Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMULIAAN TANAMAN

ACARA IV
HIBRIDISASI TANAMAN MENYERBUK SILANG

Semester :
Genap 2017

Oleh
Ningsih Lamorunga
NIM A1D015233
Rombongan 8

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tanaman dapat berkembang biak secara seksual atau aseksual, secara seksual

tanaman dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu tanaman menyerbuk sendiri dan

tanaman menyerbuk silang. Tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri, jika

mempunyai bunga jantan dan bunga betina dalam satu bunga. Tanaman dapat

melakukan penyerbukan silang apabila mempunyai bunga jantan dan bunga betina

pada tanaman yang berbeda atau tidak dalam satu bunga, contohnya jagung.

Tanaman menyerbuk sendiri sebenarnya dapat dibuat menjadi menyerbuk silang,

begitu pun tanaman menyerbuk silang dapat pula menjadi menyerbuk sendiri, salah

satunya dengan bantuan pemulia. Penyerbukan sendiri maupun silang dapat terjadi

secara alami dan secara buatan, namun demi memperoleh hasil tanaman unggul

yang sesuai dengan keinginan konsumen, penyerbukan dilakukan oleh manusia.

Pemuliaan tanaman adalah perpaduan seni dan ilmu pengetahuan dalam

memperbaiki genotipe suatu tanaman sehingga lebih bermanfaat bagi manusia.

Pemuliaan tanaman dapat membuat suatu tanaman menjadi berproduksi lebih tinggi

, tahan cekaman biotik dan abiotik serta tanaman yang mengandung nutrisi tinggi.

Presentase kualitas hasil dari penyerbukan alami secara normal tanaman menyerbuk

sendiri dan tanaman menyerbuka silang berbeda. Tanaman menyerbuk silang lebih

rendah kualitas hasil penyerbukannya dibandingkan dengan dengan tanaman

menyerbuk sendiri karena, benang sari berasal dari tanaman lain. Selain itu

presentase keberhasilan diserbuki lebih kecil, tergantung oleh lingkungan seperti


angin. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dalam hibridisasi tanaman

menyerbuk silang contohnya jagung, untuk memperbaiki kualitas hasil tanaman.

Tanaman jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat dinamis karena

cara penyerbukan bunganya menyilang. Fiksasi gen-gen unggul (favorable genes)

pada genotipe yang homozigot justru akan berakibat depresi inbreeding yang

menghasilkan tanaman kerdil dan daya hasilnya rendah. Tanaman yang vigor,

tumbuh cepat, subur, dan hasilnya tinggi justru diperoleh dari tanaman yang

komposisi genetiknya heterozigot. Varietas hibrida merupakan generasi pertama

hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida. Varietas hibrida dapat dibentuk

pada tanaman menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Jagung merupakan

tanaman pertama yang dibentuk menghasilkan varietas hibrida secara komersial.

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk menghasilkan biji F1 dengan kombinasi sifat

tetua dari persilangan jagung, sebagai salah satu tahap dalam upaya perakitan

varietas baru untuk tanaman menyerbuk silang


II. TINJAUAN PUSTAKA

Jagung adalah sumber karbohidrat kedua setelah beras. Disamping itu jagung

digunakan pula sebagai pakan ternak dan bahan baku industri. Taksonomi dari

jagung adalah sebagai berikut (Suprapto dan Marzuki, 2005)

Deskripsi Tanaman Jagung :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angeospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae (Graminae)

Genus : Zea

Spesies : Zea mays saccharata

Menurut Prambudi (2008) jagung yang masuk pada Ordo Poales, Family

Poaceae, dan Genus Zea merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika

Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika

Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa

Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok.


Berdasarkan morfologinya, tanaman jagung terbagi menjadi 5 bagian :

1. Akar

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m,

meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Tanaman jagung mempunyai

akar serabut dengan tiga jenis akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c)

akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula

dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke

permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti 10-18 hari setelah

berkecambah. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku

diujung mesokotil, kemudian akar adventif berkembang dari tiap buku secara

berurutan dan terus keatas antara 7-10 buku, semuanya dibawah permukaan tanah.

Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku

batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Akar adventif

berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam

pengambilan air dan hara. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang

muncul pada dua atau tiga buku diatas permukaan tanah. Fungsi dari akar

penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang.

Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air (WcWilliams et al, 1999).

Perkembangan akar jagung (kedalam dan penyebarannya) bergantung pada

varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan

pemupukan. Akar jagung dapat dijadikan indikator toleransi tanaman terhadap

cekaman aluminium. Pemupukan nitrogen dengan takaran berbeda menyebabkan


perbedaan perkembangan (Plasticity) system perakaran dan jagung (Smith et al,

1995).

2. Batang

Batang jagung tegak dan mudah terlihat. Terdapat mutan yang batangnya

tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas

terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh

namun tidak banyak mengandung lignin. Batang jagung berwarna hijau sampai

keunguan, berbentuk bulat dengan penampang melintang selebar 125 – 250 cm.

Batang berbuku – buku yang dibatasi oleh ruas – ruas. Daun terdiri atas pelepah

dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung daun meruncing. Antara

pelepah daun dan helaian daun dibatasi oleh spikulasi yang berguna untuk

menghalangi masuknya air hujan atau embun ke dalam pelepah daun. Jumlah daun

berkisar 10 – 20 helai pertanaman. Daun berada pada setiap ruas batang dengan

kedudukan yang saling berlawanan. (Purwono dan Hartono, 2006)

3. Daun

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang antara pelepah

dan helai daun terdapat ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak, fungsi ligula adalah

mencegah air masuk kedalam kelopak daun dan batang, tulang daun sejajar dengan

ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut (Purwono

dan Hartono, 2006).

4. Bunga
Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam

pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.

Tanaman jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin)

dalam satu tanaman (Monoecious). Bunga betina berwarna putih panjang dan biasa

disebut rambut jagung. Bunga betina dapat menerima tepung sari disepanjang

rambutnya. Tiap kuntum memiliki struktur khas bunga dari suku Poeceae yang

disebut flore. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal:

gluma). Bunga jantan tumbuh dibagian pucuk tanaman berupa karangan bunga

(Inflorescence), serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina

tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, diantara batang dan pelepah

daun (ketiak daun). Bunga jantan cenderung siap untuk penyerbukan 2 – 5 hari lebih

dini dari bunga betinanya (Protandri).

Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan jatuh dan

menempel pada rambut tongkol (bunga betina). Pada jagung umumnya terjadi

penyerbukan silang (Cross pollinated crop). Penyerbukan terjadi dari serbuk sari

tanaman lain. Sangat jarang penyerbukn yang serbuk sarinya dari tanaman sendiri

(Purwono dan Hartono, 2006).

5. Biji

Panen jagung mulai dapat dilakukan jika biji sudah masak secara fisiologi

yaitu pada waktu kandungan bahan kimia dalam biji telah mencapai jumlah

optimal. Kadar air biji merupakan kriteria untuk saat panen yang tepat dimana biji

jagung yang telah masak secara fisiologis jika kandungan air dalam biji sekitar 25-
30 %. Selain dari kadar air juga dapat dilihat dari tanda-tanda luar tanaman yaitu

menguningnya daun dan kelobot, biji berwarna kuning emas, mengkilat dan keras

(untuk jagung kuning).

Umur tanaman kurang baik digunakan sebagai pedoman untuk menentukan

umur panen, karena dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah curah

hujan, suhu udara dan kesuburan tanah. Sekalipun demikian, umumnya saat panen

dicapai pada usia 7-8 minggu setelah tanaman jagung berbunga (Sudjana, 1978).

Dalam penyimpanan, masalah kadar air sangat menentukan daya simpan selain

faktor lainnya. Penyimpanan jagung dapat dilaksanakan dalam beberapa bentuk;

berkulit, tongkol terkelupas, dan pipilan. Bahan disimpan dalam keadaan kering

dengan kadar air maksimum 14% (Subandi, 1988)

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.

Varietas Hibrida Bisi Dua rata – rata memiliki 2 tongkol. Tongkol jagung diselimuti

oleh daun kelebot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol

terdiri atas 10 – 16 baris biji jagung yang terdiri dari 200 – 400 butir biji jagung.

Biji jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian paling luar disebut pericrap. Bagian atau

lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan cadangan makanan biji. Sementara

bagian paling dalam yaitu embrio atau lembaga (Purwono dan Hartono, 2006).

Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang

berbeda susunan genetiknya. Hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji potensi

tetua atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida.

Selain itu, hibridisasi juga dimaksudkan untuk memperluas keragaman (Yuniarti,


dkk. 2010). Hibridisasi merupakan suatu perkawinan silang antara berbagai jenis

spesies pada setiap tanaman yang mempunyai tujuan untuk memperoleh organisme

dengan sifat-sifat yang diinginkan dan dapat bervariasi jenisnya (Tanto, 2002).

Soemedi (1977) menambahkan bahwa hibridisasi adalah suatu tindakan

menyerbuki bunga-bunga yang telah dikastrasi dengan tepung sari dari jenis

tanaman yang dikendaki oleh penyerbuk. Mejaya, dkk., (2009) menjelaskan bahwa

tujuan dilakukan hibridisasi adalah untuk menggabungkan sifat-sifat baik yang

terdapat pada populasi yang berbeda.

Tujuan utama melakukan persilangan adalah :

1. Menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotip baru

2. Memperluas keragaman genetik

3. Menanfaatkan vigor hibrida

4. Menguji potensi tetua (uji turunan) (Yuniarti, dkk. 2010).

Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang

berbeda susunan genetiknya. Berdasarkan pengelompokan tanaman yang

digunakan dalam persilangan, hibridisasi dibedakan menjadi :

1. Hibridisasi intravarietas, yaitu persilangan yang dilakukan antara tanaman

yang varietasnya sama.

2. Hibridisasi intervarietas, yaitu persilangan yang dilakukan antara tanaman

yang varietasnya berbeda dalam spesies yang sama. Hibridisasi ini disebut juga

hibridisasi intraspesifik.

3. Hibridisasi interspesifik, yaitu persilangan antara tanaman dari dua spesies

yang berbeda, dalam genus. Hibridisasi ini disebut juga hibridisasi


intragenerik. Jenis persilangan ini telah dilakukan untuk memindahkan gen

ketahanan terhadap hama dan penyakit, atau toleransi terhadap kekeringan

pada varietas tanaman gandum, tomat, tebu.

4. Hibridisasi intergenerik, yaitu persilangan yang dilakukan antar tanaman dari

genus yang berbeda. Beberapa contoh tanaman hasil persilangan ini adalah

Raphanobrassica, Rabbage, Maize-teosinte, sugarcane-sorghum, dan lain-lain.

Hibridisasi ini juga biasa digunakan untuk memindahkan sifat ketahanan

penyakit, hama dan kekeringan dari genus tanaman liar ke tanaman budidaya

(Yuniarti, dkk. 2010).

Penyerbukan adalah proses perpindahan tepung sari atau kepala sari ke kepala

putik. Apabila perpindahan tersebut terjadi pada satu bunga atau bunga lain pada

satu tanaman, maka disebut dengan penyerbukan sendiri (self pollination). Bila

serbuk sari berasal dari bunga tanaman lain disebut dengan penyerbukan

silang (cross pollination). Baik tanaman yang menyerbuk sendiri maupun tanaman

yang menyerbuk silang memiliki kemungkinan yang sama untuk terjadinnya

penyerbukan yang berkebalikan (Sunarto, 1997). Tanaman menyerbuk silang

memiliki organ kelamin jantan (benang sari) dan organ kelamin betina (putik)

terletak pada bunga yang berbeda, dalam satu tanaman atau lain tanaman.

Penyerbukan silang secara alami dapat terjadi karena bantuan angin (anemophily),

serangga (entomophily), air (hidrophily), dan hewan (zoophily) (Mangoendidjojo,

2003).

Tanaman yang menyerbuk silang memiliki kemungkinan terjadinnya

penyerbukan sendiri sebesar 5%. Begitu juga tanaman yang menyerbuk sendiri
memiliki peluang terjadinya penyerbukan silang sebesar 5%. Terjadinnya

penyerbukan silang akan meningkatkan keragaman sifat dan genotip dari tanaman

(Sunarto, 1997). Mangoendidjojo (2003) menambahkan bahwa dalam tanaman

penyerbuk silang dikenal adanya perkawinan acak. Perkawinan acak merupakan

suatu perkawinan setiap individu dalam populasi yang mempunyai kesempatan

sama untuk kawin dengan individu lain dalam populasi tersebut 0.

Menurut Darjanto dan Satifah (1982) penyerbukan silang dilakukan untuk

memperoleh jenis-jenis tanaman baru yang memiliki sifat-sifat:

1. Tumbuhnya tanaman lebih cepat, dapat lekas menjadi besar dan lebih kuat.

2. Hasilnya dapat diambil dalam waktu yang lebih pendek.

3. Produksinya setiap tahun tetap baik atau lebih tinggi.

4. Kualitas hasil yang diperoleh lebih baik.

5. Tanaman lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

6. Tanaman dapat tumbuh baik di berbagai daerah.

7. Bentuk dan warna bunga lebih menarik.

Langkah-langkah dalam penyerbukan silang yaitu:

1. Pengumpulan serbuk sari

Pengumpulan serbuk sari dari pohon tetua jantan dapat di mulai beberapa

jam sebelum kuncup-kuncup bunga itu mekar. Pengumpulan tepung sari di

kerjakan 1 hari sebelum di lakukan kastrasi dan hibdridisasi. Bunga-bunga

diambil kepala sarinya dan di tebarkan pada cawan petridish. Pengumpulan

serbuk sari bertujuan untuk menyediakan serbuk sari yang sempurna untuk

hibridisasi (Mangoendidjojo, 2003).


2. Kastrasi

Kastrasi adalah pembuangan bagian-bagian tanaman disekitar bunga

yang akan diemaskulasi dari kotoran dan bagian yang tidak terpakai. Kastrasi

dilakukan setiap hari sesuai dengan kemunculan bunga jantan pada tanaman.

Kastrasi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan pompa pengisap,

dengan perlakuan kimia seperti alkohol dan secara manual dengan pinset.

Kastrasi bertujuan untuk menghindari bunga dari sesuatu yang mengganggu

dan menghambat translokasi nutrisi untuk bunga (Tanto, 2002).

3. Emaskulasi

Emaskulasi merupakan kegiatan pembuangan bunga jantan pada bunga

betina. Emaskulasi dilakukan bertujuan untuk mencegah tanaman menyerbuk

sendiri. Rukmana (1997) menjelaskan bahwa emaskulasi dimaksudkan untuk

mempercepat perkembangan tongkol agar dapat dipanen serempak,

meningkatkan produksi dan kualitas serta mengarahkan fotosintat terpusat

pada perkembangan tongkol. Emaskulasi menyebabkan penyerbukan tidak

terjadi sehingga energi yang akan dipakai untuk mekarnya bunga jantan dan

penyerbukan dialihkan untuk memperbanyak pembentukan tongkol baru dan

pengisian klobot tongkol yang dihasilkan (Agustina, 1992).

Menurut Nasir (2001), emaskulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara,

yaitu :

a. Cara Mekanis, dilakukan dengan cara kepala sari yang mengandung

serbuk sari diambil dari bunga dengan menggunakan alat penjepit atau

pinset.
b. Cara Fisik, dilakukan dengan menggunakan suhu panas. Air panas dengan

suhu 45-480 C digunakan untuk mencelupkan bunga selama 3 sampai 10

menit, tergantung kepada jenis tanaman.

c. Cara Kimia, dilakukan dengan menggunakan etil-alkohol 57 %. Bunga

dicelupkan selama 10 menit agar serbuksarinya mati.

4. Hibridisasi

Hibridisasi, yaitu menyerbuki bunga-bunga yang telah dikebiri dengan

tepung sari dan jenis-jenis tanaman yang dikehendaki sifat-sifatnya. Hibridisasi

bertujuan untuk menyatukan serbuk sari pada kepala putik sehingga dapat

melebur. Hibridisasi pada tanaman menyerbuk silang biasanya dimaksudkan

untuk mendapatkan galur inbrida dan menguji potensi satu atau beberapa tetua

(Nasir, 2001).

5. Pelabelan

Label terbuat dari kertas keras tahan air, atau plastik. Label memuat

informasi tentang nomor yangberhubungan dengan lapangan, waktu

emaskulasi, waktu penyerbukan, nama tetua jantan dan betina, kode

pemulia/penyilang. Pelabelan bertujuan untuk menghindari kekeliruan tanggal

penyerbukan dan waktu pengamatan keberhasilan. Pelabelan juga bertujuan

supaya tidak lupa tetua apa yang disilangkan (Syukur, dkk, 2009).

6. Pembungkusan

Pembungkusan dengan kertas atau amplop tertentu. Pembungkusan

bertujuan untuk menghindari terjadinya penyerbukan asing yang tidak

dikehendaki. Bunga-bunga yang telah dikastrasi tersebut dilakukan


penyerbukan dengan menggunakan tepung sari dari tetua jantan yang

dikehendaki. Sesudah dilakukan penyerbukan, bunga tersebut ditutup atau

dibungkus kembali Mangoendidjojo, 2003).

Penyerbukan silang terjadi secara spontan di alam. Penyerbukan terjadi

dengan bantuan angin, serangga, air dan lainnya. Penyerbukan secara alami tidak

dapat diketahui sifat dari pohon induk sehingga hasilnya kurang sesuai dengan

keinginan. Oleh karena itu dalam pemuliaan tanaman dilakukan penyerbukan

silang, agar persilangan dapat dikontrol dan hasilnya sesuai dengan yang

diharapkan (Wels, 1991).

Hibrida adalah produk persilangan antara dua tetua padi yang berbeda secara

genetik. Apabila tetua-tetua diseleksi secara tepat maka hibrida turunannya akan

memiliki vigor dan daya hasil yang lebih tinggi daripada kedua tetua tersebut.

Keunggulan dari padi hibrida adalah hasil yang lebih tinggi daripada hasil padi

unggul biasa, dan vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma.

Kekurangan dari padi hibrida adalah harga benihnya mahal. Petani harus membeli

benih baru setiap tanam, karena benih hasil panen sebelumnya tidak dapat dipakai

untuk pertanaman berikutnya (Balitbang, 2014). Rouging (seleksi). Tujuannya

untuk memperoleh hasil benih yang murni. Rouging dilakukan sejak fase vegetatif

sampai menjelang panen. Periode paling kritis adalah antara mulai keluar bunga

sampai dengan fase tetua jantan tidak menghasilkan serbuk sari lagi (Balitbang,

2014)
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk hibridisasi tanaman menyerbuk silang adalah

tongkol tetua betina dan malai tetua betina. Alat yang digunakan antara lain :

kantong kertas besar, kantong kertas sedang, trigonal klip atau stapler-isi stapler,

label dan pensil.

B. Prosedur kerja

1. Benih materi induk jantan dan benih materi induk betina ditanam seperti

menanam jagung pada umumnya dengan jarak tanam 80 x 40 cm, 2 biji/

lubang, dan komposisi tertentu.

2. Pemeliharaan awal tidak beda dengan petunjuk budidaya jagung pada

umumnya, hanya setelah tumbuh (umur 10 - 15 hari) setelah tugal diseleksi

setiap lubang hanya ditinggalkan 1 tanaman.

3. Tanaman harus dipupuk (sesuai rekomendasi setempat) hingga umur tanaman

30-35 hari setelah tugal dengan 2 - 3 kali aplikasi.

4. Pada umur tanaman sekitar 53 hari setelah tugal agar diperhatikan karena

bunga jantan akan mulai keluar/muncul. Kemudian dilakukan pemotongan

bunga jantan pada materi induk betina. Pemotongan bunga jantan

dilaksanakan pada tanaman materi induk betina, dilakukan setiap pagi hari

sebelum jam 9.00 selama 8 - 10 hari.


5. Bunga betina disungkup dengan kantong kertas, untuk menghindari

terserbukinya oleh serbuk sari yang tidak dikehendaki.

6. Tanaman pejantan tetap dibiarkan bunga jantannya keluar dan berkembang.

Menjelang bunga jantan mekar, dan disungkup dengan kantong kertas untuk

mencegah hilangnya serbuk sari yang akan digunakan untuk menyerbuki

bunga betina.

7. Penyerbukan dilakukan dengan menggoyang-goyangkan malai pada kantong

penutupnya, sehingga serbuk sari terkumpul.

8. Kantong yang berisi serbuk sari dilepaskan dari malai dengan hati-hati, agar

serbuk sari tidak keluar dan tidak terjadi kontaminasi, kemudian didekatkan

pada ujung rambut tongkol bunga betina.

9. Bila sudah terlalu panjang, rambut tongkol dipotong hingga panjangnya kira-

kira 2 cm dari ujung tongkol. Dengan demikian rambut tongkol menjadi rata.

10. Serbuk sari ditaburkan pada ujung rambut tongkol dengan cepat untuk

menghindari kontaminasi.

11. Setelah penyerbukan selesai, tongkol ditutup kembali dengan kantong malai,

dan dikuatkan pada batang dengan staplers.

12. Pada kantong ditulis tanggal dan jenis persilangan.

13. Perkembangan bakal biji pada tongkol dipelihara dan diamati setelah 2

minggu dilakukannya persilangan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel Pengamatan
Parental Arjuna x Sadewa
F1 AK-47
Dokumentasi sebelum hibridisasi Dokumentasi sesudah hibridisasi

Keterangan:
Waktu penyerbukan : Tanggal 6 Mei 2017 / Jam 08.00
Waktu pengamatan : Tanggal 21 Mei 2017 / Jam 14.00
Warna kelobot : Hijau muda
Jumlah biji per tongkol : 600
Jumlah baris per tongkol : 14 baris
Panjang tongkol : 28 cm
Diameter tongkol : 3,53 cm
Warna biji : Kuning muda
Karakter Kualitatif dan Kuantitatif pada Parental Tanaman Jagung
Varietas Arjuna Varietas Sadewa
Golongan bersari bebas, batang tinggi Golongan bersari bebas, batang tinggi
sedang dan tegak, berwarna hijau, umur dan tegak. Umur panen ± 86 hari, umur
masak ± 85-90 hari, umur 50% keluar 50 % keluar rambut 53 hari. Kelobot
rambut ± 55 hari, bentuk biji flint menutup tongkol kurang baik. Bentuk
berwarna jingga, bobot biji ± 257,5 biji flint berwarna kuning agak jingga.
gram/1000 biji, jumlah baris 12-13, Jumlah baris pertongkol 10-14 baris.
Arjuna cepat panen, hasil tinggi, umur Tahan rebah, akar kuat, tahan penyakit
berbunga cepat, tahan rebah, serta karat daun dan bercak daun. Potensi
tahan karat dan bercak daun. hasil mampu mencapai 3,7 ton/ha.
B. Pembahasan

Praktikum yang dilakukan menggunakan 2 varietas jagung yaitu varietas

arjuna dan sadewa. Varietas arjuna dan sadewa menurut Balitbang ( 2012 )

mempunyai deskripsi varietas seperti yang tertera dibawah ini :

1. Varietas Arjuna

Tahun dilepas : 1980

Asal : TC1 Early DMR (S) C2, introduksi dari Thailand

Umur : 50% keluar rambut : + 55 hari; Panen : 85 - 90 hari

Batang : Tinggi sedang

Daun : Panjang dan lebar

Warna daun : Hijau tua

Perakaran : Baik

Kerebahan : Cukup tahan

Tongkol : Cukup besar dan silindris

Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah batang

Kelobot : Tidak semua tongkol tertutup dengan baik

Tipe biji : Umumnya mutiara (flint)

Warna biji : Kuning, kadang-kadang terdapat 2- 3 biji berwarna

putih

Baris biji : Lurus dan rapat

Jumlah baris/tongkol : Umumnya 12 - 14 baris

Bobot 1000 biji : + 272 g

Rata-rata hasil : 4,3 t/ha pipilan kering


Ketahanan : Cukup tahan penyakit bulai (Peronosclerosporamaydis),

karat, dan bercak daun

Keterangan : Baik untuk dataran rendah

2. Varietas Sadewa

Tanggal dilepas : 21 Juli 1983

Asal : Suwan 1, Thailand, Genjah kretek, Jawa Tengah

Umur : 50% keluar rambut : + 53 hari ; Panen : + 86 hari

Batang : Tinggi sedang (medium) dan cukup tegap

Daun : Panjang dan lebarnya sedang

Warna daun : Hijau

Perakaran : Baik

Tongkol : Cukup besar dan agak silindris

Kedudukan tongkol : Di tengah batang

Kelobot : Menutup tongkol dengan cukup baik

Tipe biji : Setengah mutiara (semi flint)

Warna biji : Kuning, kadang-kadang terdapat warna putih

Baris biji : Rapat dan cukup lurus

Jumlah baris/tongkol : Umumnya 10 - 14 baris


Bobot 1000 biji : + 283 g

Rata-rata hasil : 3,7 t/ha pipilan kering

Ketahanan : Agak peka terhadap penyakit bulai

Keterangan : Baik untuk dataran rendah

Prasetyo (2010) menjelaskan bahwa hibrididasi adalah suatu perkawinan

silang antara berbagai jenis spesies pada setiap tanaman. Ellstrand (2011)

menambahkan bahwa hibridisasi adalah proses kawin antar individu dari spesies

yang berbeda (persilangan interspesifik) atau individu genetik berbeda dari spesies

yang sama (hibridisasi intraspesifik). Penyerbukan silang (cross pollination) adalah

bersatunya tepung sari dengan putik yang berasal dari tanaman lain dan sifatnya

berbeda. Contoh hasil persilangan dari tanaman menyerbuk silang yaitu jagung

varietas Bisi 1, jagung varietas Bima 1, jagung varietas Bima 4, dan masih banyak

lagi. Ciri-ciri tanaman menyerbuk silang adalah:

1. Kedudukan putik dan benang sari sedemikian rupa sehingga mencegah

penyerbukan sendiri.

2. Tepung sari dan sel telur berbeda masaknya.

3. Adanya sifat inkompatibilitas yaitu terjadinya penyerbukan pada bunga tetapi

tidak dilanjutkan pembuahan, karena adanya hambatan fisiologis.

4. Self-sterility adalah tidak terjadinya penyerbukan bunga karena bunga jantan

tidak berfungsi (mandul).


5. Tanaman berumah satu (monoecious) adalah kondisi bunga jantan dan betina

tumbuh pada satu tanaman, tetapi letaknya berbeda, seperti pada tanaman

jagung.

6. Tanaman berumah dua (dioecious) adalah kondisi bunga jantan dan betina

masing-masing tumbuh pada tanaman berbeda, seperti pada tanaman pepaya

(Tanto, 2002).

Berdasarkan cara penyerbukannnya, tanaman dibedakan menjadi dua yaitu

tanaman menyerbuk sendiri dan tanaman menyerbuk silang. Metode penyerbukan

silang berbeda dengan penyerbukan sendiri. Metode penting yang sesuai dengan

penyerbukan silang menurut Allard, (1992) yaitu:

1. Seleksi massal, jumlah yang dipilih banyak untuk memperbanyak generasi

berikutnya, merupakan cara yang penting dalam pengembangan macam-

macam varietas yang disilangkan.

2. Pemuliaan persilangan kembali, metode ini digunakan dengan species

persilangan luar yang nilainya sama baiknya dengan species yang berpolinasi

sendiri.

3. Hibridisasi dari galur yang dikawinkan, varietas hibrida tergantung dari

keunggulan keragaman yang mencirikan hibrid F1 diantara genotipe tertentu.

Tipe genotipe yang disilangkan melahirkan galur-galur, klon, strain, dan

varietas.

4. Seleksi berulang, seleksi yang diulang, genotipe yang diinginkan dipilih dari

genotipe ini atau turunan sejenisnya disilangkan dengan luar semua kombinasi

yang menghasilkan populasi untuk disilangkan.


5. Pengembangan varietas buatan.

Praktikum ini menggunakan pertanaman jagung sebagai bahannya. Jagung

merupakan salah satu contoh tanaman menyerbuk silang. Bunga jagung tergolong

bunga tidak lengkap karena struktur bunganya tidak memiliki petal dan sepal. Letak

bunga jantan dan bunga betina terpisah namun masih dalam satu tanaman sehingga

tanaman jagung termasuk tanaman berumah satu. Bunga jantan terdapat diujung

batang dan bunga betina terdapat pada ketiak daun ke 6 atau ke 8 dari bunga jantan.

Tanaman jagung bersifat protandry, yaitu bunga jantan muncul 1-2 hari sebelum

munculnya rambut jagung pada bunga betina. Oleh karena itu jagung bersifat

menyerbuk silang (Djuita, 2012).

Bunga betina jagung berupa tongkol yang terbungkus oleh semacam pelepah

dengan rambut. Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik. Tanaman jagung

memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman

(Monoecious). Bunga betina berwarna putih panjang dan biasa disebut rambut

jagung. Bunga betina dapat menerima tepung sari disepanjang rambutnya. Tiap

kuntum memiliki struktur khas bunga dari suku Poeceae yang disebut flore. Jagung,

dua floret dibatasi oleh sepasang glumae. Bunga jantan tumbuh dibagian pucuk

tanaman berupa karangan bunga (Inflorescence), serbuk sari berwarna kuning dan

beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku,

diantara batang dan pelepah daun (ketiak daun). Bunga jantan cenderung siap untuk

penyerbukan 2 – 5 hari lebih dini dari bunga betinanya (Protandri). Penyerbukan

pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan jatuh dan menempel pada

rambut tongkol (bunga betina) (Purwono dan Hartono, 2006).


Praktikum penyerbukan silang tanaman jagung dilaksanakan pada lahan milik

petani pukul 08.00 WIB. Tanaman jagung dipilih tetua jantan dan betinanya.

Tanaman betina dipilih yang mempunyai tongkol yang belum diserbuki. Tanaman

jantan dipilih yang mempunyai serbuk sari yang telah mekar, hal tersebut dilakukan

agar hibridisasi berhasil. Pengumpulan serbuk sari dilakukan dengan membungkus

bunga jantan dengan sungkup dan menggoyang-goyangkannya agar serbuk sari

jatuh dan terkumpul di sungkup. Hibridisasi dilakukan dengan menaburkan serbuk

sari yang berada di dalam sungkup merata di atas kepala putik (rambut), usahakan

setiap rambut terserbuki sehingga jagung memiliki biji yang lengkap. Setelah itu

sungkup dipasang pada tongkol dan diikat dengan tali agar tidak dapat diserbuki

oleh tanaman lain. Selain itu pemberian sungkup bertujuan agar membedakan

jagung hasil praktikum dengan jagung milik petani, sehingga jagung hasil

praktikum tidak ikut dipanen oleh petani. Sungkup terlebih dahulu diberi

keterangan nama penyerbuk, tanggal penyerbukan dan tetua yang digunakan

sebagai pengingat bagi pemulia.

Berdasarkan hasil pengamatan setelah 15 hari dari tanggal penyerbukan,

disimpulkan bahwa penyerbukan silang yang dilakukan berhasil. Tongkol jagung

memiliki biji yang bagus dan besar karena dipanen 15 hari dari tanggal

penyerbukan. Biji yang terbentuk berjumlah 600 dan tidak ada yang terkena hama

maupun yang bentuknya kecil atau muda, hanya saja terdapat bekas ikatan pada

tongkol dikarenakan terlalu erat pada saat mengikat sungkup pada saat

penyerbukan. Prosedur penyerbukan yang dilakukan dalam praktikum ini sedikit

berbeda dengan prosedur yang dijelaskan oleh Mangoendidjojo (2003).


Mangoendidjojo (2003) menjelaskan langkah-langkah penyerbukan silang terdiri

dari pemilihan tetua, pengumpulan serbuk sari, kastrasi, emaskulasi, hibridisasi,

pembungkusan dan pelabelan. Kastrasi tidak dilakukan dalam praktikum, tidak ada

kegiatan pembuangan bagian-bagian bunga yang mengganggu dan kotoran-kotoran

disekitarnya. Kastrasi tidak dilakukan karena apabila dilakukan maka pertumbuhan

tongkol akan terhambat, nutrisi yang terserap dari akar akan ditranslokasi ke

bagian-bagian disekitar bunga/ tongkol, oleh karena itu nutrisi yang menuju tongkol

kurang. Emaskulasi juga tidak dilakukan dalam praktikum karena tujuan dari

praktikum ini sebenarnya hanyalah mempraktikan penyerbukan dari tanaman

jagung. Selain itu hibridisasi tanaman jagung seharusnya tetua berasal dari varietas

yang berbeda, namun dalam praktikum tidak dilakukan hal tersebut karena

keterbatasan varietas yang ada. Namun dalam pembuatan hasil dalam lembar

pengamatan dicari tetua dari varietas yang dipilih sesuai kehendak praktikan,

tentunya yang mimiliki sifat yang baik sehingga hasil keturunan memiliki sifat

terbaik. Kelompok saya menggunakan varietas arjuna sebagai tetua betina dan

sadewa sebagai tetua jantan, sifat hasil keturunan yang diinginkan yaitu tahan

penyakit bulai dan bercak daun.

Waktu yang optimal untuk melakukan proses penyerbukan pada tanaman

jagung adalah pada pagi hari yaitu antara pukul 07.00 hingga pukul 09.00 WIB.

Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada

rambut tongkol. Serbuk sari lepas saat 3-6 hari, tergantung pada varietas, suhu, dan

kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari masih tetap

hidup (viable) dalam 4-16 jam sesudah terlepas shedding. Penyerbukan selesai
dalam 24-36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10-15 hari. Setelah penyerbukan,

warna rambut tongkol berubah menjadi coklat dan kemudian kering, hal tersebut

sesuai dengan hasil praktikum bahwa rambut tongkol berubah menjadi coklat

(Allard, 1992).

Keberhasilan dalam suatu persilangan buatan dapat dilihat pada satu minggu setelah

dilakukan penyerbukan. Jika tongkol jagung semakin besar menandakan hibridisasi

yang kita lakukan berhasil, namun jika tongkol berukuran tetap maka hibridisasi

gagal dan hasil dari praktikum kali ini dikatakan berhasil yang dapat dilihat dari

morfologi tongkol jagung yang sudah diserbuki. Sifat-sifat tanaman yang terlihat

dan dapat diamati oleh Praktikan yaitu warna kelobot hijau muda, jumlah biji per

tongkol 600, jumlah baris per tongkol 14 baris, panjang tongkol 28 cm, diameter

tongkol 3,53 cm, dan warna biji kuning muda. Hal ini sesuai dengan pendapat Yang

(2006) menyatakan bahwa Keberhasilan dalam hibridisasi yang diikuti dengan

pembuahan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya kompabilitas tetua, tepat

waktu dalam reseptif betina dan antesis jantan, kesuburan tanah serta faktor

lingkungan.

Tanda keberhasilan hibridisasi yaitu adanya pembengkakan pada pangkal

buah, kelopak bunga layu bakal buah tetap segar. Keberhasilan suatu persilangan

buatan dapat dilihat kira-kira satu minggu setelah dilakukan penyerbukan . Jika

pental mengering ,namun bakal buah tetap segar kemudian bakal buah membesar

atau memanjang kemungkinan telah terjadi pembuahan Sebaliknya, jika bunga

yang gagal mengadakan fertilisasi biasanya gugur atau kepala putik nya terlihat

layu dan bakal buah rontok (Syukur, 2009).


Faktor – faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan penyerbukan silang

buatan adalah sebagai berikut:

1. Internal

a. Pemilihan Tetua

Ada lima kelompok sumber plasma nutfah yang dapat dijadikan tetua

persilangan yaitu: varietas komersial, galur-galur elit pemuliaan, galur-

galur pemuliaan dengan satu atau beberapa sifat superior, spesies

introduksi tanaman dan spesies liar. Peluang menghasilkan varietas

unggul yang dituju akan menjadi besar bila tetua yang digunakan

merupakan varietas-varietas komersial yang unggul yang sedang beredar,

galur-galur murni tetua hibrida, dan tetua-tetua varietas sintetik.

b. Waktu Tanaman Berbunga

1) Penyesuaian waktu berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina

harus diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya

bersamaan.

2) Waktu emaskulasi dan penyerbukan. Tetua betina waktu emaskulasi

harus diperhatikan, seperti pada bunga kacang tanah, padi harus pagi

hari, bila melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Waktu

penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif. Jika antara waktu

antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan,

maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan membedakan

waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua


akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini

diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga (Syukur, 2009).

2. Eksternal

a. Pengetahuan tentang Organ Reproduksi dan Tipe Penyerbukan

Hal yang paling mendasar dan yang paling penting diketahui penyerbukan

silang secara buatan adalah organ reproduksi dan tipe penyerbukan.

Mengetahui organ reproduksi, dapat digunakan untuk menduga tipe

penyerbukannya yaitu tanaman tersebut menyerbuk silang atau menyerbuk

sendiri. Tanaman menyerbuk silang dicirikan oleh struktur bunga sebagai

berikut :

1) secara morfologi, bunganya mempunyai struktur tertentu.

2) waktu antesis dan reseptif berbeda.

3) inkompatibilitas atau ketidaksesuaian alat kelamin.

4) adanya bunga monoecious dan dioecious.

b. Cuaca Saat Penyerbukan

Cuaca sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan

persilangan buatan. Kondisi panas dengan suhu tinggi dan kelembaban

udara terlalu rendah menyebabkan bunga rontok. Demikian pula jika ada

angin kencang dan hujan yang terlalu lebat.

c. Pelaksana
Pemulia yang melaksanakan hibridisasi harus dengan serius dan

bersungguh-sungguh dalam melakukan hibridisasi, karena jika pemulia

ceroboh maka hibridisasi akan gagal (Syukur, 2009).


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hibridisasi tanaman menyerbuk silang dilakukan untuk menghasilkan biji F1

dengan kombinasi sifat tetua dari persilangan jagung. Hibridisasi tanaman

menyerbuk silang dilakukan dengan cara pemilihan tetua jantan dan betina,

pengumpulan serbuk sari, hibridisasi, serta pembungkusan dan pelabelan.

Hibridisasi yang dilakukan dalam praktikum berhasil, hal ini ditunjukkan

dengan tumbuhnya tongkol dan biji.

B. Saran

Sebaiknya jagung yang digunakan dalam praktikum diberi tanda agar petani

mengetahui bahwa jagung tersebut adalah hasil percobaan agar tidak ikut dipanen

oleh petani.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, A. 1992. Pengaruh Saat dan Cara Pembuangan Bunga Jantan


(Emaskulai terhadap Produksi Jagung Semi (Baby Corn).
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/39478.

Allard, R.W. 1988. Pemuliaan Tanaman. Bina Aksara, Jakarta.

Badan Litbang Pertanian. 2006. Padi Hibrida. http://balitpa.litbang.deptan.go.id.

Badan Litbang Pertanian. 2012. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Edisi ketujuh

Baihaki, A. 1989. Phenomena heterosis. Kumpulan Materi Perkuliahan Latihan


Teknik Pemuliaan Tanaman dan Hibrida. Balittan Sukamandi, Balitbang
Pertanian Deptan, dan Fakultas Pertanian UNPAD, Malang.

Daryanto dan Satifah, S. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga Dan Teknik
Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia, Jakarta.

Djuita, N.R. 2012. Evolusi, Spesiasi dan Hibridisasi pada Beberapa Anggota
Poaceae. Bioedukasi Vol.5, No.2,hal. 13-24.

Mangoendidjojo. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisus, Yogyakarta.

Mejaya, M.J, dkk., 2009. Pembentukan Varietas Jagung Hibrida. Balai Penelitian
Tanaman Serealia, Maros.

Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi, Jakarta.

Paliwal, R.L. 2000. Hybrid maize breeding. In: Paliwal, R.L., G. Granados, H.R.
Lafitte, and A.D. Violic (Eds.). Tropical Maize: Improvement And
Production. FAO, Rome, Italy.

Prasetyo, M. 2010. Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan Tanaman.


Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian. Universitas Jember.

Purnomo dan Hartono. 2006. Budidaya Jagung Manis. Kanisius, Yogyakarta.

Rukmana, R. 1997. Usaha Tani Jagung. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Soemedi. 1982. Pedoman Bercocok Tanam Padi. Universitas Jenderal Sodirman,


Purwokerto.
Soenarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang.
Subekti,dkk. 2007. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Syukur,dkk. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman. Bagian Genetika dan Pemuliaan


Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Tanto. 2002. Pemuliaan Tanaman dengan Hibridisasi (Allogam). PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

Wels, J.R. 1981. Dasar-dasar Denetika dan Pemuliaan Tanaman. Erlangga,


Jakarta.

Yang, X. 2006. Tolerance Of Photosynthesis to Photoinhibition, High Temperature


and Drought Stress in Flag Leaves of Wheat: a Comparison Between a
Hybridization Line and It’s Parent Grown Under Field Conditons. Plant
Science 171(2006) 289-397.

Yuniarti, R, dkk., 2010. Teknik Persilangan buatan. Institut Pertanian Bogor,


Bogor.
LAMPIRAN

Proses pemotongan Bunga betina setelah Diserbuki atau dilakukan


bunga betina dipotong hibridisasi

Diberi keterangan yang


berisi nama pemulia,
tanggal hibridisasi dan
Disungkup dengan Hasil hibridisasi tampak
nama varietas, dibiarkan
kertas dan diikat luar
selama 2 minggu

Hasil hibridisasi

Anda mungkin juga menyukai