Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN KEJADIAN DAN MANAJEMEN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI

KECAMATAN LIMA PULUH KOTA PEKANBARU

Anisa Wulandari1, Oswati Hasanah2, Rismadefi Woferst3


Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
Email: anisawulandari65@gmail.com

Abstract
Dysmenorrhea is characterized by lower abdominal pain, with the level of pain vary ranging from mild to severe and
management of dysmenorrhea can be used with several ways, such as pharmacological, non-pharmacoloical and
combined. The purpose of this research was to determine the description level of pain and management dysmenorrhea
among female students in Subdistrict Lima Puluh Pekanbaru, with quantitative research and descriptive design.
Population in this research was female students in Junior High School at Subdistrict Lima Puluh Pekanbaru with
sample of 208 respondents are taken based on inclusion criteria. The instrument in this research used is numerical
rating scale for the variable of pain level and the questionnaire for the variable of management dysmenorrhea. The
result of this research most respondents experience dysmenorrhea with moderate pain (48,1%). Majority management
of dysmenorrhea with non-pharmacological (91,8%) are used most of female students with taking rest (96,6%) and
ignore the pain (76,9%). In this research suggest to female students who have experience dysmenorrhea to do the right
management, so that the pain does not interfere with school activities.

Keywords: dysmenorrhea, female students, management dysmenorrhe

PENDAHULUAN uterus disertai dengan pengelupasan


Masa remaja merupakan suatu periode (deskuamasi) endometrium (Sukarni &
transisi atau peralihan dari kehidupan masa Wahyu, 2013). Pernyataan tersebut didukung
kanak-kanak (childhood) ke masa dewasa oleh penelitian yang dilakukan Mayasari
(adulthood) (Wong, 2009). Pada masa (2014) didapatkan rata-rata usia menarche
tersebut banyak ditandai dengan perubahan pada remaja putri di Pekanbaru terjadi pada
baik fisik, mental maupun psikososial usia 11 tahun. Menstruasi merupakan suatu
(Saguni, Madianung, & Masi, 2013). Masa tanda yang penting bagi seorang wanita yang
remaja terdiri dari beberapa subfase yaitu menunjukkan adanya produksi hormon yang
masa remaja awal (11-14 tahun), masa remaja
normal yang dibuat oleh hipotalamus dan
tengah (15-17 tahun), dan masa remaja akhir
kemudian diteruskan pada ovarium dan
(18-20 tahun) (Potter & Perry, 2009). Pada
uterus. Menstruasi merupakan hal yang
masa remaja terjadi peristiwa yang sangat
penting yaitu peristiwa pubertas. Peristiwa terjadi secara rutin dengan adanya suatu
pubertas merupakan serangkaian peristiwa siklus setiap bulan. Tahun-tahun awal
yang mengarah kematangan seksual dengan menstruasi merupakan periode yang rentan
terjadinya percepatan pertumbuhan, terhadap gangguan (Sianipar, 2009). Salah
pematangan tulang rangka, perkembangan satu gangguan yang terjadi saat menstruasi
karakteristik seksual dan pencapaian fertilitas. adalah dismenore.
Salah satu proses pematangan seksual yang Dismenore merupakan nyeri sebelum
terjadi pada remaja perempuan dalam masa atau selama menstruasi, ini merupakan salah
pubertas ini adalah terjadinya menstruasi satu masalah ginekologik yang paling umum
pertama/menarche (Norwitz & Schorge, terjadi pada remaja putri (Lowdermilk, Perry,
2008). & Cashion,2010). Dismenore adalah nyeri
Menstruasi pertama (menarche) yang dirasakan dengan gejala kompleks
merupakan menstruasi awal yang biasa terjadi berupa kram bagian bawah yang menjalar ke
dalam rentang usia 10 tahun sampai 16 tahun punggung atau ke kaki (Dewi, 2012).
atau pada masa awal remaja dan sebelum Dismenore juga merupakan suatu gejala rasa
memasuki masa reproduksi. Menstruasi sakit atau rasa tidak enak pada bagian bawah
adalah pendarahan periodik dan siklik dari perut (Nugroho & Utama, 2014). Dismenore

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 468


pada umumnya disebabkan oleh hormon al (2015) remaja dalam rentang umur 13-15
prostaglandin yang meningkat, peningkatan tahun lebih banyak mengabaikan rasa sakit
hormon prostaglandin disebabkan oleh dari dismenore dari pada mengatasinya dan
menurunnya hormon-hormon estrogen dan menurut Gustina dan Djannah (2017) sikap
remaja putri terhadap perilaku mengatasi
progesteron menyebabkan endometrium yang
dismenore lebih besar pada non medis
membengkak dan mati karena tidak dibuahi. dibandingkan perilaku medis.
Peningkatan hormon prostaglandin Angka kejadian dismenore di dunia
menyebabkan otot-otot kandungan sangat besar. Dari studi longitudinal di
berkontraksi (Sukarni & Wahyu, 2013). Swedia melaporkan dismenore terjadi pada
Dismenore dibedakan menjadi 90% perempuan yang berusia kurang dari 19
dismenore primer dan dismenore sekunder. tahun (Anurogo & Wulandari, 2011). Sinha,
Dismenore primer terjadi pada 6-12 bulan Srivastava, Sachan dan Singh (2016)
setelah menarche dan berlanjut hingga usia menyatakan dalam penelitiannya bahwa
20-an, dismenore primer disebabkan karena prevalensi dismenore pada remaja (rentang
tingginya kadar prostaglandin. Sedangkan usia 10-19 tahun) di India sekitar 73,9%.
dismenore sekunder merupakan nyeri Sementara angka kejadian dismenore pada
menstruasi yang disebabkan oleh keadaan remaja di Indonesia tidak ditemukan data
patologi dari pelvik atau uterus, dapat terjadi yang pasti, akan tetapi menurut buku dari
setiap waktu setelah menarche dan ditemukan Proverawati dan Misaroh (2009) angka
pada usia 25-33 tahun (Dewi, 2012). kejadian dismenore pada tahun 2008 sebesar
Dismenore juga memberikan dampak 64,25%. Sedangkan penelitian yang
yang buruk bagi remaja putri, yaitu dilakukan oleh Astuti dan Noranita (2016)
menimbulkan gangguan dalam kegiatan yang dilakukan pada siswi kelas VII (rentang
belajar mengajar, tidak memperhatikan usia 12-13 tahun) di SMP Muhammadiyah 1
penjelasan yang diberikan oleh guru, dan Yogyakarta didapatkan prevalensi dismenore
kecenderungan tidur di kelas saat kegiatan 81%. Prevalensi dismenore lebih tinggi pada
belajar mengajar. Ini berpengaruh pada dismenore primer dengan persentase 90%
prestasi dibidang akademik maupun non pada dismenore primer dan 15% pada
akademik. Banyak remaja yang mengeluh dismenore sekunder (Dewi, 2012). Sedangkan
bahkan tidak mau masuk sekolah pada saat angka kejadian dismenore di Riau pernah
menstruasi. Semakin berat derajat nyeri yang diteliti oleh Putri (2012) pada remaja putri
dialami maka aktivitas belajarnya pun (rentang usia 15-16 tahun) di Kecamatan
semakin terganggu (Iswari, Surianti, & Bangko Kabupaten Rokan Hilir didapatkan
Mastini,2014; Asma’ulldin, 2015; Saguni, prevalensi dismenore sebesar 95,7%.
Madianung & Masi, 2013). Dampak yang Peneliti melakukan studi pendahuluan
paling banyak dirasakan karena dismenore pada tanggal 6 Februari 2018 di salah satu
adalah keterbatasan aktivitas fisik, isolasi SMP di Pekanbaru yaitu SMPN 13
sosial, konsentrasi yang buruk, dan Pekanbaru, dengan metode wawancara
ketidakhadiran dalam proses belajar mengajar terhadap 35 orang siswi dari kelas 1 hingga
(Farotimi, Esike, Nwozichi, Ojediran, & kelas 3 SMP yang diambil secara acak. Hasil
Ojewole, 2015). yang didapatkan yaitu 85,7% siswi sudah
Banyak cara untuk menghilangkan mengalami menarche, dan 80% dari remaja
atau menurunkan dismenore, baik secara
putri tersebut mengalami nyeri pada saat haid
farmakologis, non farmakologis dan
gabungan. Perilaku dalam mengatasi nyeri terdiri dari 25% nyeri ringan, 66,7% nyeri
dismenore pada remaja dapat dilakukan sedang, 8,3% nyeri berat dan selebihnya 20%
dengan beberapa cara, diantaranya pergi ke remaja putri tidak mengalami nyeri saat haid.
rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, Intensitas nyeri yang dirasakan oleh remaja
dokter pribadi, mengonsumsi obat herbal, putri berbeda tiap bulannya. Ketika intensitas
minum obat dari toko terdekat, kompres nyeri yang dirasakan ringan remaja putri
hangat, dan beristirahat (Gustina & Djannah, mengatakan membiarkannya saja, namun jika
2017). Sedangkan dari penelitian Farotimi, et intensitas nyeri yang dirasakan dari sedang

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 469


hingga berat remaja putri mengatakan HASIL PENELITIAN
menggunakan manajemen nyeri dengan Hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal
istirahat, meminum jamu dan menggunakan 10 sampai 16 Juli 2018 pada remaja diperoleh
minyak kayu putih. Dampak yang dirasakan hasil sebagai berikut:
oleh remaja putri ketika mengalami Distribusi berdasarkan karakteristik responden
dismenore adalah kurang konsentrasi dalam dijelaskan pada tabel 1.
belajar sampai tidak mengikuti proses belajar.
Berdasarkan latar belakang yang telah Tabel 1
diuraikan diatas peneliti merasa tertarik untuk Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan
mengetahui gambaran kejadian dan Usia Menarche
manajemen dismenore pada remaja putri di Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru. Usia (tahun)
Tujuan penelitian ini untuk 12 12 5,8
mengetahui gambaran kejadian dan 13 88 42,3
manajemen dismenore pada remaja putri di 14 108 51,9
Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru. Total 208 100
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Usia (tahun)
memberikan informasi dan menyediakan data 10 16 7,7
11 74 35,6
dalam hal gambaran kejadian dan manajemen
12 94 45,2
dismenore pada remaja putri serta dapat
13 24 11,5
memberikan masukan bagi pihak sekolah
Total 208 100
tekhususnya UKS (Unit Kesehatan Sekolah)
untuk melakukan penanganan yang tepat agar
dismenore yang dirasakan remaja putri tidak Tabel 1 didapatkan hasil bahwa
responden sebagian besar pada usia 14 tahun
mengganggu aktivitas sekolah.
(51,9%) dan responden mengalami menarche
terbanyak pada usia 12 tahun (45,2%).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian Tabel 2
kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif Distribusi Tingkat Nyeri Dismenore
dan menggunakan metode cross-sectional. Kategori Frekuensi Persentase (%)
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Nyeri ringan 72 34,6
Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru, Nyeri sedang 100 48,1
terdiri dari SMPN 1 Pekanbaru, SMPN 4 Nyeri berat 36 17,3
Pekanbaru dan SMPN 10 Pekanbaru dimulai Nyeri sangat 0 0
berat
pada tanggal 10 sampai 16 Juli 2018.
Total 208 100
Populasi dalam penelitian ini adalah
remaja putri dari 3 SMP yang ada di
Tabel 2 didapatkan hasil bahwa dari
Kecamatan Lima Puluh dengan rentang usia
208 responden yang di teliti, sebagian besar
12-14 tahun, dengan kriteria inklusi sudah responden mengalami dismenore dengan
menarche, dan mengalami nyeri haid 6 bulan tingkat nyeri sedang (48,1%).
terakhir. Pengambilan sampel 15% dari total
populasi dan didapatkan total sampel dalam Tabel 3
penelitian ini adalah 208 sampel. Distribusi Kategori Manajemen Dismenore
Alat pengumpul data yang digunakan yang Digunakan
dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner Manajemen Frekuensi Persentase (%)
yang berisikan karakteristik responden seperti Dismenore
Farmakologis 1 0,5
usia dan usia menarche, sedangkan tingkat
Non farmakologis 191 91,8
nyeri dengan menggunakan numerical rating Farmakologis dan 16 7,7
scale, dan manajemen pada saat dismenore Non farmakologis
dengan kuesioner tipe check list. Total 208 100

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 470


Tabel 3 didapatkan hasil bahwa responden (45,2%). Irianto (2014)
mayoritas manajemen dismenore yang mengatakan bahwa usia seorang anak
dilakukan responden secara non farmakologis perempuan mulai mendapatkan
(91,8%). Manajemen non farmakologis dalam menstruasi sangat bervariasi. Proverawati
penelitian ini terdiri dari minuman herbal, dan Misaroh (2009) mengkategorikan usia
kompres hangat, istirahat, olahraga, menarche menjadi 3 yaitu cepat (<12
mengabaikan dan menyendiri. Sedangkan tahun), ideal (12-14 tahun) dan lambat
manajemen farmakologis terdiri dari (>15 tahun). Dalam penelitian ini
menggunakan pelayanan kesehatan, obat resep didapatkan usia menarche terbanyak
dokter dan obat warung/kedai. dalam kategori ideal ( 12 tahun), hal ini
sejalan dengan penelitian Prabasiwi
PEMBAHASAN (2011) yang didapatkan bahwa usia
1. Karakteristik responden menarche paling banyak dialami remaja
a. Usia putri pada usia ideal (12-14 tahun).
Berdasarkan penelitian didapatkan Penelitian ini juga memiliki hasil yang
bahwa jumlah terbanyak responden sama dengan penelitian sebelumnya,
penelitian usia 14 tahun yaitu 108 Gustina (2015) bahwa usia menarche
responden (51,9%). Potter dan Perry paling banyak terjadi pada usia 12 tahun
(2009) mengatakan bahwa usia remaja yaitu 70 remaja putri (47,3%).
dengan rentang 13-15 tahun termasuk Usia menarche dapat dipengaruhi
kategori remaja tengah. Pada masa remaja oleh beberapa faktor diantaranya
tengah terjadi percepatan pertumbuhan berdasarkan penelitian Wulandari, Aini
mencapai puncaknya atau yang disebut dan Astuti (2015) bahwa yang menjadi
juga dengan pubertas (Irianto, 2010). faktor usia menarche adalah gaya hidup,
Tanda lain dari pubertas pada remaja putri nutrisi, gizi, paparan media massa, dan
yaitu terjadinya kematangan dari fungsi usia menarche ibu (genetik), sedangkan
organ reproduksi yang ditandai dengan Trimayasari dan Kuswandi (2014)
menstruasi yang datang untuk pertama menyatakan dalam penelitiannya bahwa
kalinya, disebut juga dengan menarche usia menarche tidak memiliki hubungan
(Aryani, 2010). Dalam rentang 6 bulan dengan kejadian dismenore. Hasil yang
atau sampai 1 tahunsetelah menarche sama juga ditemukan dalam penelitian
dismenore dapat terjadi dan pada saat ini Gustina (2015) bahwa tidak ada hubungan
kecenderungan anak mendapat menstruasi usia menarche dengan kejadian
di usia yang lebih muda antara 8-12 tahun dismenore.
(Sukarni & Wahyu, 2013).
Hasil yang didapatkan dalam 2. Gambaran kejadian dismenore
penelitian ini sesuai dengan penelitian Dismenore merupakan nyeri yang
sebelumnya yaitu penelitian Putrie (2014) terjadi pada saat menstruasi yang
di SMPN 2 Kartasura Kabupaten disebabkan oleh peningkatan hormon
Sukoharjo bahwa mayoritas usia remaja prostaglandin. Dismenore dirasakan pada
putri tingkat SMP adalah 14 tahun. Novia perut bagian bawah yang bisa menjalar ke
(2008) menemukan pada usia remaja punggung bagian bawah dan tungkai.
paling sering mengalami dismenore. Dismenore terdiri dari primer dan
Lestari, Mestusala dan Suryatno (2010) sekunder, dismenore primer disebabkan
mengatakan dalam penelitiannya pada tanpa ada masalah ginekologi yang terjadi
remaja putri di Sekolah Menengah setelah menarche hingga usia 25 tahun
Pertama (SMP) sebagian besar (98,5%) dan dismenore sekuder disebabkan oleh
pernah mengalami dismenore. kelainan ginekologi yang dialami diatas
b. Usia menarche usia 25 tahun (Sukarni & Wahyu, 2013).
Hasil penelitian yang didapat pada Penelitian kejadian dismenore
karakteristik responden usia menarche terhadap remaja putri di Kecamatan Lima
sebagian besar usia 12 tahun yaitu 94 Puluh Kota Pekanbaru didapatkan hasil

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 471


dari 208 responden, sebagian besar karena hubungan seksual dan sperma
merasakan nyeri pada tingkat nyeri sedang dapat menghambat peningkatan
yaitu 100 responden (48,1%), mengalami prostaglandin yang menyebabkan nyeri
nyeri ringan 72 responden (34,6%), dan pada saat menstruasi (Novia &
hanya sedikit yang mengalami nyeri berat Puspitasari, 2008).
yaitu 36 responden (17,3%). Intensitas Pada masa remaja terjadi
nyeri pada setiap remaja putri berbeda- pertumbuhan fisik, emosional dan
beda karena dipengaruhi oleh deskripsi, intelektual secara pesat, dimana pada saat
persepsi dan pengalaman remaja putri remaja cenderung memperluas
terhadap nyeri. Nyeri dismenore dapat pandangannya tentang dunia (rasa ingin
terjadi karena adanya peningkatan tahu yang tinggi) dengan berbagai
produksi prostaglandin, semakin tinggi aktivitas baik dirumah maupun diluar
produksi prostaglandin semakin kuat rumah, akademik ataupun non akademik.
kontraksi yang terjadi pada uterus. Terjadinya dismenore sangat
Gambaran kejadian dismenore pada mempengaruhi aktivitas pada remaja.
seluruh dunia bervariasi, di Swedia angka Dismenore memberi dampak yang buruk
kejadian dismenore pada wanita berusia bagi remaja putri, jika nyeri yang
kurang dari 19 tahun sebanyak 90% dirasakan dari intensitas sedang sampai
(Anurogo & Wulandari, 2011) sedangkan intensitas berat serta tidak dilakukan
di India kejadian dismenore pada remaja penangan yang tepat.
rentang 10-19 tahun sebanyak 73,9% Gangguan aktivitas belajar salah
(Sinha, Srivastava, Sachan & Singh, satu dampak yang bisa dirasakan oleh
2016). Di Indonesia penelitian yang remaja putri (Iswari, Surianti, & Mastini,
pernah dilakukan oleh Astuti dan Noranita 2014). Sedangkan menurut Lestari (2013)
(2016) pada remaja putri rentang usia 12- dampak lain yang bisa dialami oleh
13 tahun didapatkan 63 responden (81%) remaja putri yang mengalami dismenore
mengalami dismenore. Di Manado, seperti konflik emosional, ketegangan dan
Lestari, Mestusala dan Suryatno (2010) kegelisahan, serta ketidakhadiran dalam
melaporkan 199 responden (98,5%) aktivitas sekolah, konsentrasi menurun
SMPN 3 Manado mengalami dismenore. bahkan tidak ada sama sekali sehingga
Utami, Ansar dan Sidik (2013) materi yang diberikan selama
menyatakan dalam penelitiannya yang pembelajaran berlangsung tidak bisa
menjadi faktor terjadinya dismenore ditangkap oleh remaja.
adalah adanya riwayat keluarga yang
mengalami dismenore sedangkan usia 3. Gambaran manajemen dismenore
menarche, siklus menstruasi, lama a. Manajemen non farmakologis
mentruasi dan status gizi tidak memiliki Manajemen dismenore mayoritas
hubungan dengan kejadian dismenore. dilakukan oleh remaja putri di Kecamatan
Penelian Sianipar (2009) menyebutkan Lima Puluh adalah manajemen non
faktor lain yang dapat mempengaruhi farmakologis 191 responden (91,8%).
dismenore adalah aktivitas fisik dan usia, Mayoritas manajemen non farmakologis
dimana aktivitas fisik intensitas berat dan dilakukan responden dengan istirahat
usia awal menstruasi atau remaja awal yaitu 201 responden (96,6%) dan
beresiko mengalami dismenore, mengabaikan yaitu 160 responden
sedangkan penelitian Larasati (2016) (76,9%). Remaja putri lebih memilih
menyebutkan faktor lain yang istirahat karena istirahat dapat
menyebabkan terjadinya dismenore pada mengalihkan pikiran dari rasa nyeri yang
remaja putri adalah kebiasaannya dalam dirasakan, sehingga pada saat beristirahat
mengkosumsi makanan cepat saji dan rasa nyeri pada perut tidak terasa untuk
terpapar asap rokok. Seorang wanita yang sementara waktu dan juga dapat
belum menikah juga berisiko tinggi memulihkan energi atau memberikan
mengalami dismenore, ini disebabkan tenaga. Remaja putri juga cenderung

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 472


mengabaikan saja rasa nyeri, ini bisa oksigen ke organ-organ reproduksi yang
disebabkan karena ketidaktahuan pada saat dismenore terjadi vasokontriksi.
informasi tentang kesehatan reproduksi Olahraga juga dapat meningkatkan
terkhususnya dismenore dan pelepasan endorphin (penghilang nyeri
penangananya. Umumnya informasi yang alami) ke dalam aliran tubuh.
biasa didapatkan remaja putri tentang Manajemen dismenore dengan
kesehatan reproduksi dari beberapa mata minuman herbal juga dilakukan remaja
pelajaran, seperti Biologi dan mata putri di Kecamatan Lima Puluh dengan 18
pelajaran tersebut hanya membahas responden (8,7%). Pengobatan herbal
tentang alat-alat reproduksi dan siklus pada umumnya dengan meminum kunyit
menstruasi. asam, minuman kunyit asam merupakan
Hasil yang didapatkan dalam minuman yang berbahan baku kunyit dan
penelitian ini sesuai dengan penelitian asam jawa. Kandungan curcumine yang
yang dilakukan oleh Anugraeni (2017) terdapat pada kunyit akan bekerja sebagai
tentang penanganan dismenore yang analgetik atau menghilangkan rasa nyeri,
dilakukan oleh siswi SMP dengan mekanismenya menghambat
Muhammadiyah di Kebumen, dari kontraksi uterus dengan mengurangi ion
penganan nyeri secara non farmakologis kalsium (Ca2+) kedalam kanal kalsium
yang dilakukan oleh remaja putri paling pada sel-sel epitel uterus (Thaina et al,
banyak dengan tidur dan istirahat (90,5%). 2009). Kandungan pada asam jawa adalah
Hal yang sama juga ditemukan dalam anthocyanin sebagai antiinflamasi adan
penelitian Gustina dan Djannah (2017) antipiretik yang mampu menghambat
dimana remaja putri melakukan kerja enzim cylooxygenase (COX)
penanganan dismenore terbanyak dengan sehingga menghambat prostaglandin yang
beristirahat. Sedangkan dalam penelitian berlebihan dan mengurangi kram perut
Farotimi et al. (2015) remaja putri dengan saat menstruasi (Said, 2008)
rentang usia 13-15 tahun lebih memilih b. Manajemen farmakologis
mengabaikan atau membiarkan rasa nyeri Manajemen farmakologis sebagian
pada saat menstruasi. kecil dilakukan remaja putri di Kecamatan
Manajemen lain dari non Lima Puluh, karena mereka berpendapat
farmakologis yang banyak dilakukan bahwa dismenore adalah bagian dari
remaja putri di Kecamantan Lima Puluh siklus menstruasi dan nyeri akan hilang 2
adalah dengan kompres hangat 47 sampai 3 hari serta tidak perlu untuk
reponden (22,6%). Pada kompres hangat diatasi atau mencari bantuan. Manajemen
terjadi perpindahan panas dari buli-buli ke farmakologis sebagian besar dilakukan
dalam tubuh sehingga menyebabkan responden dengan minum obat yang dibeli
pelebaran pembuluh darah dan akan dari warung/kedai sebanyak 15 responden
terjadi penurunan ketegangan otot (7,2%) dan hanya 6 responden (2,9%)
sehingga nyeri haid yang dirasakan akan yang meminum obat sesuai resep dokter.
berkurang atau hilang (Potter & Perry, Penggunaan obat yang dibeli di
2009). warung/kedai dalam waktu yang lama
Olahraga juga dapat menurunkan akan mengakibatkan gangguan pada hati
nyeri pada saat menstruasi. Pada remaja dan ginjal.
putri di Kecamatan Lima Puluh 26 Hal ditemukan dalam penelitian ini
reponden (12,5%) menggunakan sesuai dengan penelitian Lestari, Metusala
manajemen dismenore dengan olahraga. dan Suryanto (2010) dimana upaya
Olahraga dapat meningkatkan efisiensi penangan dismenore dengan farmakologis
kerja paru-paru, jantung dan hanya sedikit dilakukan oleh remaja putri,
meningkatkan jumlah serta ukuran dari 199 remaja putri di Manado hanya 26
pembuluh-pembuluh darah ke seluruh responden (13,1%) yang mengatasi nyeri
tubuh. Volume darah yang meningkat menggunakan obat pereda nyeri. Sebagian
dapat menghantarkan lebih banyak besar remaja putri hanya membeli obat di

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 473


warung atau apotek tanpa berobat ke sumber informasi dalam upaya
dokter dengan menggunakan resep yang pengembangan ilmu keperawatan
tepat, hal ini disebabkan karena kurangnya khususnya dalam hal gambaran kejadian
mendapat informasi tentang dismenore dismenore serta manajemennya pada remaja
dan penaganannya. Penanganan putri. Perawat diharapkan agar dapat
dismenore pada siswi Sekolah Menengah melakukan edukasi terkait upaya
Kejuruan Arjuna Depok Jawa Barat juga penanganan dismenore yang baik dan
didapatkan hasil yang sama dengan benar.
meminum obat anti nyeri dari obat-obat 2. Bagi Institusi Tempat Penelitian
warung dan tidak ada satupun yang Hasil penelitian ini diharapkan dapat
meminum obat dari resep dokter menjadi masukan bagi pihak sekolah,
(Rakhma, 2012). khususnya pengelola Unit Kesehatan
Dismenore merupakan suatu masalah Sekolah (UKS) untuk melakukan
bagi remaja rentang usia 12-19 tahun di penanganan yang tepat agar dismenore
Singapura namun hanya 5,9% anak yang dirasakan remaja putri tidak
perempuan yang mencari pertolongan medis mengganggu aktivitas sekolah.
(Agarwal & Vekat, 2009). Hasil penelitian 3. Bagi Peneliti Berikutnya
tersebut tidak jauh berbeda dengan Hasil penelitian ini dapat menjadi
penelitian yang dilakukan Zegeye, data atau informasi untuk peneliti
Megabiaw dan Mulu (2009) dari remaja selanjutnya yang melakukan penelitian
putri yang mengalami dismenore, hanya 46 terkait agar dapat mengembangkan variabel
remaja putri (11,4%) yang melakukan penelitian, sehingga dapat mengkaji hal-hal
konsultasi dengan dokter. Remaja putri di yang belum dimunculkan atau belum
Kecamatan Lima Puluh tidak mencari dibahas dalam penelitian ini seperti dampak
perawatan medis karena mereka merasa yang dirasakan remaja putri ketika
malu untuk mendiskusikan menstruasi mengalami dismenore.
mereka dengan orang lain dan yang menjadi
faktor remaja putri mencari pengobatan atau UCAPAN TERIMAKASIH
pertolongan medis adalah berdasarkan Terimakasih yang tidak terhingga atas bantuan
tingkat nyeri yang dirasakan. dan bimbingan dari berbagai pihak dalam
penyelesaian laporan penelitian ini.
SIMPULAN
1
Berdasarkan Penelitian yang telah Anisa Wulandari: Mahasiswa
dilakukan pada remaja putri di Kecamatan Lima Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
2
Puluh Kota Pekanbaru yang dilakukan terhadap Oswati Hasanah: Dosen Departemen
208 responden di SMP Negeri 1, SMP Negeri 4 Keperawatan Maternitas Fakultas
dan SMP Negeri 10 Pekanbaru, dapat Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
3
disimpulkan berdasarkan karakteristik responden Rismadefi Woferst: Dosen Departemen
sebagian besar usia 14 tahun (51,9%) dan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas
menarche terbanyak usia 12 tahun (45,2%). Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
Sebagian besar responden mengalami dismenore
pada tingkat nyeri sedang (48,1%). Manajemen DAFTAR PUSTAKA
dismenore mayoritas dilakukan responden secara Agarwal, A & Venkat,A. (2009).
non farmakologis (91,8%). Manajemen non Questionnaire study on menstrual
farmakologis mayoritas dilakukan responden disorder in adolescent girls in
dengan istirahat (96,6%) dan mengabaikan Singapore. Journal of Pediatric and
(76,9%). Adolesc Gynecol 22(6) 365-371.
Diperoleh pada tanggal 13 Juli 2018
SARAN dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov
1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan Anugraeni, S. D. (2017). Gambaran
Hasil dari penelitian ini diharapkan penanganan nyeri dismenore pada siswi
dapat dijadikan sebagai data dasar atau SMP Muhammadiyah di Kebumen.

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 474


Eprints Repository Software. Diperoleh Iswari, D. P., Kadek., Surianti, I. D. A. K., &
pada tanggal 14 Juli 2018 dari Mastini, G. A. A. P. (2014).
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id Hubungan dismenore dengan
Anurogo, D & Wulandari, A. (2011). Cara jitu aktivitas belajar mahasiswi PSIK FK
mengatasi nyeri haid. Yogyakarta: CV UNUD tahun 2014. Community of
Andi Offset Publishing in Nursing 2(3). Diperoleh
Asma’ulludin, A. K. (2015). Kejadian tanggal 20 Januari 2018 dari
dismenore berdasarkan karakteristik http://ojs.unud.ac.id
orang dan waktu serta dampaknya Larasati, T.A & Alatas, Faridah.(2016).
pada remaja putri SMA dan sederajat Dismenore primer dan faktor risiko
di Jakarta Barat tahun 2015. dismenore primer pada remaja.
Institutional Repository. Diperoleh Majority 5(3) 79-84. Diperoleh pada
pada tanggal 4 Februari 2018 dari tanggal 17 Juli 2018 dari
http://repository.uinjkt.ac.id http://juke.kedokteran.unila.ac.id
Astuti, E. P & Noranita, L. (2016). Lestari, H., Metusala, J., & Suryatno, D. Y.
Prevalensi kejadian gangguan (2010). Gambaran dismenore pada
menstruasi berdasarkan indeks masa remaja putri Sekolah Menengah
tubuh (IMT) pada siswa kelas VII Pertama di Manado. Sari Pediatri 12(2)
SMP. Journal Ilmu Kebidanan 1(3), 99-102. Diperoleh pada tanggal 5 Mei
58-64. Diperoleh pada tanggal 4 2018 dari http://saripediatri.org
Februari 2018 dari Lestari, N.M.S.D. (2013). Pengaruh
http://jurnal.akbiduk.ac.id dismenorea pada remaja. Prosiding
Dewi, N. S. (2012). Biologi reproduksi. Seminar Nasional MIPA 323-329.
Yogyakarta: Pustaka Rihama Diperoleh pada tanggal 13 Juni 2018
Farotimi, A. A., Esike, J., Nwozichi, C. U., dari http://ejournal.undiksha.ac.id
Ojediran, T. D., & Ojewole, F. O. Lowdermilk, D. L., Perry, S. E., & Cashion,
(2015). Knowledge, attitude, and K. (2010). Maternity nursing 8th
healthcare-seeking behavior towards edition. St. Louis: Mosby Elsevier
dysmenorrhea among female students Mayasari, S., Hasanah, O., & Hasneli, Y.
of a provate university in ogun state, (2014). Hubungan indeks masa tubuh
Nigeria. Journal of basic and clinical dengan usia menarche pada SD
reproductive sciences 4(1) 33-38. Negeri Kota Pekanbaru. JOM 1(2) 1-
Diperoleh tanggal 7 Februari 2018 8. Diperoleh pada tanggal 1 mei 2018
dari http://www. jbcrs.org dari http://jom.unri.ac.id
Gustina, E & Djannah, S. N. (2017). Impact Norwitz, E. R & Schorge, J. O. (2008). At a
of dysmenorrhea and health-seeking glance obstetri dan ginekologi edisi 2.
behavior among female adolescents. Jakarta: Penerbit Erlangga
International journal of public health Novia, I & Puspitasari, N. (2008). Faktor
science 6(2)141-145. Diperoleh resiko yang mempengaruhi kejadian
tanggal 6 Februari 2018 dari dismenore primer. The Indonesian
http://iasjournal.com Journal of Public Health 4(2) 96-104.
Gustina, T. (2015). Hubungan antara usia Diperoleh tanggal 16 Juli 2018 dari
menarche dan lama menstruasi http://journal.unair.ac.id
dengan kejadian dismenore primer Potter, A. & Perry, A. G. (2009).
pada remaja putri di SMK Negeri 4 Fundamentals of nursing, first
Surakarta. Electronic Theses and edition. St. Louis: Mosby Elsevier
Disertations Universitas Potter, A., Perry, A. G., Stockert, P. A &
Muhammadiyah Surakarta. Diperoleh Hall, A. M. (2017). Fundamentals of
pada tanggal 3 Juni 2018 dari nursing, ninth edition. St. Louis:
http://eprints.ums.ac.id Mosby Elsevier
Irianto, K. (2015). Kesehatan reproduksi. Prabasiwi, A. (2011). Faktor-faktor yang
Bandung: CV Alfabeta berhubungan dengan status menarche

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 475


pada siswi SMPN 10 Tegal tahun 2011. Majalah Kedokteran Indonesia 59(7)
Prosiding Seminar Nasional IPTEK 308-313
Terapan 1(1). Diperoleh pada tanggal Sinha, S., Srivastava, J. P., Sachan, B., &
10 Juli 2018 dari http://lib.ui.ac.id Singh., R. B. (2016). A study of
Proverawati, A. & Misaroh, S. (2009). menstrual pattern and prevalence of
Menarche (menstruasi pertama penuh dysmenorrhea during menstruation
makna). Yogyakarta: Muha Medika. among school going adolescent girls
Putri, M. S. (2012). Prevalensi & manajemen in Lucknow district, Uttar Pradesh,
dismenore pada remaja putri di India. International journal of
Kecamatan Bangko Bagansiapiapi community medicine and public
Kabupaten Rokan Hilir. Diperoleh health 3(5) 1200-1203. Diperoleh
pada tanggal 19 Januari 2018 dari tanggal 4 Mei 2018 dari
http://www.pustaka.htp.ac.id http://www.ijcmph.com
Putrie, H. C. (2014). Hubungan antara tingkat Sukarni K, I & Wahyu, P. (2013). Buku ajar
pengetahuan, usia menarche, lama keperawatan maternitas.
menstruasi dan riwayat keluarga dengan Yogyakarta: Nuha Medika
kejadian dismenore pada siswi SMPN 2 Thaina, P., Tungcharoen, P., Wongnawa, M
Kartasura Kabupaten Sukoharjo. & Subhadhirasakul, S. (2009).
Electronic Theses and Dissertations Uterine relaxant effect of curcuma
Universitas Muhammadiyah Surakarta. aeruginosa roxb. Journal of
Diperoleh tanggal 12 Juli 2018 dari Ethnopharmacology 121(3) 433-443.
http://eprints.ums.ac.id Diperoleh pada tanggal 1 Juli 2018
dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov
Putrie, H. C. (2014). Hubungan antara tingkat
Trimayasari, D. & Kuswandi, K. (Desember
pengetahuan, usia menarche, lama
2014). Hubungan usiamenarche dan
menstruasi dan riwayat keluarga dengan
status gizi siswi SMP kelas 2 dengan
kejadian dismenore pada siswi SMPN 2
kejadian dismenore. Jurnal Obstretika
Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
Scientia 2(2) 2337-6120. Diperoleh
Electronic Theses and Dissertations
tanggal 11 Juli 2018 dari
Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://ejurnal.latansamashiro.ac.id
Diperoleh tanggal 12 Juli 2018 dari Utami, A. N., Ansar, J., & Sidik, D. Faktor
http://eprints.ums.ac.id yang berhubungan dengan kejadian
Rakhma, A. (2012). Gambaran derajat dismenorea pada remaja putri SMAN
dismenore dan upaya penanganannya 1 Kahu Kabupaten Bone. Diperoleh
pada siswi sekolah menengah kejuruan pada tanggal 9 Juli 2018 dari
arjuna depok jawa barat. Institutional http://repository.unhas.ac.id
Repository. Diperoleh pada tanggal 15 Wong, D. L. (2009). Buku ajar keperawatan
Juli 2018 dari pediatrik.Vol. 1 Edisi 6.Jakarta: EGC
http://repository.uinjkt.ac.id Wulandari, P., Aini, D.N., & Astuti, S.W.
Saguni, F.C.A., Madianung, A & Masi, G. (2015).Faktor-faktor yang
(2013). Hubungan dismenore dengan berhubungan dengan kejadian
aktivitas belajar remaja putri di SMK menarche siswi di SMPN 31
Kristen I Tomohon. Ejournal Semarang. Jurnal keperawatan 6(2)
keperawatan 1(1). Diperoleh pada 117-122. Diperoleh pada tanggal 11
tanggal 19 Januari 2018 di Juli 2018 dari
http://ejournal.unsrat.ac.id http://ejournal.umm.ac.id
Sianipar, O., Bunawan, N. C., Almazini, P., Zegeye, D., Megabiaw, B &Mulu , A. (2009).
Calista, N., Wulandari, P., Rovenska, Age at Menarche and The menstrual
N., Djuanda, R.E., Irene., Seno, A & pattern of secondary school adolescent
Suarthana, E. (Juli 2009). Prevalensi in northwest Ethopia. BMC Women’s
gangguan menstruasi dan faktor-faktor Health 9(29) 1472-6874. Diperoleh
yang berhubungan pada siswi SMU di pada tanggal 13 Juli 2018 dari
kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur. http://bmcwomenshealth

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 476

Anda mungkin juga menyukai