Anda di halaman 1dari 8

NAMA : SRI ANGGRAINI

NIM : 482011805099

KELAS : 4B (S1 FARMASI)

A. CAIRAN

PENGERTIAN CAIRAN

Pada keadaan gas, atom atau molekul terletak saling berjauhan. Pada keadaan padat, atom, ion,
atau molekul terletak sangat berdekatan dan saling bersinggungan satu sama lain. Pada cairan,
walaupun atom atau molekul sangat berdekatan, tapi tidak saling bersinggungan. Hal diatas
menyebabkan cairan dapat mengalir. Kemampuan untuk mengalir atau fluiditas adalah suatu sifat yang
membedakan cairan dengan padatan. Cairan mempunyai struktur dengan susunan yang berada di
antara susunan yang sangat teratur seperti pada kristal dengan susunan acak seperti pada keadaan gas.
Karena strukturnya yang berada di antara keadaan ekstrem di atas, ditinjau dari segi molekul, keadaan
cair sukar dipahami.

Cairan mepunyai volume tetap dan hanya sedikit dipengaruhi oleh tekanan. Rapat dan
viskositasnya lebih bsar daripada gas. Dua zat cair dapat bercampur sempurna, bercampur sebagian,
atau tidak bercampur.

Dari teori kinetik dapat dianggap, bahwa cairan adalah kelanjutan dari fase gas, molekul-
molekulnya mempunyai gaya tarik yang kuat, hingga dapat menahan volume yang tetap. Namun
demikian molekul-molekulnya masih dapat bergerak bebas, hanya gerakannya terbatas, tidak seperti
dalam fase gas. Gaya yang bekerja antara molekul-molekul cairan berupa gaya Van Der Waals atau gaya
listrik akibat adanya dipole. Gaya ini menyebabkan adanya asosiasi molekul. Tidak seperti pada gas,
pengetahuan tentang cairan belum lengkap.

1. KEADAAN KRITIS CAIRAN

Bila air diletakkan dalam bejana tertutup, air mempunyai tekanan uap tertentu. Tekanan uap ini
tergantung temperatur, misalnya:

P25˚C = 23,76 mmHg

P100˚C = 760 mmHg

Kalau temperatur dianaikkan terus, tekanan uap juga bertambah, tetapi selalu ada kesetimbang antara:
air ↔ uap
Pada temperatur 374,4˚C, batas antar air dan uap hilang. Air dalam keadaan ini disebut pada titik kritis.
Zat cair yang lain bila dipanaskan padaa bejana tertutup, akan menjalani peristiwa sama. Temperatur
pada titik kritis disebut temperatur kritis, tekanannya disebut tekanan kritis, dan volume molarnya
disebut volume kritis.

Untuk air: t0 = 374,40C

P0 = 219,5 atm

V0 = 58,7 cc/mol

2. TEKANAN UAP CAIRAN

ARTI TEKANAN UAP

Penguapan cairan terjadi karena molekul-molekul cairan dipermukaan cairan meninggalkan cairan.
Molekul-molekul ini mempunyai tenaga lebih besar daripada tenaga rata-rata dalam cairan. Penguapan
tidak terjadi terus menerus, sebab sebagian dari uap kembali kedalam cairan. Bila kecepatan penguapan
dan pengembunan sama, terjadi kesetimbangan dan tkanan uap yang terjad disebut tekanan uap jenuh
pada temperatur tersebut atau tekanan uap.

Banyaknya panas yang diperlukan untuk menguapkan cairan tergantung dari:

- Jenis cairan

- Banyaknya cairan

- Temperatur

Untuk suatu temperatur tertentu, banyaknya panas yang diperlukan untuk menguapkan 1 mol cairan
disebut panas penguapan molar, ∆Hv.

∆Hv = Hv – H1

Karena : ∆H = ∆E + P ∆V

Maka : ∆Hv = ∆E + P ∆V

Dimana : Hv = entalpi uap

H1 = entalpi cairan

∆Hv = berharga positif

∆H = Vv – V1

P = tekanan uap cairan


Besarnya tekana uap cairan dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara, namun semuanya
dapat digolongkan pada cara statis dan cara dinamis.

3. TEGANGAN MUKA CAIRAN

ARTI TEGANGAN MUKA

Gaya tarik molekul-molekul dalam cairan sama kesegala arah, tetapi molekul-molekul pada permukaan
cairan lebih tertarik “kedalam” cairan. Ini disebabkan karena jumlah molekul dalam fase uap lebih kecil
dari pada fase cair. Akibatnya zat cair selalu berusaha mendapatkan luas permukaan terkecil. Karena itu
tetesan-tetesan cairan dan gelembung-gelembung gas berbentuk bulat, karena bentuk itu mempunyai
luas permukaan terkecil.

Untuk memperluas permukaan cairan, diperlukan kerja untuk membawa molekul-molekul dari bagian
dalam dan melawan gaya tariknya. Tenaga permukaan adalah kerja yang diperlukan untuk
memperbesar luas permukaan cairan sebesar 1 cm2 Satuan tenaga permukaan =erg/cm2.

Adanya gaya-gaya kearah dalam yang menyebabkan adanya kecenderungan untuk mengerut, juga
menyebabkan permukaan cairan seakan-akan berada dalam keadaan tegang. Tengangan ini disebut
tengangan muka, yang didefenisikan sebagai Gaya dalam dyne yang bekerja sepanjang 1 cm pada
permukaan zat cair. Satuan tengangan muka = dyne/cm, jadi sama dengan satuan tenaga permukaan.

Besarnya tenaga yang diperlukan untuk memperluas permukaan dapat ditunjukkan dengan percobaan
sebagai berikut.

Pada kawat ABCDterdapat lapisan zat cair. Kawat CD dapat bergerak bebas dan dianggap tidak
mempunyai gesekan. Bila F = gaya yang diperlukan untuk menggeserkan DC ke EG kerja yang dilakukan:

W=(F) (X)

Gaya F diperlukan untuk melawan gaya akibat tengangan muka. Kalau tengangan muka per cm disebut
ϒ, maka besarnya gaya akibat tengangan muka: 2.ϒ.1 (sebab ada 2 lapisan ).

4. VISKOSITAS

Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan. Viskositas
dapat diukur dengan mengukur lahju aliraan cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini
merupakan cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas. Tanpa
menurunkannya, suatu persamaan yang menghubungkan laju aliran cairan malalui pipa silinnder
berjjar-jarri R dan dengann viskositas cairan η adalah:

Jumlah volume aliran yang mengalir melalaui pipa per satuan waktu

= V/t = πPR4 / 8ηL

η = viskositas cairan

V= total volume cairan

t = waktu yang dibuuhkan cairan dengan volume V untuk mengalir melalui viskometer

P = tekanan pyang bekerja pada cairan

L = panjang pipa

Persamaan diatas disebut juga dengan hukum Poiseulle yang selain berlaku pada hukum cairan tetapi
berlaku pada gas. Pengukuran viskositas yang tepat dengan persamaan tersebut sukar dicapai. Hal ini
disebabkan nilai R dan L sukar ditentukan secara tepat. Terutama untuk R, kesalahan pengukuran nilai
ini akan sangat besar pengaruhnya karena nilai ini dipangkatkan 4. Untuk menghindari hal ini dalam
prakteknya, digunakan suatu cairan pembanding. Yang paling sering digunakan adalah air. Dengan
menyusun kembali persamaan tersebut untuk dua cairan, nilai V,R, dan L kan dapat dihilangkan. Hal ini
dpat dilihat pada persamaan tersebut:

η1 / η2 = πR4(Pt)1 / 8VL x 8VL / πR4(Pt)2

η1 / η2 = (Pt)1 / (Pt)2 = ρ1t1 / ρ2t2

P = ρ X konstanta

Ρ = massa jenis cair

Jadi bila viskositas dan massa jenis pembanding diketahui, maka viskositas cairan lain dapaat ditentukan.

Viskometer lain yang dapat digunakan untuk mengukur viskositas adalah viskometer Hoppler. Pada
viskometer ini yang diukur adalah waktu yang di butuhkan oleh sebuah bola logam untuk melewati
cairan setinggi tertentu.

Suatu benda karena adanya gravitasi akan jatuh melalui medium yang berviskositas (seperti misalnya
cairan) dengan kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan
maksimum akan dicapai bila gaya gravitasi sama dengan frictional resistance medium. Besarnya
frictional resistanceumtuk benda berbentuk bola dapat dihitung dengan menggunakan hukum stokes.

f = 6πηrv

f = frictional resistance
η = viskositas

r = jari-jari bola

v = kecepatan yaitu jarak yang ditempuh per satuan waktu

Pada keseimbangan, gaya ke bawah (m – m0)g sama dengan frictional resistance sehingga:

η = (m – m0)g / 6πrv

m = massa bola logam

m0 = massa cair yang dipindahkan oleh bola logam

g = konstanta gravitasi

η = viskositas

Viskositas gak akan naik dengan naiknya suhu dan tidak bergantung pada tekanan. Pada cairan,
viskositas meningkat dengan naiknya tekanan dan menurun bila suhu meningkat. Hubungan antara
viskositas dan suhu pertama kali diajukan oleh Carrancio pada tahun 1913. Bentuk pertamanya adalah:

η = Ae-(∆Evis/RT)

-∆Evis = energi aktivasi untuk aliran “viskus”

T = suhu (K)

A = konstanta

R = konstanta gas

e-(∆Evis/RT) = faktor boltzman, yaitu fraksi moleku cairan yang memiliki energi cukup besar untuk
mengalir. Susunan atom serapat mungkin Ikatanlogam bisa divisualisasikan secara sederhana sebagai
sebaran ion positif yang dikunjungisatu sama berbaring oleh elektron yang sebagai-olah Bekerja sebagai
perekat. Ion-ion positif yangsaling tolak-menolak ini tertarik oleh perekat tersebut yang dikenal dengan
istilah awan elektron.
B. ZAT PADAT

PENGERTIAN ZAT PADAT

Zat padat adalah zat atau materi yang memiliki bentuk dan juga volume ( ruang yang ditempati )
tertentu. Terdapat dua cara utama bagaimana zat padat itu terbentuk, yakni dapat tersusun atas baris-
baris teratur nan rapi atau dalam susunan yang abstrak atau tidak tentu.

Zat padat yang partikelnya tersusun dengan rapi disebut sebagai kristal. Contoh zat padat kristal yaitu:
sebagian besar logam, intan, es, dan kristal garam.

Sementara itu, zat padat yang partikelnya tersusun secara acak disebut sebagai amorf. Pada umumnya,
amorf memiliki tampilan dan tekstur yang mengkilap dan elastis.

Contoh zat padat amorf yaitu: lilin, kaca, karet, dan plastik.

Sebab partikel dari zat padat tersusun secara berdekatan dan menyatu, maka dari itu zat padat tidak
dapat dimampatkan dengan mudah (zat padat tidak dapat dikecilkan hanya dengan menekannya).

1. SIFAT-SIFAT ZAT PADAT

Sifat-sifat dari zat padat, yaitu:

 Mempunyai bentuk yang tetap.


 Mempunyai volume yang tetap.

 Susunan molekul atau partikelnya teratur dan juga berdekatan (rapat).

 Mempunya gaya tarik menarik antar molekul yang sangat kuat.

 Mempunyai molekul atau partikel yang tak dapat bergerak bebas, serta tidak mudah terpisah.

 Bentuk gerakannya bergetar dan berputar ditempatnya saja.

 Tidak mengikuti bentuk wadah yang ditempati.

2. STRUKTUR KRISTAL

Kristal terbentuk dari komposisi atom-atom, ion-ion atau molekulmolekul zat padat yang memiliki
susunan berulang dan jarak yang teratur dalam tiga dimensi. Pada hubungan lokal yang teratur, suatu
kristal harus memiliki rentang yang panjang pada koordinasi atom-atom atau ion dalam pola tiga
dimensi sehingga menghasilkan rentang yang panjang sebagai karakteristik dari bentuk kristal tersebut.
Ditinjau dari struktur atom penyusunnya, bahan padat dibedakan menjadi tiga yaitu kristal tunggal
(monocrystal), polikristal (polycrystal), dan amorf (Smallman, 2000: 13). Pada kristal tunggal, atom atau
penyusunnya mempunyai struktur tetap karena atom-atom atau molekul-molekul penyusunnya
tersusun secara teratur dalam pola tigadimensi dan pola-pola ini berulang secara periodik dalam rentang
yang panjang tak berhingga. Polikristal dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari kristal-kristal tunggal
yang memiliki ukuran sangat kecil dan saling menumpuk yang membentuk benda padat. Struktur amorf
menyerupai pola hampir sama dengan kristal, akan tetapi pola susunan atom-atom, ion-ion atau
molekul-molekul yang dimiliki tidak teratur dengan jangka yang pendek. Amorf terbentuk karena proses
pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atom tidak dapat dengan tepat menempati lokasi kisinya.
Bahan seperti gelas, nonkristalin ataupun vitrus yaitu memiliki struktur yang identik dengan amorf.
Susunan dua-dimensional simetris dari dua jenis atom yang berbeda antara kristal dan amorf ditunjukan
pada Gambar2.1 Gambar 2.1 (a). Susunan atom kristal, (b). Susunan atom amorf.

C. LARUTAN

PENGERTIAN LARUTAN
Larutan merupakan suatu campuran yang terdiri dari dua atau lebih zat (dalam kimia). Zat yang
jumlahnya lebih sedikit yang ada didalam larutan itu (zat) solut atau terlarut, sedangkan zat yang
memiliki jmlah zat lebih banyak dibandingkan dengan zat-zat lain dalam larutan juga disebut solven atau
pelarut.

1. SIFAT-SIFAT DAN JENIS-JENIS LARUTAN

Sifat fisik larutan pada umumnya terbagi menjadi 3 Yaitu:

1. Sifat koligatif : terganung pada jumlah partikel dalam larutan.


2. Sifat aditif : tergantung pada atom total dalam molekul atau pada jumlah sifat
konstituen dalam larutan .
3. Sifat konstitutif : tergantung pada atom penyusun molekul (pada jenis atom dan jumlah
atom).

Jenis-jenis larutan terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan
mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya.
2. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute kurang dari yang diperlukan untuk
membuat larutan jenuh.
3. Larutan lewat jenuh yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute yang diperlukan
dari pada solvent.

2. TEKANAN UAP DAN TITIK DIDIH PASANGAN CAIRAN

TEKANAN UAP:
Beberapa molekul yang energi kinetiknya lebih besar dari energi kinetik rata-rata dapat lepas dari gaya
tarik antarmolekul dan menguap. Bila cairan diwadahi dalam ruang tanpa tutup, cairan akan perlahan
menguap, dan akhirnya habis. bila ruangnya memiliki tutup dan cairannya terisolasi , molekulnya
kehilangan energinya dengan tumbukan dan energi kinetik beberapa molekul menjadi demikian rendah
sehingga molekul tertarik dengan gaya antarmolekul pada permukaan cairan dan kembali masuk
kecairan.

TITIK DIDIH:
Suhu yang tekanan uap jenuhnya sama dengan tekanan diatas permukaan zat cair. Titik didih suatu zat
cair dipengaruhi oleh tekanan udara, artinya makin besar tekanan udara makin besar pula titik didih zat
cair tersebut.
Titik didih suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar
(tekanan yang diberikan pada permukaan cairan). Dari definisini ini dapat kita ketahui bahwa titik didih
cairan bergantung pada tekanan udara dan pada permukaan cairan. Itulah sebabnya, titik didih air
digunung berbeda dengan dipantai. Pada saat tekanan uap sama dengan tekanan udara luar, maka
gelembung-gelembung uap dalam cairan bergerak kepermukaan dan masuk fase gas.
Tekanan uap cairan meningkat dengan kenaikan suhu dan gelembung akan terbentuk dalam cairannya.
Tekanan gas dalam gelembung sama dengan jumlah tekanan atmosfer dan tekanan hidrostatik
akibatnya tinggi cairan diatas gelembung.

Anda mungkin juga menyukai