Pada awal mulanya, istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication adalah kata yang berasal dari bahasa Latin communicatio dan communis yang mempunyai arti sama makna. Dengan arti sama makna, sebuah komunikasi diantara 2 orang terjadi minimal adanya kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan (Effendy, 2011:9). Menurut Nurjaman dan Umam, definisi komunikasi. “…adalah kata yang mencakup segala bentuk interaksi dengan orang lain yang berupa percakapan biasa, membujuk, mengajar, dan negosiasi” (Nurjaman & Umam, 2012:36). 2. Apa makna dari komunikasi kesehatan Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang memiliki fokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005). Fokus utama dalam komunikasi kesehatan adalah terjadinya transaksi yang secara spesifik berhubungan dengan isu-isu kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi transaksi tersebut. Transaksi yang berlangsung antar ahli kesehatan, antara ahli kesehatan dengan pasien dan antara pasien dengan keluarga pasien merupakan perhatian utama dalam komunikasi kesehatan. Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan individu dan komunitas masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi baik komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Selain itu, komunikasi kesehatan juga dipahami sebagai studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi individu dan komunitas agar dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan kesehatan (Liliweri, 2008). 3. Ada berapa bentuk komunikasi Menurut Effendy, bentuk-bentuk komunikasi dirangkum ke dalam tiga jenis, yaitu komunikasi pribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. 1. Komunikasi pribadi Komunikasi pribadi terdiri dari dua jenis, yaitu: pertama, komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication). Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang yang bersangkutan berperan sebagai komunikator maupun sebagai sebagai komunikan. Dia berbicara pada dirinya sendiri. Pola komunikasi dengan diri sendiri terjadi karena seseorang menginterpretasikan sebuah objek yang diamatinya dan memikirkannya kembali, sehingga terjadilah komunikasi dalam dirinya sendiri. Kedua, komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), yaitu komunikasi yang berlangsung secara dialogis antara dua orang atau lebih. Karakteristik komunikasi antar pribadi yaitu: pertama dimulai dari diri sendiri. Kedua, sifatnya transaksional karena berlangsung serempak. Ketiga, komunikasi yang dilakukan tidak hanya mencakup aspek-aspek isi pesan yang dipertukarkan, tetapi juga meliputi hubungan antar pribadi. Keempat, adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi. kelima, adanya saling ketergantungan antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Keenam, tidak dapat diubah maupun diulang. Maksudnya jika salah dalam pengucapan mungkin dapat minta maaf, tetapi itu bukan berarti menghapus apa yang telah diucapkan. 2. Komunikasi kelompok Michael Burgoon dan Michel Ruffner seperti dikutip Sendjaya menjelaskan komunikasi kelompok sebagai: The face to face interaction of three or more individuals, for a recognized purpose such as information sharing, self maintenance, or problem solving, such that the members are able to recall personal characteristics of the other members accurately. (Komunikasi kelompok adalah komunikasi tatap muka yang dilakukan tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat). Dari definisi di atas dipahami bahwa ada empat elemen yang tercakup dalam komunikasi kelompok, yaitu interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi yang dilakukan, maksud dan tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lain. 3. Komunikasi massa Komunikasi massa merupakan sebuah proses penyampaian pesan melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar, radio, televisi dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Oleh karena pesan yang disampaikan bersifat massal, maka karakteristik komunikasi massa adalah bersifat umum. Artinya, pesan yang disampaikan bersifat heterogen karena ditujukan untuk seluruh anggota masyarakat. Pesan yang disampaikan juga bersifat serempak dan seragam serta hubungan antar komunikan dengan komunikator sifatnya nonpribadi 4. Sebut dan jelaskan secara singkat prinsip2 komunikasi kesehatan 1. Informasi benar, valid dan dapat dipertanggung jawabkan Prinsip komunikasi kesehatan yang paling dasar dan paling penting adalah informasi yang disebarkan haruslah benar adanya, tidak ditambah atau dikurangi dan dapat dipertanggung jawabkan. Kenapa? karena komunikasi kesehatan memiliki fungsi utama untuk menyebarkan informasi mengenai kesehatan yang tidak jarang akan membahas kondisi kesehatan seseorang, obat-obatan, hingga dosis pemakaian obat. Atas dasar itulah, komunikasi kesehatan yang dilakukan tidak boleh mengandung kebohongan dan informasi palsu. Contohnya adalah :Ketika AA berkonsultasi dengan dokter mengenai kesehatannya, maka dokter harus menjawab setiap pertanyaan AA dengan jujur, benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Ketika komunikasi kesehatan menggunakan media Komunikasi Online, maka segala informasi yang disebarkan haruslah dapat dipertanggung jawabkan, karena mungkin saja ketika seseorang membaca informasi tersebut, maka orang tersebut akan mengikutinya. 2. Komunikasi adalah penyampaian informasi dengan symbol Komunikasi merupakan sebuah simbol yang digunakan untuk memberikan dan menyebarkan informasi. Prinsip yang satu ini akan menuntun orang-orang dibidang kesehatan untuk sanggup dan mampu menggunakan berbagai simbol yang ada, seperti kata-kata, gestur tubuh, perilaku, mimik wajah, hingga penggunaan alat bantu komunikasi lainnya. Dengan prinsip ini pula, komunikasi kesehatan akan mampu dilakukan meskipun informasi yang dibahas adalah mengenai kondisi kesehatan seseorang yang buruk atau tidak tertolong dan lain sebagainya. Contohnya adalah :Ketika AA meninggal sewaktu tindakan operasi, dan ketika dokter keluar ruangan dengan wajah sedih serta intonasi suara yang sangat halus, maka keluarga AA akan mengetahui bahwa AA sudah meninggal. Ketika membahas kesehatan seseorang, maka intonasi suara yang dikeluarkan oleh penyampai informasi haruslah lemah lembut, agar penerima informasi dapat menerima informasi tersebut meskipun informasi tersebut adalah informasi yang mengandung kesedihan. 3. Perilaku mempengaruhi komunikasi Perilaku seseorang yang bertindak dalam menyampaikan pesan kesehatan, haruslah mencerminkan sikap dan perilaku orang – orang yang peduli dengan kesehatan. Perilaku yang baik adalah salah satu Cara Mengatasi Kesalahan Persepsi atau tanggapan yang salah dari penerima informasi. Oleh sebab itu, pemberi informasi haruslah dapat menjadi contoh atau panutan dari penerima informasi. Perilaku penyampai informasi juga akan memberikan pengaruh yang besar terhadap keberhasilan komunikasi yang sedang dilakukan. Contohnya adalah :Ketika AA memberikan informasi kesehatan mengenai bahaya merokok kepada orang banyak pada sebuah seminar, tapi tidak lama seminar berlangsung atau sebelum peserta seminar pergi, AA malah merokok. Tentunya, peserta seminar akan menjadi tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh AA. 4. Hubungan atau ikatan Kesehatan tidaklah menjadi hal utama yang diperhatikan oleh orang banyak, terutama yang kehidupannya memiliki jadwal yang padat. Oleh sebab itu, komunikasi kesehatan lebih efektif ketika dilakukan oleh orang – orang yang memiliki hubungan atau ikatan. Hubungan atau ikatan yang sudah terjalin akan membuat komunikasi lebih saling menghargai dan saling menerima dan menjadi Cara Berkomunikasi dengan Baik. Selain itu, hubungan juga akan membuat potensi keberhasilan komunikasi kesehatan menjadi lebih besar. Contohnya adalah :Ketika AA terlalu sibuk bekerja dan melupakan kesehatannya, kemungkinan terbesar AA untuk mau menjaga kesehatannya adalah karena dibujuk oleh keluarganya.Ketika dokter ingin memberikan informasi kesehatan AA, tapi tidak memungkinkan untuk memberitahukannya langsung dengan AA, maka pilihan utama adalah berbicara dengan orang yang memiliki hubungan dengan AA. 5. Etika penyampaian Prinsip komunikasi kesehatan yang selanjutnya adalah etika penyampaian informasi, baik secara langsung, melalui perantara atau menggunakan Macam-macam Media Komunikasi. Etika penyampaian berhubungan pula dengan isi atau dimensi pesan yang akan disampaikan. Ketika pemberi informasi memiliki etika penyampaian yang baik, maka informasi kesehatan yang disampaikan akan dapat diterima dengan baik pula. Contohnya adalah :Ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, maka utamakan sopan santun, pemilihan kata yang tidak menggangu perasaan hingga kepada intonasi suara yang lembut. 6. Penempatan diri Prinsip komunikasi kesehatan yang berikutnya adalah penempatan diri. Penempatan diri, secara tidak langsung akan memaksa penyampai informasi atau penerima informasi untuk dapat menempatkan dirinya pada tempat yang benar. Tujuannya adalah untuk meminimalisir salah tafsir bagi orang yang mendengar informasi tersebut atau menjaga perasaan seseorang yang sedang dibicarakan. Selain itu, penempatan diri akan memberikan citra positif dimata penerima informasi diberbagai situasi dan menjadi salah satu Cara Komunikasi Efektif dengan Pasien. Contohnya adalah :Tenaga kesehatan harus mampu menempatkan dirinya dalam berbagai situasi, misalnya pada keluarga yang sedang berduka, atau pada keluarga dengan situasi bahagia dan pada situasi keluarga kaya atau keluarga tidak mampu. 7. Kesempatan Komunikasi kesehatan yang terjadi, tidak terlepas dari berbagai kesempatan yang ada seperti waktu, hari, tempat atau dengan siapa komunikasi tersebut berlangsung. Oleh sebab itu, pemberi informasi pada komunikasi kesehatan harus mampu melihat, memilih berbagai kesempatan yang ada dan menentukannya secepat mungkin kapan informasi tersebut akan disampaikan agar Proses Komunikasi Efektif. Contohnya : Ketika akan melakukan komunikasi kesehatan sebagai bagian dari sosialisasi atau penyuluhan, maka pemberi informasi harus mampu untuk memilih tempat dan waktu pelaksanaan, serta mampu untuk menentukan materi yang akan dibawakan.Ketika akan menyampaikan informasi yang mengandung kesedihan, maka penyampai informasi harus mampu menentukan kepada siapa, dimana, dan kapan waktunya informasi tersebut disampaikan. 8. Pertimbangkan Efek Komunikasi kesehatan yang dilakukan juga harus mampu untuk mempertimbangkan efek yang akan muncul setelah komunikasi terjadi. Caranya adalah dengan menyusun kata – kata dengan baik dan memprediksi efek atau apa hasil yang mungkin saja akan terjadi terkait dengan informasi yang diucapkan. Ketika pemberi informasi dapat memprediksi dan mempertimbangkan efek yang akan terjadi, maka komunikasi kesehatakan akan berjalan dengan baik serta menghasilkan efek yang baik pula. Selain itu, pemberi informasi akan mampu untuk mengatasi Pengaruh Efektivitas Komunikasi dalam Integrasi Sosial yang tidak diharapkan. Contohnya adalah :Ketika melakukan penyuluhan demam berdarah yang diselingi dengan penjualan obat pencegah perkembangbiakan nyamuk penyebab demam berdarah. Efek yang terjadi adalah, masyarakat hanya mau mendengar penyuluhan tapi tidak membeli obat pencegah nyamuk atau masyarakat hanya sedikit yang membeli obat pencegah nyamuk. Dengan contoh diatas, maka penyuluh harus mampu untuk menyusun materi yang akan membuat masyarakat bukan hanya mengikuti penyuluhan tapi juga tertarik membeli obat pencegah nyamuk. 9. Tahap komunikasi Tahap-tahap Komunikasi yang Efektif pada komunikasi kesehatan juga harus dipertimbangkan dengan baik, mulai dari pemilihan kata, penyampaian kata, kritik atau saran, pesan – pesan atau himbauan hingga kepada kesimpulan dan pemberian motivasi atau semangat. Selain tahap tahap komunikasi tersebut, sistem komunikasi seperti pemilihan informasi, tujuan, orang yang menyampaikan informasi hingga lingkungan, tempat penyampaian informasi, pola pikir dan berbagai hal lainnya juga harus diperhatikan dengan baik. Jangan sampai karena proses perencanaan tahapan yang buruk, informasi malah mendapat Gangguan Makna dalam Komunikasi. Contohnya adalah :Ketika menyampaikan informasi pesan terhadap peserta usia muda atau anak – anak, maka buatlah tempat komunikasi semenarik dan seunik mungkin serta buatlah metode penyampaian informasi yang mudah dimengerti oleh anak – anak. 10. Sosial – Budaya Ketika komunikasi kesehatan dilakukan kepada masyarakat dengan berbagai berlatar belakang mulai dari tingkat sosial, budaya bahkan kepercayaan, cenderung lebih sulit untuk dilakukan dari pada komunikasi kesehatan dengan latar belakang yang hampir sama. Oleh sebab itu, pemberi informasi kesehatan harus memiliki Cara Mengatasi Gap Komunikasi kesehatan ketika hal tersebut terjadi. Caranya adalah dengan menggunakan bahasa daerah, menggunakan simbol, atau mengajak para tokoh agama dan lain sebagainya. 11. Sifat Komunikasi Nonsekuensial Komunikasi kesehatan memiliki sifat komunikasi nonsekuensial atau Komunikasi Dua Arah, dengan pengertian bahwa pemberi informasi dapat menjadi penerima dan penerima informasi dapat menjadi pemberi informasi meskipun tidak begitu dominan dan lebih sering menggunakan Komunikasi Nonverbal. Karena prinsip inilah, seseorang yang bertindak sebagai pemberi informasi kesehatan harus mampu untuk menangkap pesan yang diberikan oleh penerima informasi secara nonverbal seperti anggukan kepala, gerak tubuh, tatapan mata hingga ekspresi wajah.
12. Sifat Dinamis dan Prosesual
Komunikasi kesehatan biasanya akan selalu berkesinambungan atau Prosesual dan selalu berkembang atau dinamis seiring dengan berjalannya komunikasi. Oleh sebab itu, pemberi informasi kesehatan harus mampu untuk mendesign dan menjalankan komunikasi dengan baik, memiliki suasana yang cair dan terjadi pertukaran informasi. Dengan prinsip ini, pesan atau informasi kesehatan akan mudah untuk diterima dan diingat oleh penerima informasi. Selain itu, penerima informasi akan merasa memiliki hubungan yang kuat dengan pemberi informasi sehingga komunikasi kesehatan dapat berjalan secara berkesinambungan. 13. Ucapan Tidak Dapat Ditarik Jika pada Komunikasi Bisnis atau Komunikasi Politik ucapan yang dikeluarkan dapat ditarik kembali, maka pada komunikasi kesehatan ucapan tidak dapat ditarik lagi karena komunikasi kesehatan memiliki sifat Irreversibel. Oleh sebab itu setiap informasi yang diucapkan harus dipertimbangkan setiap aspeknya, mulai dari kebenaran informasi, efek informasi, hingga risiko yang akan ditimbulkannya. Contohnya adalah : Ketika seorang dokter berbicara dan memberikan informasi mengenai berbagai obat-obatan beserta dengan dosisnya, tidaklah etis dan tidak pantas apabila dokter tersebut salah dalam memberikan informasi dan menarik kembali ucapannya. 14. Komunikasi bukan Panasea Prinsip yang satu ini mengajarkan kepada siapa saja yang melakukan komunikasi kesehatan bahwa komunikasi bukanlah panasea atau obat atau jalan keluar bagi setiap permasalahan. Namun, komunikasi hanyalah bertindak untuk mencari obat atau jalan keluar terhadap sebuah penyakit. Contohnya adalah :Ketika AA mengidap suatu penyakit, maka jangan pernah katakan dengan mengikuti terapi B, terapi C atau dengan menggunakan obat D atau obat E, maka penyakit akan sembuh. Tapi katakanlah bahwa dengan melakukan terapi B, C dan menggunakan obat D, E mudah-mudahan kesehatan AA segera pulih. Tujuannya adalah untuk tidak memberikan harapan yang terlalu tinggi bagi orang lain. 15. Anggap Lawan Bicara Sama Dengan menganggap lawan bicara memiliki kesamaan mulai dari ekonomi, kedudukan, status dan budaya, maka pemberi informasi akan mampu untuk berkomunikasi dengan baik. Tapi ketika pemberi komunikasi menganggap dirinya lebih tinggi dari penerima informasi, maka yang keluar adalah sifat angkuh, sombong dan sebagainya.
5. Sebut dan jelaskan prinsip2 dari komunikasi
Prinsip-prinsip komunikasi mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A.Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi yaitu : a. Komunikasi adalah proses simbolik Misalnya awan gelap adalah indeks hujan yang akan turun, sedangkan asap itu disepakati sebagai tanda bagi masyarakat untuk berkumpul misalnya, seperti dalam dalam kasus suku primitif, maka asap menjadi lambang karena maknanya telah disepakati bersama. Contohnya penampilan. Penampilan yang baik menggambarkan simbol yang baik pula, atau penggunaan bahasa harus menggunakan bahasa yang halus dan baik agar dapat diterima oleh masyarakat. b. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus. Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (We cannot not communicate). Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komuniaksi. Alih- alih, komunikasi terjadi bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri. c. Komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak- pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang pelayanan keshatan dan antara pelayanan kesehatan dan pasien memiliki dimesi isi yang berbeda. Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Sebagai contoh, kalimat “pergi...” yang diucapkan dengan nada yang berbeda justru berarti sebaliknya. Dimensi isi merujuk pada isi pesan, sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaiakn pesan tersebut. Pengaruh suatu diagnosa penyakit misalnya, bukan hanya bergantung pada isinya, tapi juga siapa penulisnya. Diagnosa yang sama dapat menimbulkan pengaruh berbeda bila disampaikan orang berbeda. Diagnosa yang ditulis orang yang sudah terkenal dan merupakan seorang profesor akan dianggap lebih berbobot bila dibandingkan dengan tulisan orang yang belum dikenal dan juga bukan seorang profesor. d. Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai). Kesengajaan bukanlah syarat untuk terjadinya komuniaksi. Meskipun kita sama sekali tidak bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita potensial ditafsirkan orang lain. Kita tidak dapat mengendalikan orang lain untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku kita. Membatasi komunikasi sebagai proses yang disengaja adalah menganggap komuniaksi sebagai instrumen seperti dalam persuasi. Niat atau kesengajaan bukanlah syarat mutlak bagi seseorang untuk berkomunikasi. Contohnya bila seorang dokter bertanya kepada seorang pasien yang kesakitan, kemudian pasien itu tidak menjawab dan hanya memegangi perutnya, maka itu dapat menunjukkan bahwa kemungkinan pasien tersebut mengalami kesakitan yang luar biasa sehingga tidak dapat menjawab pertanyaan dari dokter. e. Komunikas terjadi dalam konteks ruang dan waktu Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung. Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim, suhu, intensitas cahaya, dan sebagainya), waktu, sosial dan psikologis. Topik- topik yang lazim dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan seperti “lelucon,” “ acara televisi,” “mobil,” “bisnis,” atau “perdagangan” terasa kurang sopan bila dikemukakan dimasjid. Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan. Dering telepon pada tengah malam atau dini hari akan dipersepsi lain bila dibandingkan dengan dering telpon pada siang hari.Dering telepon pertama itu mungkin berita sangat penting (darurat) , misalnya untuk mengbarkan orang sakit, kecelakaan atau meninggal dunia atau upaya orang jahat untuk mengetes apakah dirumah ada orang atau tidak. f. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi. Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya , orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespons. Prediksi ini tidak selalu disadari dan sering berlangsung cepat. Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya. g. Komunikasi bersifat sistematik Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi. Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (a living system). Organ-organ dalam tubuh kita saling berhubungan. Kerusakan pada mata dapat membuat kepala kita pusing. Bahkan unsur diri kita yang bersifat jasmani juga berhubungan dengan unsur kita yang bersifat rohani. Kemarahan membuat jantung kita berdetak lebih cepat dan berkeringat. Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi itu: Sistem Internal dan Sistem Eksternal. Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi yang ia cerap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat,setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga pendidikan, kelompok sebaya, tempat kerja, dan sebagainya). Berbeda dengan sistem internal, sistem eksteernal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan di sekitarnya, penataan ruangan, cahaya, dan temperatur ruangan. Elemen-elemen ini adalah stimuli publik yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap transaksi komunikasi. h. Semakin mirip latar belakang sosial-budaya semakin efektiflah komunikasi Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Dalam kenyataannya, tidak pernah ada dua manusia yang persis sama, meskupun mereka kembar yang dilahirkan dan diasuh dalam keluarga yangsama, diberi makanan yang sama dan di didik dengan cara yang sama. Namun adanya kesamaan sekali lagi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif. i. Komunikasi bersifat nonsekuensial Meskipun terdapat banyak model komunikasi linier atau satu arah, sebenarnya komunikasi manusia dalam bentuk dasarnya (komunikasi tatap-muka) bersifat dua-arah (sifat sirkuler). Ketika seseorang berbicara kepada seseorang lainnya, atau kepada sekelompok orang seperti dalam rapat atau kuliah, sebetulnya komunikasi itu bersifat dua-arah, karena orang-orang yang kita anggap sebagai pendengar atau penerima pesan sebenarnya juga menjadi “pembicara” atau pemberi pesan pada saat yang sama, yaitu lewat perilaku nonverbal mereka. Meskipun sifat sirkuler digunakan untuk menandai proses komunikasi, unsur- unsur proses komunikasi sebenarnya tidak berpola secara kaku. Pada dasarnya, unsur-unsur tersebut tidak berada dalam suatu tatanan yang bersifat linier, sirkuler, helikal atau tatanan lainnya. Unsur-unsur proses komunikasi boleh jadi beroperasi dalam susunan tadi, tetapi mungkin pula, setidaknya sebagian, dalam suatu tatanan yang acak. Oleh karena itu, sifat nonsekuensial dibandingkan sirkuler tampaknya lebih tepat digunakan untuk menandai proses komunikasi. j. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional Komunikasi sebagai suatu proses dapat dianalogikan dengan pernyataan Herclitus enam abad sebelum Masehi bahwa “ Seorang manusia tidak akan pernah melangkah di sungai yang sama dua kali.” Pada saat yang kedua manusia itu berbeda dan begitu juga sungainya. Ketika kita menyebrang sungai untuk kedua kali, ketiga kali, dan seterusnya pada hari yang lan, maka sesungguhnya penyebrangan itu bukanlah fenomena yang sama. Begitu jugalah komunikasi; komunikasi terjadi sekali waktu kemudian menjadi bagian dari sejarah kita. Dalam proses komunikasi itu, para peserta saling mempengaruhi, seberapa kecil pun pengaruh itu, baik lewat komunikasi verbal ataupun lewat komunikasi nonverbal. Implikasi dari komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah, dari sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dan perilakunya. Ada orang yang perubahannya sedikit demi sedikit dari waktu ke waktu, tetapi perubahan akhirnya (secara kumulatif) cukup besar. Namun ada juga orang yang berubah secara tiba-tiba, melalui cuci otak atau kontroversi agama, misalnya dari seorang nasionalis menjadi komunis, atau dari Hindu menjadi Kristen atau Muslim. Pandangan dinamis dan transaksional memberi penekanan bahwa seseorang mengalami perubahan sebagai hasil terjadinya komunikasi. k. Komunikasi bersifat irreversible Suatu perilaku adalah suatu peristiwa. Oleh karena merupakan suatu peristiwa, perilaku berlangsung dalam waktu dan tidak dapat “diambil kembali.” Dalam komunikasi, sekali Anda mengirimkan pesan, Anda tidak dapat mengendalikan pengaruh pesan tersebut bagi khalayak, apalagi menghilangkan efek pesan tersebut sama sekali. Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah. Prinsip ini seharusnya menyadarkan kita bahwa kita harus berhati-hati untuk menyampaikan pesan kepada orang lain, sebab, efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali, meskipun kita berupaya meralatnya. Apalagi bila penyampaian itu dilakukan untuk pertama kalinya. Curtis et al mengatakan bahwa kesan pertama itu cenderung abadi. Dalam komunikasi massa, sekali wartawan menyiarkan berita yang tanpa disengaja mencemarkan nama baik seseorang, maka nama baik orang itu akan sulit dikembalikan lagi ke posisi semula, meskipun surat kabar, majalah, radio atau televisi telah meminta maaf dan memuat hak jawab sumber berita secara lengkap. l. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah Banyak persoalan dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelasaikan persoalan yang mungkin berkaitan dengan masalah struktural. Agar komunikasi efektif, kendala struktural ini juga harus diatasi. Misalnya, meskipun pemerintah bersusah payah menjalin komunikasi yang efektif dengan warga Aceh dan warga Papua, tidak mungkin usaha itu akan berhasil bila pemerintah memberlakukan masyarakat di wilayah-wilayah itu secara tidak adil, dengan merampas kekayaan alam mereka dan mengangkutnya ke pusat. 6. Sebut dan jelaskan mengenai hukum komunikasi Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. Hukum # 1: Respect Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim. Bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa "Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai." Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya. Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan Amerika yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam membangkitkan antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi penghargaan yang tulus. Hal ini pula yang menjadi satu dari tiga rahasia manajer satu menit dalam buku Ken Blanchard dan Spencer Johnson, The One Minute Manager. Hukum # 2: Empathy Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand - understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing) memahami perilaku konsumen (consumer's behavior) merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan dari konsumen. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam membangun kerjasama tim. Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork. Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima. Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima pesan. Hukum # 3: Audible Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum # 4: Clarity Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Ketika saya bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling utama dalam menyiapkan korespondensi tingkat tinggi. Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita. Hukum # 5: Humble Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Dalam edisi Mandiri 32 Sikap Rendah Hati pernah kita bahas, yang pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar. Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.1
7. Menurut Anda..seberapa penting penggunaan ilmu komunikasi itu dalam bidang
kesehatan Peran penting komunikasi kesehatan juga tercermin dalam judul pengantar "The Healthy People 2010 Information" yang menyatakan "use communication strategically to improve health". Artinya, tidak ada jalan lain menyukseskan kesehatan individu dan masyarakat kecuali dengan memanfaatkan jasa komunikasi. Atas pertimbangan itu, maka semua analisis dan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia harus mengikutsertakan peranan ilmu komunikasi, terutama strategi komunikasi, untuk menyebarluaskan informasi yang dapat mempengaruhi individu dan komunitas masyarakat agar dapat membuat keputusan yang tepat sehubungan dengan kesehatan mereka. Dengan demikian komunikasi merupakan sesuatu yang penting untuk setiap individu. Komunikasi kesehatan menjadi bagian yang penting dari aspek kesehatan dan
1 kesejahteraan psikologis karena komunikasi kesehatan mencakup upaya pencegahan penyakit (disease prevention), promosi kesehatan serta peningkatan kualitas hidup.