Anda di halaman 1dari 15

Resume

Trauma Abdomen

Nama : Mecthildis Andreana P. Boruk

NIM : 052019027

1. Regio
Regio digunakan untuk pemeriksaan yang lebih rinci atau lebih spesifik, yaitu
dengan menarik dua garis sejajar dengan garis median dan garis transversal yang
menghubungkan dua titik paling bawah dari arkus kosta dan satu lagi yang
menghubungkan kedua spina iliaka anterior superior (SIAS).
Bedasarkan pembagian yang lebih rinci tersebut permukaan depan abdomen
terbagi menjadi 9 regio:
1. Regio hypocondriaca dextra : lobus kanan hati, kantung empedu, sebagian
duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal kanan dan kelenjar
suprarenal kanan.
2. Regio epigastrica : pilorus gaster, duodenum, pankreas dan sebagian dari
hepar.
3. Regio hypocondriaca sinistra : gaster, limpa, bagian kaudal pankreas,
fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan kelenjar suprarenal
kiri
4. Regio abdominal lateralis dextra : kolon ascenden, bagian distal ginjal
kanan, sebagian duodenum dan jejenum.
5. Regio umbilicalis: Omentum, mesenterium, bagian bawah duodenum,
jejenum dan ileum.
6. Regio abdominal lateralis sinistra: kolon ascenden, bagian distal ginjal kiri,
sebagian jejenum dan ileum.
7. Regio inguinalis dextra: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan ureter
kanan
8. Regio pubica (hypogastrium) : ileum, vesica urinaria dan uterus (pada
kehamilan
9. Regio inguinalis sinistra : kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium kiri.
2. Kuadran

Dalam bentuk kuadran merupakan bentuk garis besar dan sederhana. Penentuan
kuadran ini dengan menarik garis (horizontal dan vertikal) melalui umbilikus.
Dengan cara ini dinding abdomen terbagi atas 4 daerah yang sering disebut :
1. Kuadran Kanan Atas Teridi dari : Hati, kantung empedu, paru, esofagus
2. Kuadran Kiri Atas Terdiri Dari : Hati, jantung, esofagus, paru, pankreas,
limfa, lambung
3. Kuadran Kanan Bawah : Usus 12 jari (duo denum), usus besar, usus kecil,
kandung kemih, rektum, testis, anus
4. Kuadran Kiri Bawah : Anus, rektum, testis, ginjal, usus kecil, usus besar

Konsep Medis

1. Defenisi

Abdomen (rongga perut) adalah rongga tubuh antara dada dan panggul.
Abdomen merupakan tempat bagi semua organ pencernaan, seperti
lambung, usus halus, usus besar, pankreas, hati, dan kantung empedu.
Di dalam abdomen juga terdapat ginjal dan limpa.
Abdomen dapat mengalami cedera/trauma dengan berbagai tingkat
keparahan. Kondisi ini disebut sebagai trauma abdomen atau trauma
perut. Sifat dan beratnya trauma abdomen sangat bervariasi, tergantung
pada mekanisme dan kekuatan benda yang terlibat.

2. Etiologi
Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian.
Menurut sjamsuhidayat 2013, penyebab trauma abdomen adalah, sebagai
berikut :
1.      Penyebab trauma penetrasi
·         Luka akibat terkena tembakan
·         Luka akibat tikaman benda tajam
·         Luka akibat tusukan
2.      Penyebab trauma non-penetrasi
·         Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
·         Hancur (tertabrak mobil)
·         Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
·         Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
3. Pathway

4. Manifestasi klinis

Gejala yang dialami penderita bisa berbeda-beda, tergantung jenis


trauma yang dialami. Gejala trauma tumpul seringkali tidak muncul
seketika setelah terjadi benturan. Sedangkan gejala trauma tembus dapat
langsung terlihat.
 Gejala trauma tumpul abdomen

Karena gejala sering tidak langsung muncul, diagnosis sulit


dilakukan dan seringkali memakan waktu. Selain rasa sakit, pasien
bisa mengalami perdarahan pada saluran pencernaan bagian bawah,
tanda-tanda vital (laju denyut nadi, tekanan darah, laju pernapasan)
yang tidak stabil, dan peritonitis (peradangan lapisan dinding dalam
perut).

Jika ada peritonitis, perut mungkin akan terasa kaku. Biasanya


muncul nyeri pada perut. Namun, nyeri tersebut juga dapat
disebabkan oleh cedera lain (misalnya fraktur atau patah tulang),
atau karena perubahan sensorik berlebih (misalnya karena  cedera
kepala, penyalahgunaan zat, syok).

Nyeri akibat cedera limpa kadang-kadang menjalar ke bahu


kiri. Pasien dengan cedera ginjal bisa mengalami hematuria (adanya
darah dalam urine). Pada pemeriksaan, tanda-tanda vital dapat
menunjukkan adanya syok hipovolemik (tekanan darah rendah serta
nadi cepat).

 Gejala trauma Tembus Abdomen

Tanda dan gejala trauma tembus abdomen tergantung pada


berbagai faktor, seperti jenis senjata atau benda tembus, letak dan
besar cedera, organ mana yang terluka, serta jumlah luka. Penderita
mungkin akan mengalami kehilangan darah, pingsan, hingga fatal
jika tidak ditangani segera.

5. Klasifikasi

 Trauma Tumpul Abdomen


Trauma tumpul abdomen terjadi ketika perut mengalami
benturan akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh, cedera saat berolahraga,
kecelakaan kerja, atau pukulan. Organ yang paling sering terkena
adalah limpa dan hati.

 Trauma Tembus Abdomen

Trauma tembus abdomen biasanya disebabkan robekan rongga


perut karena luka tembak atau luka tusuk. Trauma tembus abdomen
sering disebabkan oleh pisau, peluru, atau ledakan. Trauma akibat
benda tajam ini mencederai organ vital dalam abdomen, dengan hati
menjadi organ yang paling umum terluka.

6. Komplikasi
Segera       : hemoragi, syok, dan cedera.
Lambat      : infeksi (Smeltzer, 2001).

7. Pemeriksaan Penunjang
1.      Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2.      Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit.
Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi
menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura
lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya
trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase
menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
3.    Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran
usus.
4.    Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai
hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma
pada saluran urogenital.
5.      VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
6.      Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam
rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat
diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
1)      Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :

 Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya

 Trauma pada bagian bawah dari dada

 Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas

 Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,


alkohol, cedera otak)

 Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum


tulang belakang)

 Patah tulang pelvis


2)      Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :

 Hamil

 Pernah operasi abdominal

 Operator tidak berpengalaman

 Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan


7.      Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi
dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis :
1) Abdominal paracentesis : Menentukan adanya perdarahan dalam rongga
peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2)      Pemeriksaan laparoskopi: Mengetahui secara langsung penyebab abdomen
akut.
3)      Pemasangan NGT : Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma
abdomen.
4)      Pemberian antibiotik : Mencegah infeksi.
5)      Laparotomi
Penatalaksanaan keperawatan:
1) Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan, sirkulasi)
sesuai indikasi.
2) Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ;  gerakkan dapat
menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar dan
menimbulkan hemoragi masif.
a) Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta sistem
saraf.
b) Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher didapatkan.
c) Gunting baju dari luka.

d) Hitung jumlah luka.


e) Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.

3) Kaji tanda dan gejala hemoragi

4) Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai pembedahan


dilakukan.
5) Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini membantu
mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga
peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
6) Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan salin basah
untuk mencegah kekeringan visera.
7) Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian adanya
hematuria dan pantau haluaran urine.
8) Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok,
kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau
hematuria.

Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian Pada Trauma Abdomen

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 2014). Pengkajian pasien trauma abdomen (Smeltzer,
2001) adalah meliputi :

1. Trauma Tembus abdomen


 Dapatkan riwayat mekanisme cedera ; kekuatan tusukan/tembakan ;
kekuatan tumpul (pukulan).
 Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya : cedera tusuk,
memar, dan tempat keluarnya peluru.
 Auskultasi ada/tidaknya bising usus dan catat data dasar sehingga
perubahan dapat dideteksi. Adanya bising usus adalah tanda awal
keterlibatan intraperitoneal ; jika ada tanda iritasi peritonium, biasanya
dilakukan laparatomi (insisi pembedahan kedalam rongga abdomen).
 Kaji pasien untuk progresi distensi abdomen, gerakkan melindungi,
nyeri tekan, kekakuan otot atau nyeri lepas, penurunan bising usus,
hipotensi dan syok.
 Kaji cedera dada yang sering mengikuti cedera intra-abdomen,
observasi cedera yang berkaitan.
 Catat semua tanda fisik selama pemeriksaan pasien.
2. Trauma tumpul abdomen
1) Dapatkan riwayat detil jika mungkin (sering tidak bisa didapatkan,
tidak akurat, atau salah). dapatkan semua data yang mungkin tentang
hal-hal sebagai berikut :
• Metode cedera.
• Waktu awitan gejala.
• Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering
menderita ruptur limpa atau hati). Sabuk keselamatan
digunakan/tidak, tipe restrain yang digunakan.
• Waktu makan atau minum terakhir.
• Kecenderungan perdarahan.
• Penyakit danmedikasi terbaru.
• Riwayat immunisasi, dengan perhatian pada tetanus.
• Alergi.
2) Lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasienuntuk
mendeteksi masalah yang mengancam kehidupan.

Penatalaksanaan Kedaruratan

1. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan, sirkulasi)


sesuai indikasi.
2. Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ; gerakkan dapat
menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar dan
menimbulkan hemoragi masif.
a) Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta sistem
saraf.
b) Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher didapatkan.
c) Gunting baju dari luka.
d) Hitung jumlah luka.
e) Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
3. Kaji tanda dan gejala hemoragi. Hemoragi sering menyertai cedera abdomen,
khususnya hati dan limpa mengalami trauma.
4. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai pembedahan
dilakukan.
a) Berikan kompresi pada luka perdarahan eksternal dan bendungan luka
dada.
b) Pasang kateter IV diameter besar untuk penggantian cairan cepat dan
memperbaiki dinamika sirkulasi.
c) Perhatikan kejadian syoksetelah respons awal terjadi terhadap transfusi ;
ini sering merupakan tanda adanya perdarrahan internal.
d) Dokter dapat melakukan parasentesis untuk mengidentifikasi tempat
perdarahan.
5. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini membantu
mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga
peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
6. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan salin basah
untuk mencegah nkekeringan visera.
a) Fleksikan lutut pasien ; posisi ini mencegah protusi lanjut.
b) Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltik dan
muntah.
7. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian adanya
hematuria dan pantau haluaran urine.
8. Pertahankan lembar alur terus menerus tentang tanda vital, haluaran urine,
pembacaan tekanan vena sentral pasien (bila diindikasikan), nilai hematokrit,
dan status neurologik.
9. Siapkan untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat
ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.
10. Siapkan sinografi untuk menentukan apakah terdapat penetrasi peritonium
pada kasus luka tusuk.
a) Jahitan dilakukan disekeliling luka.
b) Kateter kecil dimasukkan ke dalam luka.
c) Agens kontras dimasukkan melalui kateter ; sinar x menunjukkan apakah
penetrasi peritonium telah dilakukan.
11. Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.
12. Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. trauma dapat
menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier mekanis, bakteri
eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan manuver diagnostik dan
terapeutik (infeksi nosokomial).
13. Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok,
kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau
hematuria.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara
aktif
2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
abdomen.

3. Intervensi
1. Kekurangan Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
K.H      : Kebutuhan cairan terpenuhi
Intervensi     :
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
3. Kaji tetesan infus
4.    Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
5.    Transfusi darah

2. Nyeri berhubungan dengan agens cidera fisik (Trauma Abdomen).


Tujuan : Nyeri teratasi
K.H      : Nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi :
1.      Kaji karakteristik nyeri
2.      Beri posisi semi fowler.
3.      Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi
4.      Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
5.       Managemant lingkungan yang nyaman

4. Evaluasi

Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf


keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker,
2001). Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan trauma abdomen adalah :

1. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.


2. Infeksi tidak terjadi / terkontrol.
3. Nyeri dapat berkurang atau hilang.
4. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
5. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Sumber :

Boedihartono, 2014, Proses Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta.


Brooker, Christine. 2011. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth


Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidayat. 2013. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC


Training.2009.Primarytraumacare.
(http ://www.primarytraumacare.org/   ptcman/training/ppd/ptc_indo.pdf/ 10, 17,
2012, 13.10 1m diaskes tanggal 15 April 2020 pukul 11.10

https://tintahmerah.wordpress.com/2016/03/12/-abdomen/ diaskes tanggal 15


April 2020 pukul 11.10

Anda mungkin juga menyukai