Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar  belakang masalah


Dakwah merupakan suatu proses motifasi agar manusia melakukan kebaikan
dan melarang manusia berbuat kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan
dunia dan akhirat. Masyarakat Makkah memelihara kedudukan tata nilai yang
tinggi dan istimewa, karena hal semacam itu memberikan kehidupan yang
makmur. Kaum Quraisy memandang diri mereka lebih mulia dari bangsa arab.
Jika kaum Quraisy tunduk kepada Nabi Muhammad SAW, itu sama artinya
menyerahkan semua kekuasaan kepada keluarga Nabi Muhammad SAW. Mereka
tidak akan membedakan antara kenabian dan kekuasaan.
Dakwah dapat diartikan sebagai seluruh aktivitas umat islam dalam rangka
mengaktualisasikan keimanannya baik secara individual atau kolektif. Dakwah
diupayakan untuk mengkonstruksi tatanan social yang lebih baik dan tidak
bertentangan dengan ajaran illahi (Aa Gym, 2003).
Pada masa modern, istilah dakwah mengemukakan kembali pengertian
keagamaannya, khususnya ketika pada tahun 1873, Max Muller, seorang
intelektual barat memperkenalkan system klasifikasi agama – agama dalam agama
dakwah dan non-dakwah (missionary dan non – missionary). Agama dakwah
terdiri dari agama islam, Kristen, dan budha sedangkan agama non – dakwah
adalah yahudi, hindu, dan Zoroaster. Islam adalah agama dakwah, karena
disebarkan dan diperkenalkan melalui aktivitas dakwah dan mendorong
pemeluknya untuk senantiasa aktif dalam berdakwah (Aa Gym, 2003).
Dengan pokok pikiran tersebut, kami tertarik untuk menuangkan fikiran dan
masalah kewajiban berdakwah dalam bentuk makalah.

1.2  Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian tujuan dakwah islam?
1.2.2 Bagaimana startegi dakwah rasulullah ?
1.2.3 Apa itu amar ma’ruf dan nahi mungkar sebagai kewajiban social umat
islam?
1.2.4 Apa saja prinsip – prinsip islam dalam melakukan amar ma’ruf nahi
mungkar?
1.2.5 Apa permasalahan social di masyarakat dalam bernahi mungkar?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana tujuan
dakwah islam, startegi dakwah yang dilakukan Rasulullah, mengetahui apa yang
dimaksud amar ma’ruf dan nahi mungkar, selain itu makalah ini dibuat untuk
mengetahui prinsip – prinsip islam dalam melakukan amar ma’ruf nahi
mungkar, serta untuk memahami permasalahan social di masyarakat dalam
bernahi mungkar.
BAB II
PEMBAHSANA
A. PENGERTIAN TUJUAN DAKWAH ISLAM

Secara etimologis, kata “dakwah” berasal dari bahasa Arab


yang mempunyai arti: panggilan, ajakan, dan seruan. Sedangkan dalam
ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah adalah bentuk dari isim masdar
yang berasal dari kata kerja : ‫ دعوة‬,‫ يدعو‬,‫ دعا‬    artinya : menyeru,
memanggil, mengajak.20
Dalam pengertian yang integralistik dakwah merupakan suatu
proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban
dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan
Allah, dan secara bertahap menuju perikehidupan yang Islami.
Sedangkan ditinjau dari segi terminologi, banyak sekali
perbedaan pendapat tentang definisi dakwah di kalangan para ahli,
antara lain:
1. Menurut A. Hasmy dalam bukunya Dustur Dakwah Menurut al-
Qur’an, mendefinisikan dakwah yaitu: mengajak orang lain untuk
meyakini dan mengamalkan akidah dan syariat Islam yang terlebih
dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah itu sendiri.21
2. Menurut Syekh Ali Mahfud. Dakwah Islam adalah memotivasi
manusia agar melakukan kebaikan menurut petunjuk, menyuruh
mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka berbuat
kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagian dunia
dan akhirat.22
3. Menurut Amrullah Ahmad .ed., dakwah Islami merupakan
aktualisasi Imani (Teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu
sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan
yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa,
berpikir, bersikap, dan bertindak manusia pada tataran kegiatan
individual dan sosio kultural dalam rangka mengesahkan
terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan
cara tertentu.23
4. Menurut Amin Rais, dakwah adalah gerakan simultan dalam
berbagai bidang kehidupan untuk mengubah status quo agar nilai-
nilai Islam memperoleh kesempatan untuk tumbuh subur demi
kebahagiaan seluruh umat manusia.24
5. Menurut Farid Ma’ruf Noor, dakwah merupakan suatu perjuangan
hidup untuk menegakkan dan menjunjung tinggi undang-undang
Ilahi dalam seluruh aspek kehidupan manusia dan masyarakat
sehingga ajaran Islam menjadi shibghah yang mendasari,
menjiwai, dan mewarnai seluruh sikap dan tingkah laku dalam
hidup dan kehidupannya.25
6. Menurut Abu Bakar Atjeh, dakwah adalah seruan kepada semua
manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang
benar, yang dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasehat
yang baik.26
7. Menurut Toha Yahya Umar, dakwah adalah mengajak manusia
dengan cara bijaksana ke jalan yang benar sesuai dengan perintah
Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan dunia akherat.27
Dari beberapa definisi di atas paling tidak dapat diambil
kesimpulan tentang dakwah:

 Dakwah itu adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar dan
terencana.
 Usaha dakwah itu adalah untuk memperbaiki situasi yang lebih
baik   dengan mengajak manusia untuk selalu ke jalan Allah SWT.
 Proses penyelengaraan itu adalah untuk mencapai tujuan yang 
bahagia dan sejahtera, baik di dunia maupun akhirat.
Dalam kaitannya dengan makna dakwah, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan secara seksama, agar dakwah dapat dilaksanakan
dengan baik.

 Pertama, dakwah sering disalah artikan sebagai pesan yang datang dari
luar. Pemahaman ini akan membawa konsekuensi kesalahlangkahan
dakwah, baik dalam formulasi pendekatan atau metodologis, maupun
formulasi pesan dakwahnya. Karena dakwah dianggap dari luar, maka
langkah pendekatan lebih diwarnai dengan pendekatan interventif, dan
para dai lebih mendudukkan diri sebagai orang asing, tidak terkait dengan
apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh masyarakat.
 Kedua, dakwah sering diartikan menjadi sekadar ceramah dalam arti
sempit. Kesalahan ini sebenarnya sudah sering diungkapkan, akan tetapi
dalam pelaksanaannya tetap saja terjadi penciutan makna, sehingga
orientasi dakwah sering pada hal-hal yang bersifat rohani saja. Istilah
“dakwah pembangunan” adalah contoh yang menggambarkan seolah-olah
ada dakwah yang tidak membangun atau dalam makna lain, dakwah yang
pesan-pesannya penuh dengan tipuan sponsor.
 Ketiga, masyarakat yang dijadikan sasaran dakwah sering dianggap
masyarakat yang vacum ataupun steril, padahal dakwah sekarang ini
berhadapan dengan satu setting masyarakat dengan beragam corak dan
keadaannya, dengan berbagai persoalannya, masyarakat yang serba nilai
dan majemuk dalam tata kehidupannya, masyarakat yang berubah dengan
cepatnya, yang mengarah pada masyarakat fungsional, masyarakat
teknologis, masyarakat saintifik dan masyarakat terbuka.
 Keempat, Sudah menjadi tugas manusia untuk menyampaikan saja (al-
Ghaasyiah: 21-22), sedangkan masalah hasil akhir dari kegiatan dakwah
diserahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Ia sajalah yang mampu
memberikan hidayah dan taufik-Nya kepada manusia, Rasulullah SAW
sendiripun tidak mampu memberikan hidayahnya kepada orang yang
dicintainya (al-Qashash: 56). Akan tetapi, sikap ini tidaklah berarti
menafikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari kegiatan dakwah
yang dilakukan. Dakwah, jika ingin berhasil dengan baik, haruslah
memenuhi prinsip-prinsip manajerial yang terarah dan terpadu, dan inilah
mungkin salah satu maksud hadis Nabi, “Sesungguhnya Allah sangat
mencintai jika salah seorang di antara kamu beramal, amalnya itu
dituntaskan.” (HR Thabrani). Karena itu, sudah tidak pada tempatnya lagi
kalau kita tetap mempertahankan kegiatan dakwah yang asal-asalan.
 Kelima, secara konseptual Allah SWT akan menjamin kemenangan hak
para pendakwah, karena yang hak jelas akan mengalahkan yang bathil (al-
Isra’ : 81). Akan tetapi, sering dilupakan bahwa untuk berlakunya
sunatullah yang lain, yaitu kesungguhan (ar-Ra’d: 11). Hal ini berkaitan
dengan erat dengan cara bagaimana dakwah tersebut dilakukan, yaitu
dengan al-Hikmah, mau’idzatil hasanan, dan mujadalah billatii hiya ahsan
(an-Nahl: 125).
Berbicara tentang dakwah adalah berbicara tentang komunikasi,
karena komunikasi adalah kegiatan informatif, yakni agar orang lain
mengerti, mengetahui dan kegiatan persuasif, yaitu agar orang lain
bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu faham
atau keyakinan, melakukan suatu kegiatan atau perbuatan dan lain-
lain.40 Keduanya (dakwah dan komunikasi)  merupakan bagian integral
yang tidak dapat dipisahkan.
Dakwah adalah komunikasi, akan tetapi komunikasi belum tentu
dakwah, adapun yang membedakannya adalah terletak pada isi dan
orientasi pada kegiatan dakwah dan kegiatan komunikasi. Pada
komunikasi isi pesannya umum bisa juga berupa ajaran agama, sementara
orientasi pesannya adalah pada pencapaian tujuan dari komunikasi itu
sendiri, yaitu munculnya efek dan hasil yang berupa perubahan pada
sasaran. Sedangkan pada dakwah isi pesannya jelas berupa ajaran Islam
dan orientasinya adalah penggunaan metode yang benar menurut ukuran
Islam. Dakwah merupakan komunikasi ajaran-ajaran Islam dari seorang
da’i kepada ummat manusia dikarenakan didalamnya terjadi proses
komunikasi.

TUJUAN DAKWAH

Sebagai bagian dari kegiatan dakwah Islam tentunya mempunyai


tujuan. Secara hakiki dakwah mempunyai tujuan menyampaikan
kebenaran ajaran yang ada dalam al-Qur’an-al-Hadits dan mengajak
manusia untuk mengamalkanya. Tujuan dakwah ini dapat dibagi menjadi,
tujuan yang berkaitan dengan materi dan objek dakwah.38 Dilihat dari
aspek tujuan objek dakwah ada empat tujuan yang meliputi: tujuan
perorangan, tujuan untuk keluarga, tujuan untuk masyarakat, dan tujuan
manusia sedunia. Sedangkan tujuan dakwah dilihat dari aspek materi,
menurut Masyhur Amin ada tiga tujuan yang meliputi :39
 Pertama, tujuan akidah, yaitu tertanamnya akidah yang mantap bagi tiap-
tiap manusia.
 Kedua, tujuan hukum, aktivitas dakwah bertujuan terbentuknya umat
manusia yang mematuhi hukum-hukum yang telah disyariatkan oleh Allah
SWT.
 Ketiga, tujuan akhlak, yaitu terwujudnya pribadi muslim yang berbudi
luhur dan berakhlakul karimah.
Dari keseluruhan tujuan dakwah dilihat dari aspek maupun materi
dakwah, maka dapat dirumuskan tujuan dakwah adalah untuk memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat. 

B. STRATEGI DAKWAH

Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “stragos” atau
“strategis” dengan kata jamak strategi yang berarti jenderal, tetapi dalam
Yunani kuno berarti perwira negara dengan fungsi yang luas (Salulu,
1985: 85). Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus (Depdikbud, 1994: 984). Sedangkan Strategi
dakwah artinya metode, siasat, taktik atau manuver yang dipergunakan
dalam aktifitas (kegiatan) dakwah

Untuk mencapai keberhasilan dakwah secara maksimal, maka diperlukan


berbagai faktor penunjang, diantaranya adalah strategi dakwah yang tepat
sehingga dakwah mengena sasaran. Strategi yang digunakan dalam usaha
dakwah haruslah memperhatikan beberapa asas dakwah, diantaranya
adalah

1. Asas filosofis: Asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya


dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau aktivitas
dakwah
2. Asas kemampuan dan keahlian da’i (Achievment and professionalis):
Asas ini menyangkut pembahasan mengenai kemampuan dan
profesionalisme da’i sebagai subjek dakwah.

3. Asas sosiologi: Asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan


dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik pemerintah
setempat, mayoritas agama disuatu daerah, filsofis sasaran dakwah, sosio
kultural sasaran dakwah dan sebagainya.

4. Asas psikologi: Asas ini membahas masalah yang erat hubungannya


dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah manisia, begitu pula
sasaran dakwahnya yang memiliki karakter unik dan berbeda satu sama
lain. Pertimbangan-pertimbangan masalah psikologis harus diperhatikan
dalam proses pelaksanaan dakwah

5. Asas aktivitas dan efisien: Maksud asas ini adalah didalam aktivitas
dakwah harus diusakan keseimbangan antara biaya, waktu, maupun tenaga
yang dikeluarkan dengan pencapian hasilnya. Sehingga hasilnya dapat
maksimal. Dengan mempertimbangkan asas-asas diatas, seorang da’i
hanya butuh memformulasikan dan menerapkan strategi dakwah yang
sesuai dengan kondisi mad’u sebagai objek dakwah (Amin, 2009: 109-
110)

C. AMAR MARUF NAHI MUNKAR DALAM KEWAJIBAN SOSIAL


UMAT ISLAM

mar ma'ruf nahi munkar, (al`amru bil-ma'ruf wannahyu'anil-


mun'kar) adalah sebuah frase dalam bahasa Arab yang maksudnya sebuah
perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan
mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat.
Dalil Amar Ma'ruf Nahi Munkar adalah:
Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik
dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” [Luqman 17]
Jika kita tidak mau melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, maka Allah
akan menyiksa kita dengan pemimpin yang zhalim dan menindas kita dan
tidak mengabulkan segala doa kita:
Hendaklah kamu beramar ma’ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi
mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan
menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu,
kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdo’a dan tidak
dikabulkan (do’a mereka). (HR. Abu Zar)
Amar Ma'ruf Nahi Munkar dilakukan sesuai kemampuan. Yaitu dengan
tangan/kekuasaan jika dia adalah penguasa/punya jabatan. Dengan
lisan/tulisan jika dia adalah jurnalis atau intelektual. Atau minimal
membencinya dalam hati atas kemungkaran yang ada. Ini adalah selemah-
lemah iman (Hadits).
Amar ma'ruf nahi mungkar termasuk kewajiban terpenting bagi masyarakat
muslim
Amar ma'ruf nahi mungkar termasuk kewajiban terpenting dalam
masyarakat muslim, selain shalat dan zakat, terutama di waktu umat Islam
berkuasa di muka bumi, dan menang atas musuh, bahkan kemenangan
tidak datang dari Allah, kecuali bagi orang-orang yang tahu bahwa mereka
termasuk orang-orang yang melakukannya:
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu)
orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi
niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh
berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada
Allah-lah kembali segala urusan. (QS. al Hajj: 40, 41)
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh bukhari, Rasulullah 
menggambarkan masyarakat yang amar ma'ruf dan nahi mungkar, dan
masyarakat tidak melakukan amar ma'ruf nahi mungkar, dengan para
penumpang kapal yang mengundi tempat di kapal, sebagian mendapat
tempat di atas dan sebagian mendapat tempat di bawah, orang-orang yang
bertempat di bawah apabila ingin mengambil air, mereka harus melewati
orang-orang yang ada di bagian atas, maka mereka berkata: kalau saja kita
melubangi kapal agar tidak mengganggu orang di atas. Jika mereka
membiarkan kemauan mereka, maka akan binasa semua, dan jika mereka
dihalangi maka semuanya akan selamat.
Ini adalah gambaran yang indah bagi pengaruh amar ma'ruf dan nahi
mungkar dalam masyarakat, dari hadits tersebut jelas bahwa amar ma'ruf
dan nahi mungkar bisa menyelamatkan orang-orang lalai dan orang-orang
ahli maksiat dan juga orang lain yang taat dan istiqamah, dan bahwa sikap
diam atau tidak peduli terhadap amar ma'ruf dan nahi mungkar merupakan
suatu bahaya dan kehancuran, ini tidak hanya mengenai orang-orang yang
bersalah saja, akan tetapi mencakup semuanya, yang baik dan yang buruk,
yang taat dan yang jahat, yang takwa dan yang fasik.
Amar ma'ruf dan nahi mungkar merupakan hak dan kewajiban rakyat
Dalam masyarakat muslim amar ma'ruf dan nahi mungkar
merupakan hak dan juga kewajiban bagi mereka, ia merupakan salah satu
prinsip politik dan sosial, al-Qur'an dan hadits nabi telah menjelaskan hal
itu dan memerintah orang untuk memberikan nasihat atau kritik bagi
pemangku kekuasaan dalam masyarakat, dan minta penjelasan hal-hal
yang menjadi kemaslahatan rakyat, atau mengingkari hal-hal yang tidak
menjadi maslahat bagi rakyat.
Tolok ukur kebaikan dan kemungkaran adalah syari'at dalam satu sisi, dan
kemaslahatan rakyat dari sisi lain. Ini merupakan persoalan yang luas dari
tuntutan rakyat pada penguasa, khususnya dalam mencegah kezaliman,
tidak menerimanya atau bersabar atasnya. Al-Qur'an telah menganggap
terjadinya kezaliman dari penguasa, dan diamnya rakyat atas kezaliman
tersebut merupakan suatu dosa besar dari kedua belah pihak, yang bisa
mengakibatkan turunnya siksa di dunia, dan juga di akhirat kelak.
Allah  berfirman: Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad)
mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang
yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai
hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (QS. Ibrahim: 42)
Dan berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat
dalam keadaan menganiaya diri sendiri[342], (kepada mereka) malaikat
bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". mereka menjawab:
"Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". para
malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat
berhijrah di bumi itu?". orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam,
dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (QS. an Nisaa': 97)
Rasulullah  memperingatkan orang-orang hina dan lemah yang bersikap
diam atas kezaliman dan tidak mencegah orang yang zalim dengan siksa
Allah yang akan mengenai mereka semua, tidak ada di antara mereka yang
luput:
«Sesungguhnya apabila manusia melihat orang zalim dan mereka tidak
mencgahnya dari kezaliman, maka Allah akan menimpakan siksa atas
mereka semua» (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasa'i)

D. PRINSIP-PRINSIP ISALAM DALAM MELAKUKAN AMAR MARUF


NAHI MUNKAR

Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran


merupakan ciri utama masyarakat orang-orang yang beriman; setiap
kali al-Qur'an memaparkan ayat yang berisi sifat-sifat orang-orang
beriman yang benar, dan menjelaskan risalahnya dalam kehidupan ini,
kecuali ada perintah yang jelas, atau anjuran dan dorongan bagi orang-
orang beriman untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran, maka tidak heran jika masyarakat muslim menjadi
masyarakat yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran; karena kebaikan negara dan rakyat tidak sempurna
kecuali dengannya.
Al-Qur'an al karim telah menjadikan rahasia kebaikan yang
menjadikan umat Islam istimewa adalah karena ia mengajak kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan beriman kepada Allah:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah”. (QS. Ali Imran: 110)
            Ayat ini mengedepankan mengajak kepada kebaikan dan
mencegah kemungkaran atas iman, padahal iman merupakan dasar
bagi setiap amal shalih, sebagai isyarat tentang pentingnya mengajak
kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran, dimana umat
Islam dikenal dengannya, bahkan ia merupakan ciri utama yang
membedakannya dari umat-umat lain, dan dilahirkan bagi umat
manusia untuk melaksanakan kewajiban mengajak kepada kebaikan
dan mencegah kemungkaran.
Amar ma'ruf nahi mungkar termasuk kewajiban terpenting dalam
masyarakat muslim, selain shalat dan zakat, terutama di waktu umat
Islam berkuasa di muka bumi, dan menang atas musuh, bahkan
kemenangan tidak datang dari Allah, kecuali bagi orang-orang yang
tahu bahwa mereka termasuk orang-orang yang melakukannya:
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-
Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha
Perkasa,   (yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan
mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari
perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan
(QS. al Hajj: 40, 41)
            Dalam hadits yang diriwayatkan oleh bukhari, Rasulullah
menggambarkan masyarakat yang amar ma'ruf dan nahi mungkar, dan
masyarakat tidak melakukan amar ma'ruf nahi mungkar, dengan para
penumpang kapal yang mengundi tempat di kapal, sebagian mendapat
tempat di atas dan sebagian mendapat tempat di bawah, orang-orang
yang bertempat di bawah apabila ingin mengambil air, mereka harus
melewati orang-orang yang ada di bagian atas, maka mereka berkata:
kalau saja kita melubangi kapal agar tidak mengganggu orang di atas.
Jika mereka membiarkan kemauan mereka, maka akan binasa semua,
dan jika mereka dihalangi maka semuanya akan selamat.
Ini adalah gambaran yang indah bagi pengaruh amar ma'ruf dan nahi
mungkar dalam masyarakat, dari hadits tersebut jelas bahwa amar
ma'ruf dan nahi mungkar bisa menyelamatkan orang-orang lalai dan
orang-orang ahli maksiat dan juga orang lain yang taat dan istiqamah,
dan bahwa sikap.
diam atau tidak peduli terhadap amar ma'ruf dan nahi mungkar
merupakan suatu bahaya dan kehancuran, ini tidak hanya mengenai
orang-orang yang bersalah saja, akan tetapi mencakup semuanya, yang
baik dan yang buruk, yang taat dan yang jahat, yang takwa dan yang
fasik.
Dalam menyampaikan dakwah amar ma’ruf nahi munkar ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1.     Niat yang ikhlas karena mengharap ridha Allah
2.     Harus menjadi uswatun hasanah (teladan yang baik) bagi segenap
kaum muslimin dan mad’u-nya (orang yang dia dakwahi)
3.     Harus benar-benar mengajari kaum muslimin dakwah yang
sesungguhnya yaitu berdakwah kepada Allah, bukan berdakwah
kepada kelompoknya atau golongannya.
4.     Harus mendidik umat agar menjadi ummatul ittiba’ (umat yang
selalu mengikuti jalannya Rasulullah), bukan menjadi ummatut taqlid
wa ta’assub(umat yang hanya membebek tanpa hujjah yang jelas)
5.     Senantiasa menghubungkan dan mengenalkan umat dengan para
ulama-nya.
6.     Ikhlaskan niat dalam berdakwah hanya untuk mencari ridha Allah
semata. Bukan untuk mengharapkan pujian dan balasan dari orang
lain.
E. PERMASALAHAN SOSILA DI MASYARAKAT DALAM BERNAHI
MUNKAR

Benturan antara identitas kelompok yang berbeda sering menjadi


penyebab kekerasan.

Seterusnya menurut teori deprivasi relatif, Teori ini berusaha menjelaskan


bahwa perilaku agresif kelompok dilakukan oleh kelompok kecil maupun
besar. Para ahli mengatakan bahwa negara yang mengalami pertumbuhan
yang terlalu cepat mengakibatkan rakyatnya harus menghadapi
perkembangan perekonomian masya-rakat yang jauh lebih maju
dibandingkan perkembangan ekonomi dirinya sendiri. Keterkejutan ini
akan menimbulkan deprivasi relatif. Mengapa? Karena kemampuan setiap
anggota masyarakat untuk mengikuti pertumbuhan yang sangat cepat ini
berbeda-beda, dan ini akan menjadi awal terjadinya pergolakan sosial yang
dapat berujung pada kekerasan.

Melihat kasus kekerasan yang telah diuraikan sebelumnya, jika dikaitkan


dengan teori-teori tentang kekerasan, maka kasus tersebut tergolong dalam
kekerasan antar kelompok dimana massa yang mengatasnamakan Front
Pembela Islam (FPI) dengan warga masyarakat Sukorejo, Kendal, Jawa
Tengah. Yang bermula dari aksi beberapa orang anggota FPI yang
membakar mobil yang diparkir dipinggir jalan, kemudian warga juga
membalasnya.

Permasalahan ini juga sebenarnya dipicu oleh perlawanan warga atas aksi-
aksi FPI yang melakukan swiping tempat-tempat prostitusi dan tempat
penjualan togel yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai agama dan
kaidah-kaidah sosial, apalagi pada bulan ramadhan.

Bulan ramadhan menurut umat Islam adalah bulan suci. Dengan demikian
semua umat Islam wajib untuk menjalankan nilai-nilai agama yang baik
sebagai ibadah. Dan jika terdapat hal yang bertentangan dengan nilai-nilai
tersebut maka umat Islam tidak segan-segan untuk melakukan tindakan-
tindakan yang dapat pula berakhir dengan bentrok atau kekerasan. Hal ini
sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Soerjono Soekanto (2012), bahwa
pola-pola berpikir manusia mempengaruhi sikapnya yang merupakan
kecenderungan-kecenderungan untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu terhadap manusia, benda maupun keadaan-keadaan; seterusnya
beliau mengatakan bahwa sikap-sikap manusia kemudian membentuk
kaidah-kaidah, karena manusia cenderung untuk hidup teratur dan pantas.

Kehidupan yang teratur dan pantas memang sudah menjadi ukuran setiap
manusia yang hidup bermasyarakat. Negara memiliki tanggung jawab
untuk mewujudkan akan hal itu; apalagi negara hukum seperti Indonesia,
yang “katanya” menempatkan hukum di atas segala-galanya (supremacy
of law). Tetapi kenyataan membuktikan bahwa Negara hukum Indonesia,
baru sebatas “katanya negara hukum”.

Dalam suatu negara hukum, hukum mempunyai peran yang besar dalam
menyelesaikan suatu masalah. Tetapi sering dalam penegakannya, hukum
akan berhadapan dengan perubahan-perubahan sosial yang begitu cepat
dalam masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat adalah basis
bekerjanya hukum, sehingga dalam situasi tertentu hukum tidak mampu
dijadikan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah yang timbul dalam
masyarakat. Sejalan dengan hal ini Robert Seidman mengatakan, bahwa
basis bekerjanya hukum adalah masyarakat, maka hukum akan
dipengaruhi oleh faktor-faktor atau kekuatan sosial mulai dari tahap
pembuatan sampai dengan pemberlakuan. Kekuatan sosial akan berusaha
masuk dalam setiap proses legislasi secara efektif dan efesien. Peraturan
dikeluarkan diharapkan sesuai dengan keinginan, tetapi efek dari perturan
tersebut tergantung dari kekuatan sosial seperti budaya hukumnya baik,
maka hukum akan bekerja dengan baik pula, tetapi sebaliknya apabila
kekuatannya berkurang atau tidak ada maka hukum tidak akan bisa
berjalan. Karena masyarakat sebagai basis bekerjanya hukum.

Fron Pembela Islam(FPI) merupakan salah satu organisasi islam yang


cukup penting pasca reformasi Indonesia. Gerakannya yang kerap
diwujudkan dalam tindakan –tindakan dan aksi-aksi yang radikal telah
menimbulkan ketakutan dan bahkan menjadi momok bagi sebagian
anggota masyarakat. FPI termasuk salah satu kelompok Islam
fundamentalis. Jargon-jargon yang mereka pakai memang tidak jauh dari
doktrin pembelaan kalimat Allah, lebih khusus lagi pemberlakuan syariat
islam, dan penolakan mereka terhadap Barat. Organisasi ini dengan cepat
dikenal masyarakat sejak beberapa tahun belakangan. Hal ini berhubungan
erat dengan kegiatan utama mereka, yaitu merazia tempat-tempat hiburan
yang mereka percaya sebagai sarang maksiat seperti klub malam, diskotik,
kafe, dan kasino.[1] Kemunculan gerakan islam radikal ini disebabkan
oleh dua factor:yang pertama Faktor internal dari dalam umat Islam itu
sendiri. Factor ini dilandasi oleh kondisi internal umat islam sendiri telah
terjadi penyimpangan norma-norma agama.yang kedua Factor eksternal
diluar umat Islam, baik yang dilakukan rezim penguasa maupun hegomoni
barat. Seperti di Ambon dan praktik kemaksiatan yang terjadi di
masyarakat, telah mendorong gerakan islam bahwa syari’at islam adalah
solusi terbaik terhadap krisis. Pada giliranyya, radikalisme dijadikan
sebagai jawaban atas lemahnya aparat penegak hokum dalam enyelesaikan
kasus yang terkait dengan umat Islam. Dalam hal ini FPI menjadi gerakan
amar ma;ruf nahi munkar terhadap segala praktik kemaksiatan dan Laskar
Jihad di Ambon menjadi gerakan yang berada di belakang umat Islam
Ambon yang sedang menghadapi konflik SARA.

Front Pembela Islam (FPI) merupakan salah satu ormas Islam yang sampai
sekarang masih sering melakukan aksi-aksi seperti melakuan swiping,
penutupan tempat-tempat maksiat/prostitusi, dan aksi ketertiban lainnya,
yang sering berujung pada tindak kekerasan/bentrok jika nilai-nilai agama
yang diperjuangkan tersebut ditentang oleh warga masyarakat. Hal ini
dilakukan ormas FPI sebagai protes terhadap penegakan hukum di
Indonesia yang dinilai lambat. Bentrok yang terjadi antara FPI dengan
penduduk Sukorejo, Kendal, Jawa Tengah, hanya merupakan satu kasus
dari begitu banyak kasus yang pernah terjadi.

Aksi-aksi yang dilakukan FPI di satu sisi merupakan tindakan yang


bermoral. Tetapi, di sisi lain merupakan suatu tindakan melawan hukum,
karena tindakan-tindakan yang dilakukan sering kali sudah melebihi batas
sehingga dapat dipertanggungjawabkan melalui mekanisme hukum
pidana.

Negara terkesan membiarkan aksi-aksi ini terus-menerus terjadi. Dengan


kata lain tidak ada tindakan tegas dari pemerintah untuk mencari jalan
keluar atas permasalahan ini. Hal ini terbukti bahwa hanya sanksi pidana
yang dijadikan sebagai sarana utama dalam menindaklanjuti kasus-kasus
yang terjadi. Padahal, dengan dipidananya pelaku, tindakan-tindakan
seperti ini masih saja terjadi dan justru semakin meningkat.

Aaksi-aksi FPI pada dasarnya adalah baik karena membantu penegak


hukum. Tetapi, seharusnya tidak perlu disertai dengan tindakan-tindakan
kekerasan atau tindakan anarkis lainnya yang bertentangan dengan hukum
dan merugikan masyarakat.

Sebaiknya pemerintah dalam hal ini penegak hukum bertindak tegas


terhadap ormas yang anarkis, apalagi sampai menimbulkan korban jiwa;
bila perlu dibubarkan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dakwah dapat diartikan sebagai seluruh aktivitas umat islam dalam rangka
mengaktualisasikan keimanannya baik secara individual atau kolektif. Dakwah
diupayakan untuk mengkonstruksi tatanan social yang lebih baik dan tidak
bertentangan dengan ajaran illahi. Jadi dakwah dalam islam sangat penting untuk
menjujung peradapan agama islam.

3.2 Saran

Dakwah merupakan sesuatu yang sangat penting dan harus dipahami serta
dipraktekkan secara menyeluruh baik induvidu maupun kelompok. Hal yang sama
juga harus dilakukan para umat islam untuk menyongsong agama islam yang baik.
Kita sebagai umat islam dan para generasi islam harus mempunyai sifat
berdakwah dan ilmu untuk berdakwah supaya sebagai umat islam bisa
mengamalkan ilmu yang kita peroleh.

           
DAFTAR PUSTAKA

Gym, Aa. 2003. Dai Sejek Dalam Masyarakat Majemuk.

http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/07/pengertian-
dakwah-islami.html/ , Ade Sanjaya, Pengertian dakwah
islamiyah, 2011.

http://www.scribd.com/doc/9470519/Makalah-Agama ,
Afri Neisa, Dakwah Islamiyah, 2008.
Samsul Munir Amin. 2009. Ilmu Dakwah. Amzah: Jakarta.
http://bk-ikippgri-smg.blogspot.co.id/2012/08/makalah-amar-maruf-
nahi-munkar.html
http://kerukunan-islam.blogspot.co.id/2013/03/front-pembela-islam-
fpi.html

Anda mungkin juga menyukai