Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDU KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT MENULAR


“MENINGITIS”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas
Dosen Pengampu : Ns. Setyoadi,S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom

Disusun Oeh:
Mudawamah
NIM. 195070209111018

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
MENINGITIS
1. Definisi
Meningitis adalah radang dari selaput otak yaitu pada lapisan arachnoid dan
piameter yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Meningitis adalah infeksi akut
yang mengenai selaput meningeal yang dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme dengan ditandai dengan gejala spesifik dari system saraf pusat
(Widagdo, 2011)
Meningitis adalah infeksi atau radang selaput otak (meninges) tepatnya di
pia-arachnoid dan cairan serebrospinal di sub-arachnoid. Meningitis viral adalah
infeksi ruang subaraknoid yang disebabkan oleh virus. Meningitis bakterial adalah
infeksi selaput otak yang disebabkan oleh bakteri.[ CITATION Dit14 \l 1057 ]
Meningitis merupakan inflamasi akut atau subakut dari meningen (selaput
yang melapisi otak dan sumsum tulang belakang). Bakteri atau viral patogen
tersebut biasanya berasal dari tempat lain dalam tubuh. Beberapa penyakit yang bisa
menimbulkan kompilasi meningitis diantaranya infeksi saluran napas atas, sinusitis,
dan mumps (gondong). Organisme patogen juga dapat memasuki meningen melalui
luka terbuka.[ CITATION Den161 \l 1057 ]

2. Epidemiologi
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan
dan distribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Meningitis purulenta lebih sering
terjadi pada bayi dan anak-anak karena sistem kekebalan tubuh belum terbentuk
sempurna. Puncak insidensi kasus meningitis karena Haemophilus influenzae di
Negara berkembang adalah pada anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan di
Amerika Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan.
Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-ekonomi
rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah
haji), dan penyakit ISPA.
Meningitis ditemukan di seluruh dunia namun jumlah kasus paling tinggi
terdapat di daerah yang disebut “The Meningitis Belt” mulai dari Senegal di sebelah
barat sampai ke Ethiopia di sebelah timur yang meliputi 26 negara, dimana
dilaporkan sekitar 30.000 kasus tiap tahunnya.
Di Indonesia kasus meningitis bacterial sekitar 158/100.00 pertahun. Angka
yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan negara maju. Di Indonesia pada
tahun 2010 jumlah kasus meningitis terjadi pada laki-laki sebesar 12.010 pasien,
pada wanita sekitar 7.371 pasien, dan dilaporkan pasien yang meninggal dunia
sebesar 1.025 (Menkes RI, 2011)

3. Etiologi
a. Meningitis viral: sekitar 80-95% disebabkan oleh Enterovirus dan sisanya 5-20
disebabkan oleh Arbovirus, Herpesvirus, HIV. Penularannya paling sering
melalui rute oral-fekal yang kemudian mencapai sumsum tulang belakang
melalui aliran darah.[ CITATION Dit14 \l 1057 ]
b. Meningitis Bakterial: 50% kasus meningitis bakterial disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae pada dewasa , Neisseria meningitides pada anak-
anak dan remaja, Listeria monocytogenespada janin, Streptococcus pada usia
lanjut, Staphylococcus aureus, atau Haemophilus Influenzae pada anak-anak
dan balita. Penularannya biasanya melalui kerongkongan (nasofaring),
mengikuti aliran darah, mencapai sawar darah otak untuk memasuki cairan
sumsum tulang belakang, dan kemudian menyebabkan meningitis.[ CITATION
Dit14 \l 1057 ]

4. Patofisiologi
Infeksi bakteri dapat mencapai selaput otak melalui aliran darah
(hematogen) atauperluasan langsung dari infeksi yang disebabkan oleh infeksi dari
sinus paranasalis, mastoid,abses otak dan sinus kavernosus. Bakteri penyebab
meningitis pada umumnya berkolonisasi disaluran pernapasan bagian atas dengan
melekatkan diri pada epitel mukosa nasofaring host. Selanjutnya setelah terhindar
dari system komplemen hostdan berhasil menginvasi ke dalam ruang intravaskular,
bakteri kemudian melewati SDO danmasuk kedalam CSS lalu memperbanyak diri
karena mekanisme pertahanan CSS yang rendah.
Bakteri penyebab meningitis memiliki sifat yang dapat meningkatkan
virulensi kuman itu sendiri. Bakteri H. influenzae,N. meningitides dan S.pneumonia
menghasilkan immunoglobulin A protease. Bakteri-bakteri ini menginaktifkan
immunoglobulin A host dengan menghancurkan antibodi sehingga memungkinkan
terjadinya perlekatan bakteri pada mukosa nasofaring dan terjadinya kolonisasi.
Perlekatan pada mukosa epitel nasofaring host oleh N. meningitides terjadi melalui
fimbria atau silia. Dikatakan kerusakan silia ini akibat adanya infeksi saluran
pernapasan bagian atas dan juga kebiasaan merokok dapat mengurangi kemampuan
fimbria atau silia dalam mencegah perlekatan bakteri pada mukosa nasofaring.
Bakteri kemudian akan memasuki ruang intravaskular melalui berbagai mekanisme.
Bakteri meningokokus memasuki ruang intravaskular melalui proses endositosis
melintasi endotelium di jaringan ikatvakuola. Sedangkan bakteri H.influenzae
memisahkan tight junction apikal antara sel epitel untuk menginvasi mukosa dan
mendapatkan akses ke ruang intravaskular (Mace, 2008)
Sistem pertahanan CSS host yang rendah menyebabkan bakteri akan cepat
berkembang biak setelah memasuki CSS. Di dalam subarakhnoid, komponen
bakteri dalam CSS akan memicu kaskade inflamasi pada host.Komponen sitokin
proinflamasi seperti interleukin1(IL 1), Tumor NecrosisFactor(TNF) dan berbagai
sel lainnya termasuk makrofag, mikroglia, sel meningeal, dan sel-sel endotel.
Sitokinmengaktivasi migrasi neutrofil ke CSSmelalui beberapa mekanisme. Sitokin
meningkatkan afinitas pengikatan leukosit sel endotel, dan menginduksi adhesi
molekul yang berinteraksi dengan reseptor leukosit (Mace, 2008).

5. Karakteristik Agent
Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing dan
protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lain
karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri
maupun produk bakteri lebih berat.
Infectious Agent meningitis purulenta mempunyai kecenderungan pada
golongan umur tertentu, yaitu golongan neonates paling banyak disebabkan oleh
E.Coli, S.beta hemolitikus dan Listeria monositogenes.
a. Golongan umur dibawah 5 tahun (balita) disebabkan oleh H.influenzae,
Meningococcus dan Pneumococcus.
b. Golongan umur 5-20 tahun disebabkan oleh Haemophilus influenzae, Neisseria
meningitidis dan Streptococcus Pneumococcus.
c. Golongan umur (>20 tahun) disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus,
Stafilocccus, Streptococcus dan Listeria.

Penyebab meningitis serosa yang paling banyak ditemukan adalah kuman


Tuberculosis dan virus. Meningitis yang disebabkan oleh virus mempunyai
prognosis yang lebih baik, cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Penyebab
meningitis virus yang paling sering ditemukan yaitu Mumpsvirus, Echovirus, dan
Coxsackie virus , sedangkan Herpes simplex , Herpes zooster, dan enterovirus
jarang menjadi penyebab meningitis aseptik(viral)

6. Penyebaran Infeksi
Penyebaran infeksi meningitis dari orang ke orang. Cara penularan melalui droplet
pernapasan atau sekresi tenggorokan (saliva) dari pembawa (carrier). Penyebaran
dapat berlangsung dengan cepat jika:
- Kontak erat dengan orang terinfeksi
- Pemukiman padat penduduk
- Paparan asap rokok (aktif dan pasif)

7. Klasifikasi
a. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan
iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma,
leukimia, atau darah di ruang subarakhnoid. Eksudat yang biasanya terjadi pada
meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan
organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh korteks
serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respons dari jaringan otak terhadap
virus bervariasi bergantung pada jenis sel yang terlibat.
b. Sepsis
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme
bakteri seperti meningokokus, stafilokokus, atau basilus influenza. Bakteri
paling sering dijumpai pada meningitis bakteri akut, yaitu Neiserria meningitdis
(meningitis meningokokus), Streptococcus pneumoniae (pada dewasa), dan
Haemophilus influenzae (pada anak anak dan dewasa muda). Bentuk
penularannya melalui kontak langsung, yang mencakup droplet dan sekret dari
hidung dan tenggorok yang membawa kuman (paling sering) atau infeksi dari
orang lain. Akibatnya, banyak yang tidak berkembang menjadi infeksi tetapi
menjadi pembawa (carrier). Insiden tertinggi pada meningitis disebabkan oleh
bakteri gram negatif yang terjadi pada lansia sama seperti pada seseorang yang
menjalani bedah saraf atau seseorang yang mengalami gangguan respons imun.
c. Tuberkulosa
Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel. Infeksi meningen
umumnya dihubungkan dengan satu atau dua jalan, yaitu melalui salah satu
aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi-infeksi bagian lain, seperti
selulitis, atau melalui penekanan langsung seperti didapat setelah cedera
traumatik tulang wajah. Dalam jumlah kecil pada beberapa kasus merupakan
iatrogenik atau hasil sekunder prosedur invasif seperti lumbal pungsi) atau alat-
alat invasif (seperti alat pemantau TIK). [ CITATION Ari08 \l 1057 ]

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada


cairan otak, yaitu:
a. Meningitis Serosa. Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang
disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium
tuberculosa. Penyebab lainnya virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b. Meningitis Purulenta. Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang
meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus
pneumoniae (pneumokokus), Neisseria meningitis (meningokokus), Streptococcus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa [ CITATION Sat10 \l 1057 ]

8. Tanda dan gejala


Tanda gejala pada meningitis:[ CITATION Dit14 \l 1057 ]
1) Sakit kepala
2) Demam
3) Kaku kuduk
4) Fotofobia
5) Mual muntah, sakit perut
6) Menggigil, kedinginan
7) Perubahan status mental (hanya pada setengah hingga dua per tiga penderita)
8) Tanda gangguan neurologis seperti letargi, delirium, koma, dan kejang

9. Komplikasi
Komplikasi yang dapa terjadi antara lain cerebral palsy, edema, dan herniasi
serebral, efusi subdural, gangguan belajar, gangguan mental, hiperaktif, kejang,
menigocemia, SIADH (Syndrome Inapropriate Antidiuretic Hormone). Pada
pemeriksaan MRI biasanya terdeteksi infark serebri, serebritis, dan abses, empiema
subdural, hidrosefalus (obstruktif), dan ventrikulitis.[ CITATION Dit14 \l 1057 ]

10. Pemeriksaan penunjang


a. Lumbal pungsi
b. Pemeriksaan darah lengkap, LED, elektrolit,
c. Kadar glukosa
d. Kultur darah
e. CT-scan
f. MRI
g. Rontgen

11. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Terapeutik
- Isolasi
- Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil kultur,
diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena.
- Mempertahankan hidrasi optimum: mengatasi kekurangan cairan dan
mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema.
- Mencegah dan mengobati komplikasi: aspirasi efusi subdural (pada bayi),
terapi heparin pada anak yang mengalami DIC,
- Mengontrol kejang
- Mempertahankan ventilasi
- Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
- Penatalaksanaan syok bacterial
- Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
- Memperbaiki anemia
b. Penatalaksanaan Medis
- Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
- Steroid untuk mengatasi inflamasi
- Antipiretik untuk mengatasi demam
- Antikonvulsant untuk mencegah kejang
- Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan
- Pembedahan.
- Pemberian cairan intravena.
DAFTAR PUSTAK

Anurago, D. (2014). 45 Penyakit dan Gangguan Saraf. Yogyakarta: Rapha Publishing.


Hurst, M. (2015). Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC.
Kemenkes, RI. 2019. Panduan Deteksi dan Respon Penyakit Meningitis Meningokokus.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI 2019
Muhlisin, A. (2019, 09 12). Encephalitis: Gejala, Penyebab, Pengobatan. Retrieved 09 13,
2019, from Honestdocs: https://www.honestdocs.id/encephalitis

Muttaqin, A. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan.


Jakarta : Salemba Medika.
Satyanegara. (2010). Ilmu Bedah Saraf Edisi IV. Tangerang: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai