Anda di halaman 1dari 18

Nama : Salsadila Safitri

NIM : 1805124208

Kelas : 4A Pendidikan Fisika

Model Pembelajaran Kooperatif

1. Discovery Learning

Salah satu model pembelajaran kognitif yang paling berpengaruh adalah


discovery learning-nya Jerome Bruner (Slavin, 1994), yaitu siswa didorong untuk
belajar dengan diri mereka sendiri.Siswa belajar melalui aktif dengan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk mempunyai pengalaman-
pengalaman dan menghubungkan pengalaman-pengalaman tersebut untuk menemukan
prinsip-prinsip bagi diri mereka sendiri.

Sani (2014: 97) berpendapat bahwa discovery learning adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang menuntut siswanya untuk menemukan konsep melalui serangkaian
data atau informasi.Dimana data tersebut diperoleh peserta didik secara langsung
melalui pengamatan ataupun melalui percobaan.

Hosnan (2014: 282) berpendapat bahwa, discovery learning merupakan suatu


model pembelajaran untuk mengembangkan cara berpikir aktif setiap peserta didik.
Dengan cara menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka pengetahuan yang
diperoleh peserta didik akan bertahan lama di ingatan.

 Langkah langkah Penerapan Model Discovery Learning.


Berikut ini adalah beberapa sintak dalam penerapan model discovery learning
pada kegiatan pembelajaran.
a. Langkah Persiapan model discovery learning
1) Menentukan tujuan pembelajaran
2) Mengidentifikasi karakteristik peserta didik
3) Memilih materi pelajaran yang akan disampaikan
4) Menentukan topik-topik yang nantikan akan dipelajari peserta didik
secara mandiri
5) Mengembangkan bahan ajar yang nantikan digunakan peserta didik
untuk belajar mandiri
b. Prosedur pengaplikasian model discovery learning

1) Simulasi atau rangsangan atau apersepsi.


Merupakan suatu tahapan pembelajaran discovery yang bertujuan untuk
membuat peserta didik kebingungan, penasaran, terhadap masalah yang
dimunculkan sehingga peserta didik muncul rasa ingin tahu. Bila rasa
ingin tahu sudah muncul, mereka akan dengan sendirinya menyelediki
apa jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh guru.

2) Problem statement (identifikasi masalah/pernyataan).


Merupakan kegiatan guru menampung jawaban-jawaban sementara atau
hipotesis dari setiap peserta didik atas pertanyaan yang diajukan oleh
guru.Jadi setiap jawaban yang berasal dari peserta didik ditampung oleh
guru yang nantinya digunakan untuk menguji apakah jawaban tersebut
benar atau kurang tepat.

3) Data Collection (pengumpulan data).


Pengumpulan data merupakan tahapan kegiatan belajar discovery yang
memberikan kesempatan peserta didik untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya untuk menunjang kesimpulan atau jawaban dari
pertanyaan guru. Sumber informasi boleh berasal dari buku, pengamatan
langsung, praktikum, atau dengan cara lain sehingga dapat terkumpul
jawaban yang valid.

4) Data Processing (pengolahan data).


Merupakan langkah atau tahapan mengolah data yang diperoleh setiap
peserta didik. Tahapan ini dapat dijadikan sebagai pembentukan konsep
dan pengetahuan baru yang nantinya akan digunakan oleh setiap peserta
didik ketika sudah selesai belajar.

5) Verification (pembuktian).
Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk melakukan pemeriksaan
secara cermat terhadap informasi yang mereka peroleh.Tujuan dari
tahapan ini adalah untuk membuktikan kebenaran dari informasi yang
diperoleh dalam menjawab petanyaan yang diajukan oleh guru pada awal
kegiatan pembelajaran.Pada tahap ini, tugas guru adalah sebagai
fasilitator bila sewaktu-waktu ada peserta didik yang bertanya.Akan
tetapi sebaiknya, ketika peserta didik bertanya, berikan clue yang
mengarahkan peserta didik ke arah jawaban yang benar.
6) Generalization (menarik kesimpulan).
Tahapan ini merupakan proses menarik sebuah kesimpulan dari berbagai
macam informasi yang telah dinyatakan valid saat tahap verification.
Nantinya, kesimpulan yang diperoleh ini merupakan sebuah bangunan
konsep yang akan dijadikan dasar oleh peserta didik untuk melanjutkan
materi berikutnya.

 Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning.


Berikut ini adalah beberapa kelebihan bila Anda memutuskan untuk
menggunakan model pembelajaran discovery learning dalam kegiatan belajar
mengajar Anda.
 Membantu peserta didik untuk mengoptimalkan kemampuan baik dari segi
kognitif maupun dari segi keterampilan
 Pengetahuan yang diperoleh setiap peserta didik akan bertahan lama, karena
mereka memperolehnya dengan pengalaman secara langsung.
 Membantu dan meningkatkan kemampuan setiap peserta didik dalam
memecahkan masalah
 Memperkuat konsep diri, karena setiap peserta didik diberikan kesempatan
dan kepercayaan untuk bekerja sama dengan lainnya.
 Mendorong setiap peserta didik untuk lebih aktif dalam mencari informasi
dan ilmu pengetahuan.
 Mengajak peserta didik untuk berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis
sendiri.
 Melatih setiap peserta didik untuk belajar secara mandiri.
 Peserta didik akan menjadi lebih aktif karena menggunakan kemampuannya
sendiri dalam menemukan hasil akhir.

(Hosnan, 2014: 287-288)

 Kekurangan atau Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning.


Hosnan (2014: 288 – 289) menyebutkan setidaknya ada 3 kelemahan dari
penggunaan model discovery learning ini.
 Menghabiskan banyak waktu, karena guru harus menjadi fasilitator,
motivator dan sekaligus pembimbing.
 Tidak semua peserta didik memiliki kemampuan berpikir rasional. Karena
belum terbiasa.
 Tidak semua peserta didik dapat mengikuti model pembelajaran semacam ini
karena alasan tertentu.
2. Reception Learning
David Ausabel (Slavin 1994) memberikan kritik terhadap discovery learning.
Dia berargument bahwa siswa tidak selalu mengetahui apa yang penting atau relavan,
dan beberapa siswa membutuhkan motivasi eksternal untuk mempelajari apa yang
diajarkan di sekolah.
Namun demikian, kendati peran guru dalam reception learning maupun
discovery learning berbeda, namun keduanya memiliki beberapa persamaan pandangan,
antara lain:
1. Antara reception learning dan discovery learning, sama-sama membutuhkan
keaktifan siswa belajar.
2. Kedua pendekatan tersebut menekankan cara-cara bagaimana pengetahuan siswa
yang sudah ada dapat menjadi bagian dari pengetahuan baru.
3. Kedua pedekatan sama-sama mengasumsikan pengetahuan sebagai sesuatu yang
dapat berubah terus.
Ausabel menjelaskan sebuah alternatif model pembelajaran yang disebut
reception learning. Para penganut teori resepsi ini menyatakan bahwa guru mempunyai
tugas untuk menyusun situasi pembelajaran, memilih materi yang sesuai bagi siswa,
kemudian mempresentasikan dengan baik pelajaran yang dimulai dari umum ke yang
spesifik.Inti pendekatan reception learning adalah exspository teaching, yaitu
perencanaan pembelajaran yang sistematis terhadap informasi yang
bermakna.Pengajaran ekspositori berisi tiga prinsip tahapan pembelajaran, yaitu:
1) Tahap pertama, advance organizer. Secara umum belajar secara
maksimal terjadi bila ada potensi kesesuaian antara skema dimiliki siswa
dengan materi atau informasi yang akan dipelajarinya. Agar terjadi
kesesuaian tersebut, Ausabel (Woolfolk, 1995) menyarankan sebuah
strategi yang disebut dengan advance organizer, yaitu sebuah statemen
perkenalan yang menghubungkan antara skema yang sudah dimiliki oleh
siswa dengan informasi baru yang akan dia pelajari. Fungsi dari advance
organizer ini adalah memberi bimbingan untuk memahami informari
yang baru. Dengan kata lain, advance organizer ini dapat menjadi
jembatan antara meteri pelajaran atau informasi baru dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa. Pemberian advance
organizer mempunyai tiga tujuan, yaitu memberi arahan bagi siswa
untuk mengetahui apa yang terpenting dari materi yang akan
dipelajarinya; menghigh-light diantara hubungan-hubungan yang akan
dipelajari; dan memberikan penguatan terhadap pengetahuan yang
diperoleh atau dipelajari.
2) Tahap kedua, meyampaikan tugas-tugas belajar. Setelah pemberian
advance organizer, langkah berikutnya adalah menyampaikan persamaan
dan perbedaan dengan contoh yang sederhana. Untuk belajar sesuatu
yang baru, siswa tidak harus melihat hanya persamaan antara materi
yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Lebih
dari itu, siswa juga perlu melihat perbedaannya pula. Dengan demikian,
tidak terjadi kebingungan ketika siswa mempelajari materi yang baru
dengan pengetahuan yang sudah ada. Untuk membantu siswa memahami
persamaan dan perbedaan ini dapat digunakan berbagai cara, antara lain
cara ceramah, diskusi, film-film, atau tugas-tugas belajar.
3) Tahap ketiga, penguatan organisasi kognitif. Pada tahap ini, Ausabel
menyatakan bahwa guru mencoba untuk menambahkan informasi baru
ke dalam informasi yang sudah dimiliki oleh siswa pada awal pelajaran
dimulai dengan membantu siswa untuk mengamati bagaimana setiap
detail dari informasi berkaitan dengan informasi yang lebih besar atau
lebih umum. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan pemahamannya tentang informasi apa yang baru mereka
pelajari.

Tambahan saran untuk pengajaran yang berdasar strategi reception learning, yaitu:

 mengorganisasi pengajaran sebelumnya dengan suatu cara yang akan


mengarahkan dari konsep-konsep yang paling detail
 merencanakan diskusi kelas dalam waktu yang singkat sebelum menyampaikan
mata pelajaran baru kepada siswa, sehingga siswa dapat mengungkapkan
latarbelakang informasi yang penting.

Teori Ausubel dalam aplikasinya menuntut siswa belajar secara deduktif (dari
umum ke khusus). Hal lain yang membedakan, Burner lebih mementingkan struktur
disiplin ilmu. Ausubel lebih menekankan pada aspek struktur kognitif siswa.Satu
konsep penting dalam teori Ausubel adalah “Advance Organizer” (AO). AO adalah
suatu gambaran singkat (bersifat visual atau verbal) yang mencakup isi pelajaran barau
yang akan dipelajari siswa. AO berfungsi sebagai (1) kerangka konseptual yang menjadi
titik tolak proses belajar yang akan berlangsung; (2) penghubung antara ilmu
pengetahuan yang saat ini dikuasai siswa dengan ilmu baru yang akan dipelajari; (3)
fasilitator yang membantu mempermudah proses belajar siswa. Secara umum, teori
Ausubel dalam praktik adalah sebagai berikut :

1) Menentukan tujuan-tujuan instruksional.


2) Mengukur kesiapan siswa (minat, kemampuan, struktur kognitif), baik melalui tes
awal, interview, review, pertanyaan, dan lain-lain.
3) Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep
kunci.
4) Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai siswa dari materi tersebut.
5) Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari.
6) Membuat dan menggunakan “advance organizer”, paling tidak dengan cara
membuat rangkuman terhadap materi yang baru saja diberikan, dilengkapi dengan
uraian singkat yang menunjukan relevansi (keterkaitan) materi yang sudah
diberikan itu dengan materi baru yang akan diberikan.
7) Mengajari siswa memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah
ditentukan, dengan memberi focus pada hubungan yang terjalin antara konsep-
konsep yang ada.
8) Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

 Kelebihan
 Informasi yang dipelajari secara bermakna dapat lebih lama untuk diingat.
 Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar
berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip
 Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal
yang mirip walaupun telah terjadi lupa.
 Kelemahan
 Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.
 Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan
hal yang satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya maka baik
proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan
tidak akan bermakna sama sekali baginya.

3. Assisted Learning

Assisted learning mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan


kognitif individu.Vygotsky menyatakan bahwa perkembangan kognitif terjadi melalui
interaksi dan percakapan seorang anak dengan lingkungan di sekitarnya, baik dengan
teman sebaya, orang dewasa, atau orang lain dalam lingkungannya. Orang tersebut
sebagai pembimbing atau guru yang memberikan informasi dan dukungan penting yang
dibutuhkan anak untuk menumbuhkan intelektualitasnya. Orang dewasa yang ada di
sekitar anak memberikan perhatian dan bimbingan terhadap apa yang dilakukan,
dikatakan, ataupun dipikirkan oleh anak, sehingga anak mengetahui manakah yang
benar dan manakah yang salah. Dengan demikian, seorang anak “tidak sendirian” dalam
menemukan dunianya sebagai bagian proses perkembangan kognitifnya.Anak dapat
melakukan konservasi dan klasifikasi dengan bantuan anggota keluarga, guru, atau
kelompok bermainnya.Pada umumnya bimbingan ini di komunikasikan melalui bahasa.

Jerome Bruner menyebut bantuan orang dewasa dalam proses belajar anak dengan
istilah scaffolding, yaitu sebuah dukungan untuk belajar dan memecahkan problem.
Dukungan ini dapat berupa isyarat-isyarat, peringatan-peringatan, dorongan,
memecahkan problem dalam beberapa tahap, memberikan contoh, atau segala sesuatu
yang mendorong seorang siswa untuk tumbuh dan menjadi pelajar yang mandiri dan
memecahkan problem yang dihadapinya. Guru dapat membantu belajar siswa dengan
menunjukkan keterampilan-keterampilan, mengajak siswa melalui tahap-tahap untuk
menyelesaikan masalah, atau memberikan feedback terhadap hasil kerja siswa, sehingga
siswa mendapatkan masukan dari hasil kerjanya, dan selanjutnya dapat digunakan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah dukuasainya.

Menurut Vygotsky, interaksi sosial dan bantuan belajar lebih dari sekedar metode
mengajar, keduanya merupakan sumber terjadinya proses-proses mental yang lebih
tinggi seperti misalnya memecahkan problem, mengalahkan memori dan perhatian,
berpikir dengan simbol-simbol. Dia mengasumsikan bahwa pandangan tentang fungsi
mental sepatutnya dapat diaplikasikan dalam kelompok seperti bentuk-bentuk aktivitas
individual.

Berikut peranan pembelajar pada model assisted learning, antara lain:

a) Pembelajar dituntut untuk memiliki keragaman strategi pembelajaran.


Hal ini dimaksudkan karena tidak ada satu model pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan belajar dari topik-topik yang beragam.
b) Pembelajar sebagai fasilitator.
Pembelajar sebagai fasilitator akan memiliki konsekuensi langsung sebagai
perancah, model, pelatih, dan pembimbing (mentor).
c) Pembelajar sebagai expert learnes.
Pembelajar diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi
pembelajaran sehingga dapat memberikan bantuan kepada siswa.
d) Pembelajar sebagai manager.
Pembelajar berkewajiban memonitor hasil belajar siswa dan masalah-
masalah yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan hubungan
interpersonal, dan memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam
menyelesaikan tugas.
e) Pembelajar sebagai mediator.
f) Pembelajar memandu menjadi penengah antar siswa, membatu para siswa
memformulasikan pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual dari
suatu masalah, memandu para siswa mengembangkan sikap positif terhadap
belajar, dan menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan para
siswa dengan permodelan proses berpikir.

 Kelebihan
 Memotivasi dan mengaitkan minat siswa dengan tugas belajar.
 Menyederhanakan tugas belajar sehingga bisa lebih terkelola dan bisa
dicapai oleh anak.
 Memberi petunjuk untuk membantu anak berfokus pada pencapaian tujuan.
 Secara jelas menunjukkan perbedaan antara pekerjaan anak dan solusi
standar atau yang diharapkan.
 Mengurangi frustasi atau resiko.
 Memberi model dan mendefenisikan dengan jelas harapan mengenai
aktivitas yang akan dilakukan.

4. Active Learning

Active learning artinya pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif secara sederhana


didefinisikan sebagai metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran. Menurut Melvin L. Silberman, belajar bukan merupakan
konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Brlajar membutuhkan
keterlibatan mental dan tindakan sekaligus.Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa
memerlukan sebagian besarpekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasan-gagasan,
memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari (Silberman,
1996).

Menurut Silberman, cara belajar dengan cara mendengarkan akan lupa, dengan cara
mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat dan
mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat,
diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan, dan cara
untuk menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengerjakan.

Active learning merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran


melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Pada model
pembelajaran ini menitikberatkan kepada keaktifan siswa dan melibatkan berbagai
potensi siswa, baik yang bersifat fisik, mental, emosional maupun intelektual untuk
mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif, dan
psikomotorik secara optimal.

 Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Active Learning


a) Prinsip motivasi
Guru hendaknya berperan sebagai pendorong, motivator, agar motif-motif yang
positif dibangkitkan atau ditingkatkan dalam diri siswa. Ada dua jenis motivasi
yaitu motivasi dalam diri anak (intrinsik), dan motivasi dari luar diri anak
(ekstrinsik).Motivasi intrinsik dilakukan dengan menggairahkan perasaan ingin
tahu anak, keinginan untuk mencoba, dan hasrat untuk maju dalam
belajar.Motivasi dari luar dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran, misal
pujian, huukuman.
b) Prinsip latar atau konteks
Kegiatan belajar tidak terjadi dalam kekosongan. Sudah jelas para siswa yang
mempelajari sesuatu hal yang baru telah pula mengetahui hal-hal lain. Karena
itu, guru perlu menyelidiki apa kira-kira pengetahuan, perasaan, keterampilan,
sikap, dan pengalaman yang telah dimiliki para siswa. Perolehan ini akan
dihubungkan dengan bahan pelajaran baru yang hendak diajarkan kepada para
siswa.

c) Prinsip keterarahan pada titik pusat atau fokus tertentu.


Seorang guru diharapkan dapat membuat suatu bentuk atau pola pelajaran agar
pelajaran tidak terpecah-pecah dan perhatian murid terhadap pelajaran dapat
terpusat pada materi tersebut.
d) Prinsip hubungan sosial atau sosialisasi.
Dalam belajar, para siswa dilatih untuk bekerja sama dengan rekan-rekan
sebayanya. Karena kegiatan belajar tertentu akan berhasil jika dikerjakan secara
bersama-sama, misalnya kerja kelompok.
e) Prinsip belajar sambil bekerja.
Anak-anak pada hakikatnya belajar sambil bekerja atau melakukan
aktivitas.Karena itu, anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk melakukan
kegiatan nyata yang melibatkan otot dan pikirannya. Semakin anak tumbuh
semakin berkurang kadar bekerja dan semakin bertambah kadar berpikir.
f) Prinsip perbedaan perorangan atau individualisasi.
Para guru diharapkan tidak memperlakukan sama terhadap para siswanya,karena
mengingat individu adalah unik. Seorang guru diharapkan dapat mempelajari
perbedaan itu agar kecepatan dan keberhasilan belajar anak dapat
ditumbuhkembangkan dengan seoptimal mungkin.
g) Prinsip menemukan.
Seorang guru hendaknya dapat memberikan kesempatan kepada semua siswanya
untuk mencari dan menemukan sendiri beberapa informasi, agar mereka akan
merasakan getaran pikiran, perasaan dan hati. Getaran-getaran dalam diri siswa
ini akan membuat kegiatan belajar tidak membosankan melainkan akan
menggairahkan.
h) Prinsip pemecahan masalah.
Kepekaan terhadap masalah dapat ditimbulkan jika para siswa dihadapkan pada
situasi yang memerlukan pemecahan.Para guru hendaknya dapat mendorong
para siswa untuk melihat masalah, merumuskannya, dan berdaya upaya untuk
memecahkannya sejauh taraf kemampuan para siswa.

 Komponen-Komponen dan Pendukung Active Learning

Salah satu karakteristik dari model pembelajaran ini yaitu adanya keaktifan siswa
dan guru sehingga tercipta suasana belajar aktif. Untuk menciptakan suasana belajar
aktif tidak lepas dari beberapa komponen yang mendukungnya, antara lain:
1) Pengalaman

Cara mendapatkan suatu pengalaman adalah dengan membaca, mempelajari,


mengalami, dan melakukan sendiri.Sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran
yang mereka pelajari daripada hanya mendengarkan penjelasan dari guru.

2) Interaksi

Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila berlangsung dalam suasana diskusi
dengan orang lain, saling bertanya dan mempertanyakan, dan atau saling menjelaskan.
Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat kita maka kita terpacu untuk berpikir
menguraikan lebih jelas lagi sehingga secara tidak langsung terjadi interaksi yang
melibatkan kemampuan kognitif.

3) Komunikasi

Komunikasi dalam proses belajar mengajar secara aktif sangat penting, baik secara lisan
maupun tulisan. Pengungkapan pikiran baik dalam rangka mengemukakan gagasan
sendiri maupun gagasan orang lain, maka akan memantapkan pemahaman seseorang
tentang apa yang sedang dipikirkan.

4) Refleksi

Bila seseorang mengungkapkan gagasannya kepada orang lain dan mendapat tanggapan,
maka orang itu akan merenungkan kembali (merefleksi) gagasannya, kemudian
melakukan perbaikan sehingga memiliki gagasan yang lebih mantap. Refleksi dapat
terjadi akibat adanya interaksi dan komunikasi.

 Kelebihan active learning


 Peserta didik lebih termotivasi.
 Kegiatan bersifat fleksibel dan ada relevansinya.
 Adanya partisipasi oleh seluruh kelompok belajar.

 Kelemahan active learning


 Keterbatasan waktu.
 Ukuran kelas yang besar.
 Keterbatasan materi, peralatan dan sumber daya.
 Adanya tuntutan untuk menggunakan kemampuan proses berpikir.
5. The Accelerated Learning

Georgi Lozanov seorang psikiater Bulgaria adalah pencestus gerakan Accelerated


Learning (pembelajaran yang dipercepat).Accelerated Learning adalah dua kata yang
digabung menjadi satu, yaitu Accelerated yang berasal dari bahasa inggris yang
mempunyai arti dipercepat dan Learning yang mempunyai arti pembelajaran. Jadi
Accelerated Learning dari segi bahasa berarti pembelajaran yang dipercepat.Sedangkan
secara terminologi model pembelajaran Accelerated Learning adalah suatu pola yang
digunakan dalam pembelajaran yang didesain sedemikian rupa sehingga dapat
menggugah kemampuan belajar peserta didik, membuat belajar lebih menyenangkan
dan lebih cepat.Cepat, disini diartikan dapat mempercepat penguasaan dan pemahaman
materi pelajaran yang dipelajari, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk belajar lebih
cepat.Materi pelajaran yang sulit dibuat menjadi mudah, sederhana atau tidak bertele-
tele sehingga tidak menjadi kejenuhan dalam belajar.

 Prinsip-PrinsipModel Pembelajaran Accelerated Learning


1) Belajar Bagaimana Belajar (Learning How to Learn) dan Belajar Bagaimana
Berpikir (Learning How to Think).
2) Belajar harus menyenangkan dan membangun rasa percaya diri.
3) Pengetahuan harus disampaikan dengan pendekatan multi-sensori dan multi-
model dengan menggunakan berbagai bentuk kecerdasan.
4) Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
5) Belajar Melibatkan Seluruh Pikiran dan Tubuh.

 Strategi Pembelajaran Accelerated Learning


Menurut Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl, terdapat enam strategi dalam
pembelajaran accelerated Learning, yang disingkat dengan M-A-S-T-E-R, yaitu:
1) M adalah Motivating Your Minde (Memotivasi Pikiran)
2) A adalah Aquiring The Information (Memperoleh Informasi)
3) S adalah Searching Out the Meaning (Menyelidiki Makna)
4) T adalah Triggering the Memory (Memicu Memori)
5) E adalah Exhibiting What You Know (Memamerkan Apa Yang Anda
Ketahui)
6) R adalah Reflecting How You&rsquove Learned (Merefleksikan
Bagaimana Anda Belajar)
 Tahapan Penerapaan Pembelajaran Accelerated Learning
1) Tahap pertama, teknik persiapan

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta didik untuk belajar.Tujuan


tahap persiapan adalah menimbulkan minat para peserta didik, menciptakan peserta
didik aktif yang tergugah untuk berpikir dan belajar.

2) Tahap kedua, teknik penyampaian

Tahap penyampaian dimaksudkan untuk mempertemukan peserta didik dengan materi


belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Tujuan tahap
penyampaian adalah membantu peserta didik menemukan materi belajar yang baru
dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra, dan cocok
untuk semua gaya belajar. Guru dapat melakukan ini dengan: pengamatan terhadap
fenomena dunia nyata, presentasi interaktif, berlatih memecahkan masalah, dan
pengalaman belajar konstektual dari dunia nyata.

3) Tahap ketiga, teknik pelatihan

Tahap pelatihan (integrasi) merupakan intisari Accelerated Learning. Peranan instruktur


adalah mengajak peserta didik berfikir, berkata, dan berbuat-menangani materi belajar
yang baru dengan cara yang dapat membantu mereka memadukannya ke dalam struktur
pengetahuan, makna dan keterampilan internal yang sudah tertanam dalam diri. Tujuan
tahap pelatihan adalah membantu peserta didik mengintegrasikan dan menyerap
pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Guru dapat melakukan ini
dengan: aktivitas memproses peserta didik, memberi umpan balik secara langsung,
simulasi dunia nyata, latihan belajar lewat praktik, dialog secara bepasangan dan
berkelompok.

4) Tahap keempat, teknik penampilan hasil

Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan


menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi tindakan.
Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu pelajar menerapkan dan
mengembangkan pengetahuan serta keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga
pembelajaran tetap melekat dan prestasi terus meningkat.

 Kelebihan

Southern dan Jones (1911 dalam Hawadi, 2004) menyebutkan beberapa keuntungan
dari dijalankan accelerated learning :

1) Meningkatkan efisiensi.

Siswa yang telah siap dengan bahan pengajaran dan menguasai kurikulum pada tingkat
sebelumnya akan belajar lebih baik dan giat.
2) Meningkatkan efektivitas

Siswa yang terikat belajar pada kelas yang dipersiapkan dan menguasai keterampilan
sebelumnya akan meningkatkan efektivitas daam proses belajar.

3) Meningkatkan waktu untuk karier

Adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktifitas kreatif siswa.

4) Membuka siswa pada kelompok barunya

Dengan accelerated learning siswaa akan bergabung dengan kelompok kelompok lain
untuk meningkatkan hasil belajar dan menambah penguasaan materi.

5) Ekonomis

Keuntungan bagi sekolah adalah tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk
mendidik guru khusus.

 Kekurangan

Southern dan Jones (1991) menyebutkan empat hal yang berpotensi negatif dalam
accelerated learning, antara lain :

1) Dari segi akademis


 Bahan ajar yang terlalu tinggi bagi siswa akan membuat mereka menjadi
tertekan dan akan mengakibatkan tertinggal dari kelompok lainnya.
 Kemampuan siswa yang melebihi teman sebayanya hanya bersifat
sementara.
2) Dari segi penyesuaian sosial
 Siswa akan didorong untuk berprestasi sehingga mereka kekurangan waktu
untuk beraktifitas dengan teman sebayanya.
 Siswa akan kehilangan aktivitas sosial yang penting dalam usia yang
sebenarnya.
3) Aktivitas ektrakurikuler
Kebanyakan aktivitas kurikuler berkaitan dengan usianya.Hal ini menyebabkan
mereka kehilangan kesempatan yang penting dan berharga diluar kurikulum
sekolah yang normal. Dan mengakibatkan kehilangan pengalaman berharganya
pada usia sekolahnya.
4) Penyesuaian Emosional
 Siswa pada akhirnya akan mengalami burn out dibawah tekanan yang ada
dan kemungkinan menjadi underachiever.
 Siswa akan mudah frustasi dengan adanya tekanan dan tuntutan prestasi.
 Siswa akan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan hobi.
6. Quantum Learning

Bobbi DePorterDia perintis, pencetus dan pengembang utama Quantum


Learning.Sejak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan
Quantum Learning di SuperCamp.Quantum learning adalah pengajaran yang dapat
mengubah suasana belajar yang menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat
alamiah siswa (Cahyo, 2013: 159). Quantum learning merupakan kiat, petunjuk, strategi
dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta
membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Quantum learning adalah
pembiasaan belajar yang nyaman dan menyenangkan dengan disesuaikan pada tingkat
perkembangan siswa untuk meningkatkan kemampuan dirinya.

Pembelajaran pada quantum learning menuntut siswa untuk bisa membaca secara
cepat dan membuat ringkasan berupa catatan sesuai dengan kenyamanan dan
kemampuan mereka dalam meringkas pelajaran. Dalam quantum learning, guru sebagai
pengajar tidak hanya memberikan bahan ajar, tetapi juga memberikan motivasi kepada
siswanya, sehingga siswa merasa bersemangat dan timbul kepercayaan dirinya untuk
belajar lebih giat dan dapat melakukan hal-hal positif sesuai dengan tipe kecerdasan
yang dimilikinya. Cara belajar yang diberikan kepada siswa harus menarik dan
bervariasi, sehingga siswa tidak merasa jenuh untuk menerima materi pelajaran.Selain
itu, lingkungan belajar yang nyaman juga dapat membuat suasana kelas menjadi
kondusif.

 Prinsip-Prinsip Quantum Learning

1) Segalanya berbicara

Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, kertas yang guru bagikan
dan rancangan pelajaran guru, semuanya mengirim pesan tentang belajar.

2) Segalanya bertujuan

Semua yang terjadi dalam pengubahan guru mempunyai tujuan.Tujuannya adalah


mewujudkan pembelajaran dan pencapaian quantum learning tersebut.

3) Pengalaman sebelum pemberian nama

Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan
menggerakkan rasa ingin tahu kita. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi
ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama-nama untuk
apa yang mereka pelajari.
4) Akui setiap usaha

Pada saat siswa belajar maka mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan
kepercayaan diri mereka.

5) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan

Perayaan adalah umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi
positif dengan belajar.

 Unsur-Unsur Model Quantum Learning

Unsur-unsur dalam quantul learning terdapat dalam dua kategori, yaitu konteks dan isi.
Guru sebagai konduktor dari siswa yang sedang belajar harus mengubah banyak bagian.
Bagian konteks meliputi pengubahan suasana, landasan, lingkungan dan rancangan
belajar.Sedangkan bagian isi meliputi pengubahan penyajian informasi atau materi,
fasilitas, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.

 Karakteristik Pembelajaran Quantum Learning

Menurut De Porter (2009), quantum learning memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

1) Pembelajaran quantumberpangkal pada psikologi kognitif.


2) Pembelajaran quantumberupaya memadukan dan mengkolaborasikan faktor
potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental)
sebagai konteks pembelajaran.
3) Pembelajaran quantummemusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan
bermakna.
4) Pembelajaran quantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian
penting proses pembelajaran.
5) Pembelajaran quantum sangat menekankan pada pencapaian pembelajaran
dengan taraf keberhasilan tinggi.

 Kelebihan Quantum Learning


 Pembelajaran menekankan perkembangan akademis dan keterampilan.
 Pendidik menyatu dan membaur pada dunia peserta didik.
 Metode belajar mengajar yang menyenangkan.
 Metode belajar yang memadukan antara berbagai sugesti positif dan
interaksinya dengan lingkungan.
 Siswa menjadi objek tujuan utama dalam pembelajaran.
 Kelemahan Quantum Learning
 Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih khusus.
 Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup
matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.
 Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut situasi dan
kondisi serta waktu yang lebih banyak.

7. Contextual Teaching Learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian JohnDewey yang


menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait
dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi
disekelilingnya. Pembelajaran kontekstual learning merupakan suatu proses pendidikan
yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran
yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan
mereka sehari-hari. Sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang
secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan/konteks ke
permasalahan/konteks lainnya.Dengan konsep pembelajara seperti ini, hasil
pembelajaran diharapkan dapat bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung
lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa.

 Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual Learning


1) Pembelajaran dilaksanakan dalam bentuk konteks autentik, yaitu
pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks
kehidupan nyata atau kehidupan alamiah.
2) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengerjakan tugas-
tugas yang bermakna.
3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa.
4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, dan saling
mengoreksi antar teman.
 Komponen Model Pembelajaran Kontekstual Learning

Menurut Muslich (2007), komponen-komponen pembelajaran kontekstual learning,


antara lain:

1) Konstruktivisme

Yaitu kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih


bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan dan membangun sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya.

2) Bertanya (question)

Yakni kegiatan belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa melalui bertanya
tentang topik atau permasalahan yang akan dipelajari.

3) Menyelidiki dan menemukan sendiri (inquiry)

Yaitu kegiatan belajar yang mengondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki,


menganalisis topik atau permasalahan yang dihadapi sehingga siswa berhasil
menemukan sesuatu.

4) Masyarakat belajar (learning community)

Yaitu kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau
berkelompok sehingga siswa bisa berdiskusi, bekerjasama dan saling curah pendapat.

5) Permodelan (modeling)

Merupakan kegiatan belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa dipakai rujukan
atau panutan siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, dan
penampilan hasil karya.

6) Refleksi (reflection)

Yaitu kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk
bertanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya dan
merekonstruksi kegiatan yang telah dilakukan.

 Kelebihan model pembelajaran kontekstual :


 Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata.
 Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri.

 Kekurangan model pembelajaran kontekstual :


 Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL. Guru
tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa.
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide – ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari
dan dengan sadar menggunakan strategi – strategi mereka sendiri untuk
belajar.

Anda mungkin juga menyukai