Disusun Oeh:
Mudawamah
NIM. 195070209111018
2. Epidemiologi
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan
dan distribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Meningitis purulenta lebih sering
terjadi pada bayi dan anak-anak karena sistem kekebalan tubuh belum terbentuk
sempurna. Puncak insidensi kasus meningitis karena Haemophilus influenzae di
Negara berkembang adalah pada anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan di
Amerika Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan.
Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-ekonomi
rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah
haji), dan penyakit ISPA.
Meningitis ditemukan di seluruh dunia namun jumlah kasus paling tinggi
terdapat di daerah yang disebut “The Meningitis Belt” mulai dari Senegal di sebelah
barat sampai ke Ethiopia di sebelah timur yang meliputi 26 negara, dimana
dilaporkan sekitar 30.000 kasus tiap tahunnya.
Di Indonesia kasus meningitis bacterial sekitar 158/100.00 pertahun. Angka
yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan negara maju. Di Indonesia pada
tahun 2010 jumlah kasus meningitis terjadi pada laki-laki sebesar 12.010 pasien,
pada wanita sekitar 7.371 pasien, dan dilaporkan pasien yang meninggal dunia
sebesar 1.025 (Menkes RI, 2011)
3. Etiologi
a. Meningitis viral: sekitar 80-95% disebabkan oleh Enterovirus dan sisanya 5-20
disebabkan oleh Arbovirus, Herpesvirus, HIV. Penularannya paling sering
melalui rute oral-fekal yang kemudian mencapai sumsum tulang belakang
melalui aliran darah.[ CITATION Dit14 \l 1057 ]
b. Meningitis Bakterial: 50% kasus meningitis bakterial disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae pada dewasa , Neisseria meningitides pada anak-
anak dan remaja, Listeria monocytogenespada janin, Streptococcus pada usia
lanjut, Staphylococcus aureus, atau Haemophilus Influenzae pada anak-anak
dan balita. Penularannya biasanya melalui kerongkongan (nasofaring),
mengikuti aliran darah, mencapai sawar darah otak untuk memasuki cairan
sumsum tulang belakang, dan kemudian menyebabkan meningitis.[ CITATION
Dit14 \l 1057 ]
4. Patofisiologi
Infeksi bakteri dapat mencapai selaput otak melalui aliran darah
(hematogen) atauperluasan langsung dari infeksi yang disebabkan oleh infeksi dari
sinus paranasalis, mastoid,abses otak dan sinus kavernosus. Bakteri penyebab
meningitis pada umumnya berkolonisasi disaluran pernapasan bagian atas dengan
melekatkan diri pada epitel mukosa nasofaring host. Selanjutnya setelah terhindar
dari system komplemen hostdan berhasil menginvasi ke dalam ruang intravaskular,
bakteri kemudian melewati SDO danmasuk kedalam CSS lalu memperbanyak diri
karena mekanisme pertahanan CSS yang rendah.
Bakteri penyebab meningitis memiliki sifat yang dapat meningkatkan
virulensi kuman itu sendiri. Bakteri H. influenzae,N. meningitides dan S.pneumonia
menghasilkan immunoglobulin A protease. Bakteri-bakteri ini menginaktifkan
immunoglobulin A host dengan menghancurkan antibodi sehingga memungkinkan
terjadinya perlekatan bakteri pada mukosa nasofaring dan terjadinya kolonisasi.
Perlekatan pada mukosa epitel nasofaring host oleh N. meningitides terjadi melalui
fimbria atau silia. Dikatakan kerusakan silia ini akibat adanya infeksi saluran
pernapasan bagian atas dan juga kebiasaan merokok dapat mengurangi kemampuan
fimbria atau silia dalam mencegah perlekatan bakteri pada mukosa nasofaring.
Bakteri kemudian akan memasuki ruang intravaskular melalui berbagai mekanisme.
Bakteri meningokokus memasuki ruang intravaskular melalui proses endositosis
melintasi endotelium di jaringan ikatvakuola. Sedangkan bakteri H.influenzae
memisahkan tight junction apikal antara sel epitel untuk menginvasi mukosa dan
mendapatkan akses ke ruang intravaskular (Mace, 2008)
Sistem pertahanan CSS host yang rendah menyebabkan bakteri akan cepat
berkembang biak setelah memasuki CSS. Di dalam subarakhnoid, komponen
bakteri dalam CSS akan memicu kaskade inflamasi pada host.Komponen sitokin
proinflamasi seperti interleukin1(IL 1), Tumor NecrosisFactor(TNF) dan berbagai
sel lainnya termasuk makrofag, mikroglia, sel meningeal, dan sel-sel endotel.
Sitokinmengaktivasi migrasi neutrofil ke CSSmelalui beberapa mekanisme. Sitokin
meningkatkan afinitas pengikatan leukosit sel endotel, dan menginduksi adhesi
molekul yang berinteraksi dengan reseptor leukosit (Mace, 2008).
5. Karakteristik Agent
Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing dan
protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lain
karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri
maupun produk bakteri lebih berat.
Infectious Agent meningitis purulenta mempunyai kecenderungan pada
golongan umur tertentu, yaitu golongan neonates paling banyak disebabkan oleh
E.Coli, S.beta hemolitikus dan Listeria monositogenes.
a. Golongan umur dibawah 5 tahun (balita) disebabkan oleh H.influenzae,
Meningococcus dan Pneumococcus.
b. Golongan umur 5-20 tahun disebabkan oleh Haemophilus influenzae, Neisseria
meningitidis dan Streptococcus Pneumococcus.
c. Golongan umur (>20 tahun) disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus,
Stafilocccus, Streptococcus dan Listeria.
6. Penyebaran Infeksi
Penyebaran infeksi meningitis dari orang ke orang. Cara penularan melalui droplet
pernapasan atau sekresi tenggorokan (saliva) dari pembawa (carrier). Penyebaran
dapat berlangsung dengan cepat jika:
- Kontak erat dengan orang terinfeksi
- Pemukiman padat penduduk
- Paparan asap rokok (aktif dan pasif)
7. Klasifikasi
a. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan
iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma,
leukimia, atau darah di ruang subarakhnoid. Eksudat yang biasanya terjadi pada
meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan
organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh korteks
serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respons dari jaringan otak terhadap
virus bervariasi bergantung pada jenis sel yang terlibat.
b. Sepsis
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme
bakteri seperti meningokokus, stafilokokus, atau basilus influenza. Bakteri
paling sering dijumpai pada meningitis bakteri akut, yaitu Neiserria meningitdis
(meningitis meningokokus), Streptococcus pneumoniae (pada dewasa), dan
Haemophilus influenzae (pada anak anak dan dewasa muda). Bentuk
penularannya melalui kontak langsung, yang mencakup droplet dan sekret dari
hidung dan tenggorok yang membawa kuman (paling sering) atau infeksi dari
orang lain. Akibatnya, banyak yang tidak berkembang menjadi infeksi tetapi
menjadi pembawa (carrier). Insiden tertinggi pada meningitis disebabkan oleh
bakteri gram negatif yang terjadi pada lansia sama seperti pada seseorang yang
menjalani bedah saraf atau seseorang yang mengalami gangguan respons imun.
c. Tuberkulosa
Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel. Infeksi meningen
umumnya dihubungkan dengan satu atau dua jalan, yaitu melalui salah satu
aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi-infeksi bagian lain, seperti
selulitis, atau melalui penekanan langsung seperti didapat setelah cedera
traumatik tulang wajah. Dalam jumlah kecil pada beberapa kasus merupakan
iatrogenik atau hasil sekunder prosedur invasif seperti lumbal pungsi) atau alat-
alat invasif (seperti alat pemantau TIK). [ CITATION Ari08 \l 1057 ]
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapa terjadi antara lain cerebral palsy, edema, dan herniasi
serebral, efusi subdural, gangguan belajar, gangguan mental, hiperaktif, kejang,
menigocemia, SIADH (Syndrome Inapropriate Antidiuretic Hormone). Pada
pemeriksaan MRI biasanya terdeteksi infark serebri, serebritis, dan abses, empiema
subdural, hidrosefalus (obstruktif), dan ventrikulitis.[ CITATION Dit14 \l 1057 ]
11. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Terapeutik
- Isolasi
- Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil kultur,
diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena.
- Mempertahankan hidrasi optimum: mengatasi kekurangan cairan dan
mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema.
- Mencegah dan mengobati komplikasi: aspirasi efusi subdural (pada bayi),
terapi heparin pada anak yang mengalami DIC,
- Mengontrol kejang
- Mempertahankan ventilasi
- Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
- Penatalaksanaan syok bacterial
- Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
- Memperbaiki anemia
b. Penatalaksanaan Medis
- Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
- Steroid untuk mengatasi inflamasi
- Antipiretik untuk mengatasi demam
- Antikonvulsant untuk mencegah kejang
- Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan
- Pembedahan.
- Pemberian cairan intravena.
DAFTAR PUSTAK