Anda di halaman 1dari 4

ESSAI IMMUNOSEROLOGI

Respon Imun Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Oleh :
Nama Mahasiswa : Rahmawati
NIM : AK1018046
Semester :4B
Mata Kuliah : Immunoserologi
Program Study : D-III Teknologi Laboratorium Medik
Dosen Pengampu : M. Nazarudin, S.ST., M.Imun.

YAYASAN BORNEO LESTARI


AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI
PRODI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
BANJARBARU
2020
Respon Imun Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

S. aureus merupakan bakteri patogen gram positif yang bersifat invasif dan mampu

menyebabkan berbagai penyakit pada hewan dan manusia. Pada hewan, S. aureus merupakan

penyebab utama mastitis (radang ambing) pada sapi. Pada manusia, S. aureus dapat berperan

sebagai agen pada berbagai penyakit termasuk infeksi kulit, abses, pneumonia, endokarditis,

meningitis dan sepsis.

S.aureus dapat menyebabkan penyakit infeksi melalui 2 mekanisme yaitu menginduksi

inflamasi dengan akibat kerusakan jaringan pada tempat infeksi dan menghasilkan toksin atau

enzim perusak jaringan yang secara langsung dapat mematikan sel inang. Respon imun terhadap

infeksi S.aureus diarahkan untuk mengeliminasi bakteri dan menetralkan efek toksin dan enzim.

Atas dasar tersebut penyembuhan infeksi bakteri termasuk infeksi S.aureus pada kulit paling tidak

meliputi 2 proses yang berbeda yaitu mematikan atau meniadakan bakteri penyebab dan regenerasi

jaringan yang rusak.

Pertahan terhadap infeksi bakteri diperantarai oleh imunitas natural atau alami dan dapatan

atau spesifik. Imunitas natural diperankan melalui proses fagositosis dan monosit, makrofag, dan

neutrofil, serta aktivasi sistem komplemen. Peptidoglikan pada dinding S.aureus mengaktifkan

lintasan alternatif sistem komplemen dengan pembentukan konvertase C3. Hasil aktivasi

komplemen menyebabkan pembentukan C3b yang berperan pada proses opsonisasi bakteri dan

meningkatkan fagositosis. Di samping itu juga terbentuk membrane attack complex (MAC) yang

dapat melisiskan bakteri serta beberapa hasil sampingan aktivasi komplemen dapat menimbulkan

respon inflamasi melalui pengumpulan (recruitment) serta aktivasi leukosit.

Endotoksin yang merupakan LPS merangsang produksi sitokin oleh makrofag serta sel lain

seperti endotel vaskuler. Beberapa jenis sitokin tersebut antara lain Tumour necrosis factor (TNF),

IL-1, IL-6 serta beberapa sitokin inflamasi dengan berat molekul rendah yang termasuk golongan

IL-8.
Fungsi fisiologis yang utama dari sitokin yang dihasilkan oleh makrofag adalah merangsang

inflamasi non-spesifik serta meningkatkan aktivasi limfosit spesifik oleh antigen bakteri. Sitokin

akan menginduksi adhesi neutrofil dan monosit pada endotel vaskular pada tempat infeksi yang

diikuti migrasi, akumulasi lokal serta aktivasi sel inflamasi. Kerusakan jaringan yang terjadi adalah

akibat efek samping mekanisme pertahanan untuk eliminasi bakteri tersebut. Sitokin juga

merangsang demam dan sintesis protein fase akut. Banyak fungsi sitokin yang sama yaitu sebagai

ko-stimulator sel limfosit T dan B yang menghasilkan mekanisme amplifikasi untuk imunitas

spesifik. Sitokin dalam jumlah besar atau produknya yang tidak terkontrol dapat membahayakan

tubuh serta berperan dalam menifestasi klinik infeksi bakteri ekstraselular.

Respon imun spesifik terhadap S. Aureus diinduksi oleh dinding sel yang mengandung

polisakarida yang secara langsung menstimulasi sel B untuk menghasilkan ig M spesifik. Sitokin

akan menyebabkan terjadinya class switcing sehingga dihasilkan ig G Spesifik. Respon limfosit T

terutama diperankan oleh sel T CD 4+ yang berasosiasi dengan molekul MHC kelas II. Sel T CD 4+

berfungsi sebagai sel penolong untuk merangsang pembentukan antibodi, aktivasi fungsi fagosit dan

mikrobisid makrofag.

Mekanisme efektor imunitas yang spesifik meliputi opsonisasi bakteri oleh Ig G spesifik

yang meningkatkan proses fagositosis oleh monosit, makrofag, dan neutrofil, menetralkan toksin

dan enzim yang dihasilkan oleh S.aureus dan mengaktifkan sistem komplemen sehingga terbentuk

membrane attack complex yang dapat melisiskan bakteri.


DAFTAR PUSTAKA

Munasir, zakiudin. 2001. Respon Imun Terhadap Infeksi Bakteri. Sari Pediatri, vol.2, No.4, Maret 2001 :

193-197. https://saripediatri.org/indekx.php/sari-pediatri/article/view/1014/0. Diakses Pada

Tanggal 30 maret 2020.

Praseno,Titik Nursyastuti, dan Muchammad Mustafa. 2001. Perbandingan Efeksi Infusa Meniran

(Phyllanthus niruri L.) dan Kotrimoksazol pada Pengobatan Infeksi Kulit Oleh Staphylococcus

aureus. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Vol.33, No.2, 2001. Yogyakarta : Berkala

Ilmu Kedokteran. http://journal.ugm.ac.id/bik/article/dwonload/4188/3443. Diakses Pada Tanggal

30 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai