Anda di halaman 1dari 6

NAMA : RAIS FAKHRUROZI

KELAS : B
NIM : 22010119130062

TUGAS BIOKIMIA
Jelaskan peran beberapa sitokin dari aquired immunity!
Sitokin, Sitokin adalah suatu glikoprotein yang berasal dari sel T helper, sel natural killer
(NK) dan makrofag, yang berperan penting pada Adaptive Immunity System yang merupakan
sistem pertahanan tubuh lapisan kedua, apabila innate immunity tidak mampu mengeliminasi
agen penyakit. Sel T helper terdiri dari dua subset yang masing-masing menghasilkan sitokin
pengatur perbedaan fungsi imun efektor dan bereaksi satu sama lain. Sel T helper tipe 1 (Th-1)
menghasilkan IFN-γ (interferon gama), IL-2 (interleukin-2) dan TNF-α (tumor necrosis factor
alfa). Sitokin ini mengaktifkan makrofag, untuk membentuk sitokin pro inflamasi seperti TNF-α,
IL-1 dan IL-6 dan menginduksi mekanisme imun efektor sitotoksik dari makrofag. Sebaliknya,
sel T helper tipe 2 (Th-2) menghasilkan IL-4, IL-5, IL-10 dan IL-13. Sitokin ini menginduksi
pembentukan antibodi tetapi juga menghambat fungsi makrofag dan disebut sitokin anti
inflamasi.
1. Interleukin-2
Interleukin-2 (IL-2) adalah sebagian besar sitokin yang bertanggung jawab
untuk mengaktifkan pertumbuhan dan diferensiasi limfosit. IL-2 banyak
menghasilkan sel T CD4+ dan menghasilkan sedikit sel T CD8+ (cytotoksit sel T,
atau CTLs). Fungsi utama dari IL-2 ialah meningkatkan respons imun. IL-2
berperan dalam apoptosis sel T yang teraktivasi bukan oleh antigen, hal ini
penting untuk mencegah autoimunitas.

2. Interleukin-4
Interleukin-4, IL-4 (BSF1, BCGF1, BCGF-1, MGC79402) adalah sitokina
pleiotropik yang disekresi oleh sel T yang telah teraktivasi menjadi sel TH2,
bersama-sama dengan IL-5 dan IL-13.IL-4 berperan dominan dalam sistem
kekebalan dan merupakan faktor yang penting dalam perkembangan
hipersensitivitas,dengan fungsi selular yang banyak tumpang-tindih dengan IL-13.
IL-4 adalah sitokin pleiotropik tinggi yang mampu untuk mempengaruhi
diferensiasi sel Th. Sekresi awal dari IL-4 mengakibatkan polarisasi dari
diferensiasi sel Th ke arah sel yang menyerupai Th2. Sel tipe Th2 mensekresikan
IL-4nya sendiri, dan diikuti produksi autokrin dari IL-4 yang mendukung
proliferasi sel. Sel Th2 yang mensekresi IL-4 dan IL-10 mengakibatkan supresi
dari respon Th1 oleh penurunan regulasi produksi dari IL-12 yang diturunkan dari
makrofag dan
menghambat
diferensiasi
dari sel tipe
Th-1.IL-4
adalah
glycoprotein
yang
diproduksi
oleh sel Th2
matang dan sel
dari sel mast
atau basofil. IL-4 mengendalikan respon Th-2, memediasi perekrutan dan aktivasi
dari sel mast, dan menstimulasi produksi antibodi IgE melalui diferensiasi dari sel
B ke sel yang mensekresi IgE. IL-4 telah diketahui memiliki efek penghambatan
pada ekspresi dan pelepasan sitokin proinflamasi.

Sitokin ini mampu menghambat atau menekan sitokin yang berasal dari
monosit, termasuk IL-1, TNF-a, IL-6, IL-8, dan Macrophage Inflammatory
Protein (MIP)-1a. Sitokin ini juga telah diketahui untuk menekan aktivitas
sitotoksik makrofag, membunuh parasit, dan produksi nitric oxide yang
diturunkan dari makrofag. Berkebalikan dengan efek inhibisi pada produksi
sitokin proinflamasi, ini menstimulasi sintesis dari inhibitor sitokin IL-1ra.Efek
imunologi dari IL-4 pada keadaaan infeksi bakteri sangat kompleks dan belum
dipahami dengan sempurna. IL-4 terbukti meningkatkan pembersihan
Pseudomonas Aeruginosa dari jaringan paru pada model eksperimen dari bakteri
pneumoni Gram Negatif.
Pada model infeksi bakteri gram positif, IL-4 ditemukan memiliki
aktivitas seperti faktor pertumbuhan untuk Staphylococcus aureus, berakibat pada
infeksi sistemik dan peningkatan kematian dari sepsi bakteri. Peranan dari IL-4
pada keberadaan dari infeksi sistemik belum cukup diketahui dan akan
memerlukan investigasi klinik tambahan.IL-4 dapat mempengaruhi keragaman
dari struktur sel. Hal ini dapat mempotensiasi proliferasi endotelium vaskular dan
fibroblas kulit namun mengakibatkan penurunan proliferasi astrosit manusia
dewasa dan sel otot polos vaskular.
Selain itu, IL-4 menginduksi respon sitotoksik kuat terhadap tumor.
Dalam sebuah penelitian terhadap 63 pasien dengan stadium IV Non-small cell
lung cancer, data pada pengobatan dengan rekombinan IL-4 manusia tampaknya
menunjukkan kemungkinan respon terkait dosis.37 IL-4 dapat berperan dengan
menstabilkan penyakit dan memodifikasi tingkat pertumbuhan tumor di samping
untuk menginduksi penyusutan tumor dan kematian sel tanpa menyebabkan efek
samping berat, penelitian ini menunjukkan menunjukkan peran ajuvan untuk IL-4
dalam pengobatan penyakit ganas.

3. Interleukin-5
Interleukin-5, IL-5 (eosinophil colony-stimulating factor, EDF, TRF)
adalah sitokina sekresi sel TH yang berperan dalam perkembangan dan
diferensiasi sel B dan eosinofil. Peningkatan rasio IL-5 dilaporkan terkait dengan
asma dan sindrom hipereosinofilik, seperti eosinofilia. Tingginya rasio IL-5 juga
ditemukan pada penderita penyakit Graves dan tiroiditis Hashimoto.

4. Interleukin-13
Interleukin-13, IL-13 adalah sebuah protein dengan fungsi sitokina yang
disekresi berbagai sel, tetapi terutama oleh sel TH2. Berbagai efek biologis IL-13,
seperti halnya IL-4, terkait dengan sebuah faktor transkripsi yaitu STAT6. IL-13,
sebuah modulator in vitro dari monosit manusia dan fungsi sel B, yang
disekresikan oleh Limfosit T yang teraktivasi. Sitokin ini adalah protein
nonglikosilasi 132-asam amino dengan berat molekul sekitar 10 kd. Gen IL-13
manusia telah dipetakan di dekat gen IL-4 sepanjang 4.5-kilobase urutan DNA
pada kromosom 5q31, menunjukkan asal-usul yang umum. IL-13 dan IL-4
memiliki reseptor seluler umum (Reseptor tipe 1 IL-4), dan ini berperan untuk
banyaknya persamaan antara kedua sitokin anti-inflamasi ini. IL-4 dan IL-13
hanya berbagi 20% sampai 25% homologi asam amino utama, tetapi regio α-
heliks utama yang sangat penting untuk aktivitas mereka sangat
homologous.Perbedaan fungsional utama antara IL-4 dan IL-13 terletak pada efek
mereka pada sel T.
IL-4 adalah mediator yang dominan pada diferensiasi, proliferasi, dan
aktivitas sel Th2, sedangkan IL-13 memiliki efek minimal pada fungsi sel-T.IL-13
dapat menurunkan produksi TNF, IL-1, IL-8, dan MIP-1α oleh monosit dan
mempunyai efek mendalam pada ekspresi molekul permukaan pada monosit dan
makrofag. IL-13 meningkatkan ekspresi permukaan sel dari β2 integrin dan
antigen Major Histocompatibility Complex (MHC) kelas II dan menurunkan
ekspresi CD14 dan reseptor Fcγ. IL-13 menghambat aktivasi NF-kB pada
makrofag dan melindungi dari kematian yang diinduksi LPS pada hewan
models.IL-13 menekanLung Inflammatory Injury setelah deposisi kompleks imun
IgG. Administrasi eksogen dari sitokin anti-inflamasike dalamparu-parutikus
setelah deposisi kompleks imun IgG mengungkapkan bahwa aktivitas inhibitor
terbesar ditunjukkan oleh IL-13 dan IL-10, diikuti oleh IL-4 dan IL-6. Peran
potensial dariIL-13 di kedokteran klinismasih harus didefinisikan.

5. Interferon-γ
Interferon (IFN) merupakan jenis protein yang tergabung ke dalam
keluarga besar sitokin. Interferon dibagi ke dalam 2 jenis berdasarkan struktur,
fungsi, dan stimulus yang merangsang ekspresi protein ini, yaitu: (i) IFN tipe I
yang muncul saat merespon adanya infeksi virus, terbagi ke dalam beberapa kelas
yaitu IFN (-α, - β, -ε, -κ, -ω, -δ, -τ). (ii) IFN tipe II, yang disebut juga dengan IFN-
γ, yang disekresikan oleh sel- sel yang telah mendapatkan rangsangan dari
berbagai stimulus inflamasi maupun reaksi imun lainnya.

Interferon-γ merupakan produk dari gen tunggal yang berasal kromosom


12 (pada manusia) dan kromosom 10 (pada mencit).15,17 IFN-γ manusia
merupakan suatu glycosylated protein dengan panjang 143 asam amino dan
memiliki sedikit sequence homology dengan kelas IFN-α dan IFN-β.
Meskipun IFN-γ memiliki sejumlah aktifitas biologis yang sama dengan IFN tipe
I, namun IFN-γ juga memperlihatkan adanya berbagai aktifitas lain, hal ini
menunjukkan bahwa peran alami yang dimainkan oleh IFN- γadalah sebagai
modulator sistem imun.
6. Transforming Growt Factor-β
Transforming growth factor-ß (TGF- ß) adalah protein dengan berat
molekul 25 kD, secara aktif terlibat dalam proses perkembangan dan diferensiasi
berbagai jenis sel. Sitokin TGF-ß disebut sebagai sitokin prosklerosis yang
disekresi oleh berbagai jenis sel, seperti sel trombosit, monosit/ makrofag, sel
endotel, sel otot polos vaskular, dan sel mesangial dan glomerulus
Transforming Growth Factor-β (TGF-β) disebut juga superfamili pengikat
(ligand), reseptor, protein binding yang secara bersamaan memainkan peranan
dalam menjaga stabilitas struktur pembuluh darah. TGF-ß merupakan kunci
regulasi dari sintesis protein matriks ekstra sel di ginjal. TGF-ßI sampai III
merupakan anggota superfamili yang juga mengandung aktin, bone morphogenic
protein (BMPs), dan inhibin, TGF- ßI adalah promotor yang paling
mengakumulasi ECM. Ekspresi TGF- ß terjadi pada pola yang berbeda dalam
fibrosis ginjal.
TGF-β disekresikan oleh laten, mengandung hemodimer dari mature TGF-β,
sebuah laten terikat peptid serta sebuah laten terikat protein. Penurunan protein
terkait, menyebabkan aktivasi TGF-β, dan trombositopendin juga berperan
sebagai mediatror penurunan protein.
TGF-β juga berfungsi sebagai faktor pertumbuhan multifungsi yang
memiliki peran penting dalam modulasi perilaku sel pada jaringan. TGF-β
memiliki peran dalam modulasi migrasi sel, proliferasi, dan sintesis protein
selama beberapa proses fisiologis dan patologis. TGF-β juga bertindak
sebagachemoattractant untuk berbagai jenis sel dan mampu menghasilkan
beberapa faktor angiogenik seperti VEGF, PDGF, dan (TNF-α), yang
mempercepat prose neovaskularisasi dalam kondisi hiperglikemia berkepanjangan
7. Lymphotoxin
Lymphotoxin(LT) adalah sitokin yang diproduksi oleh limfosit T dan sel
lain.LT mengaktifkan sel endotel dan neutroful dan memediator respons dari
inflammatory akut dan sebagai penghubung antara aktivasi sel T dan inflamasi.LT
berfungsi dalammorganogenesis lymphoid dengan menginduksi produksi dari
chemokine yang mana memicu migrasi limfosi ke area khusus pada organ
lymphoid.
DAFTAR PUSTAKA

Irawati,lili.dkk.2008. Ekspresi Tumor Necrosis Factor-Alfa (Tnf-Α) Dan Inter Leukin-10


(Il-10) Pada Infeksi Malaria Falciparum. Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol. 32. Januari-
Juni 2008
Wahyuniati,N.2017. Peran Interferon Gamma Pada Infeksi Mycobacterium Tuberculosis.
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 17, Number 2, Agustus 2017.Pages: 126-132
Abbas AK; Lichtman, Andrew H; Pillai, Shiv. 2011. Cellular and molecular
immunology. 6th ed. Philadelphia: Saunders.
Baratawidjaya K G. Imunologi Dasar. Edisi ke 7. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006

Anda mungkin juga menyukai