya rasa bersalah pada diri sendiri, mengkritik diri
sendiri atau orang lain, menarik diri dari realitas, pandangan diri yang pesimis,
perasaan tidak mampu, perasaan negative pada dirinya sendiri, percaya diri
kurang, mudah tersinggung dan marah berlebihan.
4. Kekacauan identitas, adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek.
Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan, dan konsistensi
dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi. Pencapaian identitas
5
diperlukan untuk hubungan yang intim karena identitas seseorang diekspresikan
dalam berhubungan dengan orang lain. Seksualitas juga merupakan salah satu
identitas. Rasa identitas ini secara kontinu timbul dan dipengaruhi oleh situasi
sepanjang hidup. Kekacauan identitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang dapat dikenal dengan stressor identitas. Biasanya pada masa remaja,
identitas banyak mengalami perubahan, yang meyebabkan ketidakamanan dan
ansietas. Remaja mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan fisik,
emosional, dan mental akibat peningkatan kematangan. Stressor identitas
diantaranya kehilangan pekerjaan, perkosaan, perceraian, kelalaian, konflik
dengan orang lain, dan masih banyak lagi. Identitas masa kanak-kanak dalam
kematangan aspek psikososial, merupakan ciri-ciri masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi, adalah perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain. Tanda dan gejala yang ditunjukkan yaitu
dengan tidak adanya rasa percaya diri, ketergantungan, sukar membuat
keputusan, masalah daalam hubungan interpersonal, ragu dan proyeksi. Jika
seseorang memiliki perilaku dengan depersonalisasi, berarti orang tersebut telah
mengalami gangguan dalam konsep dirinya. Orang dengan gangguan
depersonalisasi mengalami persepsi yang menyimpang pada identitas, tubuh, dan
hidup mereka yang membuat mereka tidan nyaman, gejala-gejala kemungkinan
sementara atau lama atau berulang untuk beberapa tahun. Orang dengan
gangguan tersebut seringkali mempunyai kesulitan yang sangat besar untuk
menggambarkan gejala-gejala mereka dan bisa merasa takut atau yakin bahwa
mereka akan gila. Gangguan depersonalisasi seringkali hilang tanpa pengobatan.
Pengobatan dijamin hanya jika gangguan tersebut lama, berulang, atau
menyebabkan gangguan. Psikoterapi psikodinamis, terapi perilaku, dan hipnotis
telah efektif untuk beberapa orang. Obat-obat penenang dan antidepresan
membantu seseorang dengan gangguan tersebut.
E. Penyebab Gangguan Konsep Diri
Menurut “Stuart & sundeen, 1995”. Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan
gangguan konsep diri antara lain :
1. Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua menjadi faktor yang signifikan dalam mempengaruhi
konsep diri yang telah terbentuk sejak lahir. Sikap positif yang ditunjukkan oleh
6
orang tua, maka akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positf.
Sedangkan sikap negative yang ditunjukkan oleh orang tua, akan menimbulkan
asumsi bahwa dirinya tidak cukup berhargauntuk dikasihi, untuk disayangi dan
dihargai
2. Kegagalan
Kegagalan yang terus-menerus dialami seringkali akan menimbulkan
pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua
penyebab terletak pada kelemahan diri sendiri. Kegagalan sering membuat
seseorang merasa dirinya tidak berguna.
3. Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang
cenderung lebih negative dalam memandang dan merespon segala sesuatu
termasuk dalam menilai diri sendiri.
4. Kritik internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan
seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik diri sendiri sering
berfungsi sebagai regulator atau rambu-rambu dalam bertindak atau berprilaku.
Agar keberadaan kita dapat diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi diri
dengan baik.
5. Merubah diri
Terkadang diri kita sendiri yang menyebabkan persoalan akan bertambah
rumit dengan berfikir yang tidak-tidak (negative) terhadap suatu keadaan atau
terhadap diri kita sendiri. Namun dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat
mengalami perubahan kearah yang lebih positif.
F. Pembagian Konsep Diri
1. Citra Tubuh (Body Image)
Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu baik yang disadari maupun tidak
terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran,
fungsi, keterbatasan, makna, dan objek yang kontak secara terus-menerus (anting,
make up, pakaian, kursi roda, dan sebagainya) baik masa lalu maupun sekarang.
Citra tubuh merupakan hal pokok dalam konsep diri. Citra tubuh harus realistis
karena semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tubuhnya ia akan lebih
bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat.
7
Sikap individu terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya
misalnya perasaan menarik atau tidak, gemuk atau tidak, dan sebagainya.
Gambaran diri ( Body Image) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu
memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya.
Citra tubuh adalah sikap, presepsi keyakinan, dan pengetahuan individu terhadap
tubuhnya baik sadar maupun tak sadar. Pandangan yang realistis terhadap dirinya
menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga
terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 2005). Individu
yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan
memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu
sukses dalam kehidupan. Banyak faktor dapat yang mempengaruhi gambaran diri
seseorang, seperti, munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran
diri. Stresor-stresor tersebut dapat berupa:
a. Operasi. Seperti: mastektomi, amputsi, luka operasi yang semuanya
mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi
plastik, protesa dan lain-lain.
b. Kegagalan fungsi tubuh. Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan
depersonlisasi yaitu tadak mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering
berkaitan dengan fungsi saraf.
c. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh. Seperti sering
terjadi pada klien gangguan jiwa, klien mempersiapkan penampilan dan
pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
d. pada mesin. Seperti: klien intensif care yang memandang imobilisasi
sebagai tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik
engan penggunaan lntensif care dipandang sebagai gangguan.
e. Perubahan tubuh. Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana
seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan
bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon
negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati
perubahan tubuh yang tidak ideal.
f. Umpan balik interpersonal yang negatif. Umpan balik ini adanya
tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat membuat
seseorang menarik diri.
8
g. Standard sosial budaya Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang
berbeda-setiap pada setiap orang dan keterbatasannya serta
keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada
gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder.
2. Ideal Diri
Persepsi individu tentang seharusnya berperilaku berdasarkan standar,
aspirasi, tujuan, atau nilai yang diyakininya. Penetapan ideal diri dipengaruhi oleh
kebudayaan, keluarga, ambisi, keinginan, dan kemampuan individu dalam
menyesuaikan diri dengan norma serta prestasi masyarakat setempat. Individu
cenderung menyusun tujuan yang sesuai dengan kemampuannya, kultur, realita,
menghindari kegagalan dan rasa cemas, serta inferiority. Ideal diri harus cukup
tinggi supaya mendukung respek terhadap diri tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu
menuntut, serta samar-samar atau kabur. Ideal diri akan melahirkan harapan
individu terhadap dirinya saat berada di tengah masyarakat dengan norma tertentu.
Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu
mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang membuat
bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan
mental.
3. Harga Diri
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dan menganalisis seberapa jauh
perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan.
Sebaliknya, individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami
kegagalan, tidak dicintai, atau tidak diterima lingkungan. Harga diri dibentuk
sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat
sesuai meningkatnya usia dan sangat terancam pada masa pubertas. Coopersmith
dalam buku Stuart dan Sundeen (2002) menyatakan bahwa ada empat hal yang
dapat meningkatkan harga diri anak, yaitu:
a) memberi kesempatan untuk berhasil,
b) menanamkan idealisme,
c) mendukung aspirasi/ide,
d) membantu membentuk koping.
e) Peran
9
Serangkaian pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan oleh
masyarakat sesuai posisinya di masyarakat/kelompok sosialnya. Peran
memberikan sarana untuk berperan serta dalam kehidupan sosial dan merupakan
cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang berarti. Hal-hal
yang memengaruhi penyesuaian individu terhadap peran antara lain sebagai
berikut.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
11
serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru.
Yang perlu dikembangkan dalam citra tubuh pasien sebagai berikut :
a. Berat badan
b. Tinggi badan
c. Bentuk tubuh
d. Tanda-tanda pertumbuhan sekunder
4) Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya
berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu.
Yang perlu dikembangkan dalam ideal diri pasien sebagai berikut :
b. Harapan pasien
d. Aspirasi pasien
5) Harga diri
Harga diri adalah penilaian tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri.
Yang perlu dikembangkan dalam harga diri pasien sebagai berikut :
a. Percaya diri
6) Peran
Penampilan peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan
oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai
kelompok sosial. Yang perlu dikembangkan dalam peran sebagai berikut :
a. Minat dan bakat
b. Aktualisasi diri
7) Identitas
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsisten dan
12
keunikan individu. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus
berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa
remaja. Yang perlu dikembangkan dalam identitas diri :
a. Nama pasien
b. Usia pasien
c. Agama pasien
e. Status pasien
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN :
1. Diagnosa : ketidak efektifan Koping berhubungan dengan gangguan konsep
( Harga diri rendah) diri dikarenakan harapan diri yang tidak realistis.
2. Diagnosa : Kehilangan harapan berhubungan dengan gangguan konsep diri (ideal
diri) dikarenakan harapan orang tua yang tidak realistis.
3. ketidakefektifan Performa peran, berhubungan dengan gangguan konsep diri
( peran ) dikarenakan ketidakmampuan menerima peran baru dalam diri.
Rencana Intervensi :
1. Diagnosa : Koping, ketidak efektifan berhubungan dengan gangguan konsep
diri dikarenakan harapan diri yang tidak realistis.
Definisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadap stressor,
pilihan yang tidak adekuat terhadap respons untuk bertindak dan
ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia.
Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan harga diri yang realistis
Tujuan Khusus : Klien dapat menunjukkan penyelesaian masalah yang ia
hadapi.
Kriteria Evaluasi :
1. Menunjukkan koping yang efektif
2. Menggunakan perilaku untuk menurunkan stress
3. Menggunakan strategi koping yang paling efektif
4. Berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari hari
5. Mengungkapakan secara verbal tentang rencana penerimaan atau mengubah
situasi
13
Intervensi :
1. Peningkatan koping
Membantu pasien untuk beradaptasi dengan presepsi stressor, perubahan atau
ancaman yang menggangu pemenuhan tuntutan dan peran hidup
2. Konseling
Menggunakan proses bantuan interaktif yang berfokus pada kebutuhan,
masalah, atau perasaan pasien dan orang terdekatuntuk meningkatkan atau
mendukung koping, penyelesaian masalah, dan berhubungan interpersonal.
3. Bantuan emosi
Memberikan penenangan, penerimaan dan dorongan selama periode stress
4. Peningkatan peran
Membantu pasien, orang terdekat paseien, atau anggota keluarga untuk
memperbaiki hubungan dengan mengklarifikasi dan menambahkan perilaku
peran tertentu
5. Peningkatan harga diri
Membantu pasien untuk meningkatkan personal terhadap harga dirinya
Rasional :
1. Kebiasaan dan psikologis respon terhadap stress dapat berbeda beda dan
menunjukkan tingkatan ketidakefektifan koping.
2. Penilaian yang akurat dapat memfasilitasi pencarian dari strategi koping yang
sesuai. Pasien yang memiliki status kesehatan yang berubah ubah bukan
berarti kesulitan koping yang dialami pasien menjadi satu satunya penyeban
yang berhubungan.
3. Keberhasilan penyesuaian disebabkan oleh koping yang dialami sebelumnya
berhasil.
4. Pasien dengan riwayat gangguan beradaptasi koping bisa membutuhkan
sumber tamabahan seperti ; kemampuan koping sebelumnya dapat mencukupi
dalam situasi yang ada.
5. Pasien dapat didukung dengan strstegi yang sudah disiapkan seperti saat
perawatan dirumah sakit, sebelum pasien diizinkan pulang tanpa dukungan
yang cukup untuk keefektifan koping. Misalnya ; pelayanan kesehatan dapat
dilakukan oleh orang orang yang perduli dengannya seperti perawat yang ada
dirumah, komunitas, dan konseling spiritual.
14
6. penyelesaian masalah yang sesuai memerlukan informasi yang akurat dan
pilihan yang sesuai. Pasien dengan ketidakefektifan koping yang tidak dapat
mendengar dan mengasimilasi informasi yang dibutuhkan
7. pasien dapat merasakan perawatan lebih baik dari pada mereka mengatasi
sendiri dan merasa sedikit lepas kendali dalam menyelesaikan masalah.
Aktifitas Kolaboratif
1. Awali dengan diskusi tentang perawatan pasien untuk meninjau mekanisme
koping pasien dan untuk menyusun rencana perawatan
2. Libatkan sumber sumber dirumah sakit dalam memberi dukungan emosional
untuk pasien dan keluarga
3. Perawat berperan sebagai penghubung antara pasien, penyedia layanan
kesehatan laindan sumber komunitas.
2. Diagnosa : Kehilangan harapan gangguan konsep diri (ideal diri) dikarenakan
harapan yang tidak realistis.
Definisi : Kehilangan harapan dapat terjadi seiring dengan sakit yang di derita. Itu
dapat terjadi dua kali dengan kejadian yang lebih parah yang dapat mengakibatkan
keadaan yang permanen atau menjadikan penyebab stress yang lebih akut,
sehingga pasien tidak dapat membuat keputusan dalam dirinya.
Tujuan Umum : Menentukan ideal diri yang realistis
Tujuan Khusus : Dapat berperilaku yang sesuai dengan ideal diri yang ia harapkan
Kriteria Evaluasi :
1. Pasien mulai mengenali pilihan dan alternatif lain yang akan diambil.
2. Pasien mulai memobilisasi energi dalam dirinya (membuat keputusan )
Intervensi :
1. Mengkaji peran penyakit dalam kehilangan harapan pasien
2. Mengkaji penampilan secara fisik
3. Mengkaji selera, latihan dan pola tidur
4. Mengkaji dukungan lingkungan sosial
Rasional :
1. Tingkat dari fungsi fisik, daya tahan untuk beraktifitas, perawatan yang
akan berkontribusi untuk kehilangan harapan.
2. Kehilangan harapan pasien memungkinkan tidak mempunyai energi atau
ketertarikan untuk menjalankan aktifitas
15
3. Mengubah Perilaku yang menyimpang dari standart normal yang terbukti
sesuai dengan kehilangan harapan
4. Pasien dapat didukung dengan strstegi yang sudah disiapkan seperti saat
perawatan dirumah sakit, sebelum pasien diizinkan pulang tanpa dukungan
yang cukup untuk keefektifan koping. Misalnya ; pelayanan kesehatan
dapat dilakukan oleh orang orang yang perduli dengannya seperti perawat
yang ada dirumah, komunitas, dan konseling spiritual.
3. Diagnosa : Performa peran, ketidakefektifan berhubungan dengan gangguan
konsep diri dikarenakan ketidakmampuan menerima peran baru dalam diri.
Definisi : Pola perilaku dan ekspresi diri yang tidak sesuai dengan konteks
lingkungan, norma, dan harapan.
Tujuan umum : Menunjukkan performa peran
Tujuan khusus : Mengubah perilaku yang tidak sesuai dengan peran
Kriteria evaluasi :
1. Kemampuan untuk memenuhi harapan peran
2. Pengetahuan tentang periode transisi peran
3. Penampilan perilaku peran dalam keluarga, persahabatan, dan tempat
karier
4. Melaporkan strategi perubahan peran
Intervensi :
1. Peningkatan koping
Membantu pasien untuk beradaptasi dengan presepsi stressor, perubahan,
atau ancaman, yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran hidup
2. Penumbuhan harapan
3. Peningkatan peran
Membantu pasien, orang terdekat paseien, atau anggota keluarga untuk
memperbaiki hubungan dengan mengklarifikasi dan menambahkan
perilaku peran tertentu
Rasional :
1. Penilaian yang akurat dapat memfasilitasi pencarian dari strategi koping
yang sesuai. Pasien yang memiliki status kesehatan yang berubah ubah
bukan berarti kesulitan koping yang dialami pasien menjadi satu satunya
penyeban yang berhubungan.
16
2. Pasien dengan riwayat gangguan beradaptasi koping bisa membutuhkan
sumber tamabahan seperti ; kemampuan koping sebelumnya dapat
mencukupi dalam situasi yang ada
3. Memfasilitasi perkembangan cara pandang yang positif terhadap situasi
tertentu.
Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian seluruh konsep diri, dapat disimpulkan masalah keperawatan
yaitu:
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Secara umum menurut pendapat para ahli ada 3 dimensi konsep diri, Calhom dan
Acocella (1995) misalnya menyebutkan ke 3 dimensi tersebut yakni dimensi pengetahuan,
dimensi pengharapan dan dimensi penilaian. Menurut Stuart dan Sudeen (1991) ada beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri
dari teori perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan
Self Perception (persepsi diri sendiri.
4.2 Saran
1.Perawat harus menjalin hubungan yang baik dengan klien untuk terwujudnya
asuhan keperawatan yang dilakukan.
3.Perawat harus memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan
gangguan konsep diri
18
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi.A., Panjaitan, R.U., & Daulima, N.H.C. 2005. Proses keperawatan kesehatan
jiwa,Edisi 2. Jakarta : EGC
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Jakarta: ANDI
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4. Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan buku 3 ed.7. Jakarta: Salemba
Natilia. Yuni. 2015. Askep Gangguan Konsep Diri. Surabaya : UNAIR
Husna. Imkani. 2016. Askep Jiwa Pada Gangguan Konsep Diri. Jakarta : UMT
19