TUBERCULOSIS
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik Mata Kuliah Keperawatan
Keluarga V )
Disusun Oleh :
NADIA GUSTIA NURAENI
10117073
III - B KEPERAWATAN
A. Latar Belakang
Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation
(WHO, 2012) sepertiga populasi dunia yaitu sekitar dua milyar penduduk terinfeksi
Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap
tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal
dari negara berkembang salah satunya Indonesia (Depkes RI, 2012).
Menurut World Health Organization sejak tahun 2010 hingga Maret 2011, di
Indonesia tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban meninggal sejumlah
61.000. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian tahun 2009 yang mencapai
528.063 penderita TB paru dengan 91.369 orang meninggal (WHO Tuberculosis
Profile, 2012).
Di Indonesia, tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
dengan jumlah menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia setelah Cina dan India,
dengan jumlah sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberculosis di dunia. Diperkirakan
terdapat 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang setiap tahunnya. Jumlah
kejadian TB paru di Indonesia yang ditandai dengan adanya Basil Tahan Asam (BTA)
positif pada pasien adalah 110 per 100.000 2 penduduk (Riskesdas, 2013).
Faktanya, Jawa Barat mempunyai jumlah terbesar penderita penyakit TB paru.
Tingginya kasus TB paru di Jawa Barat sangat terkait dengan jumlah dan kepadatan
penduduk dimana Provinsi Jawa Barat mempunyai estimasi jumlah penduduk
terbanyak di Indonesia yaitu 45.472.830 jiwa (Data dan Informasi Kesehatan Provinsi
Jawa Barat, 2013). Prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru menurut
Riskesdas (2013) lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0,7%),
Papua (0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Gorontalo (0,5%), dan Banten (0,4%) (WHO,
2013).
Kota Tasikmalaya setiap tahunnya memiliki angka yang tinggi pada kasus baru
pasien TBC. Pada tahun 2018 terdapat kasus baru TBC sebanyak 1.096 kasus. Kasus
TBC di Kota Tasikmalaya dari tahun 2016 - 2018 tertinggi diderita pada usia remaja
(15 – 24 tahun), pada tahun 2016 terdapat 269 kasus, 2017 terdapat 288 kasus, dan
2018 terdapat 271 kasus (Dinkes Kota Tasikmalaya, 2018). Jumlah kasus TBC
didapatkan dari 21 puskesmas ada di Kota Tasikmalaya salah satunya yaitu Puskesmas
Purbaratu. Puskesmas Purbaratu merupakan daerah endemis TBC di Kota Tasikmalaya,
pada tahun 2018 terdapat 70 kasus TBC diantaranya 38 penderita TBC BTA positif, 25
penderita TBC BTA negatif, 1 kasus ekstra paru dan pasien kambuh BTA positif
sebanyak 6 kasus.
Pengobatan TB paru dapat dilaksanakan secara tuntas dengan kerjasama yang
baik antara penderita TB Paru 3 dan tenaga kesehatan atau lembaga kesehatan,
sehingga penyembuhan pasien dapat dilakukan secara maksimal (Aditama, 2006)
Penanganan TB paru oleh tenaga dan lembaga kesehatan dilakukan menggunakan
metode Direct Observe Treatment Shortcourse (DOTS) atau observasi langsung untuk
penanganan jangka pendek. DOTS terdiri dari lima hal, yaitu komitmen politik,
pemeriksaan dahak di laboratorium, pengobatan berkesinambungan yang harus
disediakan oleh negara, pengawasan minum obat dan pencatatan laporan (Resmiyati,
2011).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memberikan Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga tentang Tuberculosis.
2. Tujuan khusus
a. Mampu memahami Asuhan Keperawatan Keluarga tentang Tuberculosis
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang Tuberculosis
c. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada konsep asuhan keperawatan
keluarga tentang Tuberculosis.
d. Mampu menentukan intervensi keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang Tuberculosis.
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang Tuberculosis.
f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada konsep asuhan keperawatan
keluarga tentang Tuberculosis.
g. Mampu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan pada konsep
asuhan keperawatan keluarga tentang Tuberculosis.
C. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Sebagai bahan pustaka yang dapat memberikan gambaran tingkat pengetahuan
tentang tuberculosis di masyarakat.
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
Sebagai pengalaman langsung dalam pembuatan laporan asuhan
keperawatan, khususnya mengenai pengetahuan tentang tuberculosis.
b. Bagi Masyarakat
Hasil laporan ini di harapkan dapat memberikan pengetahuaan masyarakat
tentang tuberculosis.
c. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai bahan acuan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan
penyuluhan tentang kesehatan mengenai tuberculosis dan bahayanya.
d. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan pustaka yang dapat memberikan gambaran pengetahuan
mengenai tuberculosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
a. Demam: subfebris, febris (40-410 C) hilang timbul
b. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkhus
c. Sesak napas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-
paru
d. Nyeri dada : jarang ditemukan, nyeri akan akan timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis
e. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam
f. Sianosis, sesak napas, dan kolaps: merupakan gejala atelektasis
g. Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit
infeksi menular.
3. Pemeriksaan Fisik
Pada tahapan dini sulit diketahui, ronchi basah kasar dan nyaring,
hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberikan suara umforik, pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal
dan fibrosa.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Sputum Kultur Yaitu untuk memastikan apakah keberadaan Mycrobacterium
Tuberculossepada stadium aktif.
b. Skin test: mantoux, tine, and vollmer patch yaitu reaksi positif mengindikasi
infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidak mengindikasikan infeksi lama
dan adanya antibody, tetapi tidak mengindikasikan penyakit yang sedang aktif
c. Darah: leukositosis, LED meningkat.
5. Pengkajian Tingkat kemandirian
Tingkat kemandirian 1 2 3 4
Menerima petugas √ √ √ √
6. Diagnosa Keperawatan
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
b. Hipertermia behubungan dengan dehidrasi
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas
d. Resiko penyebaran infeksipada orang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen
e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung
f. Resiko penyebaran infeksi pada diri sendiri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
7. Prioritas intervensi menggunakan skoring
a. Cara menentukan skoring
N KRITERIA SKOR BOBOT
O
1 Sifat masalah
Aktual (Tidak / Kurang sehat) 3 1
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
Tidak dapat 0
4 Menonjolnya masalah
Masalah berat, harus segera 2
ditangani
Ada masalah, tetapi tidak perlu 1 1
segera ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
skor
Skoring : x Bobot
angka tertinggi
b. Factor yang mempengaruhi penentuan prioritas
1) Kriteria 1
Sifat masalah : bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat
karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari
dan dirasakan oleh keluarga.
2) Kriteria 2
Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan
terjangkaunya factor-faktor sebagi berikut :
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah.
b) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.
c) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan
waktu.
d) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat dan dukungan masyarakat.
3) Kriteria 3
Potensi masalah dapat dicegah, factor-faktor yang perlu diperhatikan :
a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
masalah yang ada.
b) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat
dalam memperbaiki masalah.
c) Adanya kelompok ‘high risk’ atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah.
4) Kriteria 4
Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana
keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang
terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.
8. Intervensi Keperawatan
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan defisiensi pengetahuan teratasi.
Kriteria hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat
Intervensi ( NIC ) :
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi fisiologi, dengan cara yang tepat
Rasional: agar keluarga mengetahui jalan terjadinya penyakit
3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
Rasional : keluarga mampu mengetahui tanda gejala penyakitnya
4) Gambarkan proses penyakit
Rasional: keluarga mampu mengetahui proses penyakitnya
5) Identifikasi kemungkinan penyebab
Rasional: keluarga mengetahui penyebab penyakitnya
6) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisinya
Rasional: agar pasien mengetahui kodisinya saat ini
b. Hipertermia behubungan dengan dehidrasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan masalah hipertermi teratasi
Kriteria hasil: 15 - Suhu 360 -370 C
1) Tidak ada keluhan demam
2) Turgor kulit kembali > 2 detik
3) Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi:
1) Monitor tanda-tanda vita terutama suhu
Rasional: untuk memantau peningkatan suhu tubuh pasien
2) Monitor intake dan output setiap 8 jam
Rasional: untuk mengatasi dehidrasi
3) Berikan kompres hangat
Rasional: untuk menurunkan suhu tubuh
4) Anjurkan banyak minum
Rasional: untuk mengatasi dehidrasi
5) Anjurkan memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
Rasional: agar sirkulasi udara ke tubuh efektif
6) Kolaborasi pemberian cairan intravena dan antipiretik
Rasional: mengatasi dehidrasi dan menurunkan suhu tubuh
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, bersihan
jalan napas kembali normal
Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2) Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
dan frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada suara napas
abnormal).
3) Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat
jalan napas
Intervensi (NIC) :
1) Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
Rasional: pasien bisa bernapas dengan lega
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional: memudahkan pasien untuk bernapas
3) Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
Rasional: dilakukan pemasangan alat jika pasien kesulitan bernapas
4) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Rasional: mengencerkan dan mengeluarkan sekret di jalan napas
5) Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction
Rasional: mengeluarkan sekret agar jalan napas bersih
6) Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Rasional: mengetahui tipe pernapasan pasien
7) Monitor repirasi status O2
Rasional: memantau kebutuhan oksigen pasien
d. Resiko penyebaran infeksi orang lainberhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jan diharapkan
tidak terjadi penyebaran infeksi
Kriteria hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Mendeskripsikan proses penularan infeksi, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya
3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulmya infeksi - Jumlah
leukosit dalam batas normal
Intervensi ( NIC ) :
1) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Rasional: mengetahui tindakan yang akan dilakukan
2) Monitor kerentanan terhadap infeksi
Rasional: mencegah terjadinya penyebaran infeksi
3) Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang beresiko
Rasional: menghindari kuman yang menyebar lewat udara
4) Pertahankan teknik isolasi
Rasional: mencegah penyebaran bakteri oleh penderita
5) Dorong masukan nutrisi yang cukup
Rasional: menurunkan risiko infeksi akibat mal nutrisi
6) Instruksikan pasien untuk meminum antibiotik sesuai resep
Rasional: dengan minum antibiotik rutin, membuat TB menjadi tidak
menular dalam waktu > 2 bulan
7) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Rasional: keluarga mengetahui tanda dan gejala infeksi
e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan gangguan pertukaran gas teratasi
Kriteria hasil:
1) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan O2
2) Bebas dari gejala dan distress pernapasan
Intervensi:
1) Kaji tipe pernapasan pasien
Rasional: TB menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil
ronkpneumonia sampai inflamasi difus luas nekrosis efusi pleural untuk
fibrosis luas
2) Evaluasi tingkat kesadaran, adanya sianosis, dan perubahan warna kulit
Rasional: pengaruh jalan napas dapat menggnggu oksigen organ vital dan
jaringan
3) Tingkatkan istirahat dan batasi aktivitas
Rasional: menurunkan kebutuhan oksigen
4) Kolaborasi medis pemeriksaan ACP dan pemerian oksigen
Rasional: mencegah pengeringan membran mukosa dan membantu
mengencerkan secret
f. Resiko penyebaran infeksi pada diri sendiri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
diharapkan risiko penyebaran infeksi terhadap diri sendiri tidak terjadi
Kriteria hasil:
Pasien mampu mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan
risiko penularan
Intervensi:
1) Kaji patologi penyakit
Rasional: membantu pasien menyadari pentingnya mematuhi pengobatan
untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi
2) Tekanan pentingnya tidak mengehentikan terapi obat
Rasional: periode singkat berakhir setelah 2-3 hari setelah terapi awal,
tetapi risiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan
3) Anjurkan pasien untuk makan sedikit tetapi sering dengan nutrisi yang
seimbang
Rasional: mencegah mal nutrisi, karenaa mal nutrisi dapat meningkatkan
risiko penyebaran infeksi
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nutrisi pada pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan
2) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
3) Tidak ada tanda – tanda malnutrisi
4) Tidak ada penurunan berat badan yang berarti
Intervensi ( NIC ) :
1) Kaji adanya alergi makanan Rasional: mengetahui jenis makanan yang
cocok untuk pasien - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Rasional: memberikan diit yang tepat
2) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake zat besi
Rasional: agar tubuh pasien tidak lemah
3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Rasional: agar tubuh pasien tidak lemah
4) Berikan substansi gula Rasional: sebagai pemenuhan energi tubuh -
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori Rasional: memantau
adekuatnya asupan nutrisi pada pasien
9. Evaluasi Tingkat Kemandirian
Tingkat kemandirian 1 2 3 4
Menerima petugas √ √ √ √
A. PENGKAJIAN
I. Data Umum
1. Identitas Kepala Keluarga
a) Nama Kepala Keluarga : Tn. D
b) Umur : 44 Tahunn
c) Agama : Islam
d) Pekerjaan : Wiraswasta
e) Pendidikan : SD
f) Telepon :-
g) Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
h) Alamat : Depok 1 Rt/Rw 003/010 Desa. Sukahurip Kec.Tamansari
Kota Tasikmaloaya
2. Komposisi
3. Genogram
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempusn
: Laki-Laki Meninggal
: Perempuan Meniggal
: Pasien
: Keturunan
: Tinggal Serumah
4. Tipe Keluarga
a) Jenis tipe keluarga
Keluarga Tn.D merupakan keluarga inti yang terdiri dari Tn. D sebagai suami
sekaligus keepala keluarga, Ny.R sebagai istri dan satu orang anak yaitu An.N
yang berumur 15 tahun dan An.S yang berumur 7 tahun , An.Y yang berumur 1
Tahun.
b) Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut
Menata kembali sumber dan fasilitas serta, mempertahankan tanggungjawab
antar anggota keluarga dan meningkatkan pola asuh orang tua terhadap anaknya.
5. Suku Bangsa
a) Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga
Tn, D berasal asli dari daerah itu, Ny. R berasal asli di daerah tersebut. Suku
bangsa yang di anut budaya sunda/Indonesia, bahasa yang digunakan sehari-hari
bahasa sunda dan mempercayai setiap adat istiadat yang di anutnya selama itu
baik dan benar.
b) Tempat tinggal keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis
bersifat homogen)
Tempat tinggal keluarga Tn. D bersifat homogen sama, yaitu rata-rata tetangga
yang tinggal di lingkungan rumah, asli suku sunda, bahasa yang digunakan untuk
berinteraksipun menggunakan bahasa sunda sehigga mudah untuk berinteraksi.
c) Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan (apakah
kegiatan-kegiatan ini berada dalam kelompok kultur/budaya keluarga)
Di lingkungan rumah keluarga Tn. D sering diadakan pengajian setiap seminggu
sekali, dan Ny. R selalu mengikuti pengajian setiap hari sela. Serta setiap hari
jumat sering di adakan jumat bersih (gotong royong) dan selalu ikut aktif dalam
kegiatan tersebut. Keluarga Tn, D jarang berwisata ke tempat rekreasi, Ny. R
memeriksa kehamilannya sebukan sekali ke Bidan di kampungnya.
d) Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana (tradisional atau modern)
keluarga Tn. D tidak melakukan diet khusus tetapi tetap berusaha menjaga
konsumsi makanan yang sehat dan keluarga Tn. D selalu menggunakan pakaian
rapih dan sopan setiap harinya.
e) Struktur kekuatan keluarga tradisional atau “modern”
Keluarga Tn. D selalu melakukan musyawarah dalam memecahkan masalah
dengan cara bersama-sama.
f) Bahasa (bahsa-bahasa) yang digunakan di rumah
Keluarga Tn. D selalu menggunakan bahasa sunda setiap harinya.
g) Pengggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi. (Apakah
keluarga mengunjungi pelayanan praktisi, terlibat dalam praktik-praktik
pelayanan kesehatan trasisional, atau memiliki kepercayaan tradisional asli dalam
bidang kesehatan)
Keluarga Tn, D selalu menggunakan jasa kesehatan di puskesmas desa maupun
puskesmas induk serta menggunakan fasilitas kesehatan dalam memeriksa
kesehatan anggota keluarganya.
6. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
a) Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktik keyakinan beragama mereka
Semua anggota keluarga Tn. D memiliki kepercayaan agama yang sama, baik
dengan anggota keluarga lainnya.
b) Seberapa aktif keluarga tersebut dalam kegiatan agama atau organisasi
keagamaan
Keluaraga Tn. D selalu mengikuti keliatan keagamaan seperti Ny, R mengikuti
pengajian di daerahnya setiap seminggu sekali pada hari kamis. Dan mengikuti
kegiatan kegamaan yang diselenggarakan di daerahnya.
c) Agama yang dianut oleh keluarga
Keluarga Tn. D menganut agama islam
d) Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam
kehidupan keluarga terutama dalam hal kesehatan
Keluarga Tn. D selalau berdoa kepada Alloh SWT apapun itu yang diinginkan
termasuk jika ada masalah kesehatan keluarga Tn. D tersebut.
e) Status sosial ekonomi keluarga
1) Sumber pendapatan diperoleh dari kepala keluarga + 1.600.000/bulan
dengan bekerja sebagai buruh . Sedangkan Ny. R sebagai Ibu Rumah
Tangga.
Kebutuhan yang dikeluarkan untuk :
Makan & Minum
Bayar listrik
Dan lain-lain
Sedangkan sisanya di tabungkan untuk kebutuhan yang akan
datang dan untuk biaya pendidikan anaknya nanti.
2) Barang- barang yang dimiliki :
1 buah televise
2 buah kasur
Lemari
1 buah motor
Dan lain-lain
f) Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga Tn. D selalu mengisi waktu luang dengan berkumpul menonton TV,
mengobrol dengan para tetangga dan kerabat/saudara, tidak rekreasi saat hari
libur ke hanya diam dirumah.
II. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. D berada pada tahap perkembangan keluarga… dengan anak usia 15 tahun
dan 7 tahun , 1 tahun Adapun tugas perkembangan keluarga :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi dan
keamanan
b. Mensosialisasikan anak
c. Mengintegrasikan anak yang baru dan memenuhi kebutuhan anak yang lain
d. Mempertahankan hubungan yangs ehat (hubungan perkawinan dan hubungan
orang tua anak) serta hubungan di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas)
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Untuk sekarang masalah ekonomi keluarga Tn. D sudah cukup terpenuhi, akan tetapi
untuk kedepannya Ny. R berharap keluarganya selalu di berikan kesehatan dan selalu di
lancarkan dalam segala hal. Serta Ny. R berharap anaknya bisa mendapatkan jaminan
kesehatan.
III. Riwayat Kesehatan Keluarga Saat Ini
1. Riwayat keluarga sebelumnya
Ny. D mengatakan bahwa sebelumnya keluarganya tidak mempunyai masalah riwayat
kesehatan
2. Riwayat kesehatan masing-masing anngota keluarga (jika ada balita) :
WC
KAMAR 2
PINTU
DEPAN
V. Struktur Keluarga
1. Komunikasi keluarga
Komunikasi keluarga Tn. D bersifat terbuka. Dimana setiap anggota keluarga bebas dan
berhak meyampaikan pendapat atau apapun itu, cara menyampaikan antar anggota
keluargapun baik.
2. Struktur kekuatan keluarga
Di dalam keluarga Tn. D adalah orang pertama dalam pengambil keputusan karena berperan
sebagai kepala keluarga. Akan tetapi walaupun begitu, Tn. D selalu melakukan musyawarah
terlebih dahulu dengan anggota keluarganya.
3. Struktur peran
a. Tn.D berperan sebagai kepala keluarga dimana bertugas sebagai imam (pemimpin)
dan juga sebagai pencari nafkah
b. Ny. R berperan sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga yang mengurus pekerjaan
rumah serta memantau atau mendidik anaknya
4. Nilai dan Norma keluarga
Keluarga Tn. D tidak memiliki aturan khusus untuk keluarganya, hanya saja setiap perilaku
atau sikap anggota keluarga harus sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Jangan sampai bertentangan dengan agama, negara dan selalu mengikuti hal-hal yang positif.
VI. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Keluarga Tn. D selalu berhubungan baik dengan masyarakat sekitar dan antar anggota
keluarga yang lain, selalu mengajarkan anaknya tentang kebaikan, menghormati dan
menghargai. Serta selalu membantu antar tetangga sekitar,
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. D selalu berosialisasi baik dengan tentangga sekitar, selalu membantu, saling
peduli, saling menghormati dan berbuat baik.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Tugas perawatan kesehatan
I. Mengenal masalah keluarga
Keluarga Tn. D tidak ada yang memiliki masalah kesehatan, akan tetapi Ny. R yang
sedang hamil kurang paham tentang nutrisi dan kehamilannya.
II. Mengambil keputusan
Keluarga Tn. D selalu mengambil keputusan yang terbaik, termasuk jika ada masalah
kesehatan di keluarganya langsung dibawa ke pelayanan kesehatan seperti
puskesmas.
III. Merawat anggota keluaraga yang sakit
Ny. R selalu merawat dengan baik jika ada anggota keluarganya yang sakit seperti
misalnya anaknya sedang sakit, Ny. R selalu berusaha merawat anaknya dengan
maksimal sesuai apa yang di anjurkan petugas kesehatan maupun sesuai dengan
pengetahuan Ny.R dan menganjurkan minum obat sesuai aturan.
IV. Memelihara lingkungan
Keluarga Tn. D dapat memlihara lingkungan dengan baik, tidak sampai terlihat tidak
rapih. Keadaan rumah pun cukup baik, memiliki ventilasi yang memadai dan
suasananya terlihan asri/sejuk.
V. Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
Keluarga Tn. D selalu menggunakan fasilitas layangan kesehatan jika ada anggota
keluarga yang sedang sakit, serta selalu mengunakan jaminan kesehatan yang ada.
4. Fungsi reproduksi
Tn. D dan Ny. R memiliki satu orang anak Perempuan, dan Ny. R dan sebelumnya sempat
menggunakan KB.
5. Fungsi ekonomi
Tn. D sebagai pencari nafkah, penghasilannya cukup terpenuhi untuk keluarganya. Seperti
biaya makan, kebutuhan rumah tangga, kebutuhan pendidikan dan lain sebagainya, serta sisa
dari uang tersebut di tabungkan untuk kebutuhan yang akan datang sebagai simpanan.
VII. Stress Dan Koping Keluarga
1. Stress jangka pendek dan panjang
Ny. R selalu khawatir bila ada anggota keluarganya yang sakit. Serta suka merasa khawatir
jika anaknya tidak mau makan atau susah makan.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stress
Ny. R mengatakan bahwa terkadang dirinya selalu memikirkan masalahnya sampai
berlarut-larut dalam arti dia adalah orang yang sulit mengambil keputusan dan terlalu
cemas terkait gizi kurang yang dialami anaknya
3. Strategi koping ynag digunakan
Koping yang digunakan jika ada masalah adalah dengan cara meminta pendapat dari
suaminya Keluarha Tn. D bila terjadi masalah kesehatan di anggota keluarganya selalu
membawanya ke puskesmas induk . Selalu mengatasinya dengan baik, bersabar berdo’a yang
terbaik kepada Alloh SWT.
VIII. Pemeriksaan Fisik
BB 70 kg 65 kg 15,5 kg
Rambut Bersih Bersih Bersih
Keluhan - - -
Harapan Keluarga
Keluarga menginginkan petugas kesehatan/mahasiswa dapat memberikan penjelasan
dan informasi tentang kesehatan khususnya tentang paru-paru mulai dari upaya agar
tau cara pencegahan. Dan keluarga berharap di hidup bahagia bersama anggota
keluarga dan semua anggota keluarga sehat.
B. Analisa Data
Nama klien : Ny. R
N Data Masalah Etiologi
o
1. DS :
- Ny. R mengatakan belum Resiko penyebaran Perilaku kurang
tahu akibat bila tidak / penularan infeksi higienis
melakukan tindakan
pencegahan pada keluarga.
- Ny. R mengatakan kurang
mengerti tentang
pencegahan Paru-paru
- Keluarga tidak tahu
bagaimana cara penularan
paru-paru kepada orang lain
dan bagaimana cara
pencegahan terhadap
anggota keluarga yang lain.
- Keluarga mengatakan tidak
mengerti mengenai sanitasi
yang sehat yang dapat
mencegah penularan TB
paru.
- Ny.R aktif mengikuti
kegiatan sosial keagamaan
di masyarakat seperti acara
tahlilan, yaasinan, dsb.
DO :
- Lantai rumah sebagian
terbuat dari tanah, tampak
lembab dan kotor.
- Tidak ada tempat khusus
untuk membuang dahak
- Tidak ada tempat khusus
untuk pembuangan limbah
rumah.
- Alat makan keluarga tidak
ada pemisahan atau
digunakan bersama
- Pencahayaan rumah (kamar
tidur) kurang.
- Tn.D tidur sekamar dengan
Ny.R
DS : Kurang Kurang
- Keluarga mengatakan sejak pengetahuan informasi dan
lima bulan yang lalu sering keterbatasan
batuk yang disertai dahak. kemampuan
- Keluarga mengatakan bahwa mencerap
Ny.R sakit paru-paru, tapi informasi
tidak tahu jenis penyakit,
penyebab, pencegahan,
perawatan dan
pengobatannya.
- Ny.R mengatakan, “ saya
belum tahu akibat yang
terjadi, bila penyakit saya
tidak diobati “.
DO :
- Keluarga tidak bisa
menjawab pertanyaan
tentang pengertian penyakit,
pencegahan, perawatan dan
pengobatannya
- Pendidikan Ny.R SLTP
- Setelah dijelaskan tentang
pengertian penyakit, cara
pencegahan dan
pengobatannya, Ny.R
belum bisa menjawab
pertanyaan sederhana
perawat
DS :
- Keluarga mengatakan Ny.R Resiko kerusakan
sudah menjalani pengobatan penatalaksanaan
sejak bulan program terapi di
- Ny.R mengatakan sering rumah
Sakit pinggang dan sesek (pengobatan tidak
- Ny.R mengatakan tuntas)
sebenarnya malas minum
obat, tapi ia ingin
penyakitnya cepat sembuh
DO :
- Pemeriksaan fisik : bentuk
dada normal, terdapat
retraksi intercosta, batuk
produktif. Nafas agak sesak.
- lantai ruang tamu dari
porselin, sisanya terbuat dari
tanah keadaannya tampak
aga kotor dan lembab.
- Ventilasi kurang karena
jendela / lubang angin
terlalu sempit (kurang dari
10% luas lantai).
DX Keperawatan Keluarga :
Menonjolnya
masalah : keluarga
4 tahu ada masalah tapi 1/2 1/2
merasa bukan sebagai
bahaya
Jumlah 4 1/6
2. Kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab, cara pencegahan, perawatan dan
pengobatann s.d kurangnya informasi dan keterbatasan mencerap informasi
Jumlah 3 2/3
Rencana asuhan keperawatan
Pada bab ini penulis berusaha untuk membandingkan antara teori dengan tinjauan kasus
terhadap keluarga Bapak Nandang dengan masalah penyakit tuberculosis di Palahan RT/RW
02/04 Kota Tasikmalaya, secara umum tidak menemukan hambatan. Hal ini disebabkan
karena sifat kooperatif keluarga serta bantuan dari Pembimbing Lahan/ akademik. Namun
penyusun menemukan kesenjangan antara teoritis dan kenyataan yang ditemukan pada
keluarga Bapak Nandang untuk lebih jelasnya berikut akan dibahas sejauh mana kegiatan
yang dilakukan melihat keberhasilan dan kesenjangan kasus.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah salah satu kegiatan mengumpulkan data mengkoordinasikan
data yang didapatkan dari berbagai sumber. Dalam pengkajian sebagian data yang
ditemukan pada keluarga Tn. R sama dengan data yang ada pada teori.
B. Diagnosa Keperawatan
Terdapat kesenjangan antara diagnosa yang muncul dengan diagnosa yang
tercantum dalam teori. Pada Ny. A dari data pendukung objektif dan subjektif
ditemukan 2 diagnosa yaitu:
1. Resiko penyebaran infeksi TBC
A. KESIMPULAN
Dari hasil asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Bapak Nandang dengan
penyakit tuberculosis khususnya kepada Ny R di Jl. Depok II rt 003/ rw 010,
Sukahurip, Kota Tasikmalaya.Dalam pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan
yang berarti yang dapat dikumpulkan diperoleh dengan mudah karena adanya
kerjasama antara keluarga Tn. D
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu direncanakan beberapa tindakan
keperawatan dengan menetukan rasional dari tindakan tersebut.
1. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan sangat diperlukan kerjasama yang baik
antara, keluarga, tim kesehatan yang lain guna mendapatkan tindakan
keperawatan yang berkesinambungan.
B. SARAN
Saran penulis ditujukkan kepada pihak Unit Pelayanan Kesehatan Masyarakat
dan Institusi pendidikan
1. Unit Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Diharapkan agar dapat meningkatkan lagi mutu pelayanan yang sudah tercapai
dengan baik.
2. Institusi pendidikan
Untuk Dosen semoga tidak pernah bosan mengajari dan membimbing kami
terutama dalam pembuatan serta penyusunan tugas Asuhan keperawatan.Untuk
mahasiswa-mahasiswi semoga dengan adanya tugas ini, dapat menambah ilmu
dan wawasan kalian tentang Asuhan keperawatan Keluarga, serta lebih giat
belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Nim : 10117073
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA V
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN TUBERCULOSIS
A. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (Price dan Wilson, 2005).
3. Genogram
Genogram adalah peta atau riwayat keluarga yang menggunakan simbol-simbol
khusus untuk menjelaskan hubungan, peristiwa penting dan dinamika keluarga dalam
beberapa generasi. Bayangkan genogram sebagai "pohon keluarga" yang sangat
terperinci.
4. Tipe keluarga :
a. Jenis tipe keluarga
b. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut
5. Suku Bangsa
6. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
2. Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti
3. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
(Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi)
III. Riwayat kesehatan keluarga saat ini
1. Riwayat keluarga sebelumnya
2. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga (Bila ada balita)
1 2 3 4
Menerima petugas
Keadaan sejahtera 1
Tidak dapat 0
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Masalah berta harus segera 2 1
ditangani 1
Ada masalah tetapi tidak perlu 0
segera ditangani
Masalah tidak dirasakan
1 2 3 4
Menerima petugas
L. Buku Sumber
Price, S.A, 2005 , Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta :
EGC .
Smeltzer, S.C., 2013. “Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth, edisi 12”.
Jakarta : EGC
Wilkinson Judith M, Ahern Nancy R, 2011. “Buku Saku Diagnosis Keperawatan,
edisi 9, Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC,” Jakarta:EGC.