Puskesmas
Puskesmas
Alhamdulillah segala puji dan syukur hanyalah milik Allah tuhan semesta alam,
dengan nikmat-Nya kebaikan menjadi sempurna, dengan rahmat-Nya kebaikan akan berlipat.
Dan Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusunan “Makalah Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam, semoga Allah mencurahkan kepada suri tauladan kita Nabi
Muhammad SAW., keluarganya, sahabatnya, tabi’in, tabi’at, dan orang-orang mukmin yang
selalu istiqomah di jalan-Nya sampai akhir zaman nanti termasuk kita di dalamnya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimt maupun tata bahasanya.Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
i
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
PKPR singkatan dari Pelayananan Kesehatan Peduli Remaja. PKPR adalah
program pemerintah yang diampu Dinas Kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota,
dikoordinas Dinas kesehatan tingkat Provinsi, untuk melayani kesehatan remaja.
Program ini secara resmi telah berjala sejak tahun 2003. Di tingkat lapangan,
PKPR dijalankan oleh Puskesmas.
PKPR adalah pelayanan kesehatan pada remaja yang mengakses semua golongan
remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien. Disini remaja
tidak perlu ragu dan khawatir untuk mendapatkan konseling, sehingga remaja
terpapar akan informasi yang benar dan tepat untuk berbagai hal yang perlu
diketahui remaja.
2.2 Tujuan
Terselenggaranya PKPR berkualitas di Puskesmas dan tempat pelayanan remaja
lainnya, yang mampu menghargai dan memenuhi hak-hak serta kebutuhan remaja
sebagai individu, dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan, pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal bagi remaja sesuai dengan potensi yang dimiliki.
2.3 Sasaran
Berdasarkan Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
bahwa sasaran pengguna layanan PKPR adalah kelompok remaja usia 10-18
tahun. Walaupun demikian, mengingat batasan usia remaja menurut WHO adalah
10-19 tahun, maka Kementerian Kesehatan menetapkan sasaran pengguna layanan
PKPR meliputi remaja berusia 10 sampai 19 tahun, tanpa memandang status
pernikahan.Fokus sasaran layanan puskesmas PKPR adalah berbagai kelompok
remaja, antara lain:
1. Remaja di sekolah: sekolah umum, madrasah, pesantren, sekolah luar biasa.
2. Remaja di luar sekolah: karang taruna, saka bakti husada, palang merah remaja,
panti yatim piatu/rehabilitasi, kelompok belajar mengajar, organisasi remaja,
rumah singgah, kelompok keagamaan.
3. Remaja putri sebagai calon ibu dan remaja hamil tanpa mempermasalahkan
status pernikahan.
4. Remaja yang rentan terhadap penularan HIV, remaja yang sudah terinfeksi
HIV, remaja yang terkena dampak HIV dan AIDS, remaja yang menjadi
yatim/piatu karena AIDS
i
2.4 Karakteristik
6. Keterlibatan masyarakat
Perlu dilakukan dialog dengan masyarakat tentang PKPR sehingga
masyarakat :
a. Mengetahui keberadaan PKPR dan menghargai nilainya.
i
b. Mendukung kegiatannya dan membantu meningkatkan
mutumpelayanannya.
i
d. Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin.
Pada awal pelaksanaan diupayakan biaya pelayanan serendah mungkin,
bahkan kalau mungkin gratis.
i
petugas penyuluhan, petugas gizi dan petugas lain yang dibutuhkan.
e) Pelatihan formal petugas PKPR
f) Penentuan jenis kegiatan, pelayanan, serta sasaran
Selain kegiatan KIE, konseling dan pelayanan klinis medis dapat
pula dilakukan perluasan kegiatan seperti :
1) Penyediaan pelayanan hot line di puskesmas
2) Penanganan anak jalanan di wilayah puskesmas
3) Revitalisasi pembinaan dan pelaksanaan UKS di sekolah
lanjutan
4) Pemenuhan sarana dan prasarana.
Pemenuhan sarana dan prasarana selain memberikan
kenyamanan, menjaga privasi, serta menjamin kerahasiaan juga
memudahkan untuk pemberi layanan.
5) Penentuan prosedur pelayanan
Penentuan biaya layanan, jam buka, penentuan desain, proses
pemberian dan penyimpanan kartu, register dan catatan (status)
medis / konseling, penentuan alur pelayanan.
1) Identitas
2) Apa yang sudah diketahui Tentang KRR:
a) Perubahan fisik dan psikis
b) Masalah yang mungkin timbul dan cara menghadapinya
Tentang perilaku hidup sehat pada remaja
1) Pemeliharaan kesehatan (gizi, personal hygiene)
2) Hal-hal yang perlu dihindari (Napza, seks bebas)
3) Pergaulan sehat antara laki-laki dan perempuan
Tentang persiapan berkeluarga yaitu : kehamilan, KB, IMS, HIV/AIDS, masalah
yang dihadapi antara lain:
a) Kekerasan fisik dan psikologis
b) Pergaulan antara laki-laki dan perempuan.
c) Pemeriksaan FisikTanda-tanda anemi, KEK (Tanda-tanda kekerasan
terhadap perempuan.
d) Pelayanan Konseling
i
4) Menggunakan sarana KIE yang lengkap, dengan bahasa yang sesuai
dengan bahasa sasaran (remaja, orang tua, guru ) dan mudah dimengerti.
Khusus untuk remaja perlu diingat untuk bersikap tidak menggurui serta
perlu bersikap santai.
h. Konseling
Konseling adalah hubungan yang saling membantu antara konselor dan klien
hingga tercapai komunikasi yang baik, dan pada saatnya konselor dapat
menawarkan dukungan, keahlian dan pengetahuan secara berkesinambungan
hingga klien dapat mengerti dan mengenali dirinya sendiri serta permasalahan
yang dihadapinya dengan lebih baik dan selanjutnya menolong dirinya sendiri
dengan bantuan beberapa aspek dari kehidupannya.
Tujuan konseling dalam PKPR adalah:
1) Membantu klien untuk dapat mengenali masalahnya dan membantunya
agar dapat mengambil keputusan dengan mantap tentang apa yang harus
dilakukannya untuk mengatasi masalah tersebut.
2) Memberikan pengetahuan, keterampilan, penggalian potensi dan sumber
daya secara berkesinambungan hingga dapat membantu klien dalam:
3) Mengatasi kecemasan, depresi atau masalah kesehatan mental lain.
4) Meningkatkan kewaspadaan terhadap isu masalah yang mungkin terjadi
pada dirinya.
5) Mempunyai motivasi untuk mancari bantuan bila menghadapi masalah.
Konseling merupakan kegiatan yang dapat mewakili PKPR. Sebab itu langkah
pelaksanaannya perlu dijadikan standar dalam menilai kualitas pelaksanaan
PKPR.
i
Membantu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Berpikir
kreatif terealisasi karena adanya kesanggupan untuk menggali alternatif
yang ada dan mempertimbangkan sisi baik dan buruk dari tindakan yang
akan diambil. Meski tanpa ada keputusan, berpikir kreatif akan membantu
cara merespons segala situasi dalam keseharian hidup secara fleksibel.
d) Berpikir kritis
Merupakan kesanggupan untuk menganalisa informasi dan pengalaman
secara objektif, dengan demikian akan membantu mengenali dan menilai
faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku misalnya tata-nilai, tekanan
teman sebaya, danmedia.
e) Komunikasi efektif
Membuat remaja dapat mengekspresikan dirinya baik secara verbal
maupun nonverbal, sesuai dengan budaya dan situasi dalam cara
menyampaikan keinginan, pendapat, kebutuhan dan kekhawatirannya. Hal
ini akan mempermudah remaja untuk meminta nasihat atau pertolongan
bilamana membutuhkan.
f) Hubungan interpersonal.
Membantu berhubungan dengan cara positif dengan orang lain, sehingga
dapat meciptakan persahabatan dan mempertahankan hubungan, hal yang
penting untuk kesejahteraan mental. Dapat meningkatkan hubungan baik
sesama anggota keluarga, untuk mendapatkan dukungan sosial. Keahlian
ini diperlukan juga agar terampil dalam mengakhiri hubungan yang tidak
sehat dengan cara yang positif.
g) Kesadaran diri
Merupakan keterampilan pengenalan terhadap diri, sifat, kekuatan dan
kelemahan, pengenalan akan hal yang disukai dan dibenci. Kesadaran diri
akan mengembangkan kepekaan pengenalan dini akan adanya stres dan
tekanan yang harus dihadapi. Kesadaran diri ini harus dipunyai untuk
menciptakan komunikasi dengan Tuhan dan mengatasi masalah secara
efektif dan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan
empati terhadap orang lain.
h) Empati
Dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal dengan baik,
remaja mampu membayangkan bagaimana kehidupan orang lain. Empati
melatih remaja untuk mengerti dan menerima orang lain yang mungkin
berbeda dengan dirinya, dan juga membantu menimbulkan perilaku positif
terhadap sesama yang menderita.
i) Mengendalikan emosi
Keterampilan mengenali emosi diri dan orang lain, serta mengetahui
bagaimana emosi dapat mempengaruhi perilaku, memudahkan menggali
kemampuan merespons emosi dengan benar. Mengendalikan dan
mengatasi emosi diperlukan karena luapan emosi kemarahan atau
kesedihan dapat merugikan kesehatan bila tidak disikapi secara benar.
j) Mengatasi stress
Pengenalan stres dan mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap tubuh
membantu mengontrol stres dan mengurangi sumber penyebabnya.
Misalnya membuat perubahan di lingkungan sekitar atau merubah cara
hidup (lifestyle), diajarkan pula bagaimana bersikap santai sehingga
tekanan yang terjadi oleh stress yang tak terhindarkan tidak berkembang
menjadi masalah kesehatan yang serius. PKHS dapat dilaksanakan dalam
bentuk drama, main-peran (role play), diskusi dll. Contoh aplikasi
keterampilan ini dalam kehidupan sehari-hari adalah cara menolak ajakan
atau tekanan teman sebaya untuk melakukan perbuatan berisiko, dan
menolak ajakan melakukan hubungan seksual di luar nikah.Dengan
menerapkan ajaran PKHS, remaja dapat mengambil keputusan segera
untuk menolak ajakan tersebut, merasa yakin akan kemampuannya
menolak ajakan tersebut, berpikir kreatif untuk mencari cara penolakan
agar tidak menyakiti hati temannya dan mengerahkan kemampuan
berkomunikasi secara efektif dan mengendalikan emosi, sehingga
penolakan akan berhasil dilaksanakan dengan mulus.
Pelaksanaan PKHS di Puskesmas disamping meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan hidup sehat dapat juga menimbulkan rasa
gembira bagi remaja sehingga dapat menjadi daya tarik untuk berkunjung
kali berikut, serta mendorong melakukan promosi tentang adanya PKPR di
Puskesmas kepada temannya dan menjadi sumber penular pengetahuan
dan keterampilan hidup sehat kepada teman-temannya.
i
Pelatihan ini merupakan salah satu upaya nyata mengikut sertakan remaja
sebagai salah satu syarat keberhasilan PKPR. Dengan melatih remaja menjadi
kader kesehatan remaja yang lazim disebut pendidik sebaya, beberapa
keuntungan diperoleh yaitu pendidik sebaya ini akan berperan sebagai agen
pengubah sebayanya untuk berperilaku sehat, sebagai agen promotor
keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok yang siap membantu dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Pendidik sebaya yang
berminat, berbakat, dan sering menjadi tempat “curhat” bagi teman yang
membutuhkannya dapat diberikan pelatihan tambahan untuk memperdalam
keterampilan interpersonal relationship dan konseling, sehingga dapat
berperan sebagai konselor remaja.
k. Pelayanan rujukan
Sesuai kebutuhan, puskesmas sebagai bagian dari pelayanan klinis medis,
melaksanakan rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi. Rujukan
sosial juga diperlukan dalam PKPR, sebagai contoh penyaluran kepada
lembaga keterampilan kerja untuk remaja pasca penyalah-guna napza, atau
penyaluran kepada lembaga tertentu agar mendapatkan program
pendampingan dalam upaya rehabilitasi mental korban perkosaan. Sedangkan
rujukan pranata hukum kadang diperlukan untuk memberi kekuatan hukum
bagi kasus tertentu atau dukungan dalam menindaklanjuti suatu kasus. Tentu
saja kerjasama ini harus diawali dengan komitmen antar institusi terkait, yang
dibangun pada tahap awal sebelum PKPR dimulai.
i
d) Kelengkapan jaringan pelayanan rujukan.
2) Akses
a) Jumlah pelaksanaan KIE dan konseling kasus lama dan kasus baru, jumlah
kunjungan klien, klien lama dan baru, di dalam gedung dan di luar gedung.
b) Frekuensi petugas puskesmas berperan menjadi narasumber atau fasilitator
kegiatan remaja.
c) Jumlah kader (pendidik/konselor) sebaya yang dilatih oleh Puskesmas.
d) Jumlah rujukan masuk dari masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
http://tiarapratiwi87.blogspot.com/2017/05/pelayanan-kesehatan-peduli-remaja-pkpr.html?
m1 diakses 15 April 2020 14:32
Depkes RI 2014 Pedoman Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)