Anda di halaman 1dari 62

DIKTAT KULIAH

TRANSMISI DAYA LISTRIK

Ir. DEWANTO INDRA KRISNADI, MM.

Digunakan sebagai bahan kuliah pada


Jurusan Teknik Elektro Universitas Jayabaya

JAKARTA
2003

1
BAB 1
SISTEM TRANSMISI
1.1 Transmisi Tegangan Tinggi.
Keuntungan mengadopsi transmisi tegangan tinggi adalah :
1. Adanya kenaikan tegangan pada saluran transmisi, ukuran dari konduktor
bisa dikurangi. Lebih lanjut mengurangi biaya material struktur pendukung.
2. Dengan kenaikan tegangan pada saluran transmisi, arus saluran
dikurangi, yang mana mengurangi hasil pada rugi saluran.
3. Dengan kenaikan tegangan pada saluran transmisi, pengurangan pada
rugi saluran, menyebabkan tingginya efisiensi.
4. Arus yang rendah pada tinggi tegangan transmisi, jatuh tegangan pada
saluran adalah rendah. Hal ini membuat regulasi tegangan menjadi lebih
baik.

Fenomena diatas dapat dijabarkan dengan lebih jelas pada :


Daya yang dibawa oleh n-phasa sistem adalah P watt per phasa pada
sebuah phasa tegangan V volts dan faktor daya cos .

P
Arus beban per-phasa, I 
V . cos 

Resistansi konduktor, R  ρ
a

Dimana adalah panjang dari saluran, a adalah luas penampang dari


konduktor dan  adalah resistivitas dari material konduktor.

Rugi daya pada saluran (per-phasa),

P2 ρ.
W  I 2R  …. (i)
V . cos 
2 2
a

I
Yang melintas pada konduktor, a

dimana,  = kerapatan arus (current density) dan a = luas penampang.

2
P
Sehingga : a
V cos  

Subtitusikan nilai a ke persamaan (i) :


P
W ……….( ii )
V cos 
W V cos 
 ……….( iii )
P
Daya keluaran
Efisiensi η  100%
Daya masukan

Daya keluaran
η  100%
Daya masukan rugi saluran
P ρ  V cos φ 
Jatuh tegangan tiap phasa : I R   
V cos  P
P
Volume konduktor per phasa : a
V cos  
P P

V cos  W V cos 

P2 2 

W V 2 cos 2 

Resistansi drop per saluran = I . R = ρ . δ. l ………..( iv )

Ada beberapa keuntungan dari transmisi tegangan tinggi, juga terdapat


beberapa batasan yang diberikan seperti :
a. Kenaikan tegangan dari transmisi, isolasi yang dibutuhkan antara
konduktor dan menara adalah meningkat, kenaikan ini adalah biaya dari
pendukung saluran.
b. Dengan adanya kenaikan pada tegangan transmisi, jarak ruang lebih
dibutuhkan antara konduktor dan tanah. Oleh karena itu ketinggian
menara sangat diperhatikan.
c. Dengan adanya kenaikan pada tegangan transmisi, lebih dibutuhkan jarak
antar konduktor. Oleh karena itu, lebar lintas antar konduktor harus
diperhatikan.

3
Untuk setirap saluran transmisi ada sebuah batasan pasti untuk tegangan
yang akan digunakan. Batas ini adalah menjangkau biaya konduktor, biaya
isolator, unit pendukung, transformator, switchgear, lihtning arrester, dan juga
biaya pemasangan adalah minimum. Metode untuk mendapatkan tegangan
optimal adalah untuk memilih sebuah ketentuan tegangan standar dan
perhitungan biaya dari :
1. Transformator, yang digunakan pada stasiun pembangkit dan
penerima.
2. Switchgear, terdiri dari : isolator, bus bar, circuit breaker, relay dan
lainnya.
3. Lightning arrester.
4. Isolasi.
5. Unit pendukung.
6. Konduktor dan biaya pemasangan, untuk memberikan tegangan
generator, memberikan daya untuk ditransmisikan dan diberkan
sepanjang sistem transmisi.

Total penjumlahan dari semua biaya yang dibutuhkan sebagai total modal
biaya dari transmisi. Pada kenyataannya adalah tidak mungkin untuk
menentukan tegangan ekonomis sesuai dengan metode yang diterangkan
diatas. Untuk mencegah komplikasi dan ketidak wajaran, Cable Research
Hand Book memberikan sebuah formula empiris untuk menentukan tegangan
optimal untuk saluran dengan panjang diatas 30 km. Formula tersebut adalah
Aproksimasi tegangan optimal untuk transmisi dalam KV

km Beban dalam kVA


 5,5 
1,61 150

1.2 Ukuran Ekonomis dari Konduktor (Hukum Kelvin’s)


Biaya tetap adalah perhitungan bunga tahunan dan depresiasi pada
modal biaya dari konduktor, unit pendukung dan isolator, dan biaya
pemasangan mereka dalam dalam kasus sistem saluran udara. Untuk sistem
bawah tanah biaya tetap adalah perhitungan bunga tahunan dan depresiasi

4
pada modal biaya dari konduktor, unit pendukung dan isolator, dan biaya
penggelaran kabel. Pada kenyataannya sistem transmisi saluran udara
mempunyai total biaya tetap tahunan yang dinyatakan :
TFC = (P1 + a P2)
Biaya tahunan juga memeperhitungkan rugi daya di transmisi yang
dinyatakan sebagai : P3/a , dimana P3 adalah konstan. Maka Total biaya
tahunan :
TC = P1 + a P2 + P3/a
Total biaya tahunan akan diminimumkan jika diturunkan terhadap a = 0,

dTC/da = 0

d/da ( P1 + a P2 + P3/a ) = 0

P2 – ( P3/ a2 ) = 0

P2 a = P3/a

Jika variabel dari perhitungan biaya tahunan dari bunga dan depresiasi
pada modal adalah sama dengan biaya tahunan dari pemborosan energi
listrik didalam konduktor, total biaya tahunan akan diminimumkan dan sesuai
dengan ukuran konduktor menjadi akan lebih ekonomis. Pernyataan ini
dikenal sebagai hukum Kelvin. Walaupun secara teori terlihat baik akan tetapi
pada kondisi kerja yang sebenarnya sejumlah kesulitan akan timbul dalam
aplikasinya.

Contoh Soal :

Soal 1 : 2 kabel konduktor sepanjang 1 km dibutuhkan untuk mensuplai


beban konstan 200 A sepanjang tahun. Biaya kabel : $ (100 a + 40) per
meter, dimana luas penampang dari konduktor dalam cm2 . Biaya energi : $
0,1 per kwh dan bunga + depresiasi dihitung 10 %. Resistivitas dari tembaga :
1,85.10-6 ohm-cm. Hitung luas penampang konduktor.

5
Solusi :

Resistansi setiap konduktor : R 
a
1,85.10-6 . 105 0,185
 
a a

 
 waktu dalam jam 
Rugi daya / tahun / konduktor  I2 R   kWh
 1000 

Rugi daya / tahun    waktu dalam jam 


 2 I2 R   kWh
 1000 

 0,185   8760 
 2 40000    kWh
 a   1000 

129648
 kWh
a

Biaya tahunan disebabkan rugi daya :


129648
 $ 0,1 
a
12964,8
$
a
Biaya variabel kabel sepanjang 1 km = $ 100 a . 1.000 = $ 100000 a
Perhitungan pertahun dengan bunga & depresiasi variabel biaya kabel :
= $ 100000 a . 10 %
= $ 10000 a
Luas penampang yang ekonomis dari konduktor :
12964,8
 10000 a
a
a = 1,14 cm2

Referensi :
1. Gupta, A P, Electrical Power, SS Mubarak & Brother Pte Ltd, Singapore
1997.

6
2. Gupta, J B, Transmision & Distribution, SS Mubarak & Brother Pte Ltd,
Singapore 1997.
3. Kotari, N, Power System Engineering, Tata Mc-Graw Hill Co Ltd, New
Delhi, 1996.
4. Mehta, V K, Principles of Power System, S Chand Co Ltd, New Delhi,
2000.

Soal-Soal :
1. Hitunglah kerapatan arus dalam A/mm2 untuk saluran udara 3 phasa jika
saluran tersebut digunakan selama 2600 jam dalam setahun dengan
biaya konduktor $ 3,0 per kg,  = 1,73.10-8 m dan berat 6200 kg/m3.
Biaya energi adalah $ 0,1, bunga dan defresiasi 12 % dari biaya
konduktor.

2. Saluran kabel 3 phasa mensuplai industri yang kebutuhan


maksimumnya adalah 1000 kW dan energi yang dikonsumsi per tahun
5.106 kWh pada faktor daya 0,85. Biaya kabel $ (80000 a + 20000) per
km dimana a adalah luas penampang per konduktor (cm 2). Biaya energi
$ 0,05 per kWh, bunga dan defresiasi 10 %,  = 1,73.10-8 m.
Tegangan yang disuplai ke industri adalah 11 kV. Jika rugi faktor beban
= 0,25 faktor beban + 0,75 (faktor beban)2, hitunglah luas penampang
konduktor.

3. Hitunglah luas penampang untuk saluran 3 phasa yang mensuplai


beban harian pada tegangan 10 kV sebagai berikut :
 1000 kW pada pf 0,8 lagging selama 10 jam
 500 kW pada pf 0,9 lagging selama 8 jam
 100 kW (pf diabaikan, asumsi 1) selama 6 jam
Biaya konduktor per km adalah $ (8000 a + 1500) dimana a adalah luas
penampang per konduktor dalam cm2. Bunga dan defresiasi 10 % per
tahun dari biaya konduktor. Biaya energi adalah $ 0,05 per kWh.  =
1,73.10-8 m.

7
BAB 2
JENIS SISTEM TRANSMISI

2.1 Sistem Transmisi dan Distribusi


Antara power station dengan konsumen, ada suatu jaringan besar.
Jaringan tersebut dinamakan sistem transmisi dan distribusi. Sistem transmisi
menyalurkan daya dari power station ke pusat beban dan industri yang besar
diluar area jaringan distribusi primer, dan sistem distribusi menyalurkan daya
dari power station atau substasiun ke konsumen.

2.2 Perbandingan sistem dc dan ac pada Transmisi dan


Distribusi
Beberapa keuntungan dari sistem transmisi dc tegangan tinggi
dibandingkan dengan sistem transmisi ac :
1. Hanya membutuhkan 2 konduktor untuk menyalurkan daya.
2. Tidak ada masalah induktansi, kapasitansi dan phasa pada transmisi dc.
3. Tidak ada efek kulit.
4. Stress tegangan isolator pada transmisi dc hanya 1/2 dari transmisi ac
untuk tegangan yang sama.
5. Tidak ada arus muatan (charging current).
6. Pada transmisi dc, corona lebih kecil.
7. Stress tegangan pada kabel bawah tanah lebih kecil dan rugi dielektrik
dapat diabaikan.
8. Pengaturan tegangan untuk transmisi dc lebih baik.
9. Tidak dibutuhkan stabilisator untuk saluran transmisi jarak jauh.

Kesulitan bagi transmisi dc adalah menaikkan tegangan transmisi


menjadi tegangan tinggi. Sedangkan pada transmisi ac dengan menempatkan
transformator step up untuk mendapatkan tegangan transmisi yang
dibutuhkan dan transformator step down untuk distribusi, kesulitan tersebut
tidak dialami.

8
2.3 Perbandingan antara saluran udara dan kabel bawah
tanah

 Keselamatan penduduk : sistem kabel bawah tanah lebih baik.


 Biaya : sistem kabel bawah tanah lebih mahal.
 Fleksibelitas : sistem saluran udara lebih fleksibel. Jika ada
penambahan konduktor, pada sistem saluran udara, bisa langsung
ditambahkan pada jaringan yang sudah ada, sedangkan pada sistem
kabel bawah tanah harus membuat saluran baru.
 Tegangan kerja : sistem saluran udara lebih baik.
 Biaya perawatan : sistem kabel bawah tanah lebih rendah biaya
perawatannya.
 Frekuensi kerusakan atau kegagalan : pada kabel bawah tanah,
isolasinya lebih baik dibandingkan saluran udara, sehingga
kegagalannya lebih sedikit.
 Frekuensi kecelakaan : pada kabel bawah tanah lebih kecil.
 Jatuh tegangan : pada kabel bawah tanah jarak antar induktansi
konduktor lebih rendah, sehingga jatuh tegangannya juga lebih rendah.
 Penampilan sistem kabel bawah tanah lebih baik dibanding saluran
udara, karena tidak ada konduktor yang terlihat.
 Lokasi kerusakan dan perbaikan : pada sistem kabel bawah tanah lebih
sulit untuk mencari lokasi kerusakan dan perbaikannya membutuhkan
biaya yang mahal.
 Arus muatan (charging current) : dengan jarak antar konduktor yang
kecil menyebabkan kapasitansi yang lebih besar, sehingga
menimbulkan arus muatan yang lebih besar pada sistem kabel bawah
tanah.
 Penyambungan : pada sistem kabel bawah tanah, penyambungannya
lebih sulit.
 Kerusakan akibat petir dan badai : sistem bawah tanah lebih baik.
 Efek surja : efek surja pada kabel bawah tanah diserap oleh
selubungnya.
 Interferensi jaringan komunikasi : pada sistem bawah tanah tidak ada
interferensi jaringan komunikasi.

9
2.4 Pengaruh tegangan kerja terhadap ukuran konduktor
pada sistem dc
Keuntungan mengadopsi tegangan tinggi untuk transmisi dan distribusi
dc adalah :
1. Mengurangi ukuran konduktor (luas penampang konduktor) feeder
dan distribusi.
Jika tegangan supply = V Volt
Arus yang mengalir pada saluran = I Ampere
Jatuh tegangan sepanjang saluran = v Volt
maka resistansi saluran adalah R = v/I.
Jika tegangan supply meningkat menjadi nV Volt, untuk menyalurkan
daya yang sama maka arus yang mengalir pada konduktor berkurang
menjadi I/n Ampere, dan tegangan jatuh sepanjang saluran juga
meningkat sebanding dengan persentase peningkatan tegangan supply
menjadi nv Volt.
nv
Resistansi saluran sekarang menjadi R'   n 2R
In
Luas penampang konduktor a berbanding terbalik dengan resistansi
saluran, sehingga ukuran konduktor akan berkurang menjadi a/n 2.

2. Meningkatkan efisiensi transmisi.


Jika tegangan pada ujung feeder = V Volt
Arus yang disupply feeder = I Ampere
Resistansi tiap feeder = R Ohm
Jatuh tegangan total = 2 IR Volt
Tegangan supply = V + 2 IR
Efisiensi saluran transmisi
VI V 2 IR
    1-
( V  2 IR ) I V  2 IR V  2 IR

Jika tegangan pada ujung feeder meningkat menjadi nV Volt, untuk


menyalurkan daya yang sama maka arus pada feeder menjadi I/n
I
Ampere, dengan asumsi kerapatan arus konstan (   ) maka a
a

10
berkurang sebanding dengan a/n, sehingga resistansi tiap feeder

menjadi nR, dimana R  
a
Jatuh tegangan total = (I/n). 2nR = 2 IR Volt
Tegangan supply = nV + 2 IR
Efisiensi saluran transmisi
I
nV
n V 2 IR
η2    1-
I 2 IR nV  2 IR
(nV  2 IR) V
n n

Terlihat bahwa 2 lebih baik dibandingkan dengan 1.

2.5 Pengelompokan sistem Transmisi

Pengelompokan sistem transmisi daya listrik adalah :


a. Sistem dc :
 Dua kawat
 Dua kawat dengan pentanahan pada titik tengah (mid point)
 Tiga kawat
b. Sistem ac satu phasa :
 Dua kawat
 Dua kawat dengan dengan pentanahan pada titik tengah(mid point)
 Tiga kawat
c. Sistem ac dua phasa :
 Empat kawat
 Tiga kawat
d. Sistem ac tiga phasa :
 Tiga kawat
 Empat kawat

11
2.6 Perbandingan Volume Konduktor
Dengan asumsi :
 Daya yang disalurkan P Watt
 Panjang saluran
 Rugi saluran W Watt
 Tegangan maksimum Vm Volt

Maka untuk sistem dua kawat dc :


P
Arus beban I 
Vm
2
 P   
Rugi saluran W  2 I R  2 
2
 ρ dimana R  ρ
 Vm  a1 a1

2 ρ P2
Sehingga luas penampang konduktor adalah a1  2
W Vm

4 ρ P2 2
Volume konduktor yang dibutuhkan adalah 2 a1   2
W Vm

Dengan cara yang sama seperti diatas (dan dengan asumsi yang sama),
dapat dicari volume konduktor yang dibutuhkan oleh masing-masing sistem
transmisi. Jika Volume konduktor untuk sistem dua kawat dc tersebut
dinyatakan sebagai K, maka perbandingan antara masing-masing sistem
transmisi dapat dinyatakan seperti pada tabel berikut

Saluran Saluran
Sistem
udara bawah tanah

1. Sistem dc
- Dua kawat K K
- Dua kawat dengan pentanahan pada titik tengah 0,25 K 0,25 K
(mid point)
- Tiga kawat 0,3125 K 1,25 K

2. Sistem ac satu phasa

12
- Dua kawat 2 2
K K
cos 2  cos 2 
- Dua kawat dengan pentanahan pada titik tengah 0,5 2
K K
(mid point) cos 
2
cos 2 
- Tiga kawat 0,625 2,5
K K
cos 2  cos 2 

3. Sistem ac dua phasa


- Empat kawat 0,5 2
K K
cos 
2
cos 2 
- Tiga kawat 1,457 2,914
K K
cos 2  cos 2 

4. Sistem ac tiga phasa


- Tiga kawat 0,5 1,5
K K
cos 
2
cos 2 
- Empat kawat 0,583 1,75
K K
cos 
2
cos 2 

Referensi :
1. Gupta, A P, Electrical Power, SS Mubarak & Brother Pte Ltd, Singapore
1997.
2. Gupta, J B, Transmision & Distribution, SS Mubarak & Brother Pte Ltd,
Singapore 1997.
3. Kotari, N, Power System Engineering, Tata Mc-Graw Hill Co Ltd, New
Delhi, 1996.
4. Mehta, V K, Principles of Power System, S Chand Co Ltd, New Delhi,
2000.

Soal-Soal :
Berapakah persentase penghematan konduktor feeder jika tegangan pada
sistem dua kawat dc dinaikkan dari 220 V menjadi 500 V dengan daya yang
sama. Untuk menyelesaikannya buatlah beberapa asumsi.

13
BAB 3
ISOLATOR GANTUNG

Untuk operasi saluran udara (transmisi) pada tegangan tinggi


digunakan sejumlah piringan yang dipasang seri. Seluruh unit yang dibangun
dari sejumlah piringan yang dipasang seri ini disebut isolator gantung.
Isolator ini terdiri dari piringan isolator (porcelain, glass) dan piringan
isolator ini mempunyai sebuah kapasitansi relatif pada tiap unitnya, terhadap
peralatan metal pada unit lainnya.

I1
e1 c1 i1 C e1

e2 C I2 e2
c1 i2
E e3 C I3 e3 E
c1 i3
e4 C I4 e4
c1 i4
I5

Gambar 2-1 : diagram isolator gantung.

Terdapat 2 jenis kapasitansi yang timbul pada isolator gantung, jenis


pertama adalah Kapasitansi bersama (Mutual Capasitance) yaitu kapasitansi
yang timbul diantara 2 piringan isolator (C). Jenis kedua adalah Kapasitansi
Shunt dimana kapasitansi ini timbul antara piringan isolator dan tiang/menara
transmisi sebagai pembumian.
Rasio dari tegangan flash over pada n unit piringan terhadap tegangan
flash over yanga melintas pada tiap unit piringan disebut string efisiensi,
dimana nilainya dihitung dengan rumus :
String effisiensi : [ E / (n . e) ] x 100 %

14
Dimana :
E = tegangan flash over pada untai isolator gantung.
n = jumlah total dari unit piringan isolator.
e = tengangan falsh over pada tiap piringan

Terdapat juga nilai K yang merupakan rasio dari kapasitansi shunt


dibandingkan dengan kapasitansi bersama.

K = C1 / C

Dengan mengacu kepada gambar 2-1, dengan memakai hukum


Kirchoff pada titik A, didapat :

I2 = I1 + i1
ω . C . e2 = ω . C . e1 + ω . C1 . e1
ω . C . e2 = ω . C . e1 + ω . KC . e1

e2 = e1 (1 + K)

Pada titik B,
I3 = I2 + i2
ω . C . e3 = ω . C . e2 + ω . C1 . (e1 + e2)
ω . C . e3 = ω . C . e2 + ω . KC . (e1 + e2)
e3 = e2 + K (e1 + e2)
e3 = e1 (1 + K) + K [e1 + e1(1 + K)]
e3 = e1 [(1 + K) + K + K (1 + K)]
e3 = e1 [ 1 + 3 K + K2]

e3 = e1 (1 + 3K + K2)

Pada titik C,
I3 = I2 + i2

15
Didapat :
e4 = e1 (1 + 6K + 5K2 + K3 )

Total tegangan antara konduktor dan menara (pembumian)

E = e1 + e2 + e3 + e4
= e1 ( 4 + 10 K + 6K2 + K3 )

Contoh soal

Soal 1 :
Saluran 33 kV, dipasang pada isolator gantung 3 unit piringan yang
sejenis. Kapasitansi bersamanya sebesar 9 kali kapasitansi shunt. Hitung
tegangan yang melintas pada setiap unit piringan isolator.

Solusi :
K = C1 / C = 1/9

Tegangan yang melintas pada untai isolator gantung :


E = 33 / √3 = 19,05 kV
Jumlah unit, n = 3
E = e1 + e2 + e3
= ( 3 + 4 K + K 2)
= [ 3 + (4/9) + (1/81) ] = 3,45679 e1

Tegangan yang melintas pada tiap unit piringan :


e1 = E / 3,45679 = 19,05 / 3,45679 = 5,51 kV

e2 = (1 + K) e1 = [1 + (1/9)] . 5,51 = 6,12 kV

e3 = e1 (1 + 3K + K2)
= [1 + (3/9) + (1/81)] . 5,51 = 7,42 kV

16
Soal 2 :
Tentukan tegangan yang melintas pada setiap unit piringan isolator
yang terdiri dari 3 isolator sejenis. Tegangan yang melintas pada untai isolator
gantung 60 kV dan rasio antara tiap piringan isolator dan kapasitansi antara
unit piringan isolator ke pembumian adalah 10 : 1.

Solusi :
K = C1 / C = 1/10

Tegangan yang melintas pada untai isolator gantung : 60 kV


Jumlah unit, n = 3

E = e1 + e2 + e3
= ( 3 + 4 K + K 2)
= [ 3 + (4/9) + (1/81) ] = 3,41 e1

Tegangan yang melintas pada tiap unit piringan :

e1 = E / 3,41 = 19,05 / 3,41 = 17,6 kV

e2 = (1 + K) e1 = [1 + (1/10)] . 17,6 = 19,35 kV

e3 = e1 (1 + 3K + K2)
= [1 + (3/10) + (1/100)] . 17,6 = 23,05 kV

Soal 3 :
3 Unit piringan isolator pada untaian isolator gantung, melintas
tegangan pada piringan isolator yang terdekat dengan konduktor sebesar 20
kV dan melintas pada piringan isolator berikutnya sebesar 15 kV. Tentukan
nilai rasio dari kapasitansi bersama terhadap kasitansi shunt.
Jumlah unit, n = 3

17
Tegangan e3 = 20 kV dan e2 = 15 kV

e2 = e1 (1 + K) e1 = e2 / (1 + K)

e3 = e1 (1 + 3K + K2) e1 = e3 / (1 + 3K + K2)

e2 / (1 + K) = e3 / (1 + 3K + K2)
15 / (1 + K) = 20 / (1 + 3K + K2)
4 + 4 K = 3 + 9 K + 3 K2
K2 + 5 K – 1 = 0

Dengan Rumus ABC didapat nilai K = 0,181, rasio = 1/K = 5,53

Referensi :
1. Gupta, A P, Electrical Power, SS Mubarak & Brother Pte Ltd,
Singapore 1997.
2. Gupta, J B, Transmision & Distribution, SS Mubarak & Brother Pte Ltd,
Singapore 1997.
3. Kotari, N, Power System Engineering, Tata Mc-Graw Hill Co Ltd, New
Delhi, 1996.
4. Mehta, V K, Principles of Power System, S Chand Co Ltd, New Delhi,
2000.

Soal-Soal :
Soal 1 :
Tegangan lintas pada isolator gantung adalah 60 KV dan ratio dari
kapasitansi setiap unit dan kapsitansi antara unit dan bumi adalah 10 : 1.
Tentukan :
a. Tegangan yang melintas pada setiap unit isolator.
b. String effisiensi.

18
Soal 2 :
Sebuah Transmisi 3 phasa disuport oleh 3 unit isolator gantung.
Tegangan yang melintas pada saluran adalah 20 KV dan yang melintas pada
unit terdekatnya adalah 15 KV. Hitung :
A. Ratio dari kapasitansi bersama ke tanah (Shunt)
B. Tegangan pada saluran sistem.
C. String effisiensi.

19
BAB 4
KONSTANTA SALURAN TRANSMISI

Saluran transmisi adalah didasari oleh rangkaian listrik yang


mempunyai beberapa konstanta, yaitu : Resistansi, Induktansi dan
Kapasitansi. Konstanta atau parameter ini terdistribusi secara merata
sepanjang saluran dan mereka tidak terkonsentrasi pada satu titik. Regulasi
tegangan dan efisiensi dari sebuah saluran transmisi tergantung dari
seberapa besar konstanta tersebut. Oleh karena itu adalah sangat penting
untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi konstanta tersebut.
Konstanta ini biasanya digambarkan sebagai resistansi atau induktansi atau
kapasitansi per kilometer.

4.1 Resistansi Dari Saluran Transmisi.


Setiap konduktor listrik mempunyai perlawanan terhadap arus yang
mengalir dan perlawanan itu disebut Resistansi. Resistansi (R) yang terdapat
pada konduktor dari sebuah konduktor yang seragam, mempunyai panjang l
dan luas a adalah dirumuskan :
l
R= ρ.
a

Dimana resistivitas dari konduktor tidak hanya tergantung dari bahan


dasar konduktor tetapi juga dari temperatur.
Jika ρ1 dan ρ2 adalah nilai dari resistivitas yang berhubungan dengan
dua temperature yang berbeda t1 dan t2,
ρ1 = ρ2 [ 1 + α ( t1 – t2) ]
Dimana α adalah koefisien temperature dari bahan. Nilai dari koefisien
temperature resistansi adalah juga tidak konstan tetapi tergantung pada awal
temperature.
Koefisien temperature dari resistansi pada pada setiap temperature :
α1 = αo / (1 + αo . t1 )

Dimana αo adalah koefisien temperature dari resistansi pada 0o C.

20
Pada sebuah saluran phasa satu atau 2 kawat saluran dc, loop
resistansi didapatkan sebagai resistansi ganda dari salah satu konduktor,
tetapi pada sistem 3 phasa resistansi per phasa adalah resistansi dari salah
satu konduktor.

4.1.1 Efek Kulit ( Skin Effect ).


Arus dc akan mendistribusikan dirinya sendiri secara merata keseluruh
luas penampang dari konduktor tetapi ac tidak dapat terdistribusi secara
merata tetapi cenderung untuk terkonsentrasi dekat permukaan konduktor.
Pada kenyataannya didalam sistem ac arus tidak mengalir melalui inti dan
seluruh arus dikonsentrasikan pada daerah permukaan. Phenomena ini
disebut dengan Efek kulit (Skin Effect) dan itulah sebabnya mengapa
resistansi agak naik terutama ketika diameter dari konduktor besar.

4.2 Induktansi Pada Saluran Transmisi.


Seperti diketahui bahwa arus pada konduktor dikelilingi oleh lingkaran
konsentris dari saluran magnetik. Pada sistem ac daerah sekitar konduktor
adalah tidak konstan tetapi berubah dan berhubungan dengan konduktor
yang sama sebaik dengan konduktor yang lain. Disebabkan fluks gandeng ini
saluran memiliki induktansi, didefinisikan sebagai fluks gandeng per unit arus.

Fluks gandeng pada konduktor disebabkan Internal fluks :


ψint = ½ . I . 10 –7 Wb/m

Induktansi yang timbul :


Lint = ψint / I = ½ . I . 10 –7 H/m

Fluks gandeng pada konduktor disebabkan Eksternal fluks :


ψext = I . 2 . 10 –7 . ln ( d1/d2 ) Wb/m

Induktansi yang timbul :


Lext = ψext / I = 2 . 10 –7 . ln ( d1/d2 ) H/m

21
4.2.1 Induktansi Saluran Dua Kawat Berfasa Tunggal :
d
Lint = ψint / I = ½ . I . 10 –7 H/m 1 2
Gbr : 3.1

Lext = ψext / I = 2 . 10 –7 . ln ( d/r1 ) H/m

Induktansi total dari rangkaian yang disebabkan arus pada penghantar 1 saja
adalah :
L1 = [ ½ + 2 . ln ( d/r1 ) ] . 10 –7

L1 = 2 . 10 –7 [ ln ξ -¼ + ln ( d/r1 ) ]

L1 = 2 . 10 –7 . ln [ d / ( r1 . ξ -¼ ) ]

r’1 = r1 . ξ -¼ , diketahui sebagai Geometric Mean Radius ( G M R )

dari konduktor dan nilai dari ξ -¼ = 0,7788. Maka,


r’1 = 0,7788 . r1

L1 = 2 . 10 –7 . ln ( d/r’1 ) H/m

Induktansi yang disebabkan arus pada penghantar 2


L2 = 2 . 10 –7 . ln ( d/r’2 ) H/m

Induktansi total pada rangkaian :


Lt = L1 + L2 = 4 . 10 –7 . ln [ d /( r’1 . r’2 )½ ]

Jika r’1 = r’2 = r’ , Induktansi total menjadi :

Lt = L1 + L2 = 4 . 10 –7 . ln [ d / r’ ]

22
4.2.2 G M D dan G M R

GMD (Geometric Mean Distance) dinamakan jarak rata-rata geometris,


antara dua penghantar misalnya antara penghantar X dan penghantar Y.
Singkatannya adalah Dm atau GMD sering juga disebut GMD bersama antara
dua penghantar.
GMR (Geometric Mean Radius) dinamakan radius rata-rata geometrik,
biasa disebut GMD sendiri (Self GMD) dari penghantar, misalnya GMD
sendiri penghantar X. Simbol yang digunakan adalah Ds.

Induktansi pada penghantar X dan Y :


LX = 2 . 10 –7 . ln ( Dmx / Dsx ) H/m

LY = 2 . 10 –7 . ln ( Dmy / Dsy ) H/m


Total Induktansi :
L = LX + LY

Jika : Dmx = Dmy = Dm dan Dsx = Dsy = Ds

Maka Total Induktansi :


L = LX + LY = 4 . 10 –7 . ln ( Dm / Ds ) H/m

Contoh 3.1 :
1 2 1' 2'

0,2m 1,2 m 0,2 m

Jari-jari setiap konduktor, r = 1,2 cm


GMR setiap konduktor, r' = 0,7788 x 1,2 = 0,93456 cm

Dmx = ( d11' . d22' . d21' . d22' ) 1/4


= ( 140 x 160 x 120 x 140 ) 1/4 = 139,28 cm

23
Dsx = ( d11 . d22 . d21 . d22 ) 1/4
= ( 0,93456 x 20 x 20 x 0,93456 ) 1/4 = 4,32333 cm

Dmx = Dmy = Dm dan Dsx = Dsy = Ds

Induktansi total :
L = LX + LY = 4 . 10 –7 . ln ( Dm / Ds ) H/m

= 4 . 10 –7 . ln ( 139,28 / 4,32333 )
= 13,89 . 10 –7 H/m = 1,389 m H/km

Contoh 3.2 :
1 1'

1,0 m 3.0 m

2 2'

Jari-jari setiap konduktor, r = 1 cm


GMR setiap konduktor, r' = 0,7788 x 1 = 0,7788 cm

Dmx = ( d11' . d22' . d21' . d22' ) 1/4


= ( 300 x 316,23 x 300 x 316,23 ) 1/4 = 308,0 cm

Dsx = ( d11 . d22 . d21 . d22 ) 1/4


= ( 0,7788 x 100 x 0,7788 x 100 ) 1/4 = 8,825 cm

Dmx = Dmy = Dm dan Dsx = Dsy = Ds

Induktansi total :
L = LX + LY = 4 . 10 –7 . ln ( Dm / Ds ) H/m

= 4 . 10 –7 . ln ( 308,0 / 8,825 )
= 142 . 10 –7 H/m = 1,42 mH/km

24
4.2.3 Induktansi Pada Saluran 3 Phasa

Melihat sebuah saluran transmisi 3 phasa A


Dengan konduktor A, B dan C, jari-jari tiap konduktor
Adalah r meter. Jarak antar konduktor : d1, d2 dan d3 d1 d3
Dan arus yang mengalir : I1, I2 dan I3.
B d2 C
Mencari nilai induktansi 3 phasa pada saluran Gbr 3.2

Tergantung pada kondisi :

1. Jarak pemisah yang sama.


Seperti gambar diatas jarak antar konduktor adalah sama maka d1=
d2 = d3, maka untuk induktansi per phasa untuk saluran 3 phasa :

La = 2 . 10 –7 . ln [ (d1 . d2 . d3)1/3 / r’ ]

La = 2 . 10 –7 . ln ( d / r’ ) H/m

2. Sejajar dalam satu bidang.

Pada posisi ini : a b c


d1= d ; d2 = d dan d3 = 2 d
d d
2d
Gbr 3.3

dimana :
La = 2 x 10 –7 [ ln (d/r’) + 0,5 . Ln 2 – j 0,866 ln 2 ] H/m

Lb = 2 x 10 –7 . ln (d/r’) H/m

Lc = 2 x 10 –7 [ ln (d/r’) + 0,5 . Ln 2 – j 0,866 ln 2 ] H/m

25
3. Konduktor membentu segitiga siku.

Posisi konduktor adalah


d1 = d2 = d √ 2d d
d3 = √ 2d
Substitusi nilai diatas : d
Gbr 3.4

La = 2 x 10 –7 [ ln (d/r’) + 0,5 . Ln √ 2 – j 0,866 ln √ 2 ] H/m


Lb = 2 x 10 –7 ln (d/r’) H/m
Lc = 2 x 10 –7 [ ln (d/r’) + 0,5 . Ln √ 2 – j 0,866 ln √ 2 ] H/m

4. Jarak berbeda (asimetris)


La = 2 x 10 –7 [ ln (1/r’) + Ln √ (d1.d3) + j √3 ln √ (d1/d3) ] H/m
Lb = 2 x 10 –7 [ ln (1/r’) + Ln √ (d1.d2) + j √3 ln √ (d2/d1) ] H/m
Lc = 2 x 10 –7 [ ln (1/r’) + Ln √ (d3.d2) + j √3 ln √ (d3/d2) ] H/m

4.3 Kapasitansi Pada SaluranTransmisi.


Diketahui setiap 2 konduktor yang dipisahkan oleh media isolasi
terdapat sebuah kapasitor. Pada kasus saluran transmisi 2 konduktor
membentuk 2 plat kapasitor, mereka dipisahkan oleh udara antara satu dan
lainnya. Kapasitansi ini adalah dengan rata didistribusikan penuh sepanjang
saluran dan mungkin dipandang sebagai kondensor seri yang merata
dihubungkan antara konduktor.
Apabila melintas tegangan pada saluran maka akan timbul arus dan
arus yang terdapat pada kapasitor adalah arus pengisian.
Arus pengisian (Ic) = 2 π.f.C.V
Dimana :
f = frekwensi masukan.
C = kapasitansi saluran.
V = tegangan saluran.

26
4.3.1 Kapasitansi Saluran 2 Kawat.

Kapasitansi antara dua konduktor pada saluran didefinisikan sbagai


muatan pada konduktor tersebut per-unit selisih potensial diantara keduanya.
Dalam bentuk persamaannya, kapasitansi per-unit panjang saluran adalah :
C=Q/V (F/m)
Dimana :
Q = muatan pada saluran dalam coulomb/meter.
V = beda potensial antara 2 konduktor.

Potensial yang timbul antara konduktor a b


a dan b adalah : d
Gbr 3.5

V = Va – Vb
= [Q / 2 π. ξo] ln (d/ra) – [– Q / 2π. ξo] ln (d/rb)

= (Q / 2 π. ξo ) ln (d2 / ra .rb) volt

dimana : ξo = 8,854 . 10–12


Kapasitansi, C = Q/V
= Q / [ (Q / 2π. ξo ) ln (d2 / r) ]
= 2π. ξo / ln (d/ ra .rb) Farad/m
Jika : ra = rb = r
Maka : C = π. ξo / ln (d/r) Farad/m

4.3.2 Kapasitansi Saluran 3 Phasa.


a
1. Jarak tidak Simetris.
d1 d3
Yang dimaksud dengan jarak tidak simetris b c
Adalah jarak antar konduktor yang tidak sama. d2
Untuk keadaan ini didapat : Gbr 3.6

27
Ca = ( 2π.ξo ) . ln (d2/r) – (Vb/Va) ln (d3/d1) Farad/m
ln (d3/r) . ln (d2/r) – ln (d2/d1) . ln (d3/d1)

Cb = ( 2π.ξo ) . ln (d3/r) – (Vc/Vb) . ln (d1/d2) Farad/m


ln (d1/r) . ln (d3/r) – ln (d3/d2) . ln (d1/d2)

Cc = ( 2π.ξo ) . ln (d2/r) – (Va/Vc) ln (d2/d3) Farad/m


ln (d2/r) . ln (d1/r) – ln (d1/d3) . ln (d2/d3)

2. Jarak Tidak Simetris Dengan Transposisi.

Va = (Q1 / 2π.ξo ) . ln (D/r)


Kapasitansi, Ca = ( 2π.ξo ) / ln (D/r) Farad/m
Untuk Ca = Cb = Cc

3. Jarak simetris.

Pada jarak simetris d1 = d2 = d3 = d d1 d2


Jika :
D = (d1 d2 d3) 1/3 d3
= (d . d . d) 1/3 Gbr 3.7

=d

V = ( Q/ 2π.ξo ). ln (d/r) volt

Kapasitansi, Ca = ( 2π.ξo ) / ln (d/r) Farad/m

28
4.3.3 Kapasitansi Rangkaian Ganda.
Sebuah rangkaian ganda 3 phasa dihubungkan pada konduktor pararel
A, B dan C membentuk sebuah rangkaian dan A’, B’ dan C’ membentuk
rangkaian yang lain (konduktor dengan jarak simetris).
Muatan dari konduktor A, B dan C adalah Q1, Q2 dan Q3 coulomb per
meter. Kemudian muatan konduktor A’, B’ dan C’ akan juga menjadi Q1, Q2
dan Q3 coulomb per meter dan
Q1 + Q2 + Q3 = 0
Kapasitansi dihitung ketika konduktor ditransposisi.

A d5 C’
d1 d1
B d4 B’ Posisi : a
d2 d3
d1 d1
C d5 A’

C d5 B’
d1 d1
A d4 A’ Posisi : b
D6
d1 d4 d1
B d5 C’

B d5 A’
d1 d1
C d3 C’ Posisi : c
d2
d1 d4 d1
A d5 B’

Gbr 3.8 : Perubahan keadaan pada Transposisi.

Pada Posisi A :
Va1 = (1/2π.ξo ) [ Q1 . ln (1/r.d3) + Q2 . ln (1/d1.d4) + Q3 . ln (1/ d2.d5)

29
Pada Posisi b :
Va2 = (1/2π.ξo ) [ Q1 . ln (1/r.d6) + Q2 . ln (1/d1.d4) + Q3 . ln (1/ d1.d4)
Pada Posisi c :
Va3 = (1/2π.ξo ) [ Q1 . ln (1/r.d3) + Q2 . ln (1/d2.d5) + Q3 . ln (1/ d1.d4)

Rata-rata potensial dari konduktor A,


VA = [Va1 + Va2 + Va3] / 3
VA = [ Q1/ ( 6. π.ξo ) ] ln [ (d12 . d42 . d2 . d5) / ( r3 . d32 . d6 )]

Kapasitansi dari konduktor A,


CA = ( 2π.ξo ) / ln (d/r)
Dimana :
d = [ (d12 . d42 . d2 . d5) / ( d32 . d6 ) ] 1/3

4.4 Transposisi Dari Konduktor.


1 3 2

2 1 3

3 2 1

Gbr 3.9 : Perioda transposisi.

Jika jarak pemisah penghantar saluran 3 phasa tidak sama, persoalan


menemukan induktansi dan kapasitansi menjadi rumit. Dalam hal fluks
gandeng dan induktansi masing-masing fasa menjadi berlainan. Suatu
induktansi yang bebeda pada setiap fasa menyebabkan rangkaian tidak
seimbang.
Efek ketidak seimbangan pada perhitungan dari konduktor dapat
dicegah dengan Transposisi dari konduktor, yang merupakan pertukaran
kedudukan dari penghantar pada selang jarak yang teratur disepanjang
saluran, sedemikian sehingga setiap penghantar akan menduduki posisi
semula penghantar yang lain pada suatu jarak yang sama.

30
Referensi :
1. Gupta, A P, Electrical Power, SS Mubarak & Brother Pte Ltd,
Singapore 1997.
2. Gupta, J B, Transmision & Distribution, SS Mubarak & Brother Pte Ltd,
Singapore 1997.
3. Kotari, N, Power System Engineering, Tata Mc-Graw Hill Co Ltd, New
Delhi, 1996.
4. Mehta, V K, Principles of Power System, S Chand Co Ltd, New Delhi,
2000.

Soal-Soal
Soal 1 :

Hitung GMR pada konduktor unkonvensional diatas.

Soal 2 :

5m 5m

A B C
Saluran 3 phasa, 50 Hz, 132 kV, 100 km, diameter konduktor 2,4 cm
Hitung :
- Rata-rata induktansi
- Kapasitansi dan Arus pengisian yang terjadi

Soal 3 :
Saluran transmisi rangkaian ganda 1 Phasa, diameter setiap konduktor
2 cm. Tentukan Induktansi saluran per km.

31
A A’
3m 1m

B B’
Soal 4 :

6m
4m

5m

Hitung : total induktansi dan kapasitansi yang terjadi


Soal 5 :
6 konduktor dari saluran transmisi rangkaian ganda, diameter tiap konduktor
2,5 cm berapa kapasitansi per km dari setiap konduktor.

7m 4m
9m 8m

32
BAB 5
SALURAN TRANSMISIJARAK PENDEK

Penting untuk diperhatikan didalam pengoperasian dari saluran


transmisi adalah Jatuh Tegangan (Voltage Drop) dan Rugi Daya (Power
Losses) yang terjadi di saluran dan Efisiensi dari transmisi. Ini dipengaruhi
oleh konstanta saluran transmisi, yakni : Resistansi ( R ), Induktansi ( I ) dan
Kapasitansi ( C).
Resisitansi ( R ) adalah disebabkan oleh kenyataan setiap kondoktor
dialiri oleh arus. Induktansi ( L ) adalah disebabkan oleh kenyataan
disekeliling konduktor terdapat medan magnet. Kapasitansi dari saluran
disebabkan kenyataan bahwa konduktor membawa arus membentuk sebuah
kapasitor dengan bumi yang mana adalah selalu pada potensial terendah
daripada konduktor dan udara antara mereka membentuk sebuah medium
dielektrik.
Pengaruh dari induktansi saluran adalah disebabkan jatuh tegangan
pada saluran adalah kuadrat dari arus yang mengalir di konduktor, adalah
sama dengan 2  f L I volt, dimana f merupakan suplai frekwensi dalam Hz, L
adalah induktansi per konduktor dalam Henry, I adalah arus dalam ampere.
Pengaruh dari kapasitansi saluran adalah untuk menghasilkan sebuah arus,
disebut arus pengisian, yang mana kuadrat dengan tegangan. Ini adalah
komponen dari arus didalam konduktor yang mempunyai nilai maksimum
pada sisi kirim dari saluran dan menurun bertahap sampai sisi terima dari
saluran, mendekati nilai nol. Magnitude dari arus pengisian pada sisi kirim
adalah 2  f C V, dimana f merupakan suplai frekwensi dalam Hz, C adalah
Kapasitansi per konduktor dalam farads, Vs adalah tegangan (Tegangan
kirim) ke netral dalam volts.

5.1 Penggolongan Saluran Transmisi.


Pada umumnya saluran transmisi digolongkan dalam : Saluran
Transmisi Jarak Pendek, Saluran Transmisi Jarak Menengah dan Saluran
Transmisi Jarak Jauh.

33
Saluran Transmisi yang mempunyai panjang kurang dari 60 km dan
dioperasikan dibawah 20.000 volt, masuk pada kategori pertama yakni
Saluran Transmisi jarak pendek. Disebabkan jarak yang pendek dan
tegangan saluran yang rendah, pengaruh kapasitansi sangat kecil sekali dan
oleh karena itu dapat diabaikan. Karena itulah tampilan transmisi jarak
pendek hanya dipengaruhi oleh resistansi dan induktansi dari saluran.
Meskipun pada kenyataannya resistansi dan induktasi didistribusikan
sepanjang seluruh saluran, tetapi didalam saluran jarak pendek, total
resistansi dan induktansi diasumsikan untuk dihitung pada satu tempat.
Dalam kasus rangkaian satu fasa, total loop resistansi dan induktansi
digunakan didalam perhitungan, dimana sebagai kasus rangkaian 3 fasa
hanya resistansi dan induktasi kenetral yaitu perphasa yang dgunakan
didalam perhitungan. Pengaruh dari generator dan transformator dapat
diwakili oleh impedansi seri saluran, impedansi sinkron dari generator dan
impedansi seri dari tranformator.
Saluran transmisi yang mempunyai jarak antara 60 sampai 150 km dan
tegangan antara20 kv dan 100 kv masuk dalam kategori Saluran Transmisi
Jarak Menengah. Pajang dan tegangan yang ckup besar dari saluran,
pengaruh kapasitansi dibutuhkan dalam perhitungan. Walupun kapasitansi
adalah didistriusikan secara merata sepanjang saluran, namun kapasitansi
masih bisa diasumsikan untuk di dikonsentrasikan pada satu atau lebih titik,
lebih banyak titik yang diasumsikan lebih baik hasil yang didapat.
Saluran transmisi diatas 150 km dan tegangan diatas 100kv masuk
didalam kategori Saluran Transmisi Jarak Jauh. Pada saluran ini impedansi
dan admitansi dipandang terdistribusi secara merata dan oleh karena itu
solusi untuk ini dilakukan dengan cara yang sangat teliti.

5.2 Regulasi dan Efisiensi pada Saluran Transmisi.


Ketika beban dipasok, ada jatuh tegangan pada saluran disebabkan
oleh resistansi dan induktansi dari saluran. Oleh karena itu tegangan sisi
terima Vr biasanya lebih kecil dari tegangan sisi kirim Vs. Jatuh tegangan
adalah perbedaan dari tegangan sisi kirim dengan tegangan pada sisi terima,
yang digambarkan sebagai sebuah prosentasi yang disebut Regulasi.

34
Vs – Vr
% Regulasi = x 100 %
Vr

Ketika beban dipasok terdapat rugi disaluran yang disebabkan


resistansi ohmik dari konduktor saluran dan daya yang dibawa pada beban
akhir dari sebuah saluran transmisi adalah lebih kecil dari pada pasokan pada
sisi kirim.

Vr . Ir . Cos r
Efisiensi () = x 100 %
Vs . Is . Cos s

5.3 Saluran transmisi Jarak Pendek.


C

Vs Vr Vs A G H
Vr B

O Vs . Cos r D F I

Vektor diagram yang diperlihatkan pada gambar diatas :


OA = Vr = Tegangan pada sisi terima.
OI = I = Arus beban.
AB = I.R = Jatuh tegangan resistif.
BC = I.X = Jatuh tegangan reaktif.
OC = Vs = Tegangan pada sisi kirim.

Vs = OC = √ (OF)2 + (FC)2

= √ (OD + DF)2 + (FB + BC)2

= √ (Vr . Cos r + I.R)2 + (Vr . Sin r + I.X)2

35
OF Vr . Cos r + IR
Cos r = =
OC Vs

√ (Vr Cos r + I.R)2 + (Vr . Sin r + I.X)2 – Vr


% Regulasi = x 100 %
Vr

Untuk mendapatkan nilai dengan sebuah nilai pendekatan dari nilai


tegangan sisi kirim, maka Vs :

Vs = OA + AG + GH
= Vr + I.R . Cos r + I.X . Sin r

Vs – Vr
% Regulasi = x 100 %
Vr

Vr + I.R Cos r + I.X . Sin r – Vr


= x 100 %
Vr

I.R Cos r + I.X . Sin r


= x 100 %
Vr

Daya masukan = Vs . I . Cos r


Rugi saluran = I2 . R
Daya keluaran = Vs . I . Cos r + I2. R

Efisiensi dari saluran Transmisi :

Daya masukan
Efisiensi () = x 100 %
Daya keluaran

36
Vr . I . Cos r
Efisiensi () = x 100 %
Vr . I . Cos r + I2. R

5.4 Saluran Transmisi Jarak Pendek 3 Phasa.


Sistem dapat digambarkan sebagai 1 unit phasa, setiap konduktor
mempunyai reaktansi R ohm per phasa, reaktansi X ohm per phasa dan daya
total masukan. Penggambaran sebagai saluran 1 phasa dapat juga untuk
menentukan tegangan kirim, faktor daya, rugi saluran, regulasi, efisiensi dan
lainnya untuk saluran 3 phasa.

Contoh Soal :
Soal : 1. Sebuah saluran transmisi satu phasa, 1.100 kw power untuk sebuah
pabrik pada 11 kV dan pada faktor daya 0,8 lagging. Total resistansi 2 ohm
dan reaktansi 3 ohm. Tentukan : (I) Tegangan pada sisi kirim (ii) Regulasi dan
(iii) Efisiensi.

Solusi : Resistansi Saluran, R = 2 Ohm


Reaktansi Saluran, X = 3 Ohm
Teg. Sisi terima, Vr = 11.000 V
Daya masukan, P = 1.100 kW
Faktor Daya, Cos r = 0,8 lagging.

P x 1.000
Arus beban, I =
Vr . Cos r

1.100 x 1.000
= = 125 A
11.000 . 0,8

Vs = √ (Vr Cos r + I.R)2 + (Vr . Sin r + I.X)2

= √ (11.000 x 0,8 + 125 x 2)2 + (11.000 x 0,6 + 125 x 3)2

= 11.426 Volts

37
Vs – Vr
% Regulasi = x 100 %
Vr
11.426 – 11.000
% Regulasi = x 100 %
11.000
= 3.873 %

Rugi saluran = I2. R = (125)2 x 2 = 31.250 watt = 31,25 kw

Daya masukan
Efisiensi () = x 100 %
Daya keluaran

1.100
= x 100 % = 97,24 %
1.100 + 31.250

Referensi :
1. Gupta, A P, Electrical Power, SS Mubarak & Brother Pte Ltd,
Singapore 1997.
2. Gupta, J B, Transmision & Distribution, SS Mubarak & Brother Pte Ltd,
Singapore 1997.
3. Kotari, N, Power System Engineering, Tata Mc-Graw Hill Co Ltd, New
Delhi, 1996.
4. Mehta, V K, Principles of Power System, S Chand Co Ltd, New Delhi,
2000.

Soal-Soal :
Soal 1 :
Saluran 3 phasa 10 km mempunyai resistansi dan reaktansi per km
adalah 0,8 ohm dan 1,0 ohm, membawa beban 10.000 kw pada 33 kv dan
power faktor 0,8 lagging. Tentukan tegangan kirim dan regulasi dari saluran.
[37,7kv ; 14,23%]

38
Soal 2 :
Saluran transmisi 3 phasa mengantar beban 10.000 kva pada 33 kv
(line) dan faktor daya 0,8 lagging. Resistansi 5 ohm dan reaktansi 12 ohm.
Tentukan tegangan kirim (line) dan efisiensi.

Soal 3 :
Saluran transmisi 3 phasa, 50 hz, 20 km mengantar beban 10.000 kw
pada tegangan terima saluran 11 kv, faktor daya 0,8 lagging. Resistansi
saluran 0,03 ohm/phasa.km dan induktansi saluran 0,7 ohm/phasa.km.
Tentukan tegangan kirim saluran, regulasi dan efisiensi dari transmisi.

39
BAB 6
KONSTANTA ABCD

Saluran transmisi dapat dinyatakan sebagai jaringan dengan dua


terminal masukan dan dua terminal keluaran. Tegangan masukan per fasa
(tegangan kirim) dan arus masukan (arus kirim) pada saluran transmisi dapat
dinyatakan sebagai :
VS = AVR + BIR ……….(1)
IS = CVR + DIR ……….(2)
Dimana : VS = tegangan kirim per fasa
IS = arus kirim
VR = tegangan terima per fasa
IR = arus terima

IS IR

VS ABCD VR

Konstanta ABCD dapat diketahui dengan cara :


- Rangkaian terbuka (open circuit)
Arus terima IR = 0
A = VS/VR ……….(3)
C = IS/VR ……….(4)

- Rangkaian pendek (short circuit)


Tegangan terima VR = 0
B = VS/IR ……….(5)
D = IS/IR ……….(6)

40
Dimana konstanta ABCD dinyatakan :
A = rasio perbandingan antara tegangan kirim dan tegangan terima pada
saat sisi terima merupakan rangkaian terbuka, berupa bilangan
kompleks.
B = rasio perbandingan antara antara tegangan kirim dan arus terima pada
saat sisi terima merupakan rangkaian pendek, berupa bilangan
kompleks dan satuannya Ohm.
C = rasio perbandingan antara arus kirim dan tegangan terima pada saat
sisi terima merupakan rangkaian terbuka, berupa bilangan kompleks
dan satuannya Mho.
D = rasio perbandingan antara antara arus kirim dan arus terima pada saat
sisi terima merupakan rangkaian pendek, berupa bilangan kompleks.

Beberapa metode untuk mendapatkan konstanta ABCD ada saluran


transmisi adalah :

1. Saluran pendek
Pada metode ini efek kapasitansi diabaikan.

IS IR

Saluran
BEBAN

VS VR

Netral
IS = I R ……….(7)
V S = V R + I RZ ……….(8)

Bandingkan persamaan (1) dengan (8) dan (2) dengan (7), sehingga
didapat :
A = 1 ; B = Z ; C = 0 dan D = 1

2. End Condenser Method


Pada metode ini, kapasitansi saluran diasumsikan berada pada sisi
terima.

41
IS R X IR

Saluran IC

BEBAN
VS C VR

Netral
IS = IC + IR = YVR + IR ……….(9)
VS = VR + ZIS = VR + Z(IC + IR)
= VR + ZIR + ZYVR
= VR (1 + ZY) + ZIR ……….(10)
Bandingkan persamaan (1) dengan (10) dan (2) dengan (9), sehingga
didapat :
A = 1+ ZY ; B = Z ; C = Y dan D = 1

3. Metode T nominal
Pada metode ini, kapasitansi saluran diasumsikan berada ditengah-

IS R/2 X/2 R/2 X/2


IR

Saluran IC
BEBAN

VS C VR
V'

Netral
tengah saluran.

Z
V'  VR  IR
2
IS = IR + IC = IR + YV’
 Z
= IR + Y  VR  IR 
 2

42
 YZ 
= YVR + IR 1   ……….(11)
 2 

Z
VS  V'  IS
2
Z Z
VS = VR + IR  IS
2 2
Z Z  YZ  
= VR + IR  YVR  IR 1  
2 2  2  

 YZ   2
= 1   VR +  Z  YZ  IR ……….(12)
 2   4 

Bandingkan persamaan (1) dengan (12) dan (2) dengan (11), sehingga :
YZ  YZ 
A = D = 1 ; B = Z1   ; dan C = Y
2  4 

4. Metode Nominal 
Pada metode ini, kapasitansi diasumsikan terbagi dua dan terdapat
pada sisi kirim dan sisi terima dari saluran.

IS R IL X IR

ICS Saluran ICR


BEBAN

VS C/2 C/2 VR

Netral
ICR = ½ YVR
IL = IR + ICR = IR + ½ YVR
VS = VR + IL Z = VR + Z(IR + ½ YVR)
= (1 + ½ YZ) VR + IRZ ……….(13)
ICS = ½ YVS
IS = IL + ICS = IL + ½ YVS
= IR + ½ YVR + ½ YVS

43
= IR + ½ YVR + ½ Y[(1 + ½ YZ) VR + IRZ]
= VR Y(1 + ¼ YZ) + IR (1 + ½ YZ) ……….(14)

Bandingkan persamaan (1) dengan (14) dan (2) dengan (13), sehingga :
A = D = 1 + ½ YZ ; B = Z ; dan C = Y(1 + ¼ YZ)

Contoh Soal :
Saluran transmisi 3 fasa mempunyai impedansi total per fasa 20080 Ohm
dan admitansi total 0,001390 Mho per fasa. Saluran tersebut menyuplai
beban 80 MW dengan faktor daya 0,8 lagging dan tegangan antar saluran
220 kV. Hitunglah :
a. Konstanta ABCD
b. Tegangan kirim, arus kirim dan faktor daya
c. Efisiensi

Solusi :
Tegangan terima :
220000
VR   127000 V
3
Arus terima :

80 x 106
IR   262,43 A
3 x 220000 x 0,8
Tegangan terima sebagai referensi :
VR = 1270000 V
IR = 262,43 (CosR - jsinR) = 262,43 (0,8 – j 0,6)
= 210 – j 157,46
= 262,43-36,87
a. Jika menggunakan metode T nominal :
YZ
A = D = 1
2
= 1 + ½ x 0,001390 x 20080
= 1 + 0,13170
= 1 – 0,128 + j 0,02257

44
= 0,872 + j 0,02257
= 0,8721,5

 YZ 
B = Z1  
 4 

= 20080 (1 + ¼ x 0,001390 x 20080)


= 20080 (1 + 0,065170)
= 187,280,69 Ohm
C = Y = 0,001390 Mho

b. VS = AVR + BIR
= (0,8721,5 x 1270000) + (187,280,69 x 262,43-36,87)
= 15073614,18 Volt
Tegangan kirim antar saluran VSL = 3 x 150736 = 261 kV
IS = CVR + DIR
= (0,001390 x 1270000) + (0,8721,5 x 262,43-36,87)
= 189,349,93 A
sudut faktor daya = 14,18 – 9,93 = 4,25
Faktor daya sisi kirim cos S = 0,9973 lagging

c. Daya input = 3 VSL IS cos S


= 3 x 261000 x 189,34 x 0,9973
= 85,36 MW
Daya output
Efisiensi  = x 100 %
Daya input

80
= x 100 % = 93,72 %
85,36

Referensi :
1. Gupta, A P, Electrical Power, SS Mubarak & Brother Pte Ltd,
Singapore 1997.
2. Gupta, J B, Transmision & Distribution, SS Mubarak & Brother Pte Ltd,
Singapore 1997.

45
3. Kotari, N, Power System Engineering, Tata Mc-Graw Hill Co Ltd, New
Delhi, 1996.
4. Mehta, V K, Principles of Power System, S Chand Co Ltd, New Delhi,
2000.

Soal-Soal :

Soal 1 :
Parameter ABCD dari dua saluran transmisi adalah A1, B1, C1, D1 dan A2,
B2, C2, D2. Carilah parameter ABCD jika kedua saluran transmisi tersebut
terhubung :
a. seri
b. paralel.

Soal 2 :
Saluran transmisi 3 phasa, 50 Hz,160 km, tegangan terima 132 kV,
dengan : resistansi per km per konduktor = 0,16 ohm
Induktansi per km per konduktor = 1,2 mH
Capasitansi per km per konduktor = 0,0082 ц F
Tentukan tegangan, arus dan faktor daya pada sisi kirim ketika mensuplai
beban 100 MVA pada pf 0,8 lagging.

46
BAB 7
SALURAN TRANSMISI JARAK MENENGAH

Untuk saluran transmisi jarak pendek, efek kapasitansi pada saluran


dapat diabaikan, tapi pada saluran transmisi jarak menengah efek ini tidak
dapat diabaikan.
Ada beberapa metode perhitungan kapasitansi pada saluran transmisi
jarak menengah, yaitu :

1. End Condenser Method


Pada metode ini, kapasitansi saluran diasumsikan berada pada sisi
terima. Arus per fasa IR lagging sebesar R dari tegangan terima per
fasa VR. Resistansi per fasa R Ohm dan reaktansi per fasa X Ohm.
Kapasitansi saluran per fasa C Farad.

IS R X IR

Saluran IC
BEBAN

VS C VR

Netral

Sebagai referensi adalah tegangan terima VR = VR (1 + j0)


Arus beban IR = IR (cos R –j sin R)
Arus kapasitif IC = jVRB = jVRC = j2fCVR
Arus kirim IS = IR + IC = IR (cos R –j sin R) + j2fCVR
Jatuh tegangan saluran perfasa
= IS Z
= IS (R + jX)
= [IR (cos R –j sin R) + j2fCVR] [R + jX]

47
= IR R cos R + IR X sin R - 2fCVRX + j [IR X cos R - IR R sin R +
2fCVRR]
= IR [(RcosR + XsinR) + j(XcosR + RsinR)] - 2fCVR (X – jR)

Tegangan pada sisi kirim VS = VR + ZIS


VS  VR
% Regulasi  x 100 %
VR

VR I R cos  R
Efisiensi saluran transmisi  x 100 %
VR I R cos  R  I S R
2

2. Metode T nominal
Pada metode ini, kapasitansi saluran diasumsikan berada ditengah-
tengah saluran.

IS R/2 X/2 R/2 X/2


IR

Salura n IC

BEBAN
VS C VR
V'

Netral

Arus per fasa IR lagging sebesar R dari tegangan terima per fasa VR.
Resistansi per fasa R Ohm dan reaktansi per fasa X Ohm. Kapasitansi
saluran per fasa C Farad.
Sebagai referensi adalah tegangan terima VR = VR (1 + j0)
Arus beban IR = IR (cos R –j sin R)
Tegangan kapasitansi V’ = VR + IR Z/2
= VR + ½ IR (R + jX)
= VR (1 + j0) + ½ IR (cos R –j sin R) (R + jX)

Arus kapasitif IC = j  C V’ = j 2  f C V’

48
Arus kirim IS = IR + IC
R  jX
Tegangan kirim VS  V'  I S
2

3. Metode Nominal 
Pada metode ini, kapasitansi diasumsikan terbagi dua dan terdapat
pada sisi kirim dan sisi terima dari saluran.

IS R IL X IR

ICS Saluran ICR

BEBAN
VS C/2 C/2 VR

Netral

Arus per fasa IR lagging sebesar R dari tegangan terima per fasa VR.
Resistansi per fasa R Ohm dan reaktansi per fasa X Ohm. Kapasitansi
saluran per fasa C Farad.
Sebagai referensi adalah tegangan terima VR = VR (1 + j0)
Arus beban IR = IR (cos R –j sin R)
2fCVR
ICR 
2
Arus saluran IL = IR + ICR
Jatuh tegangan saluran = IL Z
Tegangan kirim VS = VR + IL Z

SOAL A
Saluran transmisi satu fasa jarak menengah 80 km mempunyai :
Resistansi per km = 0,3125 Ohm
Reaktansi per km = 1,0 Ohm
-6
Suseptansi per km = 17,5 x 10 Mho

49
Tegangan terima = 66 kV
Daya yang diterima adalah 15 MW pada faktor daya 0,8 lagging. Tentukanlah
: Arus kirim, tegangan kirim, faktor daya sisi kirim, Regulasi tegangan, rugi
saluran dan Efisiensi jika :
1. Diasumsikan kapasitansi total berada pada sisi terima
2. Menggunakan metode T nominal
3. Menggunakan metode nominal .

PENYELESAIAN :
Resistansi total R = 80 x 0,3125 = 25 Ohm
Reaktansi total X = 80 x 1,0 = 80 Ohm
-6 -4
Suseptansi total B = 80 x 17,5 x 10 = 14 x 10 Mho

Tegangan terima VR = 66000 V

15 x 10 6
Arus terima IR   284 A
66000 x 0,8

Faktor daya pada sisi terima Cos R = 0,8 dan Sin R = 0,6

Referensi : VR = 66000 (1 + j0) V

Maka : IR = 284 (0,8 – j0,6) A = (227,2 – j170,4) A

1. Diasumsikan kapasitansi total berada pada sisi terima

Arus charging IC = jB VR = j 0,0014 x 66000 = j 92,4 Ampere

Arus kirim IS = IR + IC
= (227,2 – j170,4) + j 92,4
= (227,2 – j78) Ampere = 240,2  -18,94O Ampere
Tegangan Kirim VS = VR + IS (R + jX)
= (66000+ j0) + (227,2 – j78)(25 + j80)
= (77,920 + j16,226) Volt = 79,592  11,76O Volt

Sudut faktor daya pada sisi kirim S = 11,76O – (--18,94O) = 30,7O

Faktor daya sisi kirim Cos S = Cos 30,7O = 0,86 Lagging

Regulasi tegangan = (VS - VR)/ VR x 100 %

50
79,592  66000
 x 100 %  20,6 %
66000
2 2
Rugi saluran = IS R = (240,2) x 25 = 1442,4 kW
Pout
Efisiensi  x 100 %
Pout  Rugi saluran
15000
 x 100 %  91,23 %
15000  1442,4

2. Menggunakan metode T nominal

Tegangan V’ = V R + IR (Z/2)
(25  j80)
= (66000+ j0) + (227,2 – j170,4)
2

= (66000+ j0) + (9656 + j6958) = (75656+ j6958) Volt

Arus charging IC = jB V’
= j 0,0014 x (75656+ j6958) = (-9,7412 + j105,9184) A

Arus kirim IS = I R + IC
= (227,2 – j170,4) + (-9,7412 + j105,9184)
= (217,4588 – j64,4816) Ampere = 226,82 -16,52O A

Tegangan Kirim :
VS = V’ + IS Z/2
(25  j80)
= (75656+ j6958) + (217,4588 – j64,4816)
2
= (75656+ j6958) + (5297,499 + j7892,332)
= (80953,499 + j14850,332) Volt = 82304,32 10,395O V

Sudut faktor daya pada sisi kirim S = 10,395O – (--16,52O) = 26,915O

Faktor daya sisi kirim Cos S = Cos 26,915O = 0,892 Lagging

51
Regulasi tegangan = (VS - VR) / VR x 100 %
82304,32  66000
 x 100 %  24,7 %
66000
2 2
Rugi saluran = IS R = (226,82) x 25 = 1286,183 kW
Pout
Efisiensi  x 100 %
Pout  Rugi saluran
15000
 x 100 %  92,1 %
15000  1286,183

3. Menggunakan metode nominal .

Arus charging pada sisi terima :


B VR j 0,0014 x 66000
ICR  j   j 46,2 A
2 2
Arus kirim :
IL = IR + ICR
= (227,2 – j170,4) + j 46,2
= (227,2 – j124,2) Ampere = 258,93  - 23,73O Ampere

Tegangan Kirim VS = VR + IL (R + jX)


= (66000+ j0) + (227,2 – j124,2)(25 + j80)
= (66000+ j0) + (15616 + j15071)
= (81616 + j15071) Volt = 82995,82  10,46O Volt
Arus charging pada sisi kirim :
B VS j 0,0014 x 82995,82
ICS  j   j 58,1 Ampere
2 2
Arus kirim IS = IL + ICS
= (227,2 – j124,2) + j58,1
= (227,2 – j 66,1) Ampere = 236,62  -16,22O Ampere

52
Sudut faktor daya pada sisi kirim S = 10,46O – (--16,22O) = 26,68O

Faktor daya sisi kirim Cos S = Cos 26,68O = 0,894 Lagging

Regulasi tegangan = (VS - VR)/ VR x 100 %


82995,82  66000
 x 100 %  25,75 %
66000
2 2
Rugi saluran = IS R = (236,62) x 25 = 1399,726 kW
Pout
Efisiensi  x 100 %
Pout  Rugi saluran
15000
 x 100 %  91,465 %
15000  1399,726

SOAL B
Saluran transmisi jarak menengah tiga fasa, 50 Hz mempunyai :
Resistansi = 28 Ohm
Reaktansi = 63 Ohm
-4
Suseptansi kapasitif = 4 x 10 Mho
Tegangan terima antar fasa = 132 kV
Daya yang diterima adalah 75 MVA pada faktor daya 0,8 lagging.
Tentukanlah : Arus kirim, tegangan kirim, faktor daya sisi kirim, Regulasi
tegangan dan Efisiensi jika menggunakan metode T nominal.

PENYELESAIAN :
Resistansi per fasa R = 28 Ohm
Reaktansi per fasa X = 63 Ohm
-4
Suseptansi per fasa B = 4 x 10 Mho
132000
Tegangan terima per fasa VR =  76210 V
3

75 x 106
Arus terima IR   328 A
76210 x 3
Impedansi saluran Z = (R + jX) = (28 + j63) Ohm
Faktor daya pada sisi terima Cos R = 0,8 dan Sin R = 0,6

53
Referensi : VR = 76210 (1 + j0) V

Maka : IR = 328 (0,8 – j0,6) A = (262,4 – j196,8) A

Tegangan V’ = V R + IR (Z/2)
(28  j63)
= (76210+ j0) + (262,4 – j196,8)
2

= (86082,8 + j5510,4) Volt


Arus charging :
IC = jB V’
= j 0,0004 x (86082,8 + j5510,4) = (-2,2 + j34,43) Ampere
Arus kirim :
IS = I R + IC
= (262,4 – j196,8) + (-2,2 + j34,43)
= (260,2 – j162,37) Ampere = 306,67 -31,95O Ampere

Tegangan Kirim VS = V’ + IS Z/2


(25  j80)
= (86082,8 + j5510,4) + (260,2 – j162,37)
2
= (94840 + j11433,5) Volt = 95526,7  6,87O Volt

Tegangan Kirim antar fasa = 95526,7 x 3 = 165457 Volt = 165,457 kV

Sudut faktor daya pada sisi kirim S = 6,87O – (--31,95O) = 38,82O

Faktor daya sisi kirim Cos S = Cos 38,82O = 0,779 Lagging

Regulasi tegangan = (VSL - VRL)/ VRL x 100 %


165,457  132
 x 100 %  25,35 %
132

VRL x IR Cos R
Efisiensi  x 100 %
VSL x IS Cos S
132000 x 328 x 0,8
 x 100 %  87,63 %
165457 x 306,67 x 0,779

KERJAKAN SOAL B DENGAN ASUMSI KAPASITANSI TOTAL BERADA


PADA SISI TERIMA

54
Referensi :
1. Gupta, A P, Electrical Power, SS Mubarak & Brother Pte Ltd,
Singapore 1997.
2. Gupta, J B, Transmision & Distribution, SS Mubarak & Brother Pte Ltd,
Singapore 1997.
3. Kotari, N, Power System Engineering, Tata Mc-Graw Hill Co Ltd, New
Delhi, 1996.
4. Mehta, V K, Principles of Power System, S Chand Co Ltd, New Delhi,
2000.

Soal-Soal :
Soal 1 :
Saluran transmisi 3 phasa, 50 Hz,160 km, tegangan terima 132 kV,
dengan : resistansi per km per konduktor = 0,16 ohm
Induktansi per km per konduktor = 1,2 mH
Capasitansi per km per konduktor = 0,0082 ц F
Tentukan tegangan, arus dan faktor daya pada sisi kirim ketika mensuplai
beban 100 MVA pada pf 0,8 lagging.

55
BAB 8
SALURAN TRANSMISI JARAK JAUH

Untuk saluran transmisi jarak jauh, perhitungan dilakukan dengan


kapasitansi saluran yang terdistribusi merata sepanjang saluran.

R/n X/n
IS IR

BEBAN
VS B/n G/n VR

Netral
Gambar 8-1 : Sistem Jaringan Jarak Jauh.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk saluran transmisi jarak jauh adalah :
1. Konstanta saluran (resistansi, reaktansi induktif, suseptansi kapasitif dan
konduktansi) terdistribusi merata pada saluran.
2. Resistansi (R) dan reaktansi induktif (X) seri.
3. Suseptansi kapasitif (B) dan konduktansi (G) paralel. Konduktansi
diperhitungkan pada rugi saluran, karena menyebabkan efek korona
2 2
antar konduktor. Sehingga admitansi adalah Y = (G + B )
4. Arus bocor yang melalui admitansi shunt bernilai maksimum pada sisi
kirim dan makin kecil sepanjang saluran dan menjadi nol pada sisi
terima.

56
8.1 Analisa Saluran Transmisi Jarak Jauh
Saluran transmisi dapat direpresentasikan seperti pada gambar

zdx
IS I+Idx I IR

BEBAN
VS V+dv Ydx V VR

Netral dx x
rangkaian berikut :

r = resistansi per unit panjang


x = reaktansi per unit panjang
b = suseptansi per unit panjang
g = konduktansi per unit panjang
2 2
z = (r + x ) , impedansi per unit panjang
2 2
y = (g + b ) , admitansi per unit panjang
V = tegangan per fasa di akhir elemen pada sisi terima
V + dv = tegangan per fasa di awal elemen pada sisi kirim
VR = tegangan per fasa pada sisi terima
VS = tegangan per fasa pada sisi kirim
IR = arus per fasa pada sisi terima
IS = arus per fasa pada sisi kirim
I + dx = arus masuk elemen dx
I = arus keluar elemen dx
Impedansi seri elemen dx = zdx
Admitansi shunt elemen dx = ydx
Tegangan jatuh pada elemen dx dV = Iz dx
dV
 zI ……….(1)
dx

57
Arus pada elemen dI = Vy dx
dI
 Vy ……….(2)
dx

d2 V dI
Diferensialkan persamaan (1) : z
dx2 dx
= zVy ……….(3)
Penyelesaiannya adalah :

yxz  yxz
V  A1e  A 2e ……….(4)

dimana A1 dan A2 adalah konstanta.


Diferensialkan persamaan (4) terhadap x :

 yz 
dV yx z  y x z
A1e  A 2e  ……….(5)
dx  

Dan dari persamaan (1) didapat :


1 dV
I
z dx
I
1 A e yxz
 A 2e
 yxz
yz  1 
z  

I
y A e yxz
 A 2e
 yxz 
……….(6)
 1 
z  

Pada sisi terima x = 0, V = VR dan I = IR, masukkan nilai-nilai ini ke


persamaan (4) dan (6), sehingga :

VR = A1 + A2 ……….(7)

IR 
y
A 1  A 2  ……….(8)
z

y
Untuk saluran transmisi, adalah konstanta yang disebut konstanta
z

karakteristik Zc, dan yz juga konstanta yang disebut konstanta propagasi ,

keduanya bilangan kompleks.

58
Dari persamaan (7) dan (8) didapat :

 
1 IR  1
A1  VR   VR  IR Zc 
2 y 2
 z
 
1 IR  1
A2  VR   VR  IR Zc 
2 y 2
 z

Sehingga didapat nilai V dan I :

V
1
VR  IRZc  e γx  1 VR  IRZc  e γx ……….(9)
2 2
1 1 γx 
 VR  IRZc  e  VR  IRZc  e 
γx 1
I
Zc  2 2 

1  VR  1 V 
I   IR  e γx   R  IR  e  γx ……….(10)
2  Zc  2  Zc 

Persamaan (9) dan (10) dapat dinyatakan :

V = VR cosh x + IRZc sinh x ……….(11)


VR
I  IR coshx  sinhx ……….(12)
Zc

Tegangan kirim VS dan arus kirim IS didapat dengan memasukkan nilai x = l


pada persamaan (11) dan (12) :

VS = VR cosh l + IRZc sinh l ……….(13)


VR
IS  IR cosh l  sinhl ……….(14)
Zc
dimana : γl  yz l  yl x zl  YZ

Z adalah impedansi total dan Y adalah admitansi total.


Sehingga Tegangan kirim dan arus kirim dapat dinyatakan :

VS  VR cosh YZ  IRZc sinh YZ ……….(15)

VR
IS  IR cosh YZ  sinh YZ ……….(16)
Zc

59
Dari persamaan tersebut konstanta ABCD adalah :
A  D  cosh YZ
B  Zc sinh YZ
1
C sinh YZ
Zc
Untuk jaringan pasif berlaku ketentuan AD – BC = 1, sehingga :

cosh2 YZ  sinh2 YZ  1

8.2 Saluran Transmisi Jarak Jauh Representasi Jaringan T

Z/2 Z/2
IS IR

BEBAN
VS Y VR

Netral

Tegangan kirim dan arus kirimnya adalah :

 
IS  IR  VR  21 IR Z Y  YVR  1  21 YZ IR  
VS  VR  21 IRZ  21 ISZ
VS  VR  21 IRZ  1
2

Z YVR  1   1
2
 
YZ IR


VS  1  1
2

YZ VR  Z   1
4

YZ 2 IR

Didapat nilai konstanta ABCD adalah :


A  D  1  21 YZ  ; B  Z  41 YZ 2 ; C=Y

Dan nilai Z dan Y dari saluran adalah :


Y=C
2A  1
Z
C

60
8.3 Saluran Transmisi Jarak Jauh Representasi Jaringan 

Z
IS I IR

BEBAN
VS Y/2 Y/2 VR

Netral
Tegangan kirim dan arus kirim adalah :
VS = VR + IZ
 VR  IR   1
2
YVR Z

 1 1
2

YZ VR  ZIR

IS  IR  21 YVR  21 YVS

 IR  1
2
YVR  21 YZ  VR  ZIR 
1
2
Y 1

 Y  41 Y2Z VR  1  21 YZ  IR

Didapat nilai konstanta ABCD adalah :



A  D  1  21 YZ 
B=Z

C  Y  41 Y 2 Z

Dan nilai Z dan Y dari saluran adalah :


Z=B
2A  1
Y
B

Contoh Soal :
Saluran transmisi jarak jauh mempunyai konstanta :
A = D = 0,945  1,02 ; B = 82,3  73,03
C = 0,001376  90,4

61
Carilah : a. Jaringan ekivalen T
b. Jaringan ekivalin 
Solusi :
a. Jaringan ekivalen T
Y = C = 0,001376  90,4 Mho
2A  1
Z
C

Z

2 0,945 1,02o  1 
0,00137690,4 o

 0,0552  j0,01682
Z
0,0068890,4o
0,05766163o
Z  83,80572,6o Ohm
0,0068890,4 o

b. Jaringan ekivalen 
Z = B = 82,3  73,03 Ohm
2A  1
Y
B

Y

2 0,945 1,02o  1 
82,373,03o

2 x 0,05766163o
Y
82,373,03o
Y  0,00140189,97o Mho

Referensi :
1. Gupta, A P, Electrical Power, SS Mubarak & Brother Pte Ltd,
Singapore 1997.
2. Gupta, J B, Transmision & Distribution, SS Mubarak & Brother Pte Ltd,
Singapore 1997.
3. Kotari, N, Power System Engineering, Tata Mc-Graw Hill Co Ltd, New
Delhi, 1996.
4. Mehta, V K, Principles of Power System, S Chand Co Ltd, New Delhi,
2000.

62

Anda mungkin juga menyukai