Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA V

TUBERCULOSIS

(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik Mata Kuliah Keperawatan
Keluarga V )

Disusun Oleh :
NADIA GUSTIA NURAENI
10117073
III - B KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUINAS HUSADA
TASIKMALAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation
(WHO, 2012) sepertiga populasi dunia yaitu sekitar dua milyar penduduk terinfeksi
Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap
tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal
dari negara berkembang salah satunya Indonesia (Depkes RI, 2012).
Menurut World Health Organization sejak tahun 2010 hingga Maret 2011, di
Indonesia tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban meninggal sejumlah
61.000. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian tahun 2009 yang mencapai
528.063 penderita TB paru dengan 91.369 orang meninggal (WHO Tuberculosis
Profile, 2012).
Di Indonesia, tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
dengan jumlah menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia setelah Cina dan India,
dengan jumlah sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberculosis di dunia. Diperkirakan
terdapat 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang setiap tahunnya. Jumlah
kejadian TB paru di Indonesia yang ditandai dengan adanya Basil Tahan Asam (BTA)
positif pada pasien adalah 110 per 100.000 2 penduduk (Riskesdas, 2013).
Faktanya, Jawa Barat mempunyai jumlah terbesar penderita penyakit TB paru.
Tingginya kasus TB paru di Jawa Barat sangat terkait dengan jumlah dan kepadatan
penduduk dimana Provinsi Jawa Barat mempunyai estimasi jumlah penduduk
terbanyak di Indonesia yaitu 45.472.830 jiwa (Data dan Informasi Kesehatan Provinsi
Jawa Barat, 2013). Prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru menurut
Riskesdas (2013) lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0,7%),
Papua (0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Gorontalo (0,5%), dan Banten (0,4%) (WHO,
2013).
Kota Tasikmalaya setiap tahunnya memiliki angka yang tinggi pada kasus baru
pasien TBC. Pada tahun 2018 terdapat kasus baru TBC sebanyak 1.096 kasus. Kasus
TBC di Kota Tasikmalaya dari tahun 2016 - 2018 tertinggi diderita pada usia remaja
(15 – 24 tahun), pada tahun 2016 terdapat 269 kasus, 2017 terdapat 288 kasus, dan
2018 terdapat 271 kasus (Dinkes Kota Tasikmalaya, 2018). Jumlah kasus TBC
didapatkan dari 21 puskesmas ada di Kota Tasikmalaya salah satunya yaitu Puskesmas
Purbaratu. Puskesmas Purbaratu merupakan daerah endemis TBC di Kota Tasikmalaya,
pada tahun 2018 terdapat 70 kasus TBC diantaranya 38 penderita TBC BTA positif, 25
penderita TBC BTA negatif, 1 kasus ekstra paru dan pasien kambuh BTA positif
sebanyak 6 kasus.
Pengobatan TB paru dapat dilaksanakan secara tuntas dengan kerjasama yang
baik antara penderita TB Paru 3 dan tenaga kesehatan atau lembaga kesehatan,
sehingga penyembuhan pasien dapat dilakukan secara maksimal (Aditama, 2006)
Penanganan TB paru oleh tenaga dan lembaga kesehatan dilakukan menggunakan
metode Direct Observe Treatment Shortcourse (DOTS) atau observasi langsung untuk
penanganan jangka pendek. DOTS terdiri dari lima hal, yaitu komitmen politik,
pemeriksaan dahak di laboratorium, pengobatan berkesinambungan yang harus
disediakan oleh negara, pengawasan minum obat dan pencatatan laporan (Resmiyati,
2011).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memberikan Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga tentang Tuberculosis.
2. Tujuan khusus
a. Mampu memahami Asuhan Keperawatan Keluarga tentang Tuberculosis
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang Tuberculosis
c. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada konsep asuhan keperawatan
keluarga tentang Tuberculosis.
d. Mampu menentukan intervensi keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang Tuberculosis.
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang Tuberculosis.
f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada konsep asuhan keperawatan
keluarga tentang Tuberculosis.
g. Mampu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan pada konsep
asuhan keperawatan keluarga tentang Tuberculosis.
C. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Sebagai bahan pustaka yang dapat memberikan gambaran tingkat pengetahuan
tentang tuberculosis di masyarakat.  
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
Sebagai pengalaman langsung dalam pembuatan laporan asuhan
keperawatan, khususnya mengenai pengetahuan tentang tuberculosis.
b. Bagi Masyarakat
Hasil laporan ini di harapkan dapat memberikan pengetahuaan masyarakat
tentang tuberculosis.
c. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai bahan acuan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan
penyuluhan tentang kesehatan mengenai tuberculosis dan bahayanya.
d. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan pustaka yang dapat memberikan gambaran pengetahuan
mengenai tuberculosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Tuberculosis


1. Pengertian
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh"Mycobacterium tuberculosis".kuman ini dapat menyerang semua bagian
tubuh manusia, dan yang paling sering terkena adalah organ paru (Wahid, 2013).
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang
yang telah terinfeksi basil tuberkulosis (Kemenkes RI. 2014).
2. Etiologi
Penyebab dari penyakit tuberkolosis paru adalah terinfeksinya paru oleh
mycobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang dengan
ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang menunjukkan kuman
lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya, sehingga paru-
paru merupakan tempat prediksi penyakit tuberkulosis. Kuman ini juga terdiri
dari asal lemak (lipid) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih
tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Penyebaran mycobacterium
tuberculosis yaitu melalui droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan
menginfeksi (Depkes RI, 2002).
Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil
organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam
pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis.
Sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis
cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat
yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman dapat dormant (tertidur
sampai beberapa tahun). TB timbul berdasarkan kemampuannya untuk
memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit (DepKes RI, 2005).
Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100°C selama 5-10 menit
atau pada pemanasan 60°C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama
15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang
lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau
aliran udara (Widoyono, 2008).
3. Manifestasi Klinis
Gejala TB paru adalah diantaranya :
a. Demam 40-41℃, serta ada batuk/batuk darah
b. Sesak napas dan nyeri dada
c. Malaise, keringat malam
d. Suara khas pada perkursi dada, bunyi dada
e. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
f. Pada anak
1) Berkuranganya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas
atau gagal tumbuh.
2) Demam tanpa sesab jelas, dengan atau tanpa wheeze
3) Batuk kronik > 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze
4) Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa (Amin, H. 2015).
4. Patofisiologi
Basil tuberkel yang terhirup dan bersarang pada alveoli. Seringkali,
organisme ini dengan segera hancur, tanpa gejala sisa kekebalan dan patologis
lebih lanjut. Jika organisme tidak hancur, mereka berkembang biak dan melukai
dan menghancurkan jaringan alveolus sekitarnya.
Hal ini pada gilirannya menghancurkan sitokin dan faktor kemotaktik yang
menarik makrofag, neutrofil, dan monosit. Biasanya, pertumbuhan organisme
akan diperiksa sekali ada respons imunitas seluler yang adekuat (imunitas
bermedia seluler, CMI), yang terjadi dalam 2-6 minggu. Sel dan bakteri
membentuk sebuah nodul, sebuah granuloma yang mengandung basil TB, yang
disedut sebagai suatu tuberkel. Pada titik ini, tergantung pada faktor peamu dan
virulensi dari strain, beberapa hasil akhir yang berbeda dapat dicapai.
Pertama, jika tidak ada lagi pertumbuhan, tuberkel merupakan satu-satunya
tempat penyakit, dan organisme bertahan pada stadium laten. Kedua, Jika ada
pertumbuhan lebih lanjut, basil memasuki kelejar limfe dan menginfeksi kelenjar
getah bening hilus, menyebabkan limfadenopati. Tuberkel maupun kelenjar getah
bening mengalami kasifikasi, sebagia konsekuensi jangka panjang proses jaringan
perut dan penahan.
Sebagian kecil pasien mengalami penyakit primer progresif di paru, dan
sangat sedikit pasien (sering kali kekebalan ditekan melalui satu mekanisme atau
hal lainnya) mengalami penyebaran hematogen, dengan produksi tuberkel yang
tak terhitung di saluran tubuh. Keadaan ini disebut tuberkulosis militer dan
berhubungan dengan mortalitas yang sangat tinggi. Pasien yang memiliki respons
CMI sukses akan mencerminkan memori imunologi infeksi dengan tes mantoux
positif. Tes ini terdiri dari suntikan protein TB intradermal steril ada mengamati
tanda-tanda respon kekebalan, indurasi dari tempat suntikan 48-72 jam setelah
suntikan. Tes mantoux merupakan andalan tes paparan, yang tercakup dalam
rincian lebih besar pada bagian pengobatan dan pencegahan di awah ini. Infeksi
laten tidak selalu tetap laten.
Sekitar 10% dari pasien akan mengaktifkan kembali infeksi laten mereka
dalam 3 tahun pertama setelah ifeksi, berlanjut menjadi infeksi nekrotik destruktif
dengan gejala konstitusi yang menonjol. Kerusakan jaringan terlihat sebagai efek
dari organisme dan respons kekealan pajemu. Sekelompok tambahan pasien akan
terus berlangsung untuk di kemudian hari megaktifkan kembali dekade setelah
paparan, karena usia, pengobatan, atau penyakit kembuha mengubah
keseimbangan di antara pejamu dan organisme (Ringel, 2012).
5. Cara Penularan
Penularan utama TB adalah melalui cara cara dimana kuman TB
(mycobacterium tuberculosis) terbesar melalui udara melalui percik renik dahak
saat pasien TB paru atau TB laring batuk, berbicara, menyanyi maupun bersin.
Percik renik tersebut berukuran antara 1-5 mikron sehingga aliran udara
memungkinkan percik renik tetap melayang diudara untuk waktu yang cukup
lama dan manyebar keseluruh ruangan. Kuman TB pada umumnya hanya
ditularkan melalui udara, bukan melalui kontak permukaan (Kememkes RI 2014).
6. Komplikasi
a. Batuk Darah (Haemoptoe)
Pada dasar nya proses TB Paru adalah proses nekrotis, dan jaringan yang
mengalami nekrotis terdapat pada pembuluh darah. Jumlah darah yang
dibatukkan keluar bervariasi mulai dari sangat sedikit sampai banyak sekali,
tergantung pada pembuluh darah yang terkena.
b. Hematogen
Penyebaran hematogen terjadi bilamana proses nekrotis mengenai pembuluh
darah. Bahan-bahan nekrotis yang penuh basil-basil TB akan tertumpah
dalam aliran darah. Basil-basil ini kemudian akan bersarang di organorgan
tubuh. hariya ada dua organ tubuh yang memang secara alamiah tidak dapat
diserang TB, yaitu otot sekiet dan otot jantung.
c. TB Larings
Karena tiap kali dahak yang mengandung basil TB dikeluarkan melalui
lanings, maka basil yang tersangkut di larings akan menimbulkan proses TB
di larings. Maka terjadilah TB larings.
d. Pnemutoraks
Apabila proses riekrotis dekat dengan pleura maka pleura akan bocor.
Sehingga terjadilah penumathorules (pecahnya dinding kavitas yang
berdekatan dengan pleura
e. Abses paru
Infeksi sekunder dapat pula mengenai jaringan nekrotis itu langsung,
sehingga terjadi abses paru (Simanullang, 2013).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Tuberculosis
Pengkajian Keperawatan Menurut Soemantri (2008), pengkajian keperawatan
pada tuberculosis adalah:
1. Data pasien
Penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang manusia mulai dari usia anak
sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan
perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di
daerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari ke
dalam rumah sangat minim.Tuberkulosis pada anak dapat terjadi di usia berapa
pun, namun usia paling umum adalah 1– 4 tahun. Anak-anak lebih sering
mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan
perbandingan 3 : 1. Tuberkulosis luar paru-paru adalah TB berat yang terutama
ditemukan pada usia< 3 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB paru-paru pada
usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja di mana
TB paru-paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas
pada paru-paru).

2. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
a. Demam: subfebris, febris (40-410 C) hilang timbul
b. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkhus
c. Sesak napas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-
paru
d. Nyeri dada : jarang ditemukan, nyeri akan akan timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis
e. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam
f. Sianosis, sesak napas, dan kolaps: merupakan gejala atelektasis
g. Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit
infeksi menular.
3. Pemeriksaan Fisik
Pada tahapan dini sulit diketahui, ronchi basah kasar dan nyaring,
hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberikan suara umforik, pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal
dan fibrosa.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Sputum Kultur Yaitu untuk memastikan apakah keberadaan Mycrobacterium
Tuberculossepada stadium aktif.
b. Skin test: mantoux, tine, and vollmer patch yaitu reaksi positif mengindikasi
infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidak mengindikasikan infeksi lama
dan adanya antibody, tetapi tidak mengindikasikan penyakit yang sedang aktif
c. Darah: leukositosis, LED meningkat.
5. Pengkajian Tingkat kemandirian
Tingkat kemandirian 1 2 3 4
Menerima petugas √ √ √ √

Menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana √ √ √ √


keperawatan
Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan √ √ √
secara benar
Memanfaatkan fasilitas kesehatan masyarakat √ √ √

Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai √ √ √


anjuran
Melakukan tindakan pencegahan sesuai asertif √ √

Melakukan tindakan peningkatan / promotif secara √


asertif

6. Diagnosa Keperawatan
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
b. Hipertermia behubungan dengan dehidrasi
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas
d. Resiko penyebaran infeksipada orang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen
e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung
f. Resiko penyebaran infeksi pada diri sendiri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
7. Prioritas intervensi menggunakan skoring
a. Cara menentukan skoring
N KRITERIA SKOR BOBOT
O
1 Sifat masalah
 Aktual (Tidak / Kurang sehat) 3 1
 Ancaman kesehatan 2

 Keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


 Mudah 2 2
 Sebagian 1

 Tidak dapat 0

3 Potensi masalah untuk dicegah


 Tinggi 3
 Sedang 2 1
 Rendah 1

4 Menonjolnya masalah
 Masalah berat, harus segera 2
ditangani
 Ada masalah, tetapi tidak perlu 1 1
segera ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0

skor
Skoring : x Bobot
angka tertinggi
b. Factor yang mempengaruhi penentuan prioritas
1) Kriteria 1
Sifat masalah : bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat
karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari
dan dirasakan oleh keluarga.
2) Kriteria 2
Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan
terjangkaunya factor-faktor sebagi berikut :
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah.
b) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.
c) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan
waktu.
d) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat dan dukungan masyarakat.
3) Kriteria 3
Potensi masalah dapat dicegah, factor-faktor yang perlu diperhatikan :
a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
masalah yang ada.
b) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat
dalam memperbaiki masalah.
c) Adanya kelompok ‘high risk’ atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah.
4) Kriteria 4
Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana
keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang
terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.
8. Intervensi Keperawatan
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan defisiensi pengetahuan teratasi.
Kriteria hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat
Intervensi ( NIC ) :
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi fisiologi, dengan cara yang tepat
Rasional: agar keluarga mengetahui jalan terjadinya penyakit
3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
Rasional : keluarga mampu mengetahui tanda gejala penyakitnya
4) Gambarkan proses penyakit
Rasional: keluarga mampu mengetahui proses penyakitnya
5) Identifikasi kemungkinan penyebab
Rasional: keluarga mengetahui penyebab penyakitnya
6) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisinya
Rasional: agar pasien mengetahui kodisinya saat ini
b. Hipertermia behubungan dengan dehidrasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan masalah hipertermi teratasi
Kriteria hasil: 15 - Suhu 360 -370 C
1) Tidak ada keluhan demam
2) Turgor kulit kembali > 2 detik
3) Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi:
1) Monitor tanda-tanda vita terutama suhu
Rasional: untuk memantau peningkatan suhu tubuh pasien
2) Monitor intake dan output setiap 8 jam
Rasional: untuk mengatasi dehidrasi
3) Berikan kompres hangat
Rasional: untuk menurunkan suhu tubuh
4) Anjurkan banyak minum
Rasional: untuk mengatasi dehidrasi
5) Anjurkan memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
Rasional: agar sirkulasi udara ke tubuh efektif
6) Kolaborasi pemberian cairan intravena dan antipiretik
Rasional: mengatasi dehidrasi dan menurunkan suhu tubuh
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, bersihan
jalan napas kembali normal
Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2) Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
dan frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada suara napas
abnormal).
3) Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat
jalan napas
Intervensi (NIC) :
1) Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
Rasional: pasien bisa bernapas dengan lega
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional: memudahkan pasien untuk bernapas
3) Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
Rasional: dilakukan pemasangan alat jika pasien kesulitan bernapas
4) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Rasional: mengencerkan dan mengeluarkan sekret di jalan napas
5) Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction
Rasional: mengeluarkan sekret agar jalan napas bersih
6) Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Rasional: mengetahui tipe pernapasan pasien
7) Monitor repirasi status O2
Rasional: memantau kebutuhan oksigen pasien
d. Resiko penyebaran infeksi orang lainberhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jan diharapkan
tidak terjadi penyebaran infeksi
Kriteria hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Mendeskripsikan proses penularan infeksi, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya
3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulmya infeksi - Jumlah
leukosit dalam batas normal
Intervensi ( NIC ) :
1) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Rasional: mengetahui tindakan yang akan dilakukan
2) Monitor kerentanan terhadap infeksi
Rasional: mencegah terjadinya penyebaran infeksi
3) Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang beresiko
Rasional: menghindari kuman yang menyebar lewat udara
4) Pertahankan teknik isolasi
Rasional: mencegah penyebaran bakteri oleh penderita
5) Dorong masukan nutrisi yang cukup
Rasional: menurunkan risiko infeksi akibat mal nutrisi
6) Instruksikan pasien untuk meminum antibiotik sesuai resep
Rasional: dengan minum antibiotik rutin, membuat TB menjadi tidak
menular dalam waktu > 2 bulan
7) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Rasional: keluarga mengetahui tanda dan gejala infeksi
e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan gangguan pertukaran gas teratasi
Kriteria hasil:
1) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan O2
2) Bebas dari gejala dan distress pernapasan
Intervensi:
1) Kaji tipe pernapasan pasien
Rasional: TB menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil
ronkpneumonia sampai inflamasi difus luas nekrosis efusi pleural untuk
fibrosis luas
2) Evaluasi tingkat kesadaran, adanya sianosis, dan perubahan warna kulit
Rasional: pengaruh jalan napas dapat menggnggu oksigen organ vital dan
jaringan
3) Tingkatkan istirahat dan batasi aktivitas
Rasional: menurunkan kebutuhan oksigen
4) Kolaborasi medis pemeriksaan ACP dan pemerian oksigen
Rasional: mencegah pengeringan membran mukosa dan membantu
mengencerkan secret
f. Resiko penyebaran infeksi pada diri sendiri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
diharapkan risiko penyebaran infeksi terhadap diri sendiri tidak terjadi
Kriteria hasil:
Pasien mampu mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan
risiko penularan
Intervensi:
1) Kaji patologi penyakit
Rasional: membantu pasien menyadari pentingnya mematuhi pengobatan
untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi
2) Tekanan pentingnya tidak mengehentikan terapi obat
Rasional: periode singkat berakhir setelah 2-3 hari setelah terapi awal,
tetapi risiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan
3) Anjurkan pasien untuk makan sedikit tetapi sering dengan nutrisi yang
seimbang
Rasional: mencegah mal nutrisi, karenaa mal nutrisi dapat meningkatkan
risiko penyebaran infeksi
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nutrisi pada pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan
2) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
3) Tidak ada tanda – tanda malnutrisi
4) Tidak ada penurunan berat badan yang berarti
Intervensi ( NIC ) :
1) Kaji adanya alergi makanan Rasional: mengetahui jenis makanan yang
cocok untuk pasien - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Rasional: memberikan diit yang tepat
2) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake zat besi
Rasional: agar tubuh pasien tidak lemah
3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Rasional: agar tubuh pasien tidak lemah
4) Berikan substansi gula Rasional: sebagai pemenuhan energi tubuh -
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori Rasional: memantau
adekuatnya asupan nutrisi pada pasien
9. Evaluasi Tingkat Kemandirian
Tingkat kemandirian 1 2 3 4
Menerima petugas √ √ √ √

Menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana √ √ √ √


keperawatan
Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan √ √ √
secara benar
Memanfaatkan fasilitas kesehatan masyarakat √ √ √

Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai √ √ √


anjuran
Melakukan tindakan pencegahan sesuai asertif √ √

Melakukan tindakan peningkatan / promotif secara √


asertif

10. Evaluasi Keperawatan


Menurut Friedman, (dalam Harmoko, 2012). Evaluasi didasarkan pada
bagaimana efektifnya intervensi-intervensi yang dilakukan oleh keluarga, perawat
dan yang lainnya. Ada beberapa metode evaluasi yang dipakai dalam perawatan.
Faktor yang paling penting adalah bahwa metode tersebut harus disesuaikan
dengan tujuan dan intervensi yang sedang dievaluasi. Bila tujuan tersebut sudah
tercapai maka kita membuat recana tindak lanjut.
BAB III
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN
I. Data Umum
1. Identitas Kepala Keluarga
a) Nama Kepala Keluarga : Tn. D
b) Umur : 44 Tahunn
c) Agama : Islam
d) Pekerjaan : Wiraswasta
e) Pendidikan : SD
f) Telepon :-
g) Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
h) Alamat : Depok 1 Rt/Rw 003/010 Desa. Sukahurip Kec.Tamansari
Kota Tasikmaloaya
2. Komposisi

No Nama Umur L/P Tgl. Lahir Pendidikan Pekerjaan Imunisas Ket


. i

1 Tn. D 44 L 29-09-1976 SD Wiraswasta -


Tahun

2 Ny.R 36 P 07-07-1985 SMK Ibu Rumah -


Tahun Tangga

3 An.N 15 P 16-05-2005 SD - Lengkap


Tahun

4. An.S 7 P 25-03-2013 - - Lengkap


Tahun

5. An.Y 1 P 27-08-2019 - - Lengkap


Tahun

3. Genogram
Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempusn

: Laki-Laki Meninggal

: Perempuan Meniggal

: Pasien

: Keturunan

: Tinggal Serumah

4. Tipe Keluarga
a) Jenis tipe keluarga
Keluarga Tn.D merupakan keluarga inti yang terdiri dari Tn. D sebagai suami
sekaligus keepala keluarga, Ny.R sebagai istri dan satu orang anak yaitu An.N
yang berumur 15 tahun dan An.S yang berumur 7 tahun , An.Y yang berumur 1
Tahun.
b) Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut
Menata kembali sumber dan fasilitas serta, mempertahankan tanggungjawab
antar anggota keluarga dan meningkatkan pola asuh orang tua terhadap anaknya.
5. Suku Bangsa
a) Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga
Tn, D berasal asli dari daerah itu, Ny. R berasal asli di daerah tersebut. Suku
bangsa yang di anut budaya sunda/Indonesia, bahasa yang digunakan sehari-hari
bahasa sunda dan mempercayai setiap adat istiadat yang di anutnya selama itu
baik dan benar.
b) Tempat tinggal keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis
bersifat homogen)
Tempat tinggal keluarga Tn. D bersifat homogen sama, yaitu rata-rata tetangga
yang tinggal di lingkungan rumah, asli suku sunda, bahasa yang digunakan untuk
berinteraksipun menggunakan bahasa sunda sehigga mudah untuk berinteraksi.
c) Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan (apakah
kegiatan-kegiatan ini berada dalam kelompok kultur/budaya keluarga)
Di lingkungan rumah keluarga Tn. D sering diadakan pengajian setiap seminggu
sekali, dan Ny. R selalu mengikuti pengajian setiap hari sela. Serta setiap hari
jumat sering di adakan jumat bersih (gotong royong) dan selalu ikut aktif dalam
kegiatan tersebut. Keluarga Tn, D jarang berwisata ke tempat rekreasi, Ny. R
memeriksa kehamilannya sebukan sekali ke Bidan di kampungnya.
d) Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana (tradisional atau modern)
keluarga Tn. D tidak melakukan diet khusus tetapi tetap berusaha menjaga
konsumsi makanan yang sehat dan keluarga Tn. D selalu menggunakan pakaian
rapih dan sopan setiap harinya.
e) Struktur kekuatan keluarga tradisional atau “modern”
Keluarga Tn. D selalu melakukan musyawarah dalam memecahkan masalah
dengan cara bersama-sama.
f) Bahasa (bahsa-bahasa) yang digunakan di rumah
Keluarga Tn. D selalu menggunakan bahasa sunda setiap harinya.
g) Pengggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi. (Apakah
keluarga mengunjungi pelayanan praktisi, terlibat dalam praktik-praktik
pelayanan kesehatan trasisional, atau memiliki kepercayaan tradisional asli dalam
bidang kesehatan)
Keluarga Tn, D selalu menggunakan jasa kesehatan di puskesmas desa maupun
puskesmas induk serta menggunakan fasilitas kesehatan dalam memeriksa
kesehatan anggota keluarganya.
6. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
a) Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktik keyakinan beragama mereka
Semua anggota keluarga Tn. D memiliki kepercayaan agama yang sama, baik
dengan anggota keluarga lainnya.
b) Seberapa aktif keluarga tersebut dalam kegiatan agama atau organisasi
keagamaan
Keluaraga Tn. D selalu mengikuti keliatan keagamaan seperti Ny, R mengikuti
pengajian di daerahnya setiap seminggu sekali pada hari kamis. Dan mengikuti
kegiatan kegamaan yang diselenggarakan di daerahnya.
c) Agama yang dianut oleh keluarga
Keluarga Tn. D menganut agama islam
d) Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam
kehidupan keluarga terutama dalam hal kesehatan
Keluarga Tn. D selalau berdoa kepada Alloh SWT apapun itu yang diinginkan
termasuk jika ada masalah kesehatan keluarga Tn. D tersebut.
e) Status sosial ekonomi keluarga
1) Sumber pendapatan diperoleh dari kepala keluarga + 1.600.000/bulan
dengan bekerja sebagai buruh . Sedangkan Ny. R sebagai Ibu Rumah
Tangga.
Kebutuhan yang dikeluarkan untuk :
 Makan & Minum
 Bayar listrik
 Dan lain-lain
Sedangkan sisanya di tabungkan untuk kebutuhan yang akan
datang dan untuk biaya pendidikan anaknya nanti.
2) Barang- barang yang dimiliki :
 1 buah televise
 2 buah kasur
 Lemari
 1 buah motor
 Dan lain-lain
f) Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga Tn. D selalu mengisi waktu luang dengan berkumpul menonton TV,
mengobrol dengan para tetangga dan kerabat/saudara, tidak rekreasi saat hari
libur ke hanya diam dirumah.
II. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. D berada pada tahap perkembangan keluarga… dengan anak usia 15 tahun
dan 7 tahun , 1 tahun Adapun tugas perkembangan keluarga :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi dan
keamanan
b. Mensosialisasikan anak
c. Mengintegrasikan anak yang baru dan memenuhi kebutuhan anak yang lain
d. Mempertahankan hubungan yangs ehat (hubungan perkawinan dan hubungan
orang tua anak) serta hubungan di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas)
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Untuk sekarang masalah ekonomi keluarga Tn. D sudah cukup terpenuhi, akan tetapi
untuk kedepannya Ny. R berharap keluarganya selalu di berikan kesehatan dan selalu di
lancarkan dalam segala hal. Serta Ny. R berharap anaknya bisa mendapatkan jaminan
kesehatan.
III. Riwayat Kesehatan Keluarga Saat Ini
1. Riwayat keluarga sebelumnya
Ny. D mengatakan bahwa sebelumnya keluarganya tidak mempunyai masalah riwayat
kesehatan
2. Riwayat kesehatan masing-masing anngota keluarga (jika ada balita) :

No Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan


kesehatan (BCG/Polio/DPT/Campak) kesehatan yang telah
dilakukan

1. Tn. D 44 Sehat Tidak ada Menjaga


Tahun kesehatan

2. Ny. R 36 45 Tidak - Menjaga


Tahun Kg Sehat kesehatan

3. An. N 15 Sehat Lengkap Tidak ada Menjaga


Tahun kesehatan

4. An. S 7 Sehat Lengkap Tidak ada Menjaga


tahun kesehatan

5. An.Y 1 Sehat Lengkap Tidak ada Menjaga


tahun kesehatan

3. Sumber kesehatan yang telah dimanfaatkan


Ny. R mengatakan bahwa jika ada anggota keluarganya yang sakit selalu membawanya
ke puskesmas terdekat serta selalu berusaha memanfaatkan penggunaan jaminan
kesehatan.

IV. Pengkajian Lingkungan


1. Karakteristik rumah
a) Gambaran tipe tempat tinggal
Luas : 9x4 m2
Jenis : Permanen
Sirkulasi udara : 1 pintu
Pencahayaan jendela : + 5 jendela
Memiliki satu dapur, satu kamar mandi di dalam,Memiliki 2 kamar yaitu kamar 1
untuk Tn. D dan Istrinya, tapi terkdang tidur di depan ruang tamu.
Ny. R mengatakan bahwa pintu rumahnya terkadang selalu di buka saat siang hari.
b) Denah rumah

WC
KAMAR 2

RUANG TAMU DAPUR


KAMAR 1

PINTU
DEPAN

a) Gambaran kondisi rumah


Keadaan rumah bersih karena Ny. R selalu menyapu dan mengepel setiap harinya,
serta halaman rumahnya pun bersih, Tidak terdapat pohon dekat halaman rumah.
b) Dapur
Keadaan dapur keluarga Tn. D terlihat cukup bersih, rapih dan penataan
barangnyapun pada tempatnya.
c) Kamar mandi
Keadaanya terlihat bersih dan airnya pun bersih dan Ny. R selalu membersihkan
kamar mandi setiap minggunya,
d) Mengkaji pengaturan tidur di dalam rumah
Keluarga Tn. D terbiasa tidur pada malam hari mulai pukul 22.00 WIB ,pada malam
hari dan terkadang tidur siang sekitar 1-2 jam.
e) Mengkaji keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah
Keadaan rumah Tn. D cukup bersih, sekitar tempat tinggalnya pun cukup bersih,
sejuk karena banyak pohon di sekitar rumah. Dan pintu rumah selalu terbuka pada
siang hari.
f) Mengkaji perasaan-perasaan subyektik keluarga terhadap rumah
Keluarga Tn. D nyaman tinggal di rumahnya karena keadaan yang sejuk serta sangat
nyaman untuk di gunakan istirhatat sehari-hari.
g) Evaluasi adekuat pembuangan sampah
Keluarga Tn. D jika membuang sampah dengan cara membakarnya di pean rumah.
h) Pengaturan penataan rumah
Penataan di dalam ruamah keluarga Tn. D terlihat rapih dan baik sesuai pada tempat
yang semestinya.
2. Karakteristik keluarga dan komunitas RW
Keluarga Tn. D sangat ramah, selalu berinteraksi dengan tetangga sekitar dengan baik. Letak
rumah dengan tetangga sekitar cukup berdekatan. Dan berada di daerah tidak padat penduduk
Bila ada acara di desanya suka saling membantu seperti gotong royong dan acara lainnya.
Serta interaksi di dukung dengan adanya acara pengajian setiap hari kamis. RT, RW dan para
kader di daerahnya pun selalu memantau dengan baik.
3. Mobilitas geografis keluarga
Saat pertama kali berumah tangga keluaraga Tn. D sampai sekarang bertempat tinggal di
Depok 1 dan tidak pernah pindah tempat tinggal.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. D jarang mengadakan perkumpulan keluarga besar, perkumpulan keluarga
dilakukan hanya saat waktu tertentu saja seperti saat lebaran atau saat ada acara keluarga
hajatan. Serta interaksi dengan tetangga sekitar baik, sering mengobrol, membantu jika ada
waktu luang dan saling menyapa dengan baik.
5. System pendukung keluarga
Keluarga Tn. D selalu mendukung dan membantu dalam masalah apapun, saling memberi
solusi dan selalu membawa ke fasilitas layanan kesehatan terdekat jika ada anggota keluarga
yang sakit.

V. Struktur Keluarga
1. Komunikasi keluarga
Komunikasi keluarga Tn. D bersifat terbuka. Dimana setiap anggota keluarga bebas dan
berhak meyampaikan pendapat atau apapun itu, cara menyampaikan antar anggota
keluargapun baik.
2. Struktur kekuatan keluarga
Di dalam keluarga Tn. D adalah orang pertama dalam pengambil keputusan karena berperan
sebagai kepala keluarga. Akan tetapi walaupun begitu, Tn. D selalu melakukan musyawarah
terlebih dahulu dengan anggota keluarganya.
3. Struktur peran
a. Tn.D berperan sebagai kepala keluarga dimana bertugas sebagai imam (pemimpin)
dan juga sebagai pencari nafkah
b. Ny. R berperan sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga yang mengurus pekerjaan
rumah serta memantau atau mendidik anaknya
4. Nilai dan Norma keluarga
Keluarga Tn. D tidak memiliki aturan khusus untuk keluarganya, hanya saja setiap perilaku
atau sikap anggota keluarga harus sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Jangan sampai bertentangan dengan agama, negara dan selalu mengikuti hal-hal yang positif.
VI. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Keluarga Tn. D selalu berhubungan baik dengan masyarakat sekitar dan antar anggota
keluarga yang lain, selalu mengajarkan anaknya tentang kebaikan, menghormati dan
menghargai. Serta selalu membantu antar tetangga sekitar,
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. D selalu berosialisasi baik dengan tentangga sekitar, selalu membantu, saling
peduli, saling menghormati dan berbuat baik.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Tugas perawatan kesehatan
I. Mengenal masalah keluarga
Keluarga Tn. D tidak ada yang memiliki masalah kesehatan, akan tetapi Ny. R yang
sedang hamil kurang paham tentang nutrisi dan kehamilannya.
II. Mengambil keputusan
Keluarga Tn. D selalu mengambil keputusan yang terbaik, termasuk jika ada masalah
kesehatan di keluarganya langsung dibawa ke pelayanan kesehatan seperti
puskesmas.
III. Merawat anggota keluaraga yang sakit
Ny. R selalu merawat dengan baik jika ada anggota keluarganya yang sakit seperti
misalnya anaknya sedang sakit, Ny. R selalu berusaha merawat anaknya dengan
maksimal sesuai apa yang di anjurkan petugas kesehatan maupun sesuai dengan
pengetahuan Ny.R dan menganjurkan minum obat sesuai aturan.
IV. Memelihara lingkungan
Keluarga Tn. D dapat memlihara lingkungan dengan baik, tidak sampai terlihat tidak
rapih. Keadaan rumah pun cukup baik, memiliki ventilasi yang memadai dan
suasananya terlihan asri/sejuk.
V. Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
Keluarga Tn. D selalu menggunakan fasilitas layangan kesehatan jika ada anggota
keluarga yang sedang sakit, serta selalu mengunakan jaminan kesehatan yang ada.
4. Fungsi reproduksi
Tn. D dan Ny. R memiliki satu orang anak Perempuan, dan Ny. R dan sebelumnya sempat
menggunakan KB.
5. Fungsi ekonomi
Tn. D sebagai pencari nafkah, penghasilannya cukup terpenuhi untuk keluarganya. Seperti
biaya makan, kebutuhan rumah tangga, kebutuhan pendidikan dan lain sebagainya, serta sisa
dari uang tersebut di tabungkan untuk kebutuhan yang akan datang sebagai simpanan.
VII. Stress Dan Koping Keluarga
1. Stress jangka pendek dan panjang
Ny. R selalu khawatir bila ada anggota keluarganya yang sakit. Serta suka merasa khawatir
jika anaknya tidak mau makan atau susah makan.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stress
Ny. R mengatakan bahwa terkadang dirinya selalu memikirkan masalahnya sampai
berlarut-larut dalam arti dia adalah orang yang sulit mengambil keputusan dan terlalu
cemas terkait gizi kurang yang dialami anaknya
3. Strategi koping ynag digunakan
Koping yang digunakan jika ada masalah adalah dengan cara meminta pendapat dari
suaminya Keluarha Tn. D bila terjadi masalah kesehatan di anggota keluarganya selalu
membawanya ke puskesmas induk . Selalu mengatasinya dengan baik, bersabar berdo’a yang
terbaik kepada Alloh SWT.
VIII. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Nama Anggota Keluarga


Fisik Tn. D Ny. R An.S

TD 130/80 110/70 mmHg -


mmHg
N 86x/mnt 90x/mnt 86x/mnt
RR 18x/mnt 20x/mnt 22x/mnt

BB 70 kg 65 kg 15,5 kg
Rambut Bersih Bersih Bersih

Konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis


Sklera Tidak ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik

Hidung Bersih Bersih Bersih


Telinga Bersih Bersih Bersih

Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir


lembab lembab kering
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar thyroid kelenjar kelenjar
thyroid thyroid
Dada Tidak ada suara Tidak ada Tidak ada
nafas tambahan suara nafas suara nafas
detak jantung tambahan, tambahan,
regular. detak jantung detak jantung
regular. regular.
Abdomen Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak
ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan
Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada
varises, tidak varises, tidak varises, tidak
ada edema ada edema ada edema
Kulit Sawo matang Sawo matang Sawo matang
Turgor kulit Baik Baik Baik

Keluhan - - -
Harapan Keluarga
Keluarga menginginkan petugas kesehatan/mahasiswa dapat memberikan penjelasan
dan informasi tentang kesehatan khususnya tentang paru-paru mulai dari upaya agar
tau cara pencegahan. Dan keluarga berharap di hidup bahagia bersama anggota
keluarga dan semua anggota keluarga sehat.

B. Analisa Data
Nama klien : Ny. R
N Data Masalah Etiologi
o
1. DS :
- Ny. R mengatakan belum Resiko penyebaran Perilaku kurang
tahu akibat bila tidak / penularan infeksi higienis
melakukan tindakan
pencegahan pada keluarga.
- Ny. R mengatakan kurang
mengerti tentang
pencegahan Paru-paru
- Keluarga tidak tahu
bagaimana cara penularan
paru-paru kepada orang lain
dan bagaimana cara
pencegahan terhadap
anggota keluarga yang lain.
- Keluarga mengatakan tidak
mengerti mengenai sanitasi
yang sehat yang dapat
mencegah penularan TB
paru.
- Ny.R aktif mengikuti
kegiatan sosial keagamaan
di masyarakat seperti acara
tahlilan, yaasinan, dsb.

DO :
- Lantai rumah sebagian
terbuat dari tanah, tampak
lembab dan kotor.
- Tidak ada tempat khusus
untuk membuang dahak
- Tidak ada tempat khusus
untuk pembuangan limbah
rumah.
- Alat makan keluarga tidak
ada pemisahan atau
digunakan bersama
- Pencahayaan rumah (kamar
tidur) kurang.
- Tn.D tidur sekamar dengan
Ny.R

DS : Kurang Kurang
- Keluarga mengatakan sejak pengetahuan informasi dan
lima bulan yang lalu sering keterbatasan
batuk yang disertai dahak. kemampuan
- Keluarga mengatakan bahwa mencerap
Ny.R sakit paru-paru, tapi informasi
tidak tahu jenis penyakit,
penyebab, pencegahan,
perawatan dan
pengobatannya.
- Ny.R mengatakan, “ saya
belum tahu akibat yang
terjadi, bila penyakit saya
tidak diobati “.
DO :
- Keluarga tidak bisa
menjawab pertanyaan
tentang pengertian penyakit,
pencegahan, perawatan dan
pengobatannya
- Pendidikan Ny.R SLTP
- Setelah dijelaskan tentang
pengertian penyakit, cara
pencegahan dan
pengobatannya, Ny.R
belum bisa menjawab
pertanyaan sederhana
perawat

DS :
- Keluarga mengatakan Ny.R Resiko kerusakan
sudah menjalani pengobatan penatalaksanaan
sejak bulan program terapi di
- Ny.R mengatakan sering rumah
Sakit pinggang dan sesek (pengobatan tidak
- Ny.R mengatakan tuntas)
sebenarnya malas minum
obat, tapi ia ingin
penyakitnya cepat sembuh
DO :
- Pemeriksaan fisik : bentuk
dada normal, terdapat
retraksi intercosta, batuk
produktif. Nafas agak sesak.
- lantai ruang tamu dari
porselin, sisanya terbuat dari
tanah keadaannya tampak
aga kotor dan lembab.
- Ventilasi kurang karena
jendela / lubang angin
terlalu sempit (kurang dari
10% luas lantai).

DX Keperawatan Keluarga :

1. Resiko penyebaran infeksi sehubungan dengan perilaku kurang higienis


2. Kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab, cara pencegahan, perawatan dan
pengobatann s.d kurangnya informasi dan keterbatasan mencerap informasi

SKALA UNTUK MNENTUKAN PRIORITAS ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA
1. Resiko penyebaran infeksi sehubungan dengan perilaku kurang higienis.

NO Kreteria Perhit Nilai Pembenaran


1 Sifat masalah : 2/3 X 1 2/3 Klien telah berobat secara
ancaman teratur, tapi biasa meludah di
sembarang tempat, aktif dalam
kegiatan perkumpulan di
masyarakat, tidur sekamar
dengan istri

Selama pasien berobat secara


teratur, kuman TBC
Kemungkinan masalah kemungkinan besar tidak akan
2 2/2 X 2 2 aktif. Tapi perlu didukung
untuk diubah : mudah
oeleh perubahan perilaku yang
lebih higienis

Penyebaran kuman TB paru


dapat dicegah asal keluarga
mau hidup sehat dan hubungan
dengan petugas kesehatan
Potensial masalah cukup baik.
untuk dicegah : tinggi
3 3/3 X 1 1
Keluarga tahu bahwa penyakit
Paru yang dialami Tn.MS bisa
menular tapi merasa bukan
sebagai bahaya.

Menonjolnya
masalah : keluarga
4 tahu ada masalah tapi 1/2 1/2
merasa bukan sebagai
bahaya

Jumlah 4 1/6
2. Kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab, cara pencegahan, perawatan dan
pengobatann s.d kurangnya informasi dan keterbatasan mencerap informasi

N Kreteria Perhit Nilai Pembenaran


O
1 Sifat masalah : aktual 3/3 X 1 1 Keluarga tidak memahami
dengan baik masalah kesehatan
yang dialami Ny.D

2 Kemungkinan masalah ½X2 1 Pemberian informasi tentang


dapat diubah : hanya penyakit dan kebutuhan
sebagian perawatan akan sulit dipahami
karena kemampuan keluarga
menyerap informasi kurang
baik, pendidikan rendah

3 Potensial masalah 2/3 X 1 2/3 Membantu keluarga memaha-


untuk dicegah : cukup mi masalah kesehatan bisa
dilakukan melalui bahasa
keluarga dengan mediasi
anaknya pertamanya yang
sedang pasantren

4 Menonjolnya masalah: 2/2 x 1 1 Keluarga tidak merasakan


keluarga menyadari adanya masalah yang harus
bahwa mereka kurang segera ditangani
paham dan mereka
ingin diberi penjelasan
yang lebih rinci

Jumlah 3 2/3
Rencana asuhan keperawatan

Nama Anggota Keluarga Yang Sakit : Ny.R


Diagnosa keperawatan keluarga : 1. Resiko penyebaran infeksi TBC
2. Kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab,
cara pencegahan, perawatan dan pengobatann s.d
kurangnya informasi dan keterbatasan mencerap
informasi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl DX Tujuan Tujuan Khusus Kriteria Hasil Intervensi


Respon Standar
Keperawatan Umum
1. 1. Resiko Setelah Setelah di lakukan tindakan Verbal Keluarga 1.Jelaskan penyebab T
penyebara dilakukan keperawatan selama 6 x mampu paru adalah bas
n infeksi pendidikan kunjungan keluarga mampu menyebutkan mycobacterium
TBC kesehatan mengenal masalah anggota / tuberculosa, diman
selama 6 x keluarga dengan : menjelaskan dapat menyerang semu
diharapkan - Keluargta cara orang baik kecil, tu
terhindarny mampu perawatan muda, kaya, miskin.
a penularan menyebutkan 2.Jelaskan dengan
dan cara perawatan bahasa sederhana
penyebaran tentang cara penularan
kuman TBC TB paru yaitu melalui
ke orang- percikan ludah atau
orang sputum pada waktu klie
terdekat TB paru : bersin , batuk
maupun dan menguap. Daya
pada tahan tubuh yang
masyarakat
dipengaruhi oleh usia,
sekitar
nutrisi dan faktor faali
3. Kaji cara keluarga
dalam mengambil
keputusan untuk
mencegah terjadinya
penularan penyakit TB
paru
4. Motivasi keluarga
untuk melakukan usaha
pencegahan

2. 2. Kurang Setelah Setelah di lakukan tindakan Verbal 1. Jelaskan dengan


pengetahu dilakukan keperawatan selama 6 x menggunakan bahasa
an tentang pendidikan kunjungan keluarga mampu yang sederhana dan
penyakit, kesehatan mengenal masalah anggota mudah dimengerti
penyebab, selama 6 x keluarga dengan : tentang gejala penyakit
cara diharapkan Dapat mengetahui penyakit Tb paru seperti klien
pencegaha : keluarga tbc merasa lesu, pucat,
n, mampu anorexia, demam
perawatan melakukan dimalam hari dengan
dan tindakan atau tanpa berkeringat
pengobata untuk dingin, sesak nafas,
nn s.d mencegah batuk/batuk darah.
kurangnya terjadinya 2. kaji pengetahuan
informasi penularan keluarga tentang cara –
dan penyakit cara pemecahan masala
keterbatasa TB paru yang tepat.
n pada 3. Jelaskan cara prinsip
mencerap anggota. pemecahan masalah
informasi pada TB paru yaitu
dengan pengobatan da
perawatan yang tepat
dan teratur
4. kaji pengetahuan
keluarga tentang tata
cara perawatan klien TB
paru.
Impelementasi Dan Evaluasi

NO TANGGAL Diagnosa Impelementasi Evaluasi


1 24 – 02- 2020 Resiko penyebaran
penyakit  menjelaskan S : keluarga mengatakan
penyabab TB paru masih sulit untuk
 menjelaskan mengerti tentang
tentang gejala TB penyebab dan gejala
paru TB paru.
O : keluarga tidak
mampu menyebutkan
dengan bahasa yang
sederhana tentang
penyebab dan gejala
TB paru.
A : masalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi.

2. Kurang pengetahuan - mengkaji


24-02-2020 pengetahuan S : keluarga mengatakan
keluarga tentang sudah tahu cara
resiko terjadinya penularan TB paru
penularan TB paru pada anggota keluarga
pada anggota dengan cara percikan
keluarga. ludah.
- Menjelaska O : keluarga mampu
n tentang cara menjelaskan dengan
penularan TB paru bahasa yang sederhana
tentang cara penularan
TB paru yaitu melalui
percikan ludah.
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis berusaha untuk membandingkan antara teori dengan tinjauan kasus
terhadap keluarga Bapak Nandang dengan masalah penyakit tuberculosis di Palahan RT/RW
02/04 Kota Tasikmalaya, secara umum tidak menemukan hambatan. Hal ini disebabkan
karena sifat kooperatif keluarga  serta bantuan dari Pembimbing Lahan/ akademik. Namun
penyusun menemukan kesenjangan antara teoritis dan kenyataan yang ditemukan pada
keluarga Bapak Nandang untuk lebih jelasnya berikut akan dibahas sejauh mana kegiatan
yang dilakukan melihat keberhasilan dan kesenjangan kasus.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah salah satu kegiatan mengumpulkan data mengkoordinasikan
data yang didapatkan dari berbagai sumber. Dalam pengkajian sebagian data yang
ditemukan pada keluarga Tn. R sama dengan data yang ada pada teori.
B. Diagnosa Keperawatan
Terdapat kesenjangan antara diagnosa yang muncul dengan diagnosa yang
tercantum dalam teori. Pada Ny. A dari data pendukung objektif dan subjektif
ditemukan 2 diagnosa yaitu:
1. Resiko penyebaran infeksi TBC

2. Kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab, cara pencegahan, perawatan dan


pengobatann s.d kurangnya informasi dan keterbatasan mencerap informasi

Adapun diagnosa yang tercantum pada teori adalah :


1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
2. Hipertermia behubungan dengan dehidrasi
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mengeluarkan sekresi pada jalan napas
4. Resiko penyebaran infeksipada orang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung
6. Resiko penyebaran infeksi pada diri sendiri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Diagnosa yang tercantum pada teoritis dan ditemukan pada kasus,yaitu:
1. Kurang pengetahuan pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah kehamilan dengan anemia.
Diagnose ini muncul karena adanya data pendukung yaitu Ny. A mengatakan
tidak mengetahui tuberculosis
Dalam merumuskan rencana tindakan penulis tidak menemukan kesenjangan
yang berarti antara teori dengan kasus. Hal ini disebabkan perencanaan mengacu
pada teori dan prioritas masalah yang ada. Namun ada beberapa intervensi yang
ada pada teori namun dicantumkan pada kasus karena penyusun menyesuaikan
dengan keadaan keluarga Tn. R
C. Intervensi
Dalam merumuskan rencana tindakan tidak menemukan kesenjangan yang berarti
antara teoritis dengan kasus. Hal ini disebabkan perencanaan mengacu pada teoritis dan
prioritas masalah yang ada. Namun ada beberapa intervensi yang ada pada teoritis
namun dicantumkan pada kasus karena menyesuaikan dengan keadaan Ny. A.
D. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi dilakukan setelah rencana tindakan sesuai kebutuhan pasien dan
diharapkan dalam tindakan yang nyata dalam melaksanakan tindakan tersebut,
sedangkan semua tujuan tercapai dengan penempatan waktu yang relatif sesuai dengan
yang telah ditetapkan.
BAB V
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Dari hasil asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Bapak Nandang dengan
penyakit tuberculosis khususnya kepada Ny R di Jl. Depok II rt 003/ rw 010,
Sukahurip, Kota Tasikmalaya.Dalam pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan
yang berarti yang dapat dikumpulkan diperoleh dengan mudah karena adanya
kerjasama antara keluarga Tn. D
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu direncanakan beberapa tindakan
keperawatan dengan menetukan rasional dari tindakan tersebut.
1. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan sangat diperlukan kerjasama yang baik
antara, keluarga, tim kesehatan yang lain guna mendapatkan tindakan
keperawatan yang berkesinambungan.
B. SARAN
Saran penulis ditujukkan kepada pihak Unit Pelayanan Kesehatan Masyarakat
dan Institusi pendidikan
1. Unit Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Diharapkan agar dapat meningkatkan lagi mutu pelayanan yang sudah tercapai
dengan baik.
2. Institusi pendidikan
Untuk Dosen semoga tidak pernah bosan mengajari dan membimbing kami
terutama dalam pembuatan serta penyusunan tugas Asuhan keperawatan.Untuk
mahasiswa-mahasiswi semoga dengan adanya tugas ini, dapat menambah ilmu
dan wawasan kalian tentang Asuhan keperawatan Keluarga, serta lebih giat
belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Wahid, Abd. Dan Suprapto, Imam. (2013). Asuhan Keperawatan Pada


Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta : Trans Info Media. Hal 155-185
Amin, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic- Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogakarta: Mediaction Publishing.
Ringel, Edward. (2012). Buku Saku Hitam Kedokteran Paru Alih
Bahasa:dr.Elfiawati Resipirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes
RI; 2015.
Nurarif. A. H & Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Moorhead, Sue. 2016. Nursing outcomes Classification (NOC) dan nursing
Interventions Classification (NIC). Elsevier.
Nurarif huda dan Hardhi Kusuma (2015). Aplikasi NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta:MediAction
Suprajitno, S.Kp (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Nama : NADIA GUSTIA N

Nim : 10117073

Tingkat : 3B DIII Keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA V
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN TUBERCULOSIS

A. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (Price dan Wilson, 2005).

Penyakit TB paru adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh


kuman Mycobakterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya (Depkes, 2002).

B. Riwayat Keperawatan, Kemungkinan Data Fokus


I. Data Umum
1. Identitas Kepala Keluarga
a. Nama Kepala Keluarga :
b. Umur :
c. Agama :
d. Pekerjaan :
e. Pendidikan :
f. Telepon :
g. SukuBangsa :
h. Alamat :
2. Komposisi

No Nama Umur L/P Tgl. Pendidika Pekerjaan Imunisas Ket


Lahir n i

3. Genogram
Genogram adalah peta atau riwayat keluarga yang menggunakan simbol-simbol
khusus untuk menjelaskan hubungan, peristiwa penting dan dinamika keluarga dalam
beberapa generasi. Bayangkan genogram sebagai "pohon keluarga" yang sangat
terperinci.
4. Tipe keluarga :
a. Jenis tipe keluarga
b. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut
5. Suku Bangsa
6. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
2. Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti
3. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
(Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi)
III. Riwayat kesehatan keluarga saat ini
1. Riwayat keluarga sebelumnya
2. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga (Bila ada balita)

No Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan


kesehatan (BCG/Polio/DPT kesehatan yang telah
/Campak) dilakukan

3. Sumber kesehatan yang telah dimanfaatkan


IV. Pengkajian lingkungan
1. Karakteristik rumah
a. Gambaran tipe tempat tinggal
b. Denah rumah
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3. Mobilitas geografis keluarga
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5. Sistem pendukung keluarga
V. Struktur Keluarga
1. Komunikasi keluarga
2. Stuktur kekuatan keluarga
3. Struktur peran
4. Nilai dan norma keluarga
VI. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
2. Fungsi sosialisasi
3. Fungsi perawatan kesehatan
 Tugas perawatan keluarga
a. Mengenal masalah keluarga
b. Mengambil keputusanMerawat anggota keluarga yang sakit
c. Memelihara lingkungan
d. Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
4. Fungsi reproduksi
5. Fungsi ekonomi
VII. Stress dan koping keluarga
1. Stessor jangka pendek dan panjang
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Strategi koping yang digunakan
C. Kemungkinan Data Fokus Hasil Pemeriksaan Fisik
1. Infeksi
Konjungtiva mata pucat karena anemia, malaise, badan kurus/BB menurun.
2. Perkusi
Terdengar suara redup terutama pada apeks paru.
3. Auskultasi
Terdengar suara nafas bronchial.
4. Palpasi
Badan teraba hangat (Demam).
D. Pengkajian Keperawatan Keluarga Dengan Menggunakan Tingkat
Kemandirian Keluarga

Kriteria Tingkat kemandirian

1 2 3 4

Menerima petugas    

Menerima pelayanan kesehatan sesuai dengan rencanas keperawatan    

Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secaasra benar   

Mengetahui dan dapat mengetahui tentang masalah kesehatan   

Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anuran   

Melakan tidakan pencegahan secara aktif  

Melakukan tindakan peningkatan kesehatan !promotif) secara aktif 

E. Kemungkinan Data Fokus Hasil Pemeriksaan Klinis


1. Demam
2. Batuk/batuk berdarah
3. Sesak nafas
4. Nyeri dada
5. Malaise dan kelelahan
6. Takikardia
F. Kemungkinan Data Fokus Hasil Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan sputum BTA
Diagnose TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukan BTA
pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan positif apabila
sedikitnya 2 atau 3 sputum SPS (sewaktu, pagi, sewaktu) BTA positif.
2. Rontgen
Foto rontgen dada dapat menunjang menegakkan diagnose TB apabila ditemukan
infiltrate dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal.
3. Tes montoux atau tuberculin
Tes ini sering digunakan untuk membantu menegakkan diagnose TB paru anak-
anak. Biasanya dipakai montoux tes dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkullin
secara intrakutan. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan.
G. Diagnosa Keperawatan Keluarga Yang Mungkin Muncul
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d keluarga tidak mengenal masalah
anggota keluarga
H. Perencanaan Tujuan Dan Kriteria Tujuan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 15 menit, keluarga mampu
mengambil keputusan tentang bersihan jalan napas tidak efektif
Kriteria hasil :
- Keluarga dapat menyebutkan kembali akibat yang ditimbulkan dari
penyakit TB
- Keluarga dapat menyebutkan alternative-alternatif untuk mengatasi
bersihan jalan napas
- Keluarga dapat mengambil keputusan atau tindakan yang tepat pada
anggota keluarga
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 15 menit, keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang sakit
Kriteria hasil :
- Keluarga dapat menjelaskan cara mengatasi gangguan pertukaran gas
- Keluarga dapat menyebutkan klasifikasi makanan untuk gangguan
pertukaran gas
- Keluarga dapat menjelaskan cara merawat anggota keluarga yang sakit
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d keluarga tidak mengenal masalah
anggota keluarga
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 15 menit, keluarga mampu mengenal
masalah tentang masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kriteria hasil :
- Keluarga dapat menjelaskan pengertian nutrisi
- Keluarga dapat menjelaskan penyebab kekurangan nutrisi
- Keluarga dapat menjelaskan tanda dan gejala kekurangan nutrisi
- Keluarga dapat membandingkan keadaan anggota keluarga yang
kekurangan nutrisi dan yang normal
- Keluarga dapat menerima keadaan anggota keluarga yang sakit
I. Kemungkinan Prioritas Intervensi Dengan Menggunakan Skoring
No. Kriteria Nilai Bobot jumlah Pembenaran
1. Sifat masalah     Skor / Angka
tertinggi X Bobot
 Tidak / kurang sehat 2
 Ancaman kesehatan 2 1

 Keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah    


 Mudah 2 2
 Sebagian 1

 Tidak dapat 0

3 Potensi masalah untuk dicegah    


 Tinggi 3  1
 Cukup 2

 Rendah 1

4 Menonjolnya masalah  
 Masalah berta harus segera 2 1
ditangani 1
 Ada masalah tetapi tidak perlu 0
segera ditangani
 Masalah tidak dirasakan

J. Tindakan Keperawatan Keluarga Berdasarkan Prioritas


Diagnosa Keperawatan 1
Intervensi :
1) Berikan penyuluhan tentang akibat dari penyakit TB
2) Kaji ulang pengetahuan keluarga setelah diberikan penyuluhan
3) Beri reinforcement bila jawaban benar
4) Diskusikan akibat tidak efektifnya bersihan jalan napas jika tidak segera
ditangani.
5) Jelaskan pada keluarga alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi tidak
efektifitas jalan napas
6) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mengambil keputusan
Diagnosa Keperawatan 2
Intervensi :
1) Jelaskan kepada keluarga tentang cara-cara melakukan perawatan pada
penderita TB
2) Beri penjelasan tentang makanan untuk penderita TB
Diagnosa Keperawatan 3
Intervensi :
1) Berikan penyuluhan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala kurang
nutrisi
2) Kaji ulang pengetahuan keluarga setelah diberikan penyuluhan
3) Beri reinforcement bila jawaban benar
K. Evaluasi Keperawatan Keluarga Dengan Menggunakan Tingkat Kemandirian
Keluarga

Kriteria Tingkat kemandirian

1 2 3 4

Menerima petugas    

Menerima pelayanan kesehatan sesuai dengan rencanas keperawatan    

Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secaasra benar   

Mengetahui dan dapat mengetahui tentang masalah kesehatan   

Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anuran   

Melakan tidakan pencegahan secara aktif  

Melakukan tindakan peningkatan kesehatan !promotif) secara aktif 

L. Buku Sumber
Price, S.A, 2005 , Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta :
EGC .
Smeltzer, S.C., 2013. “Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth, edisi 12”.
Jakarta : EGC
Wilkinson Judith M, Ahern Nancy R, 2011. “Buku Saku Diagnosis Keperawatan,
edisi 9, Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC,” Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai