Anda di halaman 1dari 21

PERAN SATGAS DALAM MEWUJUDKAN STABILITAS WILAYAH UNTUK

MENDUKUNG TERCIPTANYA RUANG, ALAT DAN KONDISI JUANG YANG


TANGGUH DI DAERAH RAWAN DAN PERBATASAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum

a. Sudah menjadi naluri manusia untuk dapat bertahan hidup harus


mampu mempertahankan diri dari setiap ancaman yang datang terhadap
dirinya. Demikian juga dengan negara agar dapat tetap berdaulat dan di
hargai keberadaannya harus dapat menunjukkan kekuatannya di mata negara
lain di dunia ini. Hal ini pada umumya di lakukan dengan membangun
kekuatan alat utama sistem persenjataan ( Alutsista ) militernya dan
pengelolaan potensi negaranya.

b. Indonesia sebagai negara berdaulat tentunya akan mempunyai tindakan


yang sama dalam menjaga kedaulatannya dan agar tidak di anggap remeh
oleh negara manapun.Untuk itu perlu adanya pembangunan kekuatan
pertahanan negara secara dini melalui pengelolaan potensi nasional menjadi
kekuatan nasional dengan melibatkan seluruh komponen bangsa.

c. Pengelolaan potensi nasional menjadi kekuatan nasional erat sekali


hubungannya dengan pembinaan teritorial yang di lakukan oleh Aparat
kewilayahan.Karena dalam pembinaan teritorial itu dilaksanakan kegiatan
bagaimana memberdayakan potensi wilayah berupa potensi geografi,demografi
serta kondisi sosial menjadi Ruang,alat dan kendali juang yang tangguh dalam
rangka menciptakan pertahanan negara di darat.

1
2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud. Pembuatan tulisan ini untuk memberikan gambaran


kepada komando atas mengenai pelaksanaan Binter dalam rangka
memberdayakan potensi wilayah pertahanan.

b. Tujuan. Agar pelaksanaan Binter tepat mengenai sasaran dan


terjalin eratnya kemanunggalan TNI dengan rakyat.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Pembahasan tulisan ini di batasi pada
motivasi Apwil, partisipasi masyarakat dan pemahaman masyarakat terhadap Binter
dan di tulis dengan tata urut sebagai berikut :

a. Pendahuluan.
b. Latar belakang pemikiran.
c. Pelaksanaan Bhakti TNI saat ini.
d. Faktor yang berpengaruh
e. Pelksanaan Bhakti TNI yang di harapkan.
f. Optimalisasi pelaksanaan Bhakti TNI.
g. Penutup.

4. Pendekatan dan metode.

a. Metoda. Menggunakan metode Deskripsi analisis.


b. Pendekatan. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman di lapangan.
5. Refernsi.

a. UU No 3 Th.2002 tentang Pertahanan Negara.


b. UU NO 34 Th 2004 tentang TNI
c. Metoda penulisan karya tulis ini menggunakan metoda diskripsi
analisis dan pengalaman selama melaksanakan tugas di Kodim 0603/Lebak
Rem 064/MY.

6. Pengertian-pengertian.

a. Pertahanan Negara adalah segala usaha untuk mempertahankan


kedaulatan negara,keutuhan wilayah Negara Kesatuan Repuublik Indonesia
dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara.

2
b. Bhakti TNI adalah salah satu methode yang di gunakan dalam
melaksanakan pembinaan teritorial yang bersifat membant menangani
permasalahan sosial dan kemanusiaan baik atas permintaan instansi terkait
maupun atas inisiatif sendiri.

c. Pembinaan Teritorial adalah menyelenggarakan


perencanaan,pengembangan,pengerahan dan pengendalian untuk merubah
potensi wilayah pertahanan dengan segala aspeknya menjadi kekuatan wilayah
sebagai Ruang,alat dan kendali juang yang tangguh untuk kepentingan
peretahanan negara di darat.

d. Ruang Juang. Potensi Geografi dengan segenap potensi


sumber kekayaan alan di bina untuk mengubah keadaan geografi yang statis
menjadi dinamis dalam wujud Ruang juang yang memiliki daya tangkal
kewilayahan untuk kepentingan pembangunan nasional dan sishanrata.

e. Alat Juang. Potensi Demografi dibina menjadi kekuatan


demografi dalam wujud alat juang bagi kepentingan Pembangunan nasional
penyelenggara Sishanrata.

f. Kondisi Juang. Potensi Ipoleksosbudhan dibina menjadi kekuatan


Ipoleksosbudhan dalam wujud kondisi juang untuk kepentingan pembangunan
nasional dan penyelenggaraan Sishanrata.

g. Rak Juang. Adalah wilayah segenap isi yang telah disiap siagakan
sebagai sarana perjuangan bangsa yang kokoh kuat dan tidak mengenal
menyerah untuk berperan serta dalam penghancuran kekuatan musuh dalam
wadah Sishanrata.

3
BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

7. Umum. Untuk lebih memahami tentang kegiatan Bhakti TNI baik itu
Apwil sendiri maupun masyarakat perlu adanya semacam sosialisasi mengenai
sishanta dan pelaksanaannya agar masing-masing mengetahui di mana peranannya
masing-masing.Hal ini sesuai dengan petunjuk atau aturan yang berlaku saat ini
seperti yang tercantum dalam Doktrin Kartika Eka Paksi,UU TNI NO 34 Tahun 2004
dan UU NO 3 TAHUN 2003.

8. Doktrin Kartika Eka Paksi. Dalam Doktrin KEP di sebutkan Tugas Pokok
TNI - AD adalah menegakan kedaulatan dan keutuhan wilayah darat
NKRI,melindungi segenap bangsa dan tumpah darah dari segala ancaman dan
gangguan baik yang datang dari dalam maupun luar negeri.Dengan menganut
Sistem Pertahanan Semesta dalam membangun kekuatan pertahanan negara
tersebut melibatkan semua komponen nasional dan sumber daya nasional.

9. UU TNI NO 34 TAHUN 2004. Dalam Undang-undang tersebut di jelaskan


tugas pokok TNI adalah menegakan kedaulatan negara,mempertahankan keutuhan
wilayah dan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
ancaman dan gangguan terhadap bangsa dan negara.Untuk melaksanakan tugas
pokok tersebut di lakukan dengan melaksanakan operasi militer untuk perang dan
operasi militer selain perang.Dalam melaksanakan operasi militer selain perang erat
sekali hubungannya dengan pemerintahan daerah dalam pelaksanaannya di
lapangan.

10. UU NO 3 TAHUN 2002. Dalam UU ini di atur tentang masalah pertahanan


negara yang dalam salah satu pasalnya menyebutkan hakekat pertahanan negara
adalah segala upaya pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh
warga negara,wilayah dan sumber daya nasional lainnya serta di persiapkan secara
dini oleh pemerintah dan di selenggarakan secara total,terarah,terpadu dan berlanjut
untuk menegakan kedaulatan,keutuhan wilayah dan dan keselamatan segenap
bangsa dan dari segala ancaman. Dari penjelasan tersebut jelas seakali bahwa

4
untuk menciptakan kekuatan pertahanan bukan hanya tugas TNI semata tapi
termasuk aparat pemerintahan termasuk di dalamnya

BAB III
PELAKSANAAN BHAKTI TNI SAAT INI

11. Umum. Salah satu methode dalam pembinaan teritorial adalah Bhakti
TNI di mana tujuan dari kegiatan ini adalah membantu meningkatkan kebutuhan
masyarakat terutama sarana dan prasarana.Kegiatan ini di laksanakan sebagai
salah satu upaya untuk memberdayakan potensi wilayah pertahanan menjadi
kekuatan pertahanan negara di darat.

12. Penjelasan Bahkti TNI.


Sebagai salah satu methode dalam melaksanakan pembinaan
teritorial,methode ini dalam prakteknya terbagi dalam dua kegiatan yaitu :

a. Operasi Bahkti.
b. Karya Bhakti.
Perbedaan antara keduanya adalah pada masalah perencanaan,Operasi
Bhakti di laksanakan berdasarkan pada program dari komando atas dan merupakan
hasil kerjasama antara TNI dengan Instansi pemerintah,dengan demikian kegiatan
ini ada dananya.Sementara untuk Karya Bhakti merupakan kegiatan yang murni
berasal dari inisiatif Dansat Kowil setempat dengan demikian karena bukan
merupakan program dari komando atas dengan sendirinya tidak ada dana untuk
kegiatan ini.Persamaannya adalah sama-sama melibatkan unsur TNI dan
masyarakat dalam pelaksanaannya.

13. Motivasi Apwil dalam melaksanakan Bhakti TNI.


a. Setiap Prajurit di manapun berada dan bertugas tentunya akan patuh
dan taat pada setiap perintah atasannya. Namun dalam melaksanakan tugas
sebagai Aparat Kewilayahan patuh dan taat saja tidak cukup.Apwil di tuntut
harus banyak ide dan inisiatif dalam melaksanakan tugasnya karena yang dia
hadapi adalah suatu wilayah yang di dalamnya mengandung potensi wilayah
berupa potensi geografi,demografi dan kondisi sosial.
5
b. Apalagi apabila Apwil menyadari bahwa tugasnya tersebut merupakan
bagian dari pembangunan kekuatan pertahanan negara dengan
memanfaatkan segala potensi wilayah.Apabila di lihat dari tujuan akhir
pelaksanaan pembinaan teritorial tersebut jelas sekali di tuntut adanya inisiatif
dari seorang Aparat Kewilayahan.Selama ini kegiatan Bhakti TNI khususnya
Karya Bhakti baru sebatas menjalankan perintah saja.Itupun sulit sekali untuk
di pertanggung jawabkan secara nyata di lapangan.Tentunya hal ini sangat di
sayangkan mengingat pembinaan teritorial merupakan Rohnya TNI-AD.

14. Partisifasi Aparat pemerintah dan Masyarakat.

a. Sejak bergulirnya era Reformasi pada tahun 1997 sampai dengan


saat ini telah terjadi perubahan pada tatanan kehidupan demokrasi dan peran
daripada TNI serta timbulnya penilaian negatif terhadap sepak terjang TNI di
masa sebelum reformasi.Namun hal itu hanya sebatas pada kelompok-
kelompok tertentu tidak pada rakyat kebanyakan.Hal ini bisa di buktikan pada
kegiatan-kegiatan seperti Bhakti TNI,ternyata mereka masih respek dan
antusias karena kegiatan ini jelas sekali manfaatnya dan mereka langsung
dapat merasakannya.Walaupun mereka tidak mengerti akan tujuan lain dari
kegiatan ini namun hal ini tidak menjadi masalah karena yang paling
diperlukan adalah keterlibatan dan partisifasi mereka.Namun bukan berarti
mereka tidak perlu tahu akan tujuan akhir dari Bhakti TNI ini karena Bhakti
TNI merupakan salah satu methode dalam pelaksanaan pembinaan teritorial
yang pada hakekatnya adalah pemberdayaan wilayah pertahanan.

b. Pada tingkat atas implementasi dari pemberdayaan wilayah


pertahanan ini masih mengalami beberapa kendala seperti dalam Undang-
Undang Otonomi Daerah tidak tercantum hal-hal yang mengatur tentang
kewajiban Pemerintah Daerah untuk menyiapkan sistem pertahanan negara
secara dini,pemahaman aparatur pemerintah daerah tentang pemberdayaan
wilayah pertahan masih sangat terbatas sehingga keterlibatan TNI - AD
dalam membantu pemerintah daerah melalui kegiatan Binter baik Operasi
Bhakti maupun Karya Bhakti cenderung kurang mendapat respon dan
cenderung mengartikan keterlibatan TNI-AD dalam membantu pemerintah
6
melalui pemberdayaan wilayah pertahanan sebagai upaya militerisasi.Adanya
kondisi seperti ini menyebabkan methode Binter Bhakti TNI dalam
pemberdayaan wilayah pertahanan belum mencapai hasil yang
optimal.Namun demikian mengingat Binter melekat dalam diri setiap Prajurit
dan dilaksanakan setiap hari serta telah menyatu dengan seluruh Bangsa I
ndonesia maka methode Binter dalam rangka pemberdayaan wilayah
pertahanan masih tetap di gunakan.Karena tujuan Binter dalam rangka
pemberdayaan wilayah adalah untuk membangun interaksi dengan semua
pihak.

15. Pemahaman masyarakat terhadap Bhakti TNI.

a. Methode pembinaan teritorial terdiri dari dari Bhakti TNI,Bintahwil dan


Binkomsos.Tiga methode tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri tapi satu sama
lain mempunyai hubungan dan saling terkait.Sebagai salah satu contoh
bahwa tiga methode tersebut mempunyai hubungan satu sama lainnya untuk
mengetahui dan mengerti yang di maksud dengan pembinaan teritorial dan
bagaimana tehnik pelaksanaannya perlu adanya semacam pertemuan antara
fihak TNI dan eleman masyarakat.Kegiatan semacam ini dalam Binter
merupakan implementasi dari Binkomsos.Dalam kegiatan Binkomsos di jalin
komunikasi dua arah antara Apwil dengan segenap lapisan masyarakat
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan dengan Binter.
b. Agar masyarakat mengetahui dan memahami Bhakti TNI sebelumnya
harus ada penjelasan tentang Sistem Pertahanan Semesta karena dalam
Sistem Pertahanan Semesta tercantum komponen-komponen mana saja
yang terlibat di dalam pembangunan kekuatan nasional menjadi kekuatan
pertahanan negara.Dalam membangun kekuatan nasional menjadi kekuatan
pertahanan negara erat sekali hubungannya dengan pelaksanaan Pembinnan
Teritirial yang di lakukan oleh TNI.Dalam Sishanta di jelaskan sebagai berikut

1) Komponen utama adalah TNI yang siap di gunakan untuk


melaksanakan tugas-tugas pertahanan.

7
2) Komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang telah
di siapkan untuk di kerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar
kekuatan dan kemampuan komponen utama. Salah satu sumber daya
nasional tersebut adalah penduduk.

c. Sampai saat ini masyarakat maupun aparat pemerintah belum faham


betul tentang keterlibatannya dalam sistem pertahanan semesta.Dengan
demikian tidak mengherankan apabila Aparat Pemerintahan tidak respon dan
berperan aktif dalam kegiatan Bhakti TNI.

8
BAB IV
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PELAKSANAAN BHAKTI TNI

16. Umum. Semenjak reformasi bergulir dan membawa dampak yang


signifikan terhadap kehidupan politik demokrasi dan pola pikir masyarakat termasuk
TNI yang sangat terasa akibatnya sampai yang cukup mendasar yaitu pemisahan
TNI dan Polri. Termasuk didalamnya orang mempermasalahkan peran TNI dan
pembinaan teritorialnya. Namun dengan seiringnya perjalanan waktu dan pikiran
jernih citra TNI kembali menjadi positif

17. Faktor Intern.


a. Kekuatan.
1) Apwil sebagai Tentara pejuang. Pada umumnya Prajurit
yang bertugas disatuan Kewilayahan adalah prajurit mantan anggota
Satpur yang tidak dipersiapkan secara khusus masalah teritorial.
Keberadaannya di Satkowil lebih banyak disebabkan faktor usia
walaupun akhir-akhir ini banyak yang berusia muda masuk Satkowil,
daerah asal tidak layak lagi di Satpur atau karena kebutuhan
organisasi. Namun demikian Prajurit tersebut mempunyai tekat dan
semangat dalam bertugas. Dengan pengetahuan dasar yang minim
dalam hal teritorial namun dapat melaksanakan tugas sebagai aparat
kewilayahan dengan baik, hal ini terjadi karena mereka mempunyai
semangat pantang menyerah sebagai warisan pendahulunya sebagai
tentara pejuang . Walaupun dana tidak ada namun apabila perintah
sudah diterima kegiatan dapat berjalan. Tugas dapat diselesaikan
dengan baik karena sebagai tentara pejuang dapat memanfaatkan
peluang dan meminimalisasi kendala yang ada.
Dengan dilandasi Sapta Marga dan Sumpah Prajurit serta
mengamalkan 8 Wajib TNI, kegiatan Bhakti TNI dapat dilaksanakan
dengan seoptimal mungkin oleh Prajurit aparat Kewilayahan.

9
2) Program Binter yang berkesinambungan. Binter mempunyai
pengertian adalah menyelengarakan perencanaan, pengembangan
dan pengerahan serta pengendalian untuk perubah potensi wilayah
pertahanan dengan segenap aspeknya menjadi kekuatan wilayah
sebagai rung juang, alat dan kendali juang yang tangguh untuk
kepentingan pertahanan negara di darat. Dari pengertian tersebut jelas
sekali bahwa binter bukan kegiatan yang rencana melainkan suatu
kegiatan yang terarah, teratur dan mempunyai tujuan yang jelas.
Sehinga Binter apabila dilaksanakan sungguh- sungguh akan dapat
menjadi kekuatan pertahanan negara yang kuat. Agar dalam
pelaksanaan tepat sasaran binter menggunakan 3 metode, yaitu :
a) Metode Bhakti TNI.
b) Metode Bintahwil.
c) Metode Binkonsos.
Sementara itu untuk mencapai sasaran akhir Binter itu adalah
tersedianya sarana dan prasarana dalam kondisi yang diartikan
sebagai peranti-piranti pokok dalam penyelenggaraan pertahanan
negara. Adapun sasaran Binter terbagi dalam 3 tahap, yaitu antara,
khusus dan pokok.

b. Hambatan.

1) Tingkat profesionalisme Apwil. Prajurit yang baik


adalah prajurit yang profesional dalam bidangnya. Untuk Apwil
profesionalismenya mencakup dua hal yaitu profesionalisme
personilnya sebagai prajurit TNI AD dan profesional sebagai pembina
kewilayahan.

Dengan demikian profesionalisme Apwil adalah profesional Prajurit dan


profesional pembina wilayah. Karena tidak dipersiapkan secara
khusus sudah barang tentu kemampuan mereka masih renta walaupun
sebelum terjun kelapangan mereka dibina dulu di Koramil Model.
Namun hasilnya pun tidak akan maksimal akibat berbagai hal yang
10
menjadi penyebabnya. Dengan tidak menguasai masalah teritorial
apalagi kalau dihubungkan dengan pemberdayaan wilayah pertahanan
omong kosong kegiatan bhakti TNI dapat terlaksana dengan baik.

2) Sarana dan prasarana . Sampai saat ini rata rata Satuan Kowil
dari segi organisasi tidak sesuai DSPP baik itu dari segi personil ,
perlengkapan sampai dengan perumahan. Hal ini tentunya akan
berpangaruh terhadap kinerja anggota. Walaupun kita semua
menyadari kondisi seperti ini sudah ada belasan tahun kebelakang dan
sampai kapan ada perbaikan walaupun pada tarap minimal. Demikian
juga halnya dalam pelaksanaan bhakti TNI sarana dan prasarana yang
diperlukan tidak dimiliki Satuan Kowil. Sebagai contoh apabila akan
dilaksanakan kegiatan karya bhakti disuatu tempat Satkowil tidak
memiliki sarana angkutan, kemudian alat bekerja dan pendukung
lainnya nyaris tidak ada. Jadi walaupun ada kegiatan bhakti TNI
Satkowil baru sebatas pada kemampuan ide atau inisiatif sementara
dana lain nya masih memerlukan bantuan dari instansi lain.

18. Faktor Eksternal.


a. Peluang.
1) TNI dicintai rakyat. Walaupun telah terjadi perubahan
mendasar dalam politik negara dimana menempatkan TNI hanya
mempunyai tujuan dalam pertahanan yang otomatis membatasi ruang
geraknya dalah kehidupan sehari-hari.
Namun tidak otomatis TNI tidak bisa bergaul atau berkiprah ditengah
masyarakat, karena pertahanan yang kita anut adalah Sishanta
dimana dalam pelaksanaannya melibatkan seluruh komponen negara
yang dalam pengelolaannya merupakan tugas TNI AD melalui
pembinaan teritorial. Dalam pembinaan teritorial ini masih nampak
bahwa TNI dicintai oleh rakyat. Hal bisa dari banyaknya permintaan
dibentuknya Kodim atau Koramil di daerah-daerah tertentu.
Penerimaan masyarakat dalam kegiatan sosial masih berjalan wajar
dan sangat jarang terjadi bentrokan antara TNI dengan rakyat.

11
2) Payung hukum yang melindungi TNI dalam Binter. TNI
dalam melaksanakan tugas dalam Binter berpedoman pada UU No 34
tahun 2004 tentang TNI dan UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan
negara. Dengan berpedoman pada UU tersebut Apwil tidak perlu
gamang dalam melaksanakan pengelolaan wilayahnya khususnya
dalam kegiatan bhakti TNI dengan segala macam urusan yang
diperlukan demi lancarnya kegiatan tersebut. Harus dipegang teguh
oleh Apwil adalah bahwa tugasnya itu dalam rangka pemberdayaan
wilayah pertahanan menjadi kekuatan pertahanan nasional di darat.

b. Kendala.
1) Dampak negatif sebelum reformasi. Kebebasan yang terjadi
akan reformasi menimbulkan semacam resistensiterhadap hal-hal
yang berbau militer termasuk masalah pembinaan teritorial. Peristiwa
kerusuhan Mei 1998 dan peristiwa kerusuhan Timtim pasca jajak
pendapat mendapat posisi TNI dalam situasi serba sulit karena
tuntutan peluang dalam hukum berat terhadap beberapa Pati TNI yang
belum diselesaikan secara tuntas.
2) Publikasi media massa yang negatif. Media masa cenderung
membuat api yang kurang mendukung terhadap pelaksanaan fungsi
pembinaan teritorial. Berita-berita positif tentang kemajuan daerah atau
daerah yang aman atau good new dianggap bukan berita yang
menarik masyarakat, sehingga tidak perlu dipublikasikan. Sebaliknya
berita kriminal, kerusakan, amuk masa atau pelanggaran-pelanggaran
yang dilakukan oleh oknum TNI sebagai Bad news merupakan berita
menarik untuk dipublikasikan secara luas karena dapat menaikan
omset penjualan koran.

12
BAB V
PELAKSANAAN BHAKTI TNI YANG DIHARAPKAN

19. Umum. Untuk lebih mengefektitkan pelaksanaan bhakti TNI di tengah


arus globalisasi dimana masyarakat lebih banyak mementingkan diri dan kelompok
masing-masing, perlu adanya pemberian pengetahuan dan pemahaman kepada
Apwil maupun masyaraakat terutama aparat Pemerintah tentang apa yang dimaksud
denga Sishanta dan korelasinya dengan Binter

20. Motivasi Apwil dalam melaksanakan Bhakti TNI.


a. Dalam penyelenggaraan pemberdayaan wilayah pertahanan yang
dilaksanakan melalui metode Bhakti TNI perlu melalui perumusan subjek,
objek dan metode dengan sarana dan prasarana yang sesuai agar sasaran
dan tujuan yang diingginkan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil
guna Apwil sebagai obyek dalam kegiatan ini memegang peranan penting
dalam menentukan berhasil atau tidaknya Bhakti TNI tersebut. Motifasi Apwil
yang harus dimiliki untuk mendukung pelaksanaan Bhakti TNI bukan
didasarkan pada perintah saja tapi harus berpedoman pada pemahaman
bahwa kekuatan pertahanan negara akan kuat apabila potensi wilayah yang
ada mampu dimamfaatkan sebesar-besarnya dengan melalui Bhakti TNI.

b. Dengan demikian motivasi Apwil akan terangsang sehinga timbulah


ide-ide dan inisiatif yang cemerlang demi suksesnya pelaksanaan Bhakti TNI.
Metode Bhakti TNI perlu mendapat perhatian khusus karena dalam kegiatan
ini potensi wilayah pertahanan khususnya aspek geografi dan demografi
sekaligus dapat dimobilisasi. Pada metode ini sekaligus dapat mengukur
sampai sejauh mana pelaksanaan Binter yang dilakukan Apwil selama ini.

21. Partisipasi Aparat pemerintah dan masyarakat.


a. Dalam UU No 3 tahun 2002 dijelaskan bahwa sistim pertahanan kita
menganut sistim pertahanan semesta dimana dalam sistim pertahanan
semesta ini melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya
nasional lainnya serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah dan berlanjut. Dalam Sishanta
13
seluruh potensi wilayah yang ada akan dimanfaatkan menjadi kekuatan
pertahanan nasional didarat. Untuk mewujudkan itu perlu sekali adanya peran
aktif dari aparat pemerintah daerah karena mereka ini yang mempunyai
wewenang atas segala sesuatu yang ada di wilayahnya.

b. Dengan demikian perlu adanya peran aktif dari aparat Pemda dalam
Bhakti TNI ini mulai dari gagasan, pikiran sampai dengan pelaksanaannya.
Apabila gagasan itu muncul dari aparat Pemda tentu akan lebih lancar dalam
pelaksanaannya karena dari segi fasilitas mereka lebih lengkap. Sementara
TNI siap mendukung dari segi tenaga dan fasilitas lain yang dimiliki. Apabila
kondisi seperti ini tercipta dimana pelaksanaan Bhakti TNI timbul karena
adanya ide dan gagasan dari aparat pemerintah sudah dapat dipastikan
pemberdayaan wilayah pertahanan akan mencapai hasil dan sasaran yang
tepat.

22. Pemahaman masyarakat terhadap Bhakti TNI.

a. selama ini aparat pemerintah mempunyai anggapan dan menilai


bahwa pembinaan teritorial adalah tugas TNI khususnya TNI AD. Anggapan
ini jelas keliru apabila kita meninjau kembali pada kalimat “Pada
Sishanta.....dipersiapkan secara dini oleh pemerintah.... ” kemudian
memamfaatkan semua potensi wilayah baik itu aspek geografi, demografi
maupun kondisi sosial. Untuk kegiatan ini TNI telah berupaya melalui
kegiatan Binter.

b. Agar pelaksanaan Bhakti TNI dapat berjalan sesuai dengan tuntutan


tugas dan adanya sinkronisasi antara TNI-AD dengan Aparat pemerintah
harus dimiliki pemahaman yang sama terhadap Bhakti TNI. Bahwa Bhakti
TNI merupakan suatu kegiatan dalam pemberdayaan potensi wilayah
pertahanan menjadi kekuatan pertahanan negara. Apabila pemahaman
tersebut telah timbul pada masyarakat kegiatan pemberdayaan potensi
wilayah pertahanan yang meliputi aspek geografi, demografi dan kondisi
sosial dapat tercipta.

14
BAB VI
OPTIMALISASI PELAKSANAAN BHAKTI TNI
DALAM PEMBERDAYAAN POTENSI WILAYAH PERTAHANAN

23. Umum. Banyaknya perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat


akibat dari reformasi rasanya sulit untuk menemukan cara bertindak yang tepat bagi
Apwil di lapangan. Walaupun sudah ada UU yang mengatur secara jelas tugas TNI.
Namun untuk tingkat lapangan belum ada peraturan yang aplikatif dan dapat
digunakan oleh Apwil. Sehingga untuk memperlancar pelaksanaan Bhakti TNI harus
sosialisasi baik kepada Apwil maupun Appem dan masyarakat agar ada
singkronisasi di lapangan.

24. Tujuan. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Bhakti TNI dalam


memberdayakan potensi wilayah pertahanan.

25. Sasaran. Agar pelaksanaan Bhakti TNI dalam memberdayakan potensi


wilayah pertahanan dapat berjalan lancar dan adanya singkronisasi antara semua
instansi dilapangan.

26. Subyek.

a. TNI

1) Memberikan sosialisasi kepada seluruh Apwil tentang UU NO 34


tahun 2004 dan UU NO 3 tahun 2002 agar Apwil faham peran dan
tugasnya.

2) Membuat kriteria dalam penyaringan personil Apwil sehinga


personil Apwil bukan buangan dari Satpur dan bukan karena usia atau
faktor lain.

15
b. Aparat Pemerintah dan Masyarakat

1) Memasukan kegiatan pemberdayaan wilayah pertahanan menjadi


kekuatan pertahanan ke dalam UU otonomi daerah sebagai realisasi
dari kewajiban Pemerintah daerah menyiapkan sistem pertahanan
negara secara dini.

2) Melaksanakan koordinasi dengan Kowil dalam sosialisasi Sishanta.

27. Obyek.

a. Aspek geografi.
1) Persawahan
2) Pegunungan
3) Jalan
4) Sungai

b. Aspek Demografi
1) Jumlah penduduk.
2) Mata pencaharian.
3) Penyebaran penduduk.

c. Aspek Kondisi sosial


1) Kondisi Ideologi.
2) Kondisi Politik
3) Kondisi Ekonomi
4) Kondisi Sosial budaya.
5) Pertahanan.
6) Agama.

16
28. Metode.
a. Pendidikan. Berupa pendidikan pengembangan spesialisasi teritorial
bagi TNI dan Appem dapat menyesuaikan.
b. Latihan. Berupa peningkatan kualitas latihan sesuai program
kerja.
c. Penataran. Di laksanakan oleh satuan Kowil masing-masing.

29. Upaya.
a. Motivasi Apwil dalam Bhakti TNI . Motivasi Prajurit yang masuk
satuan Komando Kewilayahan berlainan dan ini sebenarnya akan
mempengaruhi pelaksanaan tugas dilapangan tidak maksimal kedepan agar
motivasi prajurit Apwil tinggi sehingga tugas dapat dilaksanakan dengan baik,
Upaya yang di laksanakan:

1) Seleksi. Prajurit Apwil bukan merupakan prajurit buangan


dari satuan asalnya, bukan karena faktor usia karena di Satpur/Banpur
untuk pangkat Pelda atau Peltu sesuai TOP/DSPP masih ada. Jadi ini
bukan dasar untuk masuk Kowil sehingga prajurit yang masuk Kowil
berdasarkan seleksi yang mengacu pada kriteria yang harus
ditentukan sebelumnya.

2) Persyaratan Prajurit Apwil. Sebelum dilaksanakan seleksi


sebelumnya harus ditentukan dulu kriteria yang bagaimana untuk
prajurit Apwil. Dibawah ini hal-hal yang bisa dijadikan kriteria Prajurit
Apwil :

a) Memiliki persyaratan prajurit TNI AD pada umumnya.


b) Memiliki pengalaman operasi tempur.
c) Luwes dalam bertugas karena yang dihadapi masyarakat
yang bermacam-macam komunitasnya.
d) Tegas karena dia sebagai pembina masyarakat.
e) Berani mengambil keputusan.
f) mempunyai intelejen yang cukup.

17
b. Partisipasi aparat pemerintah dan masyarakat. Saat ini partipasi
masyarakat sudah cukup baik dalam kegiatan Bhakti TNI namun partipasi
aparat pemerintah masih kurang, kedepan diharapkan timbulnya partisipasi
dari Appem dalam bentuk inisiatif. Upaya yang dilakukan :

1) Memberikan sosialisasi tentang Sishanta agar mereka faham


betul akan perannya.
2) Senantiasa diberikan tanggung jawab oleh Kowil dalam rencana
Bhakti TNI.
3) Sering di undang dalam kegiatan komsos yang diadakan oleh
Kowil.
4) Mencantumkan dalam UU otonomi daerah tentang kewajiban
Pemda dalam penyiapan sistim pertahanan negara.

c. Pemahaman masyarakat tentang Bhakti TNI . Saat ini seluruh lapisan


masyarakat masih samar-samar tentang tujuan Bhakti TNI kedepan
diharapkan mereka mengerti betul maksud dan tujuan Bhakti TNI , upaya
yang dilakukan :

1) Senantiasa melibatkan masyarakat dalam kegiatan


perencanaan Bhakti TNI.
2) Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang sishanta
melalui komunikasi sosial.
3) Mewajibkan masyarakat dalam kegiatan :
a) Pembuatan poskamling.
b) Jaga pos kamling wajib warga bukan diupah.

18
BAB VII
PENUTUP

30. Kesimpulan. Dari uraian tersebut di atas dapat di simpulkan untuk dapat
mengoptimalkan pelaksanaan Bhakti TNI dalam memberdayakan potensi wilayah
pertahanan dan mempererat kemanunggalan TNI dengan rakyat dilakukan upaya
diantaranya ;

a. Seleksi bagi prajurit Apwil karena mereka sebagai subyek dalam


kegiatan ini agar memiliki motivasi bekerja baik dan penuh tanggung jawab.

b. Harus ditentukan persyaratan bagi prajurit Apwil, diantaranya :


1) Memiliki persyaratan prajurit TNI AD pada umumnya.
2) Memiliki pengalaman operasi tempur.
3) Luwes dalam bertugas karena yang dihadapi masyarakat yang
bermacam-macam komunitasnya.
4) Tegas karena dia sebagai pembina masyarakat.
5) Berani mengambil keputusan.
6) mempunyai intelejen yang cukup.

c. Mengadakan sosialisasi baik terhadap Apwil, Appem maupum


masyarakat tentang Sishanta.

d. Meningkatkan kegiatan komunikasi sosial.

e. Melibatkan Appem dan masyarakat dalam setiap kegiatan Bhakti TNI.

19
31. Saran. Untuk dapat mencapai sasaran dari kegiatan ini perlu segera
dirumuskan kriteria prajurit Apwil yang baru agar dapat dijadikan pedoman bagi
Dansat diluar Kowil dalam membina Karier anggotanya. Selain itu melaksanakan
sosialisasi gabungan antara TNI dan Sipil tentang masalah Sishanta.

20
21

Anda mungkin juga menyukai