Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan
tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui
senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji
sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta
mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan
bakteri pada konsentrasi yang rendah. Uji sentivitas bakteri merupakan
suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat
antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri.
Metode uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana
mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan
anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan dan memetikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. Uji
sensitivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat
kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk menegetahui
senyawa murni yang memeiliki aktivasi antibakteri.
Antibiotika merupakan senyawa atau bahan yang dihasilkan oleh
mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk membunuh dan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Perlu juga kita
ketahui  bahwa sensitivitas adalah keadaan dimana antibiotic memiliki
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Namun
dalam hal ini perlu diwaspadai munculnya keadaan resisten yaitu keadaan
dimana obat tidak mampu lagi menghambat pertumbuhan
mikroorganisme.
Bahaya resistensi antibiotika merupakan salah satu masalah yang
dapat mengancam kesehatan masyarakat. Hampir semua jenis bakteri saat
ini menjadi lebih kuat dan kurang responsif terhadap pengobatan
antibiotika. Bakteri yang telah mengalami resistensi terhadap antibiotika
ini dapat menyebar ke anggota keluarga, teman ataupun tetangga lain
sehingga mengancam masyarakat akan hadirnya jenis penyakit infeksi
baru yang lebih sulit untuk diobati dan lebih mahal juga biaya
pengobatannya

B. Tujuan
Untuk mengukur kemampuan obat antibiotic dalam penghambatan
atau membunuh pertumbuhan bakteri secara invitro.

C. Waktu dan Tempat


Pratikum ini dilaksanakan pada hari rabu, 26 maret 2019 sampai
jumat 29 maret 2019 di laboratorium Bakteriologi Analis Kesehatan .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sensitifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan


tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk menegtahui
senyawa murni yang memeiliki aktifitas antibakteri.Metode uji ini
sensitivitas bacteria adalah metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alam ynag berpotensi sebagai bahan anti bacteria
serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau
mematikan bakteri pada konsentrasi rendah . seorang ilmuan prancis
menyatakan bahwa metode difusi agar dari produser kirby-bauer, sering
digunakn untuk mengetahui sensitivitas bacteria. Prinsip dari metode ini
adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona
hambatan akan terlihat sebgai daerah jernih disekitar cakram kertsa yang
mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan
bacteria enunjukan sensitivitas bacteria terhadap zat antibakteri.
Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diametr zona hambatan yang
terbentuk bacteria tersebut semakin sensitife. (Gamma,dkk.1992)
Pada umumnya metode ini dipergunakan dalam uji sensitifitas
bakteri adalah metode difusi agar yaitu dengan cara mengamati daya
hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari
daerah disekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak tumbuh oleh
mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukan
sensitivitas bacteria terhadap bahan anti bacteria (jawelz,1995)
Antibiotika atau dikenal juga sebagai obat anti bakteri adalah obat
yang digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri. Alexander Fleming pada tahun 1927 menemukan antibiotika yang
pertama yaitu penisilin. Setelah mulai digunakan secara umum pada tahun
1940, maka antibiotika bisa dibilang merubah dunia pengobatan serta
mengurangi angka kesakitan & kematian yang disebabkan oleh penyakit
infeksi secara dramatis
Resistensi antibiotik adalah kemampuan mikroorganisme untuk
mengatasi pengaruh antibiotik. Dengan kata lain, mikroorganisme yang
resisten terhadap antibiotik, misalnya bakteri, akan kebal dan tidak mati
walau diberi antibiotic.
Resistensi antibiotik adalah kemampuan dari bakteri atau
mikroorganisme lain untuk menahan efek antibiotic. Resistensi antibiotic
terjadi ketika bakteri dapat merubah diri sedemikian rupa hingga dapat
mengurangi efektifitas dari suatu obat, bahan kimia ataupun zat lain yang
sebelumnya dimaksudkan untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit
infeksi. Akibatnya bakteri tersebut dapat bertahan hidup dan bereproduksi
sehingga makin membahayakan. Bakteri tersebut dapat membentuk
ketahanan khusus terhadap suatu jenis antibiotika tertentu, sehingga
membahayakan orang yang terkena penyakit tersebut. Kesalahpahaman
yang sering terjadi di masyarakat adanya anggapan bahwa yang resisiten
terhadap obat tertentu adalah tubuh orang, padahal sebenasrnya bakteri
yanag ada di dalam tubuh tersebutlah yang menjadi resisten terhadap
pengobatan, bukan tubuhnya.
Yang berguna hanyalah antibiotika yang mempunyai kadar
hambatan minimum (KHM) in vitro lebih kecil dari kadar zat yang di
dapat dicapai dalam tubuh dan tidak toksik (Mutschler,1991: 634).
Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat

(Jawetz, 2005: 159):

1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat


pertumbuhan mikroorganisme yang luas (broad spectrum
antibiotic)
2. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme
patogen
3. Tidak menimbulkan efek samping (side effect) yang buruk pada
host,seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan
sebagainya
4. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host
seperti flora usus atau flora kulit.

Sensitivitas bacteria terhadap antibiotic tergantung pada


kemampuan antibiotic itu sendiri untuk menenmbus dinding sel
bacteria.antibiotik lebih banyak bekerja efektif terhadap bacteria gram
positif karena permaebilitas dinding selnya lebih tinggi dibandingkan
dengan bacteria gram negative.jadi suatu antibiotic dikatakan mempunyai
spectrum sempit apabila mampu menghambat pertumbuhan bacteria gram
postif, sedangkan antibiotic berspektrum luas jika pertumbuhan bacteria
gram positif dan gram negative dapat dihambat oleh antibiotic tersebut
(sumadio,dkk 1994).

Berdasarkan sasaran tindakan antibiotik terhadap mikroba maka


antibiotic dapat dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu antibiotic
penghambat sintesis diding sel mikroba, antibiotic yang termasuk
kelompok ini adalah penisislin, sefalospirin, basitrasin, dan vanomisin.
Yang kedua yaitu antibiotic penghambat sintesis protein sel mikroba,
antibiotic yang termasuk kelompok ini adalah golongan aminoglikosida,
makrolida, kloramfenikol,linkomisin dan tetrasilin. Yang ketiga yaitu
antibiotic penghambat sintesis asam nukleat sel mikroba, antibiotic yang
termasuk kelompok ini adalah rifampisin dan golongan kuinolon. Keempat
yaitu antibiotic penggangu fungsi membrane sel mikroba,antibiotic yang
termaksut kelompok ini adalah olongan polien.Dan yang kelima yaitu
antibiotic penghambat metabolism mikroba, antibiotic yang termasuk
kelompok ini ialah sulfonamida, trimetopirin dan asam p-amino salsialat.
(Ganis warna, 1995)
BAB III

METODE PRATIKUM

A. Alat dan Bahan


a. Lampu spiritus g. Nacl 0,9 %
b. Rak tabung h. sampel/biakan bakteri
c. Swab steril i.media MHA
d. Incubator j.Antibiotik
e. Tabung reaksi
f. Cawan petri

B. Prosedur kerja
Hari 1
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Pembuatan media MHA, Nacl 0,9 % dan pengenceran
antibiotic
Hari II
1. Dibuat suspensi dengan cara mencampurkan ±5 mata ose
pada Nacl 0,9% steril, homogenkan
2. Tuang MHA pada plate steril sampai menutupi seluruh
permukaan plate,tunggu sampai padat.
3. Kemudian ambil suspesi yang telah tercampur dengan Nacl
0,9% menggunakan swab stril
4. Kemudian digoreskan pada media MHA yang telah padat
tadi sampai menutupi seluruh permukaan media.
5. Selanjutnya dimasukkan antibiotic ke dalam media
tersebut, dan diinkunasi dengan suhu 37°c selama 24 jam di
incubator.
Hari III

1. Diamati zona hambat yang terbentuk pada media MHA


Yang telah diinkubasi.
2. Dilakukan perhitungan zona hambatan yang terbentuk
pada media MHA dengan beralaskan kertas berwarna gelap
kemudian ukur diameternya dengan penggaris.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

(Antibiotik CIP-5 dan K-30) (Antibiotik C-30 dan FOS 200)

Nilai Zone Inhibisi Dick Antibiotion (Vibrio Cholera)

ZONA
N NAMA RESISTE INTERMEDI SENSITI
HAMBA
O ANTIBIOTIK N ATE VE
T
Chloramphenicol
1. 22 mm <12 13-17 >18
(C-30)
Fosfomycin
2. 17 mm <12 13-15 >16
(FOS-200)
Ciprofloxacin
3. 25 mm <15 16-20 >21
(CIP-5)
Kanamycin
4. 16 mm <13 14-17 >18
(K-30)
B. Pembahasan
Resistensi adalah suatu keadaan karena pengaruh obat antiinfeksi
terhadap kuman berkurang khasiatnya atau kuman tersebut tidak sensitif oleh
perlakuan obat anti infeksi. Resistensi merupakan kegagalan pengobatan
dengan suatu antibiotika dengan dosis terapi (Gran, 1983).

Beberapa bakteri mempunyai kemampuan alami untuk kebal atau


resisten terhadap efek pengobatan, misalnya dengan antibiotik, meskipun tidak
berinteraksi secara langsung. Hal ini dapat terjadi karena bakteri mempunyai
enzim yang dapat merusak obat (Brander et al., 1991). Bakteri yang resistensi
tidak peka lagi terhadap antibiotik atau seng anti mikrobial (Brander et al.,
1991). Resistensi sel mikroba atau alat sifat tidak tergantung kehidupan sel
mikroba oleh anti mikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme alamiah
untuk bertahan hidup (Gran, 1983).

Resistensi antibiotika ialah kemampuan dari bakteri atau


mikroorganisme lain untuk menahan efek antibiotika. Resistensi antibiotika
terjadi ketika bakteri dapat merubah diri sedemikian rupa hingga dapat
mengurangi efektifitas dari suatu obat, bahan kimia ataupun zat lain yang
sebelumnya dimaksudkan untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit
infeksi sehingga mengakibatkan bakeri tersebut tetap dapat bertahan hidup.
Bakteri dapat membentuk ketahanan khusus terhadap suatu jenis antibiotika
tertentu, sehingga membahayakan orang yang terkena penyakit tersebut.
Kesalahpahaman yang sering terjadi di masyarakat yaitu adanya anggapan
bahwa yang resisten terhadap obat tertentu ialah tubuh seseorang, padahal
sebenarnya bakteri yang ada di dalam tubuh itulah yang menjadi resisten
terhadap pengobatan, bukan tubuhnya (Stainier, et al., 1986). Bakteri dapat
resisten juga karena koloni bakteri pada medi MHA terlalu banyak.

Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas


bakteri adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat
pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di
sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme.
Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri
terhadap bahan anti bakteri (Concepcion dkk, 1994 dalam Susanto,1995) 

Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhamabat


pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah
daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar
oleh antibiotik. Contohnya: tetracycline, erytromycin, dan streptomycin.
Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas sehingga
dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Pelczar, 1986).

Pada uji sensitivitas ini, metode yang dipergunakan adalah metode


cakram antibiotik di mana antibiotik yang terdapat pada disc antibiotic
dibiarkan berdifusi pada agar hingga menimbulkan zona hambatan yang dapat
menjadi acuan apakah bakteri tersebut sensitive, resisten, atau intermediate
terhadap antibiotik yang digunakan.

Antibiotik yang digunakan dalam praktikum pada kelompok kami yaitu


Chloramphenicol, Fosfomycin, Ciprofloxacin dan Kanamycin. Hasil
pengukuran diameter zona hambat :

1. Chloramphenicol, terdapat zona hambat (22 mm) yang menandakan


antibiotik tersebut sensitive terhadap bakteri vibrio cholera.

2. Fosfomycin, terdapat zona hambat (17 mm) yang menandakan antibiotik


tersebut sensitive terhadap bakteri vibrio cholera.

3. Ciprofloxacin, terdapat zona hambat (25 mm) yang menandakan antibiotik


tersebut sensitive terhadap bakteri vibrio cholera.

4. Kanamycin, terdapat zona hambat (16 mm) yang menandakan antibiotik


tersebut intermediate terhadap bakteri vibrio cholera.

Antibiotik Chloramphenicol, Fosmomycin, dan Ciprofloxacin sensitive


terhadap bakteri vibrio cholera yang manandakan bahwa antibiotik tersebut
baik digunakan untuk pengobatan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
vibrio cholera karena dapat membunuh atau mematikan bakteri dalam
konsentrasi rendah karena manpu menghambat sintesa asam nukleat.
Sedangkan antibiotik Kanamycin intermediate terhadap bakteri vibrio cholera
yang manandakan bahwa antibiotik tersebut baik digunakan untuk pengobatan
penyakit yang disebabkan oleh bakteri vibrio cholera. Tetapi, dengan
konsentrasi yang lebih tinggi ataupun nantinya akan menimbulkan resisten
apabila hospes terinfeksi kembali oleh bakteri vibrio cholera. Hal ini
dikarenakan antibiotik tersebut kurang sensitive digunakan dalam pengobatan
yang disebabkan oleh bakteri vibrio cholera

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa


antibiotik Ciprofloxacin (CIP-5) memiliki zona hambat yang paling besar
dibandingkan antibiotik lainnya yaitu 25 mm. Hal tersebut menandakan
bahwa antibiotik CIP-5 sensitive terhadap vibrio cholera. Dimana semakin
besar hambatan yang dihasilkan dari antibiotik itu semakin baik untuk
mematikan/membunuh bakteri tersebut karena makin sensitif.

B. Kritik dan Saran

Pada saat melakukan penanaman pada media, diharapkan menggunakan


alat pelindung diri (APD) lengkap agar mengurangi tingkat kontaminasi pada
pemeriksa yang melakukan penanaman.

Setelah melakukan penanaman, diharapkan pada praktikan agar segera


mencuci tangan dengan menggunakan sabun hingga bersih.

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D., Prof.,Dr. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta :
Djambatan

Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan, Depdikbud Dikti Pusat Antar Universitas


Pangan dan Gizi IPB. Bogor : IPB – Press

Gaman, P. M., dan Sherrington, K. B. 1992. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu


Pangan, Nutrisi, dan Mikrobiologi, Edisi Kedua. Yogyakarta : UGM – Press

Anda mungkin juga menyukai