Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FARMASI FISIK

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI


KETOPREFEN MENGGUNAKAN PERBANDINGAN
KONSENTRASI SUSPENDING
AGENT XANTAN GUM

D
I
S
U
S
U
N
Oleh
Nama: NORA JULIAANI SISHOMBING
Nim : 1851114
Kelas :FARMASI II B

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat padat dan bentuk
halus yang tidak larut dan terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi dalam
suspense harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika digojog endapan harus
segera terdispersi kembali (Kemenkes RI, 1989).
Sediaan suspensi biasanya lebih disukai daripada sediaan bentuk padat seperti
tablet karena suspense merupakan sediaan cair yang mudah ditelan (Aulton, 2003).
Suspensi memiliki bioavailabilitas yang lebih baik dan absorbsinya lebih cepat daripada
sediaan padat (Joenoes, 2001).
Ketoprofen merupakan obat analgesik perifer turunan dari asam propionat.
Ketoprofen termasuk ke dalam golongan obat antiinflamasi non steroid. Ketoprofen
memiliki beberapa kelemahan. Ketoprofen praktis tidak larut dalam air serta kecepatan
disolusi dan bioavailabilitasnya rendah (Kemenkes RI, 2014).
Bahan atau zat yang tidak larut air seperti ketoprofen ini lebih baik dibuat
suspensi, namun bahan yang bersifat hidrofobik seperti ini memiliki afinitas yang lebih
kuat terhadap udara dan akan sulit untuk menghilangkan udara di sekitarnya, sehingga
partikel cenderung membentuk agregat yang diselubungi udara dan akan mengambang
diatas permukaan medium pendispersi. Hal tersebut dapat diatasi dengan penambahan
surfaktan (Voight, 1994).
Surfaktan yang digunakan pada pembuatan suspense disebut juga sebagai
suspending agent. Pemilihan suspending agent ini merupakan hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan sediaan suspensi. Salah satu contoh suspending agent
adalah xantan gum yang merupakan suspending agent golongan pertama yaitu
polisakarida (Chaerunisaa dkk, 2009).
Xanthan gum memiliki sifat tidak toksik, dapat bercampur dengan banyak bahan,
mempunyai stabilitas dan viskositas yang baik pada rentang pH dan suhu yang luas
(Rowe dkk., 2009). Penelitian ini dilakukan untuk melihat kestabilan sediaan suspense
ketoprofen dengan membandingkan konsentrasi suspending agent yang berbeda.

1.2 Tujuan
1.mengetahui sediaan suspense ketoprefen menggunakan perbandingan
konsentrasi suspending agen xantan gum
BAB II
LANDASAN TEORI
absorbsinya lebih cepat daripada sediaan padat (Joenoes, 2001).
Ketoprofen merupakan obat analgesik perifer turunan dari asam propionat.
Ketoprofen termasuk ke dalam golongan obat antiinflamasi non steroid. Ketoprofen
memiliki beberapa kelemahan. Ketoprofen praktis tidak larut dalam air serta kecepatan
disolusi dan bioavailabilitasnya rendah (Kemenkes RI, 2014).
Bahan atau zat yang tidak larut air seperti ketoprofen ini lebih baik dibuat
suspensi, namun bahan yang bersifat hidrofobik seperti ini memiliki afinitas yang lebih
kuat terhadap udara dan akan sulit untuk menghilangkan udara di sekitarnya, sehingga
partikel cenderung membentuk agregat yang diselubungi udara dan akan mengambang
diatas permukaan medium pendispersi. Hal tersebut dapat diatasi dengan penambahan
surfaktan (Voight, 1994).
Surfaktan yang digunakan pada pembuatan suspense disebut juga sebagai
suspending agent. Pemilihan suspending agent ini merupakan hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan sediaan suspensi. Salah satu contoh suspending agent
adalah xantan gum yang merupakan suspending agent golongan pertama yaitu
polisakarida (Chaerunisaa dkk, 2009).

Bahan dan Metode Alat


Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat untuk peracikan
sediaan antara lain timbangan analitik, gelas beker, gelas ukur, waterbath, pH
meter, batang pengaduk, viskometer, mikroskop, piknometer, kaca preparat,
stamper dan mortir.
Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian diantara lain ketoprofen, xantan gum, sirup
simplek, metil paraben, propil paraben, asam
BAB III
PEMBAHASAN
Sediaan suspensi yang telah dibuat dilakukan evaluasi yaitu uji organoleptis, uji
homogenitas, uji pH, uji viskositas, pengukuran volume sedimentasi, pengamatan
partikel suspensi dan uji kerapatan. Hasil uji organoleptis yang didapatkan kedua
formulasi ini tidak berbau, dan tidak terlalu manis ada sedikit rasa pahit dan untuk
formula 1 berwarna putih, sedangkan formula 2 berwarna putih susu. Uji homogenitas
dilakukan secara visual untuk melihat ketercampuran bahan, hasil pengamatan yang
didapatkan bahwa kedua formulasi suspensi yang dibuat ini homogen.
Hasil pengujian pH dengan menggunakan pH meter yaitu pada formula 1 pH yang
didapat 2,56 dan formula 2 pH yang didapat 2,64. Hasil ini menunjukkan bahwa pH
sediaan yang dibuat ini bersifat asam, hasil ini kurang sesuai dengan teori karena pH
sediaan suspensi menurut (Kulshreshta, Sigh dan Wall, 2010) pH sediaan suspensi yang
ideal berada pada rentang pH 5-7. Kemungkinan ketidaksesuaian ini terjadi karena
adanya pengaruh dari bahan- bahan yang bersifat asam seperti asam sitrat sehingga
mempengaruhi pH sediaan, agar sediaan suspensi masuk rentang pH maka perlu
ditambahkan larutan dapar karena menurut Ansel 1989, Penggunaan dapar dapat
menstabilkan pH yang tidak stabil.
Pengujian viskositas pada perputaran 12 rpm, 30 rpm dan 60 rpm yang dilakukan
mendapatkan hasil pada formula 1 berturut- turut yaitu 400,0 mPa’s, 268,0 mPa’s dan
192,0 mPa’s, sedangkan pada formulas 2 hasil viskositar berturut-turut yaitu 730,0
mPa’s, 396,0 mPa’s dan 266,0 mPa’s. Hasil viskositas ini semakin meningkat dengan
peningkatan perputaran alat. Hal ini juga dapat dilihat dari kurva viskositas vs kecepatan
perputaran, terlihat kurva yang menurun , berarti sediaan suspensi ketoprofen ini
memiliki tipe aliran pseudoplastis karena Menurut (Alferd martin dkk ,1993) viskositas
zat pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of share.
Hasil yang didapatkan ini berbeda dengan peneltian yang dilakukan (Sutaryono,
2013) bahwa semakin tinggi konsentrasi xantan gum, maka viskositas suspensi juga
meningkat. Perbedaan hasil yang didapat ini kemungkinan karena bahan aktif yang
digunakan dalam pembuatan suspensi berbeda. Pengukuran volume sedimentasi
dilakukan setelah sediaan didiamkan semalam sampai terdapat sedimentasi. Hasil yang
didapat pada formula 1 ketinggian sedimentasi 1 cm dengan supernatan 14 cm dan
formula 2 ketinggian sedimentasi 0,2 cm dengan supernatant 14,8 cm. Hasil ini
menunjukkan bahwa suspensi pada formula 2 memiliki sedimentasi yang lebih kecil dari
pada suspense pada formula 2. Syarat suspensi menurut (Lacman, 1994) harus dapat
menghasilkan endapan yang dapat homogen dengan pengocokan dan memiliki
tegangan antar muka yang kecil sehingga endapan yang dihasilkan sedikit.
Menurut penelitian yang dilakukan (Wiraandini dkk, 2019) penggunaan xanthan
gum sebagai bahan pensuspensi yang termasuk golongan polimer hidrofolik mampu
menurunkan laju volume sedimentasi sediaan. Pengamatan partikel suspensi dilakukan
dengan menggunakan mikroskop, uji dilakukan untuk melihat penyebaran partikel
suspensi. Hasil yang didapat setelah pengamatan dibawah mikroskop terlihat bahwa
penyebaran partikel pada formula 2 lebih rapat dibandingkan pada formula. Menurut
penelitian (fatmawati,2016) penyebaran partikel suspensi yang baik adalah yang
penyebaran partikelnya terlihat merata dibawah mikroskop.
Hal ini berarti penyebaran partikel formula 2 lebih baik dari pada formula 1 karena
dilihat dari hasil pengamatan dibawah mikroskop terlihat penyebaran partikel formula 2
lebih merata.

Hasil dari evaluasi kerapatan didapatkan nilai kerapatan yaitu Formula 1 didapat
kerapatan 1,149 gram/mL dan Formula 2 didapat kerapatan 1,174 gram/mL. hasil yang
paling mendekati kerapatan ketoprofen sebagai zat aktif adalah suspens formula 2 ,
karena menurut (Depkes RI, 2014), kerapatan ketoprofen 1,198 gram/mL.
Hasil evaluasi dari kedua formulasi suspensi ketoprofen menggunakan xantan gum
dengan konsentrasi berbeda ini didapatkan bahwa formulasi 2 dengan konsentrasi xantan
gum 0,3% lebih stabil dibandingkan formulasi.
Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi pH, pengukuran volume sedimentasi dan
kerapatan yang telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan ini tidak sempurna, karena
hanya membanding 2 formula saja, maka penelitian ini dapat dikembangkan kembali
dengan menambahkan formula pembanding.
BAB IV
KESIMPULAN
Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi pH, pengukuran volume
sedimentasi dan kerapatan yang telah dilakukan. Penelitian yang
dilakukan ini tidak sempurna, karena hanya membanding
formula saja, maka penelitian ini dapat dikembangkan kembali
dengan menambahkan formula pembanding.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. C., 1989. Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms. P.313,
Jakarta: UI-Press.

Aulton, M. E., 2003. Pharmaceutics. The Science of Dossage Form


Design, 2nd Edition. Lieicester UK: De Montfort University.

Chaerunisaa AY. 2009. Farmasetika Dasar, Bandung: Widya Padjajaran.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Farmakope Indonesia.


Edisi

III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia.
Edisi

V. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.


Fatmawati U., 2018. Formulasi Suspensi Analgesik-Antipiretik Ibuprofen
Dengan Suspending Agent Gom Arab Dan Cmc- Na. Journal of
Pharmaceutical Care Anwar Medika. Vol.1 No.1

Joenoes, N. Z., 2001. ARS Prescribendi Resep yang Rasional, Edisi 2.


Surabaya: Airlangga University Press.

Kulshreshtha, A.K., Singh, O.N., dan Wall, G.M., 2010.


Pharmaceutical
Suspensions. London: AAPS Press.

Anda mungkin juga menyukai