Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

AKI adalah jumlah kematian Ibu selama masa kehamilan, persalinan dan

nifas atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan

atau jatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2018). Tiga penyebab

utama kematian Ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi dalam kehamilan (25%)

dan Infeksi )12%). (Wibowo dkk., 2016). Seringnya terjadi kematian pada saat

persalinan, disebabkan karena terlalu muda saat hamil, terlalu tua saat hamil,

terlalu dekat dan terlalu banyak memiliki anak. (Hapsari, 2014). Maka perlu

dilakukan upaya optimal untuk mencegah atau menurunkan Angka Kematian Ibu.

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi

angka kematian Ibu, melalui persiapan kehamilan, sehingga mencegah kondisi 4T

yaitu terlalu muda melahirkan (dibawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan,

terlalu dekat jarak melahirkan dan terlalu tua melahirkan (diatas 35 tahun).

(Kemenkes, 2018). Dari terlalu sering dan terlalu dekat jarak kelahiran dapat

meningkatkan angka kematian ibu, maka salah satu program pemerintah dalam

upaya mengendalikan jumlah kelahiran hidup tersebut dan mewujudkan keluarga

kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan kelahiran dengan

program Keluarga Berencana.

Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Indonesia menurut Profil Kesehatan

RI (2018) adalah sebanyak 28.343.931, dengan jumlah peserta KB aktif

24.258.532 (63,26%) dan lebih dari separuh atau sekitar 15.261.014 (63,71%)
menggunakan metode kontrasepsi suntik. Pemerintah saat ini memberikan

kemudahan bagi PUS untuk memilih metode kontrasepsi sesuai kebutuhan

mereka (BKKBN, 2015).

Berdasarkan pola dalam pemilihan jenis alat kontrasepsi seperti yang tertera

pada buku Profil Kesehatan RI tahun 2017, sebagian besar peserta KB aktif

memilih suntikan dan pil sebagai alat kontrasepsi bahkan sangat dominan (80%)

disbanding metode lainnya; suntikan (62,77%) dan pil (17,24%). Kegagalan KB

suntik menurut data BKKBN (2015) adalah 6 kehamilan dari 100 akseptor KB

suntik, penyebab kegagalan suntik KB menurut dr. Bambang Trijanto, Sp.OG

dalam buku laporan Dinas Kesehatan Surabaya tahun 2011 mengatakan bahwa

terdapat beberapa faktor penyebab kegagalan, seperti kondisi ibu yang menderita

penyakit hematoma, TBC epilepsy, pengaruh obat penenang dan antibiotik.

(Kemenkes, 2018).

Semua alat kontrasepsi pasti ada keuntungan dan kerugian, begitu juga

dengan kontrasepsi hormonal suntik. Kontrasepsi suntik juga memiliki dampak

baik dan dampak buruk bagi penggunanya. Menurut Saroha Pinem (2014)

dampak baiknya antara lain sangat efektif dan mempunyai efek pencegahan

kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri,

tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit

jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak berpengaruh terhadap ASI,

mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian

penyakit tumor jinak payudara, mencegah beberapa penyakit radang panggung,

menurunkan krisis anemia bulan sabit, sedikit efek samping. Klien tidak perlu
menyimpan obat suntik dan juga dapat digunakan oleh perempuan usia lebih 35

tahun sampai perimenopause. (Pinem, 2014).

Salah satu efek yang disebabkan oleh KB suntik DMPA adalah kandungan

hormonnya dapat mengubah metabolisme cairan dalam tubuh seringkali dapat

menyebabkan retensi cairan (edema). Para wanita pengguna kontrasepsi hormonal

dapat mengalami sampai 10 Kg, kenaikan ini biasanya merupakan efek samping

yang muncul temporer dan terjadi pada bulan pertama selama 4-6 minggu.

Berdasarkan penelitian yang ditulis Contraception efek samping seperti muntah,

terjadi pembengkakkan pada kaki, sakit kepala, malas, nafas pendek, sakit pada

bagian perut (Guyton, A.C., Hall, 2014)

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan dan fenomena yang

ditemukan pada akseptor KB suntik DMPA, maka peneliti tertarik untuk

melakukan review pada penelitian mengenaik efek KB suntik DMPA.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti merumuskan

masalah “Bagaimanakan efek penggunaan KB Suntik DMPA terhadap

akseptornya?”

1.3 Tujuan Review

Melakukan review secara sistematik pada beberapa hasil penelitian terbaru

yang mengkaji efek penggunaan KB suntik DMPA terhadap akseptornya.


BAB 2
METODE REVIEW

2.1 Jenis Review

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistematik

review. Desain yang digunakan adalah analisis meta (PRISMA). Basis data yang

digunakan adalah Garuda terbatas pada 5 tahun terakhir dari 2015-2020, artikel

teks lengkap, wilayah penelitian berada di Indonesia, desain penelitian

menggunakan desain cross-sectional dan dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

Inggris. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian artikel adalah DMPA, suntik

DMPA dan alat kontrasepsi.

2.2 Kerangka Operasional

Gambar 2.1 Kerangka Operasional Literatur Review efek penggunaan DMPA

Penentuan Resourches
GARUDA

Menentukan Topik
Efek Penggunaan KB suntik DMPA terhadap perubahan fisiologis pada akseptor

Mencari artikel yang relevan


87 Artikel

Melakukan seleksi artikel


11 Artikel

Membandingkan
Efek penggunaan KB suntik DMPA terhadap perubahan berat badan 2 artikel
Efek penggunaan KB suntik DMPA terhadap pola menstruasi 3 artikel
Efek penggunaan KB suntik DMPA terhadap penurunan libido 4 artikel
Efek penggunaan KB suntik DMPA terhadap peningkatan IMT 2 artikel
Efek Penggunaan KB suntik DMPA terhadap kejadian amenorrhea sekunder 2 artikel

Pembahasan

Simpulan
BAB 3
HASIL REVIEW
Tabel 3.1 Efek penggunaan KB suntik DMPA terhadap perubahan Berat Badan
Metode
N
Penulis dan Tahun (Desain, Sampel, Variabel, Hasil
o
Instrumen, Analisis)
1 Shellia Galuh A.N, D: Cross sectional Hasil penelitian
Ngesti W. Utami, S: Akseptor KB suntik DMPA menyatakan bahwa tidak
Erlisa Candrawati Vi: Lama Pemakaian DMPA terdapat korelasi antara
(2018) Vd: Peningkatan Berat Badan lama pemakaian DMPA
I : Kuesioner dan lembar observasi dengan peningkatan berat
A : Uji Corelation person product badan pada akseptor KB
moment. suntik DMPA.
2 Husniati, Saudah D : Cross-Sectional Ada hubungan sangat
(2016) S : Seluruh akseptor KB suntik bermakna antara lama
DMPA pemakaian terhadap
Vi : Lama penggunaan DMPA peningkatan berat badan
Vd : Pola menstruasi dan perubahan dan hubungan sangat
berat badan bermakna antara lama
I : Wawancara pemakaian terhadap pola
A : Chi-Squaare menstruasi.

Tabel 3.2 Efek penggunaan KB Suntik DMPA terhadap Siklus Haid


Metode
N
Penulis dan Tahun (Desain, Sampel, Variabel, Hasil
o
Instrumen, Analisis)
1 Ni Made Dian D : Cross-sectional Hasil penelitian
Pramasari (2017) S : Akseptor KB sutik DMPA yang menyatakan bahwa
sudah menggunakan KB suntik terdapat hubungan
minimal 1 tahun sampai batas waktu penggunaan DMPA
penelitian dengan ketidak aturan
Vi : Penggunaan KB suntik DMPA siklus haid pada akseptor
Vd : Ketidakaturan siklus haid KB suntik 3 bulan
I : Wawancara dan kuesioner (DMPA).
A : Analisis Univariat dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi dan
Analisis Bivariar menggunakan uji
Chi-Square
2 Husniati, Saudah D : Cross-sectional Hasil penelitian
(2016) S : Seluruh akseptor KB suntik menyatakan bahwa ada
DMPA hubungan yang sangat
Vi : Lama penggunaan DMPA bermakna antara lama
Vd : Pola menstruasi dan perubahan pemakaian terhadap
berat badan peningkatan berat badan
I : Wawancara dan terdapat hubungan
A : Chi-Square yang sangat bermakna
antara lama pemakaian
dengan pola menstruasi.
3 Anisa K.A, Titi D : Cross-sectional Hasil penelitian
Astuti (2015) S : Akseptor KB suntik DMPA yang menunjukkan ada
berkunjung ke RB Kartini hubungan bermakna antara
Vi : Lama penggunaan kontrasepsi lama penggunaan
DMPA kontrasepsi DMPA dengan
Vd : Perubahan siklus haid perubahan siklus haid.
I : Wawancara dan ceklist observasi
atau buku akseptor
A : Chi-Square

Tabel 3.3 Efek penggunaan KB suntik DMPA terhadap penurunan libido


Metode
N
Penulis dan Tahun (Desain, Sampel, Variabel, Hasil
o
Instrumen, Analisis)
1 Herlina Tri D : Cross-sectional Hasil analisis menyatakan
Damailia, Kuni S : Akseptor KB suntik DMPA bahwa ada hubungan
Saadati M (2016) sebanyak 45 responden antara lama pemakaian KB
Vi : Lama pemakaian suntik KB suntik DMPA dengan
DMPA penurunan libido
Vd : Penurunan libido
I : Kuesioner dan data akseptor KB
suntik DMPA
A : Uji Koefisien Kontingensi
2 Siti Rochimatul D : Cross-sectional Hasil penelitian
Lailiyah, Luluk S : WUS yang memakai KB suntik 3 menyatakan bahwa ada
Latifah (2019) bulan yang memenuhi inklusi dan pengaruh antara lama
eksklusi sebanyak 50 responden pemakaian KB suntik 3
Vi : Lama penggunaan kontrasepsi bulan DMPA dengan
DMPA penurunan libido
Vd : Penurunan Libido
I : Kuesioner
A : Uji Spearman rank dan
dilanjutkan dengan Z-Score
3 Intan Nur Karimah, D : Cross-sectional Hasil penelitian
Ruslinawati, M. S : Akseptor KB suntik DMPA & menunjukkan bahwa
Fahrin Azhari Pil Kombinasi sebanyak 100 orang responden yang
(2019) responden menggunakan suntik
Vi : Pemakaian KB suntik DMPA & DMPA atau pil kombinasi
Pil Kombinasi mengalami penurunan
Vd : Penurunan gairah seksual gairah seksual.
I : Kuesiner FSFI
A : Uji korelasi Mann Whitney
4 Dewi Triloka D : Cross-sectional Hasil penelitian
Wulandari, Dian S : Semua akseptor KB suntik menunjukkan bahwa
Eka Januriwasti DMPA terdapat hubungan yang
(2018) Vi : Pengunaan DMPA signifikan antara pengguna
Vd : Indeks Massa Tubuh (IMT) dan DMPA dengan penurunan
penurunan libido libido.
I : Kuesioner FSFI
A : Kendal Tau Correlation test

Tabel 3.4 efek penggunaan KB suntik DMPA terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT)
Metode
N
Penulis dan Tahun (Desain, Sampel, Variabel, Hasil
o
Instrumen, Analisis)
1 Syaazaratul D : Cross-sectional Terdapat pengaruh lama
Qamelia Innas, S : Akseptor baru suntik KB 3 bulan penggunaan terhadap
Nurmainah, Sri sebanyak 81 responden kenaikan IMT akseptor
Wahdaningsih Vi : Lama penggunaan KB suntik 3 KB suntik DMPA.
(2019) bulan (DMPA)
Vd : Kenakan Indeks Massa Tubuh
(IMT)
I : Rekam medis akseptor KB 3
bulan (DMPA)
A : Analisis univariate, Analisis
Bivariat menggunakan Uji Paired t-
test
2 Dewi Triloka D : Cross-sectional Hasil penelitian
Wulandari, Dian S : Semua akseptor KB suntik menyatakan bahwa
Eka Januriwasti DMPA terdapat hubungan yang
(2018) Vi : Penggunaan DMPA signifikan antara
Vd : Peningkatan Indeks Massa penggunaan KB suntik
Tubuh (IMT) dan penurunan libido DMPA dengan Indeks
I : Kuesioner FSFI Massa Tubuh (IMT).
A : Kendal Tau Correlation Test

Tabel 3.5 Efek penggunaan KB suntik DMPA terhadap kejadian Amenorhea Sekunder
Metode
N
Penulis dan Tahun (Desain, Sampel, Variabel, Hasil
o
Instrumen, Analisis)
1 Yustiari (2019) D : Crooss-sectional Hasil analisis
S : PUS yang menggunakan menunjukkan bahwa
kontrasepsi suntik yang berjumlah terdapat hubungan yang
92 PUS signifikan antara lama
Vi : Lama penggunaan DMPA penggunaan kontrasepsi
Vd : Amenorhea DMPA dengan kejadian
I : Kuesioner amenorrhea sekunder
A : Regresi Logistik
2 Nurya Viandika, D : Cross-sectional Hasil analisis didapatkan
Nurfitria Dara S : Akseptor KB suntik DMPA bahwa tidak ada hubungan
Latuconsina (2017) Vi : Lama pemakaian DMPA yang signifikan antara
Vd : Amenorhea lama penggunaan
I: kontrasepsi DMPA dengan
A : Chi-square kejadian amenorrhea
sekunder
BAB 4

PEMBAHASAN

Total keseluruhan data base dan kata kunci yang digunakan peneliti

didapatkan 87 artikel. Sebanyak 87 artikel dieksklusi sehingga literature yang

sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 11 artikel. Prisma Flow Diagram

menjelaskan tentang fase pencarian literatur yang dilakukan.

Peneliti telah menemukan tiga belas artikal yang sesuai dengan kriterian

inklusi, setelah ini peneliti melakukan ringkasan artikel. Peneliti telah merangkum

isi dari tiga belas artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Ketiga belas artikel

tersebut membahas mengenai efek penggunaan KB suntik DMPA terhadap

perubahan berat badan, siklus haid, penurunan libido, amenorrhea sekunder dan

Indek Massa Tubuh (IMT). Hal ini dapat diketahui dalam artikel yang ditulis oleh

Shellia Galuh A.N., dkk (2018), Ni Made Dian Pramasari (2017), Husniati dan

Saudah (2016), Anisa K.A dan Titi Astuti (2015), Herlina Tri Damailia dan Kuni

Saaditi M (2016), Siti Rochimatul L dan Luluk Latifah (2019), Intan Nur

Karimah., dkk (2019), Syaazaratul Qamelia Innas., dkk (2019), Dewi Triloka

Wulandari dan Dian Eka Januariwasti (2018), Yustiari (2019) dan Nurya

Viandika., dkk (2017).


Gambar 4.1 Prisma Flow Diagram
Record identified through database searching
( n = 87 )

Record after duplicates removed


( n = 87 )

Records creened Records excluded


( n = 87 ) ( n = 11 )

Full-text articles assessed for


eligibility Full-text articles excluded
( n = 76 ) ( n = 67 )

Studies included in quantitative


synthesis
(n=9)

4.1 Efek Penggunaan KB Suntik DMPA terhadap Perubahan Berat Badan

Artikel yang membahas mengenai efek penggunaan KB suntik DMPA

terhadap perubahan berat badan ditulis oleh Sheilla Galuh., dkk (2018) dan

Husniati dan Saudah (2016). Menurut Sheilla Galuh., dkk (2018) pada

penelitiannya yang menggunakan kuesioner dan lembar observasi mengenai

peningkatan berat badan pada akseptor KB suntik DMPA dengan total sampel

sebanyak 47 responden dengan karakteristik responden berdasarkan usia, tingkat

pendidikan dan jenis pekerjaan. Dari data hasil distribusi responden berdasarkan

lama pemakaian didapatkan bahawa lama pemakaian KB terbanyak adalah selama


9 bulan, yaitu 10 responden (21,27%) dan responden yang telah menggunakan KB

suntik DMPA paling lama adalah 36 bulan yaitu sebanyak 5 responden (10,83%).

Sementara itu hasil distribusi responden berdasarkan peningkatan berat

badan didapatkan sebanyak 29 responden (61,70%) mengalami peningkatan berat

badan ringan dan responden yang mengalami peningkatan berat badan tinggi

hanya 3 responden (6,39%). Hasil analisa menggunakan correlation pearson

product moment menunjukkan bahwa nilai p-value adalah 0,140 ( α >0,05) yang

berarti tidak terdapat hubungan antara lama pemakaian KB suntik DMPA dengan

peningkatan berat badan. Hasil dari artikel tersebut menyimpulkan bahwa tidak

terdapat korelasi antara lama pemakaian KB dengan peningkatan BB karena ada

faktor lain yang berpengaruh seperti konsumsi makanan, aktivitas, keturunan,

kecepatan metabolisme basal yang tidak terkaji oleh peneliti.

Husniati dan Saudah (2016) dalam artikelnya mengatakan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara lama pemakaian KB suntik DMPA terhadap

peningkatan berat badan dilihat dari p-value yang didapatkan dari hasil uji

statistika. Terjadinya kenaikan berat badan dapat disebabkan karena hormon

progesterone mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak.

4.2 Efek Penggunaan KB suntik DMPA terhadap pola menstruasi

Ni Made Dian Pramasari (2017), dalam penelitiannya yang menggunakan

instrument pengumpulan data wawancara dan kuesioner serta pengolahan data

yang menggunakan analisis chi-square menyatakan bahwa akseptor KB suntik 3

bulan DMPA mengalami ketidakaturan pola menstruasi yaitu sebanyak 159


responden (91,4%), dengan nilai p-value = 0,035 ( α < 0,05 ) yang berarti bahwa

ada hubungan DMPA dengan ketidakaturan siklus haid. Kemudian di peroleh OR

= 4,455 yang berarti bahwa akseptor yang menggunakan DMPA mempunyai

resiko sebanyak 4,455 kali mengalami siklus haid yang tidak teratur.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Husniati dan Saudah (2016) di

Puskesmas Darul Imarah kabupaten Aceh Besar dari 25 responden yang cukup

lama menggunakan suntikan DMPA 12 orang (48,0%) diantaranya mengalami

perubahan siklus menstruasi. Sementara 20 responden (83,3%) dari 24 responden

akseptor lama mengalami perubahan pola siklus menstruasi. Berdasarkan hasil uji

statistic menggunakan uji chi-square diperoleh nilap p-value = 0,022 hal ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lamanya

pemakaian suntikan DMPA dengan pola menstruasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Anisa K.A dan Titi

Astuti (2015) perubahan siklus haid memiliki hubungan yang signifikan dengan

lama penggunaan kontrasepsi Suntik DMPA dilihat dari hasil analisis yang

menunjukkan sebanyak 30 orang (54,5%) responden dari banyaknya sampel 55

responden mengalami perubahan siklus haid.

4.3 Efek Penggunaan KB Suntik DMPA terhadap Penurunan Libido

Libido atau bangkitnya gairah seksual wanita merupakan aktivitas seksual

yang nyaman dan menyenangkan. Naik turunnya libido diduga berhubungan erat

dengan kondisi tubuh seseorang, selain itu pemakaian kontrasepsi DMPA dalam
jangka waktu lama juga dapat menurunkan libido. (Ningsi, Seweng dan

Amiruddin, 2012).

Siti Rochmatul Lailiyah dan Luluk Latifah (2019) dalam penelitiannya yang

berjudul pengaruh lama penggunaan kontrasepsi DMPA terhadap penurunan

libido pada Wanita Usia Subur di BPM Lukluatun Mubrikoh, melakukan

penelitian terhadap 50 akseptor KB suntik DMPA menunjukkan bahwa sebagian

besar responden telah menggunakan KB suntik DMPA selama ≥2 tahun, yaitu

sebanyak 32 responden (64,0%). Dari 50 responden tersebut didapatkan sebanyak

35 responden (70%) mengalami penurunan libido, 11 responden (22%) tidak

mengalami perubahan pada libidonya dan 4 responden (8%) mengalami

peninkatan libido.

Dalam penelitian Intan Nur Karimah., dkk (2019) penurunan libido yang

dialami oleh responden adalah sebanyak 42 responden (84%) mengalami

penurunan libido, 8 responden (16%) tidak mengalami penurunan libido.

Penurunan yang dialami oleh responden ini tidak hanya karena faktor KB suntik

DMPA, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, pendidikan, partisipasi

suami/istri dan juga umur. Hasil uji statistic didapatkan bahwa terdapat hubungan

antara penggunaan KB suntik DMPA terhadap penurunan gairah seksual.

Anda mungkin juga menyukai