BAB 9
Disusun Oleh:
Feliza Restya chania 1811210261
Edo Sempana 1811210242
Dosen Pengajar:
Dra. Nurniswah, M.Pd
2
BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK
Dalam Bab ke-9 ini akan dipaparkan perkembangan ranah yang bersifat
'aqliyah (kognitif) dalam bab ini. Berbeda dengan perkembangan motor peserta
didik sebagaimana yang telah terurai dalam bab sebelumnya, perkembangan
kognitif peserta didik terkesan kurang jelas dan tidak mudah untuk diidentifikasi.
Namun, peranannya dalam menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta didik
Anda amat signifikan.
3
Ranah psikologis peserta didik yang terpenting adalah ranah kognitif.
Ranah kejiwaan yang bermarkas pada otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif
adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah
afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Tidak seperti organ-organ tubuh
lainnya, organ otak sebagai markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi
penggerak aktivitas akal pikiran saja, melainkan juga menara pengontrol aktivitas
perasaan dan perbuatan. Sebagai menara pengontrol, otak selalu bekerja siang dan
malam. Sekali kita kehilangan fungsi-fungsi kognitif karena kerusakan berat pada
otak, martabat kita hanya berbeda sedikit dengan hewan.
ِبياًل س
َ ُّل َ لْ ُه ْم َأ
ض َِام ۖ ب ونَ ۚ ِإنْ ُه ْم ِإاَّل َكاأْل َ ْن َع َُمعُونَ َأوْ يَ ْع ِقل ْ رَ ُه ْم ي
َس َبُ َأنَّ َأ ْكث َ َأ ْم ت َْح
س
Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).
ٌ =ط= َم= ُع= و= َ=ن= أَ= ْ=ن= يُ= ْ=ؤ= ِم= نُ= و=ا= لَ= ُك= ْم= َ=و= قَ= ْد= َك= ا= َ=ن= فَ= ِر= ي
=ق= ِم= ْن= هُ= ْم= يَ= ْس= َم= ُع= و= َ=ن= َك= اَل َم= هَّللا ِ= ثُ= َّم= يُ= َ=ح= ر=ِّ= فُ= و=ن=َ== هُ= ِم= ْ=ن ْ =َ۞= أَ= فَ= ت
=بَ= ْ=ع= ِد= َم= ا= َع= قَ= لُ= و=هُ= َو= هُ= ْ=م= يَ= ْع= لَ= ُم= و= َن
4
Oleh karenanya, pendidikan dan pengajaran perlu diupayakan sedemikian
rupa agar ranah kognigtif para peserta didik dapat berfungsi secara positif dan
bertanggung jawab dalam arti tidak menimbulkan nafsu serakah dan kedustaan
yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri saja, tetapi juga merugikan
orang lain.
Alhasil ranah kognitif yang dikendalikan oleh otak kita itu memang
karunia Allah yang luar biasa dibandingkan dengan organ-organ tubuh lainnya.
Tanpa ranah kognitif, sulit dibayangkan seorang peserta didik dapat berpikir. Oleh
karena itu, agaknya kita tak perlu menafikan kebenaran ungkapan mutiara hikmah
berbahasa Arab yang artinya: "Agama adalah (memerlukan) akal, tiada beragama
bagi orang yang tidak berakal."
5
Hasil-hasil riser kognitif yang dilakukan selama kurun wakt 20 tahun
terakhir ini menyimpulkan, bahwa semua bayi manusia sudah berkemampuan
menyimpan informasi-informasi yang berasal dari penglihatan, pendengaran, dan
informasi-informas lain yang diserap melalui indera-indera lainnya. Selain itu,
bayi juga berkemampuan merespons informasi-informasi tersebu Tahap secara
sistematis.
6
a) Sensory-motor schema (skema sensori motor) ialah sebuah atau
serangkaian perilaku terbuka yang tersusun secara sistematis untuk
merespons lingkungan (barang, orang, keadaan, kejadian).
b) Cognitive schema (skema kognitif), ialah perilaku tertutup berupa tatanan
langkah-langkah kognitif (operations) berfungsi memahami apa yang
tersirat atau menyimpulkan lingkungan yang direspons.
c) Object permanence (ketetapan benda), yakni anggapan bahwa sebuah
benda akan tetap ada walaupun sudah ditinggalkan atau tidak dilihat lagi;
d) Assimilation (asimilasi), yakni proses aktif dalam menggunakan skema
untuk merespons lingkungan.
e) Accommodation (akomodasi), yakni penyesuaian aplikasi skema yang
cocok dengan lingkungan yang direspons Equilibrium (ekuilibrium), yakni
keseimbangan antara skema yang digunakan dengan lingkungan yang
direspons
1. Tahap Sensori-motor (0- 2 tahun)
7
Periode perkembangan kognitif pra-operasional terjadi dalam diri anak
ketika berumur 2 sampai 7 tahun. Perkembangan ini bemula pada saat anak telah
memiliki penguasaan sempurna mengenai object permanence. Artinya, anak
tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya ssuatu benda yang harus
ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan, atau sudah tak
dilihat dan tak didengar lagi. Jadi, pandangan terhadap eksistensi benda tersebut
berbeda dari pandangan pada periode sensori-motor, yakni tidak lagi bergantung
pada pengamatannya belaka.
8
Dalam periode konkret-operasional yang berlangsung hingga usia
menjelang remaja, anak memeroleh tambahan kemampuan agai be eisalnya
sedange yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan
satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan
pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya
sendiri.
9
sendiri, dan memiliki persepsi positif bahwa pandangannya hanyalah salah satu
dari sekian banyak pandangan orang. Jadi, pada dasarnya perkembangan kognitif
anak tersebut ditinjau dari sudut karakteristiknya sudah sama dengan kemampuan
kognitif orang dewasa.
10
BAB III
PENUTUP
Rangkuman
11