Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An. A DENGAN DEMAM TYPHOID

DISUSUN OLEH :

HANA FORTUNA P1337420719002

ANITA RAHMA S P1337420719007

FACHRI MUHAMAD RIZKY P1337420719013

ALVINA KHILMA HAJAR P1337420719015

DWI SEKAR NURHIDAYATI P1337420719027

AVINA NAFA AZIZA P1337420719031

RANTIKA INDAH P P1337420719035

SETIAWAN ROFIANTO P1337420719043

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI DIV KEPERAWATAN MAGELANG 2020


DAFTAR ISI

Halaman Judul.........................................................................i

Daftar isi..................................................................................ii

BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi..........................................................................1
B. Etiologi..........................................................................1
C. Patofisiologi..................................................................2
D. Pathway.........................................................................4
E. Manifestasi Klinis.........................................................5
F. Pemeriksaan penunjang................................................5
G. Komplikasi....................................................................6
H. Penatalaksanakan..........................................................7

BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian.....................................................................9
B. Pola Pengkajian Gordon...............................................10
C. Pemeriksaan Fisik.........................................................11
D. Analisa Data..................................................................13
E. Diagnosa Keperawatan.................................................14
F. Rencana Keperawatan...................................................14
G. Implementasi Keperawatan...........................................15
H. Evaluasi.........................................................................19

ii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,

gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran

(Ngastiyah,2005,p.236)

Demam tifoid atau sering disebut tifus abdominalis adalah penyakit

akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit

multisistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi (Arif

muttaqin,2013,p.488)

Tifoid termasuk infeksi sistemik dengan gejala khas yaitu demam.

Adapun demam yang dialami oleh pasien yang menderita penyakit ini

umumnya memiliki pola khusus dengan suhu yang meningkat(ssangat

tinggi) naik-turun. Hal ini terjadi pada sore dan malam hari sedangkan di

pagi hari hamper tidak terjadi demam. Hal inilah yang biasanya tidak

disadari oleh penderita maupun keluarga penderita (Dinkes,2013)

B. Etiologi

Penyebab demam tifoid adalah kuman salmonella typhi/Eberthella

typi, salmonella paratyphii B, wujudnya berupa hasil gram negative,

bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Kuman tumbuh pada

susasana fakulitatif anaerob pada suhu 15-41°C (Optimum 37°C) dan Ph

pertumbuhan 6-8 (Ardiansyah,2012).

1
2

Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu:

a. Antigen O : Ohne Haunch : antigen somatic (tidak menyebar)

b. Antigen H : Haunch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat

termolabil.

c. Antigen V1 : Kapsul : merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman

dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.

Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan

menimbulkan pembentukan 3 macam antibody yang lain disebut

agglutinin. Salmonella Typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor-R

yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotik.

Ada 3 macam spesies utama, yaitu :

a. Salmonella typhosa (satu serotipe)

b. Salmonella choleraesius (satu serotipe)

c. Salmonella enterditis (lebih dari 1.500 serotipe)

C. Patofisologi

Setelah kuman salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat

bertahan terhadap asam lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui

mukosa usus pada ileum terminalis. Di usus, bakteri melekat pada

mikrovili, kemudian melalui barrier usus yang melibatkan mekanisme

membrane ruffl ing, actin rearrangement dan internalisasi dalam vakuola

intraseluler. Kemudian Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid

mesenterika dan masuk kedalam pembuluh darah melalui sistem limfatik.


3

Bakteremia primer terjadi pada tahap ini dan biasanya tidak didapatkan

gejala dan kultur darah biasanya masih memberikan hasil yang negatif.

Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14 hari.

Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh

dan berkolonisasi dalam organ organ sistem retikuloendotelial, yakni di

hati limfa dan sumsum tulang. Kuman juga dapat melakukan replikasi

dalam makrofag setelah periode replikasi, kuman akan disebarkan

kembali ke dalam sistem predaran darah dan menyebabkan bakteremia

sekunder sekaligus menandai berakhirnya periode inkubasi. Bakteremia

sekunder menimbulkan gejala klinis seperti demam, sakit kepala, dan

nyeri abdomen. Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih menetap

dalam organ-organ sistem retikuloendotelial dan berkesempatan untuk

berproliferasi kembali. Menetapnya salmonella dalam tubuh manusia

diistilahkan sebagai pembawa kuman atau carrier. (CDK, 2012)


4

D. Pathway

Salmonella bersama
makanan

Usus Halus

Invasif Jaringan Limfoid Limfe

Radang dan Nikrosis Masuk Darah

Kuman Yang Tidak Difagosit


Berkembang Biak

Organ Tubuh Kembali ke Darah

Keluar Melalui Kandung Empedu


Menuju Rongga Mulut

Kuman Mengeluarkan Endotaksin

Demam Gangguan
Saluran
Pencernaan
5

E. Manisfestasi klinis

Masa inkubasi rata rata 10-14 hari. Demam meninggi sampai akhir

minggu pertama sedangkan demam menurun pada minggu ke 4, kecuali

demam tidak ditangani akan menyebabkan syok, stupor dan koma. Pada

hari ke 7-10 muncul ruang yang bertahan selama 2-3 hari. Dirasakan nyeri

kepala, nyeri perut, kembung, mual, muntah, diare, konstipasi, pusing,

nyeri otot dan batuk. Serta lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepian

ujung merah serta tremor). Mengalami gangguan mental berupa

samnolen, delirium atau psikosis.

Pada minggu pertama mengalami gangguan saluran cerna dan

dikeluhkan panas yang mencapai 39-40°C, menggigil, nyeri kepala. Pada

minggu kedua terjadi gejala splenomegali, hepatomegali dengan keluhan

nyeri abdomen, diare atau konstipasi, delirium. Setelah minggu kedua

terjadi keluhan perdarahan saluran cerna, perforasi, syok dengan gejala

ilius, ketegangan abdomen, koma. Pada minggu keempat gejala klinis

terlihat, keluhan menurun dengan gejala tampak sakit berat, kakek sia.

F. Pemeriksaan Penunjang

a. Pada kebanyakan kasus demam tifoid, jumlah leukosit pada sediaan

darah tepi berada batas-batas normal, malahan kadang terdapat

leukositosis. Walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.

Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk

diagnosis demam tifoid.


6

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam tifoid sering kali meningkat tetapi

dapat kembali normal setelah sembuhnya tifoid.

c. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi

(aglutinin) yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum

pasien demam tifoid pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen

yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah

dimatikan dan diolah laboratorium. Tujuan uji widal adalah

menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka

menderita demam tifoid.

Akibat infeksi salmonella typhi pasien membuat antibodi atau

aglutinin yaitu :

a) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari

tubuh kuman).

b) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari

flagel kuman).

c) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal

dari simpai kuman).

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yang

ditentukan titernya untuk diagnose, makin tinggi titernya semakin

besar kemungkinan terinfeksi kuman ini. (Padila, 2013, e190)

G. Komplikasi

a. Perdarahan usus
7

Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja

dengan benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat

disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.

b. Perforasi usus

Biasanya terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak

disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di

rongga peritoneum,yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara

diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat

dalam keadaan tegak.

c. Peritonitis

Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi

usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat,

dinding abdomen tegang (defence musculair).

H. Penatalaksanaan

a. Pemberian antibiotic

Dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab demam tifoid. Obat

yang dipergunakan adalah :

a) Kloramfenikol 100 mg/kg berat badan/hari/4x selama 14 hari.

b) Amoksili 100 mg/kg berat badan/hari/ 4x

c) Sefalosporin generasi II dan III (ciprofloxacin 2x 500mg selama 6

hari; ofloxacin 600mg/hari selama 7 hari; ceftriasone 4gram/hari

selama 3 hari.

b. Istirahat dan perawatan


8

Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Penderita sebaiknya beristirahat total ditempat tidur hingga bebas dari

demam. Mobilisasi dilakukan secara bertahap, sesuai dengan keadaan

penderita. Mengingat mekanisme, kebersihan perorangan perlu dijaga

karena ketidakberdayaan pasien untuk buang air besar dan air kecil

c. Nonfarmakologi dan diet

a) Diharuskan untuk bedrest

b) Agar tidak memperberat kerja usus, pada tahap awal penderita

diberi makanan berupa bubur sari. Selanjutnya penderita dapat

diberi makanan yang lebih padat dan akhirnya nasi biasa, sesuai

dengan kemampun dan kondisinya. Pemberian karbon gizi dan

mineral perlu dipertimbangkan agar dapat menunjang kesembuhan

penderita (widoyono,2011).
BAB II

TINJAUAN KASUS

Tanggal Masuk : 29 Januari 2020

Tanggal Pengkajian : 29 Januari 2020

Ruang/RS : Cempaka

No RM : 0007283

Diagnosa : Tifoid

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An.A
Umur : 3 Th
Jenis Kelamin : Laki Laki
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Banjaran 03/05 Tempurejo
Tempuran Magelang

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn.x
Umur : 39 Th
Jenis Kelamin : Laki Laki
Hubungan dengan pasien : Ayah Kandung
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Banjaran 03/05 Tempurejo
Tempuran Magelang

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Ayah pasien mengatakan demam
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan demam ± 4 hari yang lalu,
sebelumnya batuk pilek, demam membaik kemudian demam lagi,

9
kemudian keluarga membawa pasien ke IGD, pada tanggal 29
Januari 2020 pukul 09.00, mual (+) , muntah (+)

10
10

b. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah dirawat dengan penyakit yang sama, maupun
penyakit yang lain.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak memiliki penyakit menular, kronis, maupun
penyakit menurun lainnya.
d. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi obat antibiotik

B. Pola Pengkajian Gordon


a. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan
Keluarga pasien mengatakan bahwa jika pasien sakit, keluarga akan
membawa pasien ke Rumah Sakit terdekat dengan rumah
b. Pola Metabolik-Nutrisi
A. BB : 13kg LD : 40cm
TB : 87cm LLA : 12,5cm
LK : 32cm
B. Hb : 11 g/dL
Leukosit : 18 10³µl
C. Lidah pucat, mukosa bibir nampak kering
D. Dilt bubur kasar, porsi habis

c. Pola Eliminasi

BAK Frekuensi Warna Bau

Sebelum sakit 1-3x/hari Agak kekuninganKhas

Sesudah sakit 1-3x/hari Agak kekuninganKhas

BAB Frekuensi Warna Konsistensi

Sebelum sakit 1-2x/hari Kuning Lembek


kecoklatan
11

Sesudah sakit 1-3x/hari Kekuningan Cair

d. Pola Aktivitas
- Sebelum Sakit
Pasien dapat bermain dan beraktivitas tanpa ada gangguan.
- Setelah Sakit
Pasien tidak bisa bermain dengan teman sebayanya, selama sakit
hanya bermain dengan ibu dan kakaknya.
e. Pola Istirahat-Tidur
- Sebelum Sakit
Pasien tidur ± 9 jam/hari, tidak ada gangguan pola tidur, tidur
siang.
- Setelah Sakit
Pasien sering terbangun pada malam hari, jika lingkungan Rumah
Sakit berisik, dan pasien rewel, pasien tidur ± 3 jam/hari.
f. Pola Kognitif Perseptual
Pada indra penciuman, pendengaran, dan peraba tidak ada gangguan
namun, pada indra pengelihatan dan perasa sedikit ada gangguan,
karena adanya demam.
g. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Pasien merupakan anak kedua, pasien sangat disayangi oleh kedua
orang tuanya.
h. Pola Peran-Hubungan
Selama sakit, aktivitas bermain pasien terganggu bersama teman
sebayanya karena pasien harus dirawat di Rumah Sakit.
i. Pola Seksualitas
Pasien berjenis kelamin laki-laki.
j. Pola Toleransi terhadap Stress-Koping
Ibu pasien merasa cemas dengan kondisi anaknya.
k. Pola Keyakinan
Pasien beragama Islam.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Tanda-tanda Vital : TD : -
Nadi : 102x/ menit
RR : 30x/ menit
12

Suhu : 38
3. Pemeriksaan Kepala
a. Kepala : rambut bersih, tidak mudah rontok, tidak ada lesi
b. Wajah : sedikit pucat
c. Mata : sklera dan kunjungtiva tidak ikterik dan anemis
d. Hidung : tidak ada polip hidung
e. Mulut : tidak ada stomatitis, lidah bagian tengah tampak
pucat, mukosa bibir kering
f. Telinga : bersih, tidak ada serumen berlebih
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
4. Pemeriksaan dada
a. Paru-paru
I : bentuk simetris
P : eksipansi dada kanan dan kiri sama
P : resonan
A : veskular
b. Jantung :
I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis teraba di IC ke-5
P : redup
A : S1 dan S2 reguler
5. Pemeriksaan Abdomen
I : tidak ada lesi
A : bising usus 12x/menit
P : tympani
P : tidak ada nyeri tekan
6. Integumen
Turgor kulit baik, warna kulit putih, tidak ada luka
7. Ekstremitas
Tidak ada udem
8. Genetalia
Kebersihan terjaga
13

D. Analisa Data

Tanggal No Data Penyebab Masalah Kep Paraf


DK

29/1/20 1 DS:
Ibu pasien Infeksi Hipertermi Peraw
mengatakan salmone pla at Y
anaknya typhi
demam ± 4
hari.
DO:
-tampak
berkeringat
2 -suhu tubuh Ketidakseimbangan
38 Pemasukan nutrisi kurang dari Peraw
adekuat kebutuhan tubuh at Y
DS:
Ibu pasien
mengatakan
anaknya sulit
makan habis
¼-1/2 porsi RS,
kadang mual,
muntah
DO:
-tampak lemas
-porsi rumah
sakit habis ½
3 porsi
A : BB : 12kg Kurang Kurang Peraw
B : Hb : 11 informasi pengetahuan at Y
g/dL
C : lidah pucat,
mukosa bibir
kering
D: dilt halus
14

DS:
Ibu pasien
mengatakan
kurang tahu
akan penyakit
yang dialami
oleh anaknya
DO:
Tidak bisa
menjawab
ketika ditanya
apa itu
penyakit tifoid

E. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Tanggal Tanggal Paraf


ditemukan diatasi

1 Hipertermi b.d penyakit 29 Januari 2020 Perawat


d.d Kulit terasa hangat Y

F. Rencana Keperawatan

Tanggal No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


DK

29 Januari 1 Diharapkan masalah 1. Monitor TTV


2020 keperawatan hipertermi terutama suhu
teratasi setelah dilakukn
tindakan selama 3 x 8 jam tubuh sesering
dengan criteria hasil : mungkin.
a. Suhu dalam rentang
2. Monitor
normal (36-37)
penurunan
b. Nadi dan RR dalam
kesadaran.
rentang normal
3. Kompres pasien
15

c. Merasa nyaman pada lipat paha


dan axial.
4. Berikan
informasi
tentang
peningkatan
suhu tubuh
yang terjadi.
5. Kolaborasi
pemberian obat
penurun panas.

2 Diharapkan masalah 1. Kaji adanya


keperawatan resiko alergi dan
ketidakseimbangan nutrisi
teratasi setelah dilakukan kemasukan
tindakan selama 3 x 8 jam makanan
dengan criteria hasil :
2. Anjurkan pasien
a. Tidak terjadi
untuk tingkatkan
penurunan berat
masukan peroral
badan yang berat.
dengan porsi
b. Tidak ada tanda-
sedikit tapi
tanda malnutrisi.
sering.
c. Nafsu makan
3. Informasikan
meningkat, porsi
kebutuhan
rumah sakit habis.
nutrisi yang
harus terpenuhi.
4. Kolaborasi
dengan ahli gizi

G. Implementasi Keperawatan
16

Tanggal No Implementasi Respon Paraf


DK

29/1/2020 Monitor tanda-tanda vital DO :


(14.00) 1 S : 38°C
N : 102 X 1
menit
Mengkompres pasien dengan RR : 30 X 1
air hangat menit

16.00-17.00 DO :
S : 38°C
menjadi 38°C
Memberikan informasi terkait
peningkatan suhu yang terjadi

DS : ibu klien
Berkolaborasi pemberian obat mengatakan
paham tentanng
pamol 1 cth, injeksi ampisilin 4 demam yang
x 325 mg/8 jam, juga terjadi pada
anaknya.
gentamisin 1 x 65 mg/24 jam

Mengkaji adanya alergi DO :


S : 38°C
18.00 makanan dan pemasukan
nutrisi

DS :
Ibu klien
2. mengatakan
nafsu makan
anak tetap baik,
namun klien
muntah
DO :
Porsi habis,
17

sebagian keluar
lagi karena
Memberikan informasi tentang muntah,
muntahan
pentingnya pemasukan nutrisi
berupa nasi dan
sayur yang
Mengkaji tingkat pendidikan dikonsumsi,
tidak berbau,
dan pengetahuan keluarga minum ± 400 cc
klien

Memberikan pendidikan
kesehatan tentang demam
tifoid
14.30

DS :
Memonitor tanda-tanda vital mengatakan
pendidikan
3. (suhu tiap 2 jam)
SMP, tidak tahu
akan penyakit
yang dialami
anaknya.

Mengompres dengan air hangat DS :


mengatakan
sudah mengerti
tentang apa itu
tifoid.

Mengkaji pemasukan peroral

DO :
S : pukul 14.00 :
30.01.20 1. 37,5°C
14.00 Pukul 16.00 :
38°C
Pukul 19.00 :
37,8°C
18

DS : demam
Memonitor tanda-tanda vital
turun
DO : 38°C
menjadi 37,8°C
17.30 2.

DS :
mengatakan
porsi pagi siang
habis, namun
klien muntah
lagi
DO :
Berkolaborasi pemberian obat Muntahan
pamol injeksi ampisilin 3 x 325 berupa nasi dan
sayuran
mg jam 12.00 WIB

Berkolaborasi dengan ahli gizi


DS :
makan tinggi protein kalori menyatakan
rendah sudah tidak
panas lagi
31.01.20 1. DO : suhu tubuh
08.00 Pukul 08.00 :
36,7°C
Pukul 12.00 :
37°C

DO : obat bisa
masuk semua

12.00 2.

DS : porsi RS
19

habis

H. Evaluasi

Tanggal No.DK SOAP Paraf

29-01-2020 1. S= Ibu klien mengatakan


anaknya masih demam,
keringat banyak.
O= Suhu tubuh. Tampak
berkeringat, akral hangat
RR: 30 ×/menit, nadi 104
×/menit.
A= Masalah keperawatan
yang terkait hipotermi belum
teratasi.
P= Lanjutkan intervensi

S= Mengatakan nafsu makan


2. baik, namun perut kadang
terasa sakit dan muntah 1×
sejak pagi.
O= A: BB: 13 kg, Hb: 19
gHbL, C: tidak pucat,
mukosa lembab, D: dilt
habis.
A= Masalah kurang nutrisi
belum teratasi
P= Lanjutkan intervensi,
monitor masukan peroral,
20

anjurkan makan sedikit tapi


sedang.

S= Ibu klien mengatakan


3. sudah memahami tentang
demam tifoid yang dialami
anaknya
O= Keluarga mampu
menjawab pertanyaan apa
pencegah demam tifoid
A= Masalah kurang
pengetahuan teratasi
P= Hentikan intervensi

S= Mengatakan kadang
30-01-2020 1. masih panas
14.00 O= Suhu: pukul 14.00: 37°C,
pukul 15.00: 38°C, pukul
19.00: 37°C, nadi:
98×/menit, RR: 24×/menit
A= Masalah belum teratasi
P= Lanjutkan intervensi,
monitor peningkatan suhu,
berikan obat penurun panas

S= Nafsu makan masih tetap


19.00 2. baik, perut masih terasa sakit
saat makan, mual muntah 2×
sejak pagi
O= A: BB: 13kg. B: Hb: 11
g/DL, C: lidah pucat ,ukosa
lembab, D: dilt bubur kasar
habis
A= Masalah
ketidakseimbangan nutrisi
belum teratasi
P= Lanjutkan intervensi,
monitor kemasukan peroral
denganmakan sedikit tapi
sering
21

1. S= Mengatakan anaknya
31-01-2020 sudah tidak panas lagi
12.00 O= Suhu pukul 08.00: 36°C,
pukul 12.00: 37°C, nadi:
84×/menit, akral hangat, tak
tampak berkeringat
A= Masalah hipertermi
teratasi
P= Hentikan intervensi

2. S= Mengatakan nafsu makan


baik, muntah (-), perut sakit
(-)
O= BB: 13kg, Hb: 11 g/DL,
lidah pucat, mukosa lembab,
dilt bubur kasar habis
A= Masalah
ketidakseimbangan nutrisi
teratasi
P= Hentikan intervensi.

Anda mungkin juga menyukai