KEHAMILAN ANEMIA
A. DEFINISI
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat terdapat keadaan tertentu dimana
ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada
dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis
anemia tidak cukup hanya sampai pada label anemia tetapi harus dapat
ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut. (Sudoyo
Aru,dkk 2009)
Center for deases control and prevention(CDC) mendefenisikan anemia
sebagai kadar hemoglobin lebih rendah dari 11 g/dl pada trimester pertama dan
ketiga, dan kurang dari 10,5 d/dL pada trimester kedua(Leveno,2009).
B. ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi.
penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
C. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai
berikut:
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan
dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero
glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan
kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia
(Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi
per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau
masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral
dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/
IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba,
2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada
pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Hb 11 gr% : Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg.
Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta
serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin
maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan
kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10
mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan
sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288
hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga
kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
a. Gambaran Klinis
Curigai adanya anemia defisiensi zat besi bila terdapat:
1. Satu atau lebih factor-faktor predisposisi anemia
2. Kadar Ht < 30%
Konfirmasi diagnosis sebagai anemia defisiensi zat besi bila
terdapat:
1. Morfologi menunjukkan SDM hipokrom mikrositik
2. Saturasi zat besi serum <15% setelah terapi zat besi pasien dihentikan
selama satu minggu.
b. Penatalaksaan skrining rutin
1. Pada kunjungan awal, tanyakan tentang riwayat anemia atau masalah
pembekuan darah sebelumnya.
2. Minta hitung darah lengkap pada kunjungaan awal.
3. Diskusikan pentingnya mengonsumsi vitamin prenatal (disertai zat besi).
4. Periksa ulang Ht pada 28 minggu kehamilan.
c. Terapi anemia:
1. Terapi oral ialah dengan pemberian : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-
fero bisitrat.
2. Bila Hb <10 g/dl dan Ht <30%, lakukan tindakan berikut:
Berikan konseling gizi.
Tinjau diet pasien.
Diskusikan sumber-sumber zat besi dalam diet.
Berikan kepada pasien selebaran mengenai makanan tinggi zat besi.
Rujuk ke ahli gizi.
3. Sarankan suplemen zat besi sebagai tambahan vitamin paranatal.
Kebutuhan zat besi saat kehamilan adalah 60 mg unsure zat besi.
Tablet zat besi time-release merupaka pilihan terbaik, namun lebih
mahal. Setiap sediaan garam zat besi standar sudah mencukupi
kebutuhan zat besi.
Minum 1-3 tablet per hari dalam dosis yang terbagi.
Zat besi diabsorbsi lebih baik pada keadaan lambung kosong. Minum 1
jam sebelum makan atau 2 jam sesudahnya.
Vitamin C membantu absorbs zat besi. Minum zat besi disertai jus yang
tinggi vitamin C atau tablet vitamin C.
Antasid dan produk susu dapat mengganggu absorbs zat besi.
Lebih baik mengkonsumsi zat besi bersama antasid atau makanan
daripada tidak mengkonsumsi sama sekali.
4. Bila Hb <9 g/dl dan Ht <27% pertimbangkan anemia megaloblastik.
Kelola pasien ini menurut panduan terapi anemia.
5. Bila kadar Hb <9 g/dl dan Ht ≤27% saat mulai persalinan,
pertimbangkan pemberian cairan IV atau heparin lock saat persalinan.
6. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g
%/bulan. Efek samping pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada
pemberian preparat Na-fero bisitrat dibandingkan dengan ferosulfat.
7. Kini program nasional mengajukan kombinasi 60 mg besi dan 50µg
asam folat untuk profilaksis anemia.
8. Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak
1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 10 ml/im pada gluteus, dapat
meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2 g%. Pemberian parenteral ini
mempunyai indikasi : intoleransi besi pada gastrointestinal, anemia yang
berat, dan kepatuhan yang buruk. Efek samping utama ialah reaksi alergi,
untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/im dan bila tak ada
reaksi, dapat diberikan seluruh dosis.
1) Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang
sekali karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
1. Asam folik 15 – 30 mg per hari
2. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
3. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
4. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah.
a. Gambaran klinis
Gejala
1. Mual dan muntah
2. Anoreksia
Morfologi
1. SDM hipokrom makrositik
2. Kadar Hb dan Ht rendah serta tidak berespon terhadap terapi zat besi
Riwayat diet menunjukkan asupan rendah sayuran segar, protein hewani, atau
keduanya.
b. Penatalaksanaan
1. Suplemen
Vitamin prenatal yang mengandung asam folat dan zat besi
Satu sampai dua milligram asam folat per hari untuk memperbaiki defisiens
asam folat.
Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik
jarang terjadi tanpa anemia defisiensi zat besi.
2. Konseling gizi
Kaji diet pasien
Rekomendasikan sumber-sumber asam folat dalam diet
Rujuk ke ahli gizi
3. Hitung darah lengkap
Ulangi hitung darah lengkap dalam 1 bulan.
Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3
minggu, dan sedikit peningkatan pada hitung Hb dan Ht.
2) Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-
pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi
ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
3) Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia
dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala
komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya.
Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-
obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak
memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita
ini.
4) Anemia: hemolitik didapat (acquired hemolytic anemia)
adalah suatu defek enzimatik yang terkait-kromosom X dan diturunkan,
yang ditandai dengan ketidak mampuan tubuh memproduksi enzim G6PD,
yaitu enzim yang berfungsi sebagai katalis penggunaan glukosa secara aerob
oleh SDM. Anemia ini dapat ditemukan pada keturunan Afrika-Amerika,
Asia, dan Mediterania.
1. Insidens.
Dua persen dari semu wanta keturunan Afrika-Amerika menderita penyakit
ini.
2. Etiologi.
Infeksi dan beberapa obat oksidik pada kondisi defisiensi G6PD akan memicu
hemolisis SDM yang megakibatkan anemia hemolitik ringan sampai berat.
3. Penatalaksanaan
a. Skrining: Pasien keturunan Afrika-Amerika yang mengalami anemia atau
kerap mengalami infeksi saluran kemih (ISK) berulang harus menjalani
skrining G6PD.
b. Terapi
Resepkan 1 mg asam folat setiap hari.
Berikan daftar obat-obatan yang perlu dihindari.
Bila pasien hamil, lakukan kultur dan sensitivitas (culture and sensitivity,
C&S) urine bulanan.
Konsultasikan dengan dokter bila pasien dalam keadaan krisis atau
mengalami anemia berat.
c. Pengobatan: Pasien harus menghindari obat-obat berikut:
Aldomet
Asam askorbat (dosis besar)
Asam nalidiksik
Asam para-aminosalisilat
Aspirin
Diafenilsulfon
Fenasetin
Isoniazid
Kloramfenikol
Kuinakrin (atabrine)
Kuinidin
Kuinin
Kuinosid
Methylene blue
5) Anemia: Pernisiosa
1. Defisiensi dan Etologi
a. Anemia pernisiosa disebabkan kekurangan faktor intrinsik pada asam
lambung, yang diperlukan untuk absorbsi vitamin B 12 dari makanan . karena
B12 tidak dapat diabsorbsi, SDM tidak matang dengan normal.
b. Kasus ini jarang dijumpai pada individu dibawah usia 35 tahun.
2. Gambaran Klinis
a. Anemia pernisiosa ditandai dengan SDM makrositik, yang bias juga
normokrom atau hipekrom.
b. SDM pada anemia sulit dibedakan dengan SDM pada defisiensi asam folat.
c. Terapi asam folat dapat menyamarkan anemia pernisiosa karena SDM
menjadi normositik, meskipun penyakit ini masih ada.
3. Diagnosis
a. Curigai adanya anemia pernisiosa bila setelah terapi asam folat, morfologi
SDM menjadi normal, namun hematokrit tdak meningkat.
b. Diagnosis ditegakkan bila terjadi perbaikan setelah percobaan terapi dengan
1000 mg vitamin B12 per parenteral selama 3 bulan.
4. Penatalaksanaan
a. Kaji diet pasien terhadap produk hewani. Bila asupan dietnya kurang sumber-
sumber vitamin B12 berikan konseling gizi.
b. Berikan 1 cc (1000 ng) vitamin B12 parenteral per IM setiap bulan.
c. Tawarkan rujukan ke ahli gizi.
d. Ulangi hitung sel darah lengkap dalam 1 bulan.
1. Kondisinya membaik bila:
Morfologi normal
Kadar Ht meningkat
2. Bila tidak ada perubahan, konsultasikan ke dokter.
6) Anemia: Sel Sabit
1. Definisi dan Etiologi
a. Jenis
Pada sifat (trait) sel sabit, ada satu gen normal dan satu gen Hb-S. gejala
tidak tampak kecuali pada keadaan deprivasi oksigen berat.
Pada penyakit sel sabit, kedua gen adalah Hb-S. penyakit ini kronik dan
melemahkan. Angka morbiditas dan mortalitas penyakit ini tinggi.
b. Insidens
Satu dari 12 keturunan Afrika-Amerika membawa sifat sel sabit.
Satu dari 500 keturuna Afrika-Amerika menderita penyakit ini.
2. Penatalaksanaan
a. Programkan skrining sel sabit pada semua pasien Afrika-Amerika:
Bila uji negatif, kedua gen normal dan tidak ada masalah.
Bila uji positif, minta pemeriksaan elektroforesis hemoglobin.
Bila gen homozigot,pasien dianggap beresiko tinggi dan harus dirujuk ke
dokter.
Bila gen heterozigot, pasien dianggap beresiko rendah dapat dikelola secara
normal selama kehamilan dan persalinan.
b. Pertimbangkan kultur dan sensitivitas urine bulanan karena peningkatan
resiko ISK selama kehamilan.
c. Beri konseling kepada pasien:
Jelaskan kepada pasien mengenai sifat sel sabit yang dibawanya.
Sarankan pemeriksaan ayah bayi. Bila gen ayah juga heterozigot, ada
kemungkinan bayinya menderita penyakit ini.
Rujuk pasien untuk konseling genetik bila perlu.
D. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum
tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor,
atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut
terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik
atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan
masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah
membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini
kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat
kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang
memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa
diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
D. GAMBARAN KLINIS
a. Riwayat:
1. Mentruasi berlebihan
2. Kehilangan darah kronik
3. Riwayat keluarga
4. Diet yang tidak adekuat
5. Jarak kehamilan yang terlalu dekat
6. Anemia pada kehamilan sebelumnya
7. Pika ( nafsu makan terhadap bahan bukan makanan )
b. Tanda dan Gejala
1. Keletihan, malaise, atau mudah megantuk
2. Pusing atau kelemahan
3. Sakit kepala
4. Lesi pada mulut dan lidah
5. Aneroksia,mual, atau muntah
6. Kulit pucat
7. Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat
8. Dasar kuku pucat
9. Takikardi
E. TES LABORATORIUM
Hitung sel darah lengkap dan Apusan darah: untuk tujuan praktis, maka
anemia selama kehamilan dapat didefinisikan sabagai hemoglobin kurang dari
pada 10 atau 11 gr/100 ml dan hematokrit kurang dari pada 30% sampai 33% .
Apusan darah tepi memberikan evaluasi morfologo eritrosit, hitung jenis leukosit
dan perkiraan keadekutan trombosit.
F. PENATALAKSANAAN
a. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
1. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit,
anemia glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik
herediter lain.
2. Kaji riwayat keluarga
b. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal.
1. Morfologi
Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan
matang
SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat besi
SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
3. Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan
hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi
4. Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang
normal dan sehat.
5. Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar yang
rendah, namun masih normal.
6. Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-
release, seperti Slow-Fe setiap hari
7. Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia
megaloblastik.
a. Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
b. Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2
atau 3 kali/hari.
c. KIE pasien dan keluaga pasien untuk mamberikan makanan sedikit-sedikit
tapi sering dan memberikan makanan 4 sehat 5 sempurna
8. Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap
pengobatan di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut:
- Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium)
- Kadar kosentrasizat besi serum
- Kapasitas pegikat zat besi
- Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
- Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
- Hitung trombosit
- uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
- Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
- Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila
klien keturunan Afika-Amerika.
Konsultasikan dengan dokter
Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
c. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28
minggu kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1. Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-
Penatalaksanaan B2).
2. Konsultasikan ke dokter bila:
a. Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat terapi
b. Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya
(singkirkan kesalahan labotaturium).
c. Tidak berespons terhadap terapi setelah 4-6 minggu
d. Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.
G. KOMPLIKASI
Pada ibu hamil yang anemia dapat mengalami:
1. Keguguran.
2. Lahir sebelum waktunya
3. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
4. Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan.
5. Dapat menimbulkan kematian.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
.
Pengkajian yang biasa dilakukan pada ibu hamil dengan anemia,
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Identitas klien/biodata
DO :
dari kebutuhan
a. Tampak kurang minat tubuh
terhadap makanan
b. Membran mukosa pucat
c. Bising usus
DS :
DO :
a. TD kurang dari
120/80 mmhg
b. Pasien tidak dapat
beraktifitas
DO :
b. Membran mukosa
pucat
c. DJJ menurun
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil
dengan nilai laboratorium normal.
IMPLEMENTASI RASIONAL
a. Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk a. Mengidentifikasi defisiensi,
makanan yang disukai menduga kemungkinan
intervensi.
b. mengobservasi dan catat masukan b. Mengawasi masukan kalori
makanan pasien. atau kualitas kekurangan
konsumsi makanan.
c. Menimbang berat badan tiap hari.
c. Mengawasi penurunan berat
badan atau efektivitas
d. Memberikan makan sedikit dan intervensi nutrisi.
frekuensi sering dan/atau makan d. Makan sedikit dapat
diantara waktu makan. menurunkan kelemahan dan
meningkatkan pemasukan juga
mencegah distensi gaster.
e. Mengobservasi dan catat kejadian e. Gejala GI dapat menunjukkan
mual/muntah, flatus dan gejala lain efek anemia (hipoksia) pada
yang berhubungan. organ.
f. Memberikan dan bantu hygiene f. Meningkatkan nafsu makan
mulut yang baik sebelum dan dan pemasukan oral,
sesudah makan, gunakan sikat gigi menurunkan pertumbuhan
halus untuk penyikatan yang bakteri, meminimalkan
lembut. kemungkinan infeksi.
g. berikan pencuci mulut yang g. Teknik perawatan mulut
diencerkan bila mukosa oral luka. khusus mungkin diperlukan
7. bila jaringan
rapuh/luka/perdarahan dan
Kolaborasi : nyeri berat.
a. Memberikan obat sesuai indikasi,
7. Kolaborasi :
mis.Vitamin dan suplemen mineral,
a. Kebutuhan penggantian tergantung
seperti sianokobalamin (vitamin B12), pada tipe anemia dan/atau adanya
asam folat (Flovite); asam askorbat masukan oral yang buruk dan
(vitamin C), defisiensi yag diidentifikasi.
b. Besi dextran (IM/IV.) b. Diberikan sampai defisit
diperkirakan teratasi dan disimpan
untuk yang tak dapat diabsorpsi
atau terapi besi oral, atau bila
kehilangan darah terlalu cepat
untuk penggantian oral menjadi
efektif.