Anda di halaman 1dari 9

Hubungan Tindakan Hemodialisa Dengan Perubahan Tekanan Darah

Pasien Pasca Hemodialisis di Ruang Hemodialisa RSUD DR. M.M.


Dunda Limboto
Sarifuddin

Abstract
Penyakit ginjal kronis memerlukan terapi pengganti ginjal salah
satunya hemodialisis. Selama tindakan hemodialisis ada penggunaan natrium
modelling yang dapat meningkatkan rasa haus dan berat badan serta hipertensi
diantara tindakan hemodialysis. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
informasi serta gambaran umum tentang Hubungan Tindakan Hemodialisa
dengan Perubahan Tekanan Darah Pasien Pasca Hemodialisis di Ruang
Hemodialisa RSUD Dr. M.M. Dunda Limboto.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif korelasional,
polulasi yang di gunakan yakni seluruh pasien yang melakukan tindakan
hemodialisa yang sudah dijadwalkan, yakni 19 orang. Sampel yang digunakan
adalah seluruh pasien hemodialisa yang sudah dijadwalkan yakni 19 orang .
Teknik sampling yang digunakan adalah Consecutive Sampling. Variabel yang
digunakan adalah variabel bebas tentang tindakan hemodialisa dan variabel
terikat tentang perubahan tekanan darah.
Berdasarkan data responden yang diteliti, setelah diukur dengan
menggunakan chi square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan dimana
setelah diuji nilai X2 yang diperoleh dengan menggunakan harga kritis (nilai-
nilai chi square) yang disesuaikan dengan tingkat kemaknaan yang ditentukan
(derajat kemaknaan 0,05) yang ada pada lampiran yakni 3,481 didapatkan
bahwa nilai dari hasil yang diukur adalah 0,835 yang ternyata lebih rendah dari
harga kritis yang ditentukan, sehingga ditarik kesimpulan bahwa Hipotesa Ho :
X = y, diterima (harga X2 hitung 0,835< X2 tabel 3,481), sehingga dalam
penelitian ini dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan tindakan hemodialisa
dengan perubahan tekanan darah pasien pasca hemodialisis di Ruang
Hemodialisa RSUD DR. M.M Dunda Limboto.

Kata Kunci: Hemodialisa, Tekanan Darah

Penyakit merupakan suatu


Pengantar fenomena kompleks yang berpengaruh
Kesehatan merupakan kondisi negatif terhadap kehidupan manusia.
kebalikan dari penyakit atau kondisi Penyakit ditinjau dari segi biologis
yang terbebas dari penyakit. Undang- merupakan kelainan berbagai organ
undang kesehatan No. 36 Tahun 2009 tubuh manusia, sedangkan dari segi
merumuskan bahwa sehat atau kemasyarakatan keadaan sakit
kesehatan adalah keadaan sehat baik dianggap sebagai penyimpangan
fisik, mental, spiritual dan social yang perilaku dari keadaan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup normatif. Penyimpangan itu dapat
secara produktif secara social dan disebabkan oleh kelainan biomedis
ekonomis (Kementerian Kesehatan RI, organ tubuh atau lingkungan manusia,
2009). Sedangkan sakit adalah keadaan tetapi juga dapat disebabkan oleh
dimana fisik, emosional, intelektual, kelainan emosional dan psikososial
sosial, perkembangan, atau seseorang individu bersangkutan (Marimbi,
berkurang atau terganggu, bukan hanya 2009). Cara hidup dan gaya hidup
keadaan terjadinya proses penyakit manusia merupakan fenomena yang
(Marimbi, 2009). dapat dikaitkan dengan munculnya
berbagai penyakit, misalnya karyawan selama tindakan hemodialisis. Kadar
kantoran lebih beresiko terkena natrium dialisat diubah sesuai dengan
penyakit ginjal, karena lebih banyak peresepan dari dokter. Hal ini disebut
duduk di depan komputer dan kurang natrium modelling. Meskipun
mengkonsumsi air. demikian, penggunaan natrium
Ginjal mempunyai peran yang modelling juga meningkatkan rasa haus
sangat penting dalam menjaga dan berat badan serta hipertensi
kesehatan tubuh secara menyeluruh diantara tindakan hemodialisis
karena ginjal adalah salah satu organ (Cahyaningsih, 2011).
vital dalam tubuh (Cahyaningsih, 2011 Pada saat dialisis, pasien,
: 1). Ginjal di anggap mengalami dialiser, dan rendaman dialisat
kegagalan secara mendadak atau biasa memerlukan pemantauan yang konstan
disebut acute renal failure ketika ginjal untuk mendeteksi berbagai komplikasi
tersebut tidak bisa berfungsi secara yang dapat terjadi (misalnya, emboli
mendadak (Mahdiana R, 2011:3). Jadi, udara, ultrafiltrasi yang tidak adekuat
ginjal merupakan organ vital dalam atau berlebihan [hipotensi, kram,
tubuh yang berfungsi dalam muntah], perembesan darah,
mempertahankan homeostatis tubuh, kontaminasi dan komplikasi
dimana jika ginjal mengalami terbentuknya pirau atau fistula)
kegagalan menjalankan fungsinya (Smeltzer, 2001 : 1398).
dapat mengakibatkan penumpukan Studi pendahuluan di ruang
cairan tubuh dan uremia (ureum yang rekam medik RSUD DR. M.M. Dunda
terdapat dalam darah). Limboto pada Tanggal 15 Februari
Data dari Yayasan Ginjal 2012 didapatkan bahwa pasien yang
Diatrans Indonesia (YGDI) jumlah menderita Gagal Ginjal Kronik (GGK)
pasien gagal ginjal di Indonesia pada Tahun 2008 sebanyak 78 orang,
diperkirakan 60.000 orang dengan Tahun 2009 sebanyak 40 orang, Tahun
pertambahan 4.400 pasien baru setiap 2010 sebanyak 80 orang, Tahun 2011
tahun. Sementara jumlah mesin sebanyak 94 orang, dan pada bulan
hemodialisis yang ada di Indonesia Januari 2012 sebanyak 15 orang. Selain
sekitar 1.000 unit. Jumlah ini hanya itu, didapatkan pasien yang menjalani
bisa melayani 4.000 orang setiap tahun hemodialisa di Ruang Hemodialisa
(Yuliaw, tt). Peningkatan jumlah pasien RSUD DR. M.M Dunda Limboto pada
dengan penyakit ginjal kronis diikuti Tahun 2008 sebanyak 44 orang, Tahun
dampak dari penyakit yang 2009 sebanyak 41 orang, Tahun 2010
mempengaruhi kualitas hidup pasien sebanyak 32 orang, Tahun 2011
sehingga kebutuhan dasarnya sebanyak 37 orang dan pada bulan
mengalami gangguan. Januari 2012 sebanyak 21 orang.
Penyakit ginjal kronis Peneliti mewawancarai beberapa
memerlukan terapi pengganti ginjal perawat (Ny. S, Tn. D, dan Tn. M) di
salah satunya hemodialisis. Proses Ruang Hemodialisa RSUD DR. M.M.
hemodialisis pada umumnya Dunda Limboto pada tanggal 15
memerlukan waktu selama 4-5 jam. Februari 2012, dari hasil wawancara
Salah satu komponen yang digunakan tersebut didapatkan bahwa pasien yang
dalam proses hemodialisis yakni telah dilakukan tindakan hemodialisa
dialisat. Dialisat merupakan cairan akan mengalami perubahan tekanan
yang membantu mengeluarkan sampah darah baik mengalami penurunan
uremik dan juga dapat menggantikan maupun peningkatan. Peneliti juga
substansi yang dibutuhkan tubuh melakukan observasi pada saat
seperti natrium. Sistem delivery dialisat melakukan praktek kerja lapangan di
dapat mengatur kadar natrium dialisat Ruang hemodialisa RSUD DR. M.M.
Dunda Limboto pada tanggal 24 variabel bebas dan terikat yakni:
Januari 2012 pada beberapa pasien Varibel bebas: Tindakan
GGK pasca hemodialisis, ditemukan HemodialisaVariabel terikat:
pada pasien Ny.N.S mengalami Perubahan Tekanan Darah
peningkatan tekanan darah pasca Populasi yang digunakan dalam
hemodialisis (pre hemodialisa = penelitian ini yakni seluruh pasien
160/100 mmHg, pasca hemodialisa = gagal ginjal kronik yang sudah
210/100 mmHg) dan ditemukan pada terjadwal dilakukan HD dari tanggal 16
pasien Tn.S.L mengalami penurunan April – 16 Mei 2012 di Ruang
tekanan darah pasca hemodialisis (pre Hemodialisa RSUD DR. M.M. Dunda
hemodialisa = 150/100 mmHg, dan Limboto, yakni sebanyak 19 orang.
pasca hemodialisis = 130 /90 mmHg). Sampel yang digunakan untuk
Saat ditanya apa yang mereka rasakan penelitian ini yaitu pasien yang
setelah dilakukan tindakan menjalani tindakan hemodialisa dari
hemodialisis, mereka mengatakan tanggal 16 April – 16 Mei 2012 di
bahwa mereka merasakan gejala-gejala Ruang Hemodialisa RSUD DR. M.M
seperti, mual, muntah, pusing, dan sakit Dunda Limboto, yakni sebanyak 19
kepala. Kemungkinan hal ini terjadi orang.
dikarenakan adanya perubahan tekanan Teknik sampling yang digunakan
darah. untuk penelitian ini adalah teknik
Berdasarkan uraian concecutive sampling dimana sampel
permasalahan di atas, peneliti tertarik dipilih berdasarkan subjek yang
untuk melakukan penelitian mengenai memenuhi kriteria penelitian dari
“Hubungan Tindakan Hemodialisa tanggal 16 April-16 Mei
dengan Perubahan Tekanan Darah 2012.Instrumen penelitian yang
Pasien Pasca Hemodialisis Di Ruang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Hemodialisa RSUD DR. M.M. Dunda observasi partisipatif (chek list) dimana
Limboto”. Dengan rumusan peneliti benar-benar mengambil bagian
masalahnya. ”Apakah Ada Hubungan dalam kegiatan yang dilakukan dengan
Tindakan Hemodialisa dengan kata lain peneliti ikut aktif
Perubahan Tekanan Darah Pasien berpartisipasi pada aktivitas yang telah
Pasca Hemodialisis di Ruang diselidiki (Notoatmodjo, 2010 :
Hemodialisa RSUD DR. M.M. Dunda 133).Data Primer diperoleh dari lembar
Limboto?”.Penelitian ini bertujuan observasi yang digunakan oleh
untuk menganalisa hubungan tindakan peneliti.Data sekunder diperoleh dari
hemodialisa dengan perubahan tekanan data pasien Pasca hemodialisis di ruang
darah pasien pasca hemodialisis di Hemodialisa di RSUD DR. M.M
Ruang Hemodialisa RSUD DR. M.M Dunda Limboto.
Dunda Limboto. Pengolahan data dilakukan
Jenis penelitian yang digunakan dengan langkah-langkah sebagai
peneliti yaitu jenis penelitian deskriptif berikut (Notoatmodjo, 2010 : 174) :
korelasional dimana dalam penelitian Penyuntingan Data ,Membuat
ini peneliti menggambarkan hubungan Lembaran Kode (Coding Sheet) atau
tindakan hemodialisa dengan Kartu Kode (Coding
perubahan tekanan darah pasien pasca Sheet),Memasukan data (Data Entry),
hemodialisis di Ruang Hemodialisa Tabulasi (Tabulating). Setelah
RSUD DR. M.M. Dunda terkumpul kemudian diolah dalam
Limboto.Tempat penelitian yaitu di bentuk tabel, kemudian dianalisa yakni
Ruang Hemodialisa RSUD DR. M.M. Analisa Univariate dan Analisa
Dunda Limboto. Variabel yang Bivariate
digunakan dalam penelitian ini yakni
PENELITIAN DAN Analisis ini menggambarkan
PEMBAHASAN distribusi responden berdasarkan
Adapun hasil penelitian yang diperoleh tindakan hemodialisa dan perubahan
adalah sebagai berikut : tekanan darah pada pasien pasca
hemodialisis di Ruang Hemodialisa
Analisis Univariat RSUD DR. M.M. Dunda Limboto.

Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Hemodialisa di Ruang
Hemodialisa RSUD. DR. M.M. Dunda Limboto

Tindakan Persentase
Jumlah
HD (%)
Rutin 16 84,21
Tidak Rutin 3 15,79
Jumlah 19 100
Sumber Data Primer

Dari data responden yang diteliti penelitian salah satu responden (Tn. J)
berdasarkan tindakan hemodialisa di tampak gelisah dan menunda-nunda
Ruang Hemodialisa RSUD DR. M.M proses pelaksanan tindakan HD, selain
Dunda Limboto pada tabel di atas itu pasien juga mempunyai kesibukan
menunjukan bahwa dari 19 responden tertentu sehingga tidak hadir pada
terdapat 16 responden (84,21%) yang jadwal yang telah ditetapkan. Menurut
melakukan tindakan hemodialisa secara teori, Banyak faktor yang
rutin (2-3 x dalam seminggu) dan 3 menyebabkan pasien Gagal Ginjal
responden (15,79%) melakukan Kronik rutin dalam menjalani
tindakan hemodialisa secara tidak rutin perawatan hemodialisa. Faktor-faktor
(<2 x dalam seminggu). tersebut antara lain tingkat pengetahuan
Berdasarkan hasil yang penderita, tingkat ekonomi, sikap
didapatkan di atas bahwa 3 responden pasien, usia, dukungan keluarga, jarak
tersebut melakukan tindakan dengan pusat hemodialisa, nilai dan
hemodialisa secara tidak rutin keyakinan tentang kesehatan, derajat
dikarenakan faktor sikap dari pasien penyakit, lama menjalani hemodialisa,
seperti cemas setiap kali dilakukan dan faktor keterlibatan tenaga
tindakan hemodialisa, pada saat kesehatan (Fitriani, tt).

Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan Tekanan Darah pada Pasien
Pasca Hemodialisis di Ruang Hemodialisa RSUD DR. M.M. Dunda Limboto

Perubahan Persentase
Jumlah
Tekanan Darah (%)
Ada Perubahan 16 84,21
Tidak Ada
3 15,79
Perubahan
Jumlah 19 100
Sumber Data Primer

Dari data responden yang Menurut Pearce (2010: 170),


diteliti berdasarkan perubahan faktor yang mempertahankan
tekanan darah pada pasien pasca tekanan darah yaitu : (1) Kekuatan
hemodialisis di Ruang Hemodialisa memompa jantung. (2) Banyaknya
RSUD DR. M.M. Dunda Limboto darah yang beredar. Untuk membuat
pada tabel di atas menunjukan tekanan dalam susunan tabung
bahwa dari 19 responden terdapat maka perlu tabung diisi sepenuhnya.
16 responden (84,21%) yang Oleh karena dinding pembuluh
mengalami perubahan tekanan darah adalah elastik dan dapat
darah pasca hemodialisis dan 3 mengembung, maka harus diisi
responden (15,79%) tidak lebih supaya dibangkitkan suatu
mengalami perubahan tekanan tekanan. Pemberian cairan seperti
darah pasca hemodialisis. plasma atau garam akan
Berdasarkan hasil yang menyebabkan tekanan naik lagi. (3)
didapatkan di atas bahwa 3 Viskositas (kekentalan) darah.
responden tidak mengalami Viskositas darah disebabkan protein
perubahan tekanan darah pasca plasma dan jumlah sel darah yang
hemodialisis, hal ini menunjukkan berada di dalam aliran darah. Makin
tidak selamanya seseorang dapat pekat cairan makin besar kekuatan
mengalami perubahan tekanan yang diperlukan untuk
darah pasca hemodialisis, karena mendorongnya melalui pembuluh.
masih ada faktor-faktor lain yang (4) Elastisitas dinding pembuluh
dapat mempertahankan tekanan darah. Di dalam arteri tekanan lebih
darah seseorang, salah satu besar daripada yang ada didalam
diantaranya adalah viskositas darah vena sebab otot yang membungkus
(kekentalan darah), bila terdapat arteri lebih elastis daripada yang ada
pemantauan yang benar saat proses dalam vena. (5) Tahanan tepi. Ini
penarikan cairan, maka dapat adalah tahanan yang dikeluarkan
mempertahankan tekanan darah, geseran darah mengalir dalam
namun saat proses penarikan cairan pembuluh. Tahanan utama pada
terjadi penarikan cairan yang aliran darah dalam sirkulasi besar
berlebihan dapat menyebabkan berada di dalam arteriol.
kepekatan pada darah sehingga
dapat menyebabkan perubahan pada Analisis Bivariat
tekanan darah yakni, peningkatan
tekanan darah.

Tabel 3
Hubungan Tindakan Hemodialisa dengan Perubahan Tekanan Darah
pada Pasien Pasca Hemodialisis di RSUD. DR. M.M. Dunda Limboto.
Perubahan Tekanan
Tindakan Darah Jumlah
Ada Tidak ada
HD Perubahan perubahan Responden
Rutin 14 2 16
Tidak Rutin 2 1 3
Jumlah 16 3 19
Sumber: Data Primer
Berdasarkan data responden menggunakan chi square berdasarkan
yang diteliti di RSUD DR. M.M Dunda rumus menurut Hidayat (2007: 124)
Limboto, setelah diukur dengan didapatkan bahwa :

(fo- (14- ( - (2- (1-


+ + +
∑ fn)2 = 13,47)2 2,53)2 2,53)2 0,47)2
fn 13,47 2,53 2,53 0,47
+ + +
= 0,28 0,28 0,28 0,28
13,47 2,53 2,53 0,47
+ + +
= 0,02 0,11 0,11 0,595

= 0,835

Hasil X2 yang diukur adalah Hal ini dikarenakan perubahan


0,835 sedangkan X2 yang diperoleh tekanan darah seseorang dapat
dengan menggunakan harga kritis dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
(nilai-nilai chi square) yang satu diantaranya adalah stress.Pada saat
disesuaikan dengan tingkat kemaknaan penelitian salah satu responden (Tn. J)
yang ditentukan (derajat kemaknaan tampak gelisah dan menunda-nunda
0,05) yang ada pada lampiran dan proses pelaksanan tindakan HD. Ketika
derajat kemaknaan yang dihitung (dk = seseorang mengalami ansietas, takut,
1) yakni 3,481 yang ternyata hasil yang nyeri, dan stres emosi mengakibatkan
diukur lebih rendah dari harga kritis stimulasi simpatik, yang meningkatkan
yang ditentukan, didapatkan Hipotesa frekuensi darah, curah jantung dan
Ho : X = y, diterima (harga X2 hitung tahanan vaskular perifer. Efek stimulasi
0,835< X2 tabel 3,481), dimana tidak simpatik ini dapat meningkatkan
ada hubungan Tindakan Hemodialisa tekanan darah, sehingga terjadilah
dengan Perubahan Tekanan Darah pada perubahan tekanan darah pada
Pasien Pasca Hemodialisis di Ruang seseorang.
Hemodialisa RSUD DR. M.M Dunda Tekanan darah tidak konstan
Limboto(Hidayat, 2007 : 124). namun dipengaruhi oleh banyak faktor
secara kontinu sepanjang hari. Tidak jantung ke denyut lainnya (Potter, 2005
ada pengukuran tekanan darah yang : 796).
dapat secara adekuat menunjukkan Menurut Potter (2005:796), ada
tekanan darah klien. Meskipun saat beberapa faktor yang dapat
dalam kondisi yang paling baik, mempengaruhi tekanan darah, yakni :
tekanan darah berubah dari satu denyut
a. Usia c. Ras
Tingkat normal tekanan Frekuensi hipertens
darah bervariasi sepanjang i(tekanan darah tinggi) pada orang
kehidupan. Tekanan darah bayi Afrika Amerika lebih tinggi
berkisar antara 65-115/42-80. daripada orang Eropa Amerika.
Tekanan darah normal anak usia 7 Kematian yang dihubungkan
tahun adalah 87-117/48-64. Anak- dengan hipertensi juga lebih
anak yang lebih besar (lebih berat banyak pada orang Afrika
atau lebih tinggi) tekanan Amerika. Kecenderungan populasi
darahnya lebih tinggi daripada ini terhadap hipertensi diyakini
anak-anak yang lebih kecil dari berhubungan dengan genetik dan
usia yang sama. lingkungan.
Selama masa remaja
tekanan darah tetap bervariasi d. Medikasi
sesuai dengan ukuran tubuh. Banyak medikasi yang
Namun, kisaran normal pada anak secara langsung maupun tidak
yang berusia 19 tahun, 90 langsung, mempengaruhi tekanan
persennya adalah 124-136/77-84 darah. Golongan medikasi lain
untuk anak laki-laki dan 124- yang mempengaruhi tekanan darah
127/63-74 untuk anak perempuan. adalah analgesik narkotik, yang
Tekanan darah dewasa cenderung dapat menurunkan tekanan darah.
meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Standar normal e. Variasi Diurnal
untuk remaja yang tinggi dan di Tingkat tekanan darah
usia baya adalah 120/80. Namun, berubah-ubah sepanjang hari.
National High Blood Pressure Tekanan darah biasanya rendah
Education Program (1993) pada pagi-pagi sekali, secara
mendaftarkan <130/<85 berangsur-angsur naik pagi
merupakan nilai normal yang menjelang siang dan sore, dan
dapat diterima. Lansia tekanan puncaknya pada senja hari atau
sistoliknya meningkat sehubungan malam.
dengan penurunan elastisitas
pembuluh. Tekanan darah lansia f. Jenis Kelamin
normalnya adalah 140/90. Secara klinis tidak ada
b. Stres perbedaan yang signifikan dari
Ansietas, takut, nyeri dan tekanan darah pada anak laki-laki
stres emosi mengakibatkan atau perempuan. Setelah pubertas,
stimulasi simpatik, yang pria cenderung memiliki bacaan
meningkatkan frekuensi darah, tekanan darah yang lebih tinggi.
curah jantung dan tahanan Setelah menopause, wanita
vaskular perifer. Efek stimulasi cenderung memiliki tekanan darah
simpatik meningkatkan tekanan yang lebih tinggi daripada pria
darah. pada usia tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
tentang hubungan Tindakan
Hemodialisa dengan Perubahan
Tekanan Darah pada Pasien Pasca
Hemodialisis di Ruang Hemodialisa di
RSUD DR. M.M Dunda Limboto,dapat
dibuat kesimpulan bahwatidak ada
hubungan tindakan Hemodialisa
dengan Perubahan Tekanan Darah pada
Pasien Pasca Hemodialisis dengan nilai
X2 hitung = 0,835 dan; X2 tabel, α; 0,05
=3,481 maka X2tabel lebih besar dari
X2hitung.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyaningsih, 2011, Hemodialisis (Cuci Darah) Panduan Praktis


Perawatan Gagal Ginjal,Mitra Cendikia Press, Jogjakarta
Fitriani, tt, Artikel, http: // eprints.undip.ac.id /10495/1/Artikel..pdf, diakses
pada tanggal 27 Juli 2012
FKUI, 2009, Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 1, Media
Aesculapius, Jakarta
Hidayat, 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data,
Salemba Medika, Surabaya
Kemenkes RI, 2009, Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Pusat Komunikasi Publik, Jakarta
Machfoedz, 2010, Statistika Deskriptif Bidang Kesehatan, Keperawatan,
Kebidanan, Kedokteran,Citra Maya, Yogyakarta
Mahdiana, 2011, Panduan Kesehatan Jantung & Ginjal, Citra Medikal,
Yogyakarta
Marimbi, 2009, Sosiologi dan Antropologi Kesehatan, Nuha Medika,
Yogyakarta
Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta.
Nursalam, 2006, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan,Salemba medika, Jakarta
, 2009, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan,Salemba Medika, Jakarta
Nugraha, 2009, Abstrak, www.skripsi4u.com › Koleksi Skripsi (lengkap),
diakses 14 Februari 2012
Potter, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik Edisi 4, EGC, Jakarta
Pearce, 2010, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Price, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC,
Jakarta
Ridwan, 2009, Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Hipertensi,
Pustaka widyamara, Jakarata
Smeltzer, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.2, EGC,
Jakarta
Santoso, 2010, Membonsai Hipertensi, Jaring pena, Surabaya

Yuliaw, tt, Bab I Pendahuluan, http: //digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106


/jtptunimus-gdl-annyyuliaw-5289-2-bab1.pdf, diakses 14 Februari
2012

Anda mungkin juga menyukai