Anda di halaman 1dari 14

Nama : Shania Puspa Dewi Hrp (0105172113)

Kelas : Humas V

I. JURNAL BAHAS INDONESIA

PERAN MEDIA MASSA NASIONAL DALAM POLITIK INTERNASIONAL

Pengarang : Nita Andrianti

Fakultas Komunikasi dan Multimedia Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Email: nietha_soulmate@yahoo.com

Saya tertarik untuk mengkritik jurnal ini karena, judul nya menarik perhatian saya untuk
membacanya. Dan judulnya sangat relevan dengan tugas yang saya cari.

A. Latar Belakang

Media massa dianggap memiliki keunggulan yang menyebabkan mampu


mempengaruhi alam pikiran khalayak, yang selanjutnya akan mengubah masyarakat (Siregar,
2000:171).

Kebijakan negara dan isu-isu dunia internasional disajikan media massa melalui
berita politiknya, sehingga memiliki pengaruh sangat besar terhadap warga negara dalam
berbagai bidang. Dinamika ini membuat media massa melalui isi berita yang
dimunculkannya, memiliki beberapa unsur untuk diketahui, dintaranya unsur ketegangan,
konflik kepentingan, aspek dramatik dalam setiap peristiwa melibatkan berbagai kebijakan
dan isu-isu yang dimunculkan. Tokoh-tokoh politik yang terlibat didalamnya adalah mereka
yang dikategorikan pejabat penting atau orang yang berperan penting dalam sebuah negara
(Wahyuni, 2006:11) hingga menjadikannya layak untuk dijadikan berita.

Hubungan ini membuat adanya suatu sistem politik internasional yang dilakukan oleh
para pejabat diplomatik (termasuk politik luar negeri suatu negara) dengan media massa
saling pengaruh-mempengaruhi, ini terlihat dari beberapa hal ditandai dalam bentuk
kebijakan politik sebuah negara, dalam menentukan pola operasi media massa di negara itu,
mulai dari kepemilikan, tampilan isi, hingga pengawasannya. Revolusi komunikasi yang
dijalankan media massa, menjadikan penempatan posisinya menjadi penting, karena media
massa sebagai jembatan untuk menyampaikan pesan-pesan yang dapat memfungsikan
kekuasaan, sedangkan para pejabat memberi informasi kepada pers untuk disampaikan
kepada khalayak.

Dalam konteks saling pengaruh mempengaruhi, tentu media massa memiliki peranan
dalam membentuk masyarakat internasional, bahkan lebih jauh media massa ikut serta
melakukan perubahan-perubahan politik di level internasional. Untuk itulah kajian ini dibuat
guna mengetengahkan peranan media massa pada level hubungan internasional, khususnya
media massa nasional Indonesia.

B. Pembahasan

1. Relasi Media Massa-Politik

Media berfungsi sebagai pengendali sekaligus melakukan kontrol sosial bagi


kepentingan publik. Menurut pandangan Muhtadi (1999:48) bahwa media massa merupakan
salah satu kekuatan sosial yang menjalankan kontrol sosial secara bebas dan
bertangungjawab, baik terhadap masyarakat maupun terhadap kekuatan-kekuatan sosial
politik lainnya.

Intinya secara garis besar sebenarnya ada dua model hubungan kekuasaan dengan
negara pada media yaitu, pertama, model dominasi yang dilakukan dinegara negara otoriter,
dimana media dimanfaatkan secara terang-terangan sebagai alat instruksi, peringatan dan
kontrol langsung.Kedua, model pluralisme yang dijalankan oleh negara negara demokrasi
liberal, dimana media massa lebih bebas untuk mengekspresikan diri, karena negara tidak
terlalu turut campur tangan dalam urusan media.

Kondisi demikian membuat peran media dalam memberitakan wacana politik dapat
dipandang sebagai penyampai pesan politik, seperti yang disampaikan Hennessy (1975: 1)
bahwa media massa sebagai saluran komunikasi politik yang memuat berita mengenai
kunjungan diplomatik, serta kebijakan-kebijakan yang dibuat, menjadikan ini sebagai proses
pengemasan pesan yang menarik perhatian ditingkat nasional maupun internasional.

Media massa lahir dari rahim politik nasional, sehingga wajar jika representasi
media massa terkait dengan keberadaan negara tempat lahirnya media massa tersebut,
misalnya lahir berbagai media yang mencerminkan tempat kelahirannya seperti: New
YorkTimes, Washington Post, Media Indonesia, dan yang lebih ekstrim lahir istilah “Pers
Pancasila” di Indonesia, sehingga dalam kancah internasional bahwa media massa merupakan
representasi negara yang memperjuangkan kepentingan nasional negara tersebut, sehingga
dalam hubungan diplomatik atau berita kunjungan diplomatik maka wajar jika media massa
memberikan dukungan maupun kritik terhadap penilaian apakah kunjungan diplomatik itu
bermanfaat atau merugikan kepentingan nasional negara tertentu.

2. Peran Media Massa dalam Praktik

Menurut McNair (1995:2-15) bahwa politik di era mediasi (politics in


theageofmediation) ketika dikaitkan dengan fungsi media dan media massa dalam
komunikasi politik bisa menjadi penyampai (transmitters) pesan-pesan politik dari pihak-
pihak di luar dirinya, sekaligus menjadi pengirim (senders) pesan-pesan politik yang disusun
(constructed) oleh pers.

Media massa di negara lain/ asing yang jangkauannya domestik tidak begitu relevan,
tentu kurang memperngaruhi kebijakan pemerintah Indonesia dalam berbagai bidang, namun
media massa besar di negara tertentu (AS, Jepang, Inggris, Malaysia) yang memiliki
jangkauan internasional seperti CNN, VOA, BBC, Time, Herald Tribune, mau tidak mau
perlu dikaji serta dipertimbangkan opini dan ulasannya oleh pemerintah Indonesia. Sebab
pengaruh media massa yang memiliki jangakauan dunia internasional (tidak hanya domestik/
nasional) memiliki pengaruh pembentukan opini publik di kalangan Pemerintah dan
masyarakat di berbagai negara di dunia. Media massa dapat bersikap mendukung atau bahkan
mengkritisi kebijakan politik suatu negara terkait kunjungan diplomatik.

Intinya bahwa dalam perspektif komunikasi internasional, media massa merupakan


komunikator paling intens dalam melakukan penyebaran informasi, diusung dari fakta
maupun isu internasional dan pembentukan opini publik.

3. Media Diplomacy

Banyaknya aktor yang terlibat dalam diplomasi publik memberikan implikasi adanya
pengakomodiran informasi dari berbagai aktor guna menjembatani mekanisme diplomasi
governmenttogovernment,peopletogovernment, peopletopeople, non governmentto non
government, maupun peopleand non governmenttogovernment.

Diplomasi merupakan komunikasi internasional diantara negara-negara yang terlibat


dalam aktivitas diplomasi, yang diformulasikan dalam pertukaran permintaan dan konsesi
antara para pelaku negosiasi. Namun dengan berfungsinya media massa sebagai aktor
diplomasi, tentu segala isuisu internasional yang berkembang sangat ditentukan seberapa
besar jangkauan informasi dan koverasi media. Diplomasi bertujuan untuk mencapai
kepentingan nasional, keterampilan dalam berdiplomasi merupakan syarat utama sebagai
sarana pencapaian kesepakatan, kompromi, dan penyelesaian masalah dimana tujuan-tujuan
pemerintah saling bertentangan (Djelantik, 2008:4).

Rianto (2008:67) menyatakan bahwa media telah mengubah karakteristik umum


diplomasi dan politik internasional.Hal ini disebabkan oleh globalisasi media.Bersamaan
dengan tuntutan, maka peran media dalam hubungan internasional telah menjadikan para
jurnalis dalam meliput peristiwa, mengumpulkan dan menyeleksi fakta, merekonstruksi,serta
merepresentasikan realitas membutuhkan waktu yang cepat dan ringkas, padat dalam
mewartakan isi tampilan berita yang akan dipublikasikan.

Hal ini menjadikan media memiliki peranan besar dalam hubungan diplomatik bahkan
hubungan internasional. Bambang Cipto memberikan contoh bahwa media massa Amerika
yang memainkan peranan penting dalam mengembangkan dengan cepat pendapat umum
tentang pelanggaran hak asasi manusia di Timor Timur.The New YorkTimes memuat
editorial yang berjudul “The Tiananmen in East Timor”, yang kemudian berita ini
menyebabkan suhu politik Amerika Serikat memanas.

4. Gap Pemahaman Media: Problem Komunikasi Politik oleh Media

Praktik komunikasi dalam politik internasional sering menimbulkan gap.Misalnya


kasus film Fitna dan kontroversi pemberitaan akibat publikasi kartun yang sangat melecehkan
martabat Nabi Muhammad. Tercatat banyak orang telah menjadi korban sepanjang
gelombang kerusuhan dan kekerasan yang terjadi akibat penerbitan kartun ini.Gap-gap ini
justru menyebabkan melemahnya hubungan atau politik internasional. Sehingga dalam politik
internasional, perkembangan globalisasi media dan jurnalisme internasional perlu untuk
melakukan pertukaran perspektif dalam pemberitaannya, makna kebebasan dan hak asasi
manusia dalam media massa.

Kasus ini menjadi perhatian internasional karena menyebabkan hampir seluruh negara
muslim dan umat muslim marah. Kasus ini bukanlah bentuk kebebasan berekspresi
wartawan/media massa.

Munculnya gap ini memerlukan pengaturan melalui berbagai kerjasama antara negara
dalam menata media massa (terutama dalam penyamaan persepsi kebebasan pers). Salah satu
kerjasama yang dilakukan Indonesia dengan Pemerintah Kerajaan Norwegia dengan
dukungan dari Pemerintah Selandia Baru, menyelenggarakan Global Inter-Media Dialog ke-3
di Bali. Indonesia dan Norwegia sama-sama memandang bahwa dialog global inter media ini
sangat penting, mengingat sekarang ini media-media di seluruh dunia tengah menghadapi
berbagai tantangan, baik itu dalam segi kontroversi pemberitaan maupun gap mengenai
pemahaman kebebasan.

C. Tujuan Jurnal

Untuk mengetahui pentingnya peran Media Diplomasi dalam hubungan diplomasi


antar negara.

D. Metodologi

Penelitian Kualitatif Deskriptif.

E. .Hasil Temuan

Peranan media massa dalam kancah internasional ini sangat penting untuk menjalin
kerjasama, dipengaruhi oleh model diplomasi publik secara umum dipahami sebagai upaya
untuk mempengaruhi publik internasional (negara lain) demi tercapainya kepentingan
nasional suatu negara. Upaya semacam ini dilakukan untuk membentuk suatu jaringan
komunikasi sebagai wadah promosi kebijakan luar negeri. Dengan dikoordinasi oleh
pemerintah maupun pihak pihak yang berkepentingan di dalamnya seperti tokoh agama,
partai, media massa dan masih banyak lagi. Namun ketika memaknai media massa secara
luas, bahwa media massa sebagai sebuah institusi yang menunjukkan eksistensi komunikasi
massa dalam sebuah sistem komunikasi internasional, memiliki cara serta fungsi peran dan
manfaatnya dalam menterjemahkan hubungan kerjasama antar negara-negara baik yang
sedang berkembang maupun yang sudah berkembang.

F. Kesimpulan

Media dan politik Internasional merupakan dua entitas yang tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan modern.Keduanya saling berbagi peran dalam menentukan arah perubahan-
perubahan di masyarakat. Hubungan ini dipengaruhi oleh peran besar media massa dalam
menentukan derajat keharmonisan dunia internasional, baik dalam hubungan bilateral
maupun multilateral. Bagi politik internasional, aktifitas media berperan dalam melaporkan
serta memberitakan peristiwa-peristiwa politik, kemudian peristiwa tersebut disampaikan
kepada khalayak, untuk selanjutnya publik atau khalayak akan menafsirkan teks-teks berita
yang tersaji dalam media tersebut.
Media massa bukan hanya sumber informasi politik, tetapi juga kerap menjadi
pendorong (trigger) terjadinya perubahan politik. Secara umum media massa memiliki
kecenderungan-kecenderugan tertentu dalam melakukan liputan pada peristiwa politik
internasional. Pada posisi seperti inilah, kemudian media massa ditempatkan sebagai
kekuatan keempat (thefourthestate) dalam tatanan kehidupan sosial dan politik.

Media berfungsi sebagai pengendali sekaligus melakukan kontrol sosial bagi


kepentingan publik.Bahkan, dalam tradisi jurnalisme politik, media adalah pemain (player),
subjek aktif di ruang publik bukan sekedar medium atau alat yang dikendalikan pihak diluar
pengelola media itu (Rosen, 2004). Sebagai pemain tentu berfungsi sebagai agen perubahan
(agentofchange) pada level internasional dengan menggunakan caranya sendiri, yakni melalui
publikasi berita politik yang menjadi agenda politiknya.

G. Kelebihan

Pembahasan di jelaskan secara teratur dan secara jelas. Diksi diksi pengarang sangat
mudah di pahami, pembahasan sangat cocok untuk mata kuliah Komunikasi Internasional.
Pembahasan per sub babnya sangat relevan/saling berkaitan unyuk membahas fokus masalah

H. Kekurangan

Tidak ada mencantumkan rumusan masalah

Tidak menjelaskan metodologi apa yang di gunakan.

I. Saran

Menurut saya, harusnya pengarang juga menjabarkan rumusan masalah dan tujuan
jurnal ini dengan baik, agar pembaca lebih mengerti tujuan jurnal ini mengarah pada fokus
masalah apa yang dibahas

J. Kesimpulan saya

Dalam politik internasional, media massa bukan hanya sumber informasi politik,
tetapi juga kerap menjadi pendorong terjadinya perubahan politik. Secara umum media massa
memiliki kecenderungan--kecenderungan tertentu dalam melakukan liputan pada peristiwa
politik internasional. Dalam wujud yang lebih konkret, media memiliki peranan besar dalam
komunikasi politik internasional. Keterlibatan aktif media ini telah melahirkan istilah “media
diplomacy’ artinya media massa sebagai saluran dalam menjalankan misi diplomasi sebuah
negara tehadap negara lainnya. Sebagai “media diplomacy”, media massa tidak hanya
sekadar meliput peristiwa diplomatik, tetapi media massa harus memiliki sikap sebagai
seorang negosiator.Terkait dengan media diplomacy bahwa media sebagai salah satu aktor
dalam dinamika tata hubungan internasional. Posisi Indonesia dalam tata hubungan
internasional sangat dipengaruhi aktor media massa tersebut.
II. JURNAL BAHASA INGGRIS

INDONESIA’S DIGITAL DIPLOMACY : PROBLEMS AND CHALLENGES

Diplomasi Digital Indonesia: Masalah dan Tantangan

Pengarang : Ludiro Madu

Departemen Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Jl. SWK


104, Condongcatur, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta , 55283

ludiro@gmail.com

Saya tertarik dengan jurnal ini, karena isinya bagus. Dan relate dengan pembahasan jurnal
yang pertama saya review, tujuannya sekalian untuk membandingkan kedua jurnal ini

A. Latar Belakang Masalah

Diplomasi digital semakin menjadi topik hangat dalam kebijakan luar negeri
modern, khususnya dalam diplomasi publik (Madu, 2017). Hampir semua kedutaan
menggunakan media sosial secara menarik sebagai alat yang interaktif dan nyaman untuk
mempromosikan negara mereka, memberi tahu orang-orang tentang kegiatan terbaru mereka
dan terlibat dengan pengikut mereka, baik warga negara mereka sendiri maupun orang lain di
negara asing. Penggunaan internet untuk tujuan diplomasi telah mengubah cara kedutaan
asing yang terlibat dengan audiensi lokal di negara lain.

YingJing (2017) menunjukkan bahwa "media sosial adalah cara yang efektif bagi
kedutaan untuk berkomunikasi dengan kelompok sasaran, lebih daripada diplomasi publik
konvensional (offline atau tradisional)." Kasus Indonesia menunjukkan bahwa diplomasi
digital telah menjadi tantangan serius bagi praktik diplomasi baru-baru ini di era Presiden
Joko Widodo. Meskipun gagasan menggunakan media sosial untuk diplomasi dapat ditelusuri
kembali pada awal 2000-an sejak penggunaan pertama situs webnya, pemerintah Jokowi
adalah yang pertama yang secara resmi menyatakan pentingnya melalui Kementerian Luar
Negeri (MOFA) pada 2016. Kementerian Luar Negeri menyambut dengan antusias
perkembangan terkini tentang diplomasi digital dengan menegaskan pentingnya internet
untuk membantu pekerjaan para diplomat tanpa penundaan (Movanita, 2016).

B. Masalah yang dibahas


A. ANALISA INTERNET DAN DIPLOMASI

Di era digital baru-baru ini, negara-negara mengartikulasikan identitas mereka dan


kepentingan kebijakan luar negeri dari perebutan kekuasaan online. Dalam konteks ini,
diplomasi digital mempromosikan penggunaan TIK untuk memenuhi tujuan kebijakan luar
negeri negara dengan memenangkan hati dan pikiran masyarakat, baik di negara asal maupun
di negara lain. Alih-alih menggantikan, diplomasi lebih berkaitan dengan melengkapi
diplomasi tradisional. Di era diplomasi digital, pemerintah atau aktor non-negara memiliki
tujuan yang mereka inginkan untuk mengamankan dan mengembangkan.

Hillary Clinton — menguraikan tiga komponen penting dari diplomasi digital: 1)


Diplomasi publik, termasuk penggunaan platform online; 2) Membangun keahlian dalam
kebijakan teknologi dan memahami cara internet memengaruhi perkembangan internasional
seperti gerakan politik; 3) Dampak pada kebijakan pembangunan dan bagaimana TIK dapat
digunakan secara lebih efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (Cave, 2015).

Digital menjadi hal yang biasa bagi politisi dan staf mereka unqtuk menggunakan
platform seperti Twitter atau Facebook untuk melayani tujuan politik mereka sendiri dan juga
untuk kepentingan bangsanya. Semakin lama, para pemimpin dunia dan perwakilan mereka
menggunakan e-diplomasi sebagai alat komunikasi, seperti mantan Presiden AS Barack
Obama dan lainnya. Mantan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, telah terbukti
sangat mahir dalam penggunaan TIK untuk memobilisasi dukungan masyarakat ketika
beberapa tokoh berpangkat tinggi Indonesia disadap oleh AustralianIntelligent Service.
Penggunaan media sosial, bagaimanapun, tidak menjadi pengganti untuk tindakan diplomatik
tradisional (Antony, 2014). Pada masa krisis bilateral atau internasional, negara biasanya
disarankan untuk menggunakan diplomasi tradisional, bukan diplomasi digital

B. MENANGKAN HATI DAN PIKIRAN ORANG

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi memperingatkan para diplomatnya


“mereka tidak dapat bersembunyi di era digital dan perlu menyesuaikan cara mereka bekerja
— termasuk dengan berfokus pada pelaporan sumber terbuka yang lebih baik — untuk
mewakili Indonesia di luar negeri” (Cave, 2016). Indonesia adalah negara terpadat keempat
di dunia dan warganya telah dibawa ke media sosial secara umum dan Twitter pada
khususnya. Bagi Indonesia, diplomasi digital telah memberi banyak manfaat, seperti alat bagi
para diplomat untuk mendapatkan informasi yang tepat waktu dan untuk mewakili Indonesia
di luar negeri. Ini terkait erat dengan kecepatan, ketepatan, dan kejujuran. Diplomasi digital
bersama dengan kerja tim yang luar biasa dan tanggung jawab pejabat adalah kunci untuk
menyelesaikan masalah diplomasi. Namun demikian, diplomasi digital Indonesia juga
menghadirkan berbagai ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya yang terkait erat
dengan kedaulatan nasional di tingkat domestik dan tujuan utama diplomasi publik yaitu
memenangkan hati dan pikiran warga negara asing di negara mereka sendiri. Pertama,
kampanye online untuk separatisme.

Media digital menyediakan alat untuk berkontribusi analisis tentang masalah


internasional, yang terkait erat dengan kepentingan nasional Indonesia. Pada gilirannya,
publik menjadi peserta aktif untuk aktivisme diplomatik dengan kemungkinan mempengaruhi
pelaksanaan kebijakan luar negeri.

Kasus cyberwar - dalam bentuk kerusakan situs web milik negara lain - terjadi antara
Indonesia dan Malaysia pada klaim konflik mereka atas wilayah laut Ambalat (Madu, 2008).
Oleh karena itu, peran DCC dari MOFA Indonesia tidak terhindarkan dalam membangun
koordinasi antar divisi dalam MOFA dan koordinasi lebih lanjut antara kementerian dalam
pemerintahan, terutama di bawah naungan Badan Siber dan Sandi Nasional (BSSN).
didirikan pada awal 2018 (Parameswaran, 2018).

Lingkup ancaman yang lebih besar membutuhkan kebijakan responsif di tingkat


nasional yang baru-baru ini direspon oleh pemerintah Indonesia dengan pembentukan BSSN
daripada DCC dari MOFA Indonesia. Meningkatkan kesadaran di kalangan pejabat
pemerintah adalah penting, tetapi partisipasi publik juga telah menjadi indikator penting
diplomasi publik di era digital. Diplomasi bukan hanya klub diplomat, tetapi arena jejaring
antara aktor negara dan non-negara (Heine, 2013). Negosiasi diplomatik telah memberikan
peluang interaktif antara warga negara dan perwakilan pemerintah telah meningkatkan
keterlibatan di antara masyarakat, yang menjadi desainer aktif dan komunikator diplomasi
digital (Yosephine, 2016).

C. TANTANGAN KE DEPAN

Penggunaan teknologi komunikasi interaktif baru, seperti internet, WhatsApp,


Twitter, Facebook, Instagram, situs web berbagi video, blog, dan jaringan media sosial
lainnya, telah menjadikan diplomasi digital menjadi mode diplomatik aktif dalam hubungan
internasional. Terlepas dari masalah ini, diplomasi digital Indonesia harus mengatasi potensi
bahaya serangan siber dan lainnya. Masalah ini telah menjadi keprihatinan yang berkembang
bagi diplomasi digital Indonesia, dengan referensi khusus pada urgensinya terhadap
hubungan luar negeri Indonesia. Dengan mengadopsi diplomasi digital, MOFA Indonesia
menyadari bahwa perangkat digital menciptakan peluang dan tantangan baru yang harus
direspon oleh diplomasi. Ini berarti bahwa lembaga-lembaga diplomatik harus menguasai
penggunaan alat-alat digital. MOFA membentuk infrastruktur digital, yaitu Digital Command
Center (DCC). Kementerian sekarang telah menetapkan DCC sebagai pusat manajemen
krisis. Ini juga berfungsi sebagai ‘tonton dan memantau ’dan menganalisis tren sumber
terbuka. DCC juga berfungsi sebagai pusat koordinasi antara MOFA dan Perwakilan dalam
menanggapi krisis / situasi darurat yang membutuhkan penanganan segera, seperti bencana
alam, konflik bersenjata dan perlindungan warga negara Indonesia.

Mempertimbangkan perkembangan yang dijelaskan di atas, Indonesia harus


menyiapkan beberapa opsi strategis untuk menghadapi tantangan diplomasi digital. Pertama,
Indonesia harus memberdayakan infrastruktur digitalnya saat ini di bawah koordinasi BSSN.
DCC MOFA termasuk dalam BSSN dengan tugas khusus pada mereka yang terkait erat
dengan keamanan cyber dan diplomasi digital Indonesia. Menemukan mekanisme yang tepat
untuk koordinasi di berbagai kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah adalah penting
untuk kondisi Indonesia saat ini dengan meningkatnya penggunaan internet untuk kehidupan
sehari-hari. Kedua, Kementerian harus memberdayakan pusat komando digitalnya untuk
memastikan bahwa proses yang cepat dan lengkap serta terkoordinasi dengan kementerian
terkait ada, terutama ketika menghadapi masalah darurat atau krisis. Opsi ini akan
memastikan bahwa Indonesia mengumpulkan dan menganalisis data untuk menetapkan
kebijakan yang tepat atau dapat ditindaklanjuti terhadap masalah tertentu.

Meskipun pemerintah Indonesia membentuk BSSN dan MOFA membangun DCC,


Indonesia belum menghasilkan kebijakan atau cetak biru yang jelas untuk diplomasi digital.
Selain itu, Indonesia harus meningkatkan infrastrukturnya, khususnya teknologi informasi
dan komunikasi. Lebih penting lagi, pemerintah harus mendorong penggunaan platform
digital di antara para diplomatnya melalui pelatihan. Indonesia juga perlu memperbarui
konten secara terus menerus di platform digitalnya.

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan memahami cara-cara yang berkembang di mana diplomasi


Indonesia telah menggunakan alat TIK untuk terlibat, berkoordinasi, dan saling
mempengaruhi dalam mengelola kepentingan nasional negara ini di era internet ini.
Penelitian ini menjelaskan masalah yang harus dihadapi diplomasi Indonesia dengan
meningkatnya penggunaan internet. Studi kasus ini penting untuk memahami sejauh mana
MOFA telah memikirkan masalah ini dengan serius.

D. Metodologi

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan


menganalisis cara Indonesia, khususnya MOFA, dalam menanggapi pertumbuhan
penggunaan internet dalam diplomasi digital.

E. Hasil Temuan

Perkembangan terbaru diplomasi digital yang dijalankan Kementerian Luar Negeri


Indonesia dalam merespon tingginya tantangan teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK)
terhadap kepentingan nasional Indonesia. Penggunaan internet dan sosial media telah
mengubah praktik diplomasi berbagai negara. Tulisan ini berargumen bahwa peningkatan
penggunaan diplomasi digital akan menentukan kapabilitasKemenlu dan diplomatnya dalam
menghadapi masalah dan tantangan hubungan internasional di era internet.

F. Kesimpulan

Hubungan erat antara internet dan diplomasi telah meningkatkan pentingnya


diplomasi digital, termasuk di Indonesia. Praktek diplomasi telah membuat kebijakan luar
negeri dapat diakses untuk partisipasi publik melalui berbagai alat TIK. Kementerian luar
negeri, kedutaan besar, dan duta besar (termasuk diplomat) telah menyatakan minat mereka
yang meningkat untuk melaporkan kegiatan diplomatik mereka secara terbuka. MOFA
Indonesia telah melakukan berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah diplomasi digital.
Daripada hanya sekedar memberikan informasi kepada publik yang lebih luas melalui
berbagai akun media sosial, kesiapan MOFA telah secara signifikan mencerminkan kebijakan
pemerintah Jokowi untuk memiliki kehadiran negara (negara hadir) untuk masyarakat
Indonesia, baik di dalam negeri maupun internasional di era cyber saat ini.

Memiliki DCC dalam mendukung diplomasi digitalnya, MOFA Indonesia harus


bekerja keras untuk memiliki kerja sama kelembagaan dengan kementerian lain dengan
perhatian khusus untuk mengetahui strategi dalam menghadapi meningkatnya aktivisme
cyber — termasuk terorisme cyber. Kebijakan lebih lanjut untuk membangun strategi
nasional diplomasi digital diperlukan bagi pemerintah Indonesia untuk mengatasi
meningkatnya penggunaan media sosial untuk sarana interaktif antara masyarakat di antara
berbagai negara
G. Kelebihan

Pembahasannya lengkap dengan judul yang dipilih. Mencantumkan berbagai contoh


agar memudahkan pembaca mengerti

H. Kekurangan

Pembahasan melebar, tidak fokus pada fokus pembahasan yang ditulis.

F. Saran

Penelitian ini membahas tentang masalah dan tantangan diplomasi digital,


seharusnya bisa ditambah manfaat dari diplomasi digital juga. Dan membahas masalah dan
tantangan dengan lebih pada fokus pembahasan agar pembaca tidak keliru.

Kesimpulan

Penggunaan internet dan sosial media telah mengubah praktik diplomasi berbagai
negara. Menganalisis saling keterkaitan antara internet dan diplomasi. Diplomasi digital telah
memperlihatkan berbagai keuntungan seperti komunikasi langsung dan interaktif dengan
pihak asing. Meski demikian, diplomasi digital Indonesia harus menghadapi berbagai
permasalahan yang erat kaitannya dengan penggunaan internet oleh aktor negara dan non-
negara, baik dalam maupun luar negeri, yang mungkin hal tersebut memiliki risiko bagi
hubungan antarnegara. Peningkatan penggunaan diplomasi digital akan menentukan
kapabilitasKemenlu dan diplomatnya dalam menghadapi masalah dan tantangan hubungan
internasional di era internet.

PERBANDINGAN

Kedua jurnal ini memiliki pembahasan yang sama, mengenai digital diplomasi.
Bedanya, Jurnal I membahas digital diplomasi lebih lengkap, mulai dari hubungan, praktik,
masalah, sampai peran media, sedangkan Jurnal II hanya fokus membahas tentang masalah
dan tantangan.

Anda mungkin juga menyukai