Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Trombosis adalah terjadinya bekuan darah di dalam sistem kardiovaskuler termasuk arteri,

vena, ruangan jantung dan mikrosirkulasi. Menurut Robert Virchow, terjadinya trombosis adalah

sebagai akibat kelainan dari pembuluh darah, aliran darah dan komponen pembekuan darah

(Virchow triat). Trombus dapat terjadi pada arteri atau pada vena, trombus arteri di sebut trombus

putih karena komposisinya lebih banyak trombosit dan fibrin, sedangkan trombus vena di sebut

trombus merah karena terjadi pada aliran daerah yang lambat yang menyebabkan sel darah merah

terperangkap dalam jaringan fibrin sehingga berwarna merah 1


Deep Vena Trombosis (DVT) adalah Suatu kondisi dimana terbentuk bekuan darah dalam

vena sekunder akibat inflamasi / trauma dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian, yang

mengakibatkan penyumbatan parsial atau total sehingga aliran darah terganggu (Doenges, 2000) 2

Trombosis vena merupakan salah satu penyakit yang tidak jarang ditemukan dan dapat

menimbulkan kematian kalau tidak di kenal dan di obati secara efektif. Kematian terjadi sebagai

akibat lepasnya trimbus vena, membentuk emboli yang dapat menimbulkan kematian mendadak

apabila sumbatan terjadi pada arteri di dalam paru-paru (emboli paru). Insidens trombosis vena di

masyarakat sangat sukar diteliti, sehingga tidak ada dilaporkan secara pasti. Banyak laporan-

laporan hanya mengemukakan data-data penderita yang di rawat di rumah sakit dengan berbagai

diagnosis. Di Amerika Serikat, dilaporkan 2 juta kasus trombosis vena dalam yang di rawat di

rumah sakit dan di perkirakan pada 600.000 kasus terjadi emboli paru dan 60.000 kasus

meninggal karena proses penyumbatan pembuluh darah.

http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc
2
http://www.healthyenthusiast.com/deep-vena-trombosis.html
Pada kasus-kasus yang mengalami trombosis vena perlu pengawasan dan pengobatan yang

tepat terhadap trombosisnya dan melaksanakan pencegahan terhadap meluasnya trombosis dan

terbentuknya emboli di daerah lain, yang dapat menimbulkan kematian 3


Pada makalah ini akan dibicarakan lebih lanjut tentang deep vein thrombosis (DVT) atau

penyumbatan vena dalam meliputi, defenisi DVT, etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi,

komplikasi, penatalaksanaan, dan pencegahannya. Semoga bermanfaat bagi para pembaca.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan defenisi DVT (deep vein thrombosis) atau penyumbatan vena dalam!
2. Jelaskan etiologi DVT (deep vein thrombosis) atau penyumbatan vena dalam!
3. Jelaskan manifestasi klinis DVT (deep vein thrombosis) atau penyumbatan vena dalam!
4. Jelaskan patofisiologi DVT (deep vein thrombosis) atau penyumbatan vena dalam!
5. Jelaskan komplikasi DVT (deep vein thrombosis) atau penyumbatan vena dalam!
6. Jelaskan penatalaksanaan DVT (deep vein thrombosis) atau penyumbatan vena dalam
7. Jelaskan pencegahan DVT (deep vein thrombosis) atau penyumbatan vena dalam!

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mampu menjelaskan defenisi DVT (deep vein thrombosis) atau penyumbatan vena dalam
2. Mampu menjelaskan etiologi DVT (deep vein thrombosis) atau penyumbatan vena dalam
3. Mampu menjelaskan manifestasi klinis DVT (deep vein thrombosis) atau penyumbatan

vena dalam
4. Mampu menjelaskan patofisiologi DVT (deep vein thrombosis) atau penyumbatan vena

dalam
5. Mampu menjelaskan komplikasi DVT (deep vein thrombosis) atau penyumbatan vena

dalam
6. Mampu menjelaskan penatalaksanaan DVT (deep vein thrombosis) atau penyumbatan

vena dalam
7. Mampu menjelsakan pencegahan DVT (deep vein thrombosis) atau penyumbatan vena

dalam

3
http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi DVT (Deep Vein Thrombosis)


Trombosis adalah suatu pembentukan bekuan darah (trombus) di dalam pembuluh darah.

Bekuan darah pada keadaan normal terbentuk untuk mencegah perdarahan. Trombus adalah

bekuan abnormal dalam pembuluh darah yang terbentuk walaupun tidak ada kebocoran. Trombus

merupakan massa seluler yang menjadi satu oleh jaringan fibrin. Trombus terbagi 3 macam yaitu:

merah (trombus koagulasi), putih (trombus aglutinasi) dan trombus campuran. Trombus merah

dimana sel trombosit dan lekosit tersebar rata dalam suatu massa yang terdiri dari eritrosit dan

fibrin, biasanya terdapat dalam vena. Trombus putih terdiri atas fibrin dan lapisan trombosit,
leukosit dengan sedikit eritrosit, biasanya terdapat dalam arteri. Bentuk yang paling banyak

adalah bentuk campuran.


Trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis (DVT) adalah suatu kondisi dimana

trombus terbentuk pada vena dalam, terutama di tungkai bawah dan inguinal. Bekuan darah dapat

menghambat darah dari tungkai bawah ke jantung. DVT merupakan penyakit yang sering terjadi

dan dapat berakibat fatal serta kematian jika tidak didiagnosa dan diobati secara efektif. Kematian

dapat terjadi ketika trombus pada vena pecah dan membentuk emboli pulmo, yang kemudian

masuk dan menyumbat arteri pulmonalis 4


Deep Vein Trombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah penggumpalan darah yang

terjadi di pembuluh darah balik (vena) sebelah dalam. DVT seringkali diawali dari paha atau kaki

oleh karena adanya perlambatan aliran darah pada pembuluh balik. Hal ini bisa terjadi oleh

karena ada masalah pada jantung, infeksi, atau akibat imobilisasi lama dari anggota gerak.

Gumpalan darah
beku yang terjadi disebut emboli yang bisa terbawa ke jantung hingga menyebabkan komplikasi

serius. Proses koagulasi atau penggumpalan darah terjadi melalui mekanisme kompleks yang

diakhiri dengan pembentukan fibrin5

B. Etiologi DVT (Deep Vein Thrombosis)


Berdasarkan “Triad of Virchow”, terdapat 3 faktor yang berperan dalam etiologi terjadinya

trombosis pada arteri atau vena yaitu kelainan dinding pembuluh darah, perubahan aliran darah

dan perubahan daya beku darah. Trombosis vena adalah suatu deposit intra vaskuler yang terdiri

dari fibrin, sel darah merah dan beberapa komponen trombosit dan lekosit.
Etiologi terjadinya trombosis vena adalah sebagai berikut :
1. Stasis vena.
2. Kerusakan pembuluh darah.
3. Aktivitas faktor pembekuan.
Faktor yang sangat berperan terhadap timbulnya suatu trombosis vena adalah statis aliran darah

dan hiperkoagulasi.
1. Statis Vena
Aliran darah pada vena cendrung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama pada daerah-daerah

yang mengalami immobilisasi dalam waktu yang cukup lama. Statis vena merupakan predis

4
http://eprints.undip.ac.id/37814/1/Valentino_Rangga_G2A008189_Lap.KTI.pdf.
5
http://eprints.undip.ac.id/37423/1/BHIMO_PRIAMBODO,G2A008037,LAPORAN_KTI.pdf.
posisi untuk terjadinya trombosis lokal karena dapat menimbulkan gangguan mekanisme

pembersih terhadap aktifitas faktor pembekuan darah sehingga memudahkan terbentuknya

trombin.
2. Kerusakan pembuluh darah
Kerusakan pembuluh darah dapat berperan pada pembentukan trombosis vena, melalui :
a) Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan.
b) Aktifitasi sel endotel oleh cytokines yang dilepaskan sebagai akibat kerusakan jaringan

dan proses peradangan.


Permukaan vena yang menghadap ke lumen dilapisi oleh sel endotel. Endotel yang utuh bersifat

non-trombo genetik karena sel endotel menghasilkan beberapa substansi seperti prostaglandin

(PG12), proteoglikan, aktifator plasminogen dan trombo-modulin, yang dapat mencegah

terbentuknya trombin. Apabila endotel mengalami kerusakan, maka jaringan sub endotel akan

terpapar. Keadaan ini akan menyebabkan sistem pembekuan darah di aktifkan dan trombosir akan

melekat pada jaringan sub endotel terutama serat kolagen, membran basalis dan mikro-fibril.

Trombosit yang melekat ini akan melepaskan adenosin difosfat dan tromboksan A2 yang akan

merangsang trombosit lain yang masih beredar untuk berubah bentuk dan saling melekat.

Kerusakan sel endotel sendiri juga akan mengaktifkan sistem pembekuan darah.
3. Perubahan daya beku darah
Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan dalam sistem pembekuan darah dan sistem

fibrinolisis. Kecendrungan terjadinya trombosis, apabila aktifitas pembekuan darah meningkat

atau aktifitas fibrinolisis menurun. Trombosis vena banyak terjadi pada kasus-kasus dengan

aktifitas pembekuan darah meningkat, seperti pada hiper koagulasi, defisiensi Anti trombin III,

defisiensi protein C, defisiensi protein S dan kelainan plasminogen 6

C. Manifestasi Klinis DVT (Deep Vein Thrombosis)


Sebanyak 50% pasien dengan thrombosis vena ektremitas bawah tidak menunjukkan gejala

yang bervariasi dan biasnya tidak khas tromboflebitis. Namun meskipun bermacam-macam setiap

tanda klinis harus diselidiki dengan cermat 7

6
http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc
7
C Smeltzer, Suzanne & G Bare, Brenda. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Trombosis vena terutama mengenai vena-vena di daerah tungkai antara lain vena tungkai

superfisialis, vena dalam di daerah betis atau lebih proksimal seperti vena poplitea, vena

femoralis dan viliaca. Sedangkan vena-vena di bagian tubuh yang lain relatif jarang di kenai.

Trombosis vena superfisialis pada tungkai, biasanya terjadi varikositis dan gejala klinisnya ringan

dan bisa sembuh sendiri. Kadang-kadang trombosis vena tungkai superfisialis ini menyebar ke

vena dalam dan dapat menimbulkan emboli paru yang tidak jarang menimbulkan kematian.
Manifestasi klinik trombosis vena dalam tidak selalu jelas, kelainan yang timbul tidak selalu

dapat diramalkan secara tepat lokasi / tempat terjadinya trombosis.Trombosis di daerah betis

mempunyai gejala klinis yang ringan karena trombosis yang terbentuk umumnya kecil dan tidak

menimbulkan komplikasi yang hebat. Sebagian besar trombosis di daerah betis adalah

asimtomatis, akan tetapi dapat menjadi serius apabila trombus tersebut meluas atau menyebar ke

lebih proksimal.
Trombosis vena dalam akan mempunyai keluhan dan gejala apabila menimbulkan :
- bendungan aliran vena.
- peradangan dinding vena dan jaringan perivaskuler.
- emboli pada sirkulasi pulmoner.
Keluhan dan gejala trombosis vena dalam dapat berupa :
1. Nyeri
Intensitas nyeri tidak tergantung kepada besar dan luas trombosis. Trombosis vena di daerah betis

menimbulkan nyeri di daerah tersebut dan bisa menjalar ke bagian medial dan anterior paha.
Keluhan nyeri sangat bervariasi dan tidak spesifik, bisa terasa nyeri atau kaku dan intensitasnya

mulai dari yang enteng sampai hebat. Nyeri akan berkurang kalau penderita istirahat di tempat

tidur, terutama posisi tungkai ditinggikan.


2. Pembengkakan
Pembengkakan disebabkan karena adanya edema. Timbulnya edema disebabkan oleh sumbatan

vena di bagian proksimal dan peradangan jaringan perivaskuler. Apabila pembengkakan

ditimbulkan oleh sumbatan maka lokasi bengkak adalah di bawah sumbatan dan tidak nyeri,

sedangkan apabila disebabkan oleh peradangan perivaskuler maka bengkak timbul pada daerah

trombosis dan biasanya di sertai nyeri. Pembengkakan bertambah kalau penderita berjalan dan

akan berkurang kalau istirahat di tempat tidur dengan posisi kaki agak ditinggikan.
3. Perubahan warna kulit
Perubahan warna kulit tidak spesifik dan tidak banyak ditemukan pada trombosis vena dalam

dibandingkan trombosis arteri. Pada trombosis vena perubahan warna kulit di temukan hanya

17%-20% kasus. Perubahan warna kulit bisa berubah pucat dan kadang-kadang berwarna ungu.
Perubahan warna kaki menjadi pucat dan pada perubahan lunah dan dingin, merupakan tanda-

tanda adanya sumbatan cena yang besar yang bersamaan dengan adanya spasme arteri, keadaan

ini di sebut flegmasia alba dolens.(6)


4. Sindroma post-trombosis.

Penyebab terjadinya sindroma ini adalah peningkatan tekanan vena sebagai konsekuensi dari

adanya sumbatan dan rekanalisasi dari vena besar. Keadaan ini mengakibatkan meningkatnya

tekanan pada dinding vena dalam di daerah betis sehingga terjadi imkompeten katup vena dan

perforasi vena dalam.

Semua keadaan di atas akan mengkibatkan aliran darah vena dalam akan membalik ke daerah

superfisilalis apabila otot berkontraksi, sehingga terjadi edema, kerusakan jaringan subkutan,

pada keadaan berat bisa terjadi ulkus pada daerah vena yang di kenai. Manifestasi klinis sindroma

post-trombotik yang lain adalah nyeri pada daerah betis yang timbul / bertambah waktu

penderitanya berkuat (venous claudicatio), nyeri berkurang waktu istirahat dan posisi kaki

ditinggikan, timbul pigmentasi dan indurasi pada sekitar lutut dan kaki sepertiga bawah 8

Tabel Perbandingan Tromboflebitis Superfisi dan Dalam

Superfisial Dalam
Manifestasi Klinis
Pembengkakan local; memar dan knotty indurasi “Rasa berat” saat berdiri
Nyeri tungkai dan kram
local, merah, nyeri tekan Bengkak:
Vena safena (sisi medial tungkal) terasa seperti Trombus vena betis-tidak ada
Trombus vena femoral-ringan samapi sedang
yang menonjol Trombus vena iliofemoral-berat

8
http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc
Penatalaksanaan
Tirah baring Tirah baring
Kompres basah, hangat Kompres basah hangat
Peninggian tungkai; kemudian balut elastic Peninggian tungkai sampai 15cm (6 inci).
Pembedahan, apabila mungkin, mencegah
setelah stadium akut
Heparin, intermiten atau terus-menerus terjadinya emboli.
Asetaminofen untuk nyeri Terapi trombolitik
Antibiotik bila perlu Valvuloplasti vena
Apabila vena dalam masih paten, vena flebitis

superfisial dapat diangkat

D. Patofisiologi DVT (Deep Vein Thrombosis)


DVT adalah peradangan pada dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan

darah. Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa

disertai peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis. Trombosis vena dapat terjadi

pada semua vena, namun yang paling sering terjadi adalah pada vena ekstremitas . Gangguan ini

dapat menyerang baik vena superficial maupun vena dalam ungkai. Pada vena superficial, vena

safena adalah yang paling sering terkena. Pada vena dalam tungkai, yang paling sering terkena

adalah vena iliofemoral, popliteal dan betis.


Trombus vena tersusun atas agregat trombosit yang menempel pada dinding vena ,

disepanjang bangunan tambahan seperti ekor yang mengandung fibrin, sel darah putih dan sel

darah merah. “Ekor “ dapat tumbuh membesar atau memanjang sesuai arah aliran darah akibat

terbentuknya lapisan bekuan darah. Trombosis vena yang terus tumbuh ini sangat berbahaya

karena sebagian bekuan dapat terlepas dan mengakibatkan oklusi emboli pada pembuluh darah
paru. Fragmentasi thrombus dapat terjadi secara spontan karena bekuan secara alamiah bisa larut,

atau dapat terjadi sehubungan dengan peningkatan tekanan vena, seperti saat berdiri tiba-tiba atau

melakukan aktifitas otot setelah lama istirahat 9

E. Komplikasi DVT (Deep Vein Thrombosis)


Komplikasi berat dari trombosis vena dalam adalah emboli paru. Komplikasi ini sering

menyebabkan kematian pederita. Ini timbul akibat lepasnya trombus dari tempatnya, kemudian

mengikuti aliran darah kembali ke jantung dan menyangkut di arteri pulmonalis sehingga

terjadinya penurunan mendadak aliran darah ke paru penderita


Komplikasi yang lain adalah sindroma pasca trombosis. Sindroma ini tidak mematikan tetapi

akan mengganggu kualitas hidup penderita dan mengakibatkan penderita terganggu secara sosial

ekonomis. Sebanyak 29% sampai 79% penderita akan terganggu akibat manifestasi penyakit yang

berlangsung lama seperti nyeri, edema, hiperpigmentasi maupun luka kronik dikaki sesudah suatu

episode akut dari serangan trombosis vena dalam. Kondisi ini terjadi akibat hipertensi vena yang

diakibatkan kombinasi beberapa faktor seperti gangguan katup vena, timbulnya refluks atau

akibat sumbatan vena dalam yang menetap 10

TROMBOSIS VENA

Vena tetap
oklusi Trombi dapat
lepas
Vena dapat Banyak vena mengakibatkan
mengalami mengalami emboli paru (5-
rekanalisasi obstruksi 7)%
namun Peningkatan
Insufisiensisudah
katupnya vena tekanan vena
kronis distal
Peningkatan Statis cairan
tekanan vena
Edema
9 Varises
http://www.healthyenthusiast.com/deep-vena-trombosis.html
10
http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc
Gangren vena
F. Penatalaksanaan DVT (Deep Vein Thrombosis)
1. Penatalaksanaan Farmakologis
tujuan pengobatan farmakologis adalah:
a). Mencegah meluasnya trombosis dan timbulnya emboli paru.
b). Mengurangi morbiditas pada serangan akut.
c). Mengurangi keluhan post flebitis
d). Mengobati hipertensi pulmonal yang terjadi karena proses trombo emboli.
Meluasnya proses trombosis dan timbulnya emboli paru dapat di cegah dengan pemberian

anti koagulan dan obat-obatan fibrinolitik. Pada pemberian obat-obatan ini di usahakan biaya

serendah mungkin dan efek samping seminimal mungkin. Pemberian anti koagulan sangat

efektif untuk mencegah terjadinya emboli paru, obat yang biasa di pakai adalah heparin.
Prinsip pemberian anti koagulan adalah Save dan Efektif. Save artinya anti koagulan

tidak menyebabkan perdarahan. Efektif artinya dapat menghancurkan trombus dan mencegah

timbulnya trombus baru dan emboli.


1) Pemberian Heparin standar
Heparin 5000 ini bolus (80 iu/KgBB), bolus dilanjutkan dengan drips konsitnus

1000 – 1400 iu/jam (18 iu/KgBB), drips selanjutnya tergantung hasil APTT. 6 jam

kemudian di periksa APTT (Activated Partial Thromboplastin Time) untuk

menentukan dosis dengan target 1,5 – 2,5 kontrol.


 Bila APTT 1,5 – 2,5 x kontrol dosis tetap.
 Bila APTT < 1,5 x kontrol dosis dinaikkan 100 – 150 iu/jam.
 Bila APTT > 2,5 x kontrol dosis diturunkan 100 iu/jam.
2) Pemberian Low Milecular Weight Heparin (LMWH)
Pemberian obat ini lebih di sukai dari heparin karena tidak memerlukan

pemantauan yang ketat, sayangnya harganya relatif mahal dibandingkan heparin.


3) Pemberian Oral Anti koagulan oral
Obat yang biasa di pakai adalah Warfarin. Pemberian Warfarin di mulai dengan dosis

6 – 8 mg (single dose) pada malam hari. Dosis dapat dinaikan atau di kurangi

tergantung dari hasil INR (International Normolized Ratio) 11

Heparin yang diberikan selama 10-12 hari dengan infus intermitten intravena

atau infus berkelanjutan dapat mencegah berkembangnya bekuan darah dan tumbuhnya

11
http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-_Isi.doc
bekuan baru. Dosis pengobatan diatur dengan memantau waktu tromboplastin partial (PTT).

Empat sampai 7 hari sebelum terapi heparin intravena berakhir, pasien mulai diberikan

antikoagulan oral. Pasien mendapat antikoagulan oral selama 3 bulan atau lebih untuk

pencegahan jangka panjang.

Tidak seperti heparin, pada 50% pasien, terapi trombolitik, menyebabkan bekuan

mengalami dekompensasi da larut. Terapi trombolitik diberikan dalam 3 hari pertama setelah

oklusi akut, dengan pemberian streptokinase, mokinase atau activator plasminogen jenis

jaringan. Kelebihan terapi litik adalah tetap utuhnya katup vena dan mengurangi insidens

sindrompasca flebotik dan insufisiensi vena kronis. Namun, terapi trombolitik

mengakibatkan insidens perdarahan sekitar tiga kali lipat disbanding heparin. PTT, waktu

protrombin, hemoglobin, hematokrit, hitung trombosit dan tingkat fibrinogen pasien harus

sering dipantau. Diperlukan observasi yang ketat untuk mendeteksi adanya perdarahan.

Apabila terjadi perdarahan, dan tidak dapat dihentikan, maka bahan trombolitik harus

dihentikan.

Penataksanaan Bedah. Pembedahan trombosis vena dalam (DVT) diperlukan bila

ada kontraindikasi terapi antikoagulan atau trombolitik, ada bahaya emboli paru yang jelas

dan aliran darah vena sangat terganggu yang dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada

ekstremitas. Trombektomi (pengangkatan trombosis) merupakan penanganan pilihan bila

diperlukan pembedahan. Filter vena kava harus dipasang pada saat dilakukan trombektomi,

untuk menangkap emboli besar dan mencegah emboli paru.

2. Penatalaksanaan Non-Farmakologis
Penatalaksanaan Keperawatan. Tirah baring, peninggian ekstremitas yang

terkena, stoking elastik dan analgesik untuk mengurangi nyeri adalah tambahan terapi DVT.

Biasanya diperlukan tirah baring 5 – 7 hari setelah terjadi DVT. Waktu ini kurang lebih sama

dengan waktu yang diperlukan thrombus untuk melekat pada dinding vena, sehingga
menghindari terjadinya emboli. Ketika pasien mulai berjalan, harus dipakai stoking elastik.

Berjalan-jalan akan lebih baik daripada berdiri atau duduk lama-lama. Latihan ditempat tidur,

seperti dorsofleksi kaki melawan papan kaki, juga dianjurkan. Kompres hangat dan lembab

pada ekstremitas yang terkena dapat mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan DVT.

Analgesik ringan untuk mengontrol nyeri, sesuai resep akan menambah rasa nyaman 12

G. Pencegahan DVT (Deep Vein Thrombosis)


Beberapa tips mencegah DVT sebagai berikut:
1. Meningkatkan aktivitas otot kaki selama periode panjang dengan duduk dapat meningkatkan

aliran darah di kaki. Ini mungkin termasuk berkeliling kabin atau berolahraga dengan

menggerakkan kaki dan pergelangan kaki.


2. Minum banyak air, dan menghindari minum apa pun misalnya alkohol atau kafein.
3. Mengenakan pakaian longgar.
4. Beberapa dokter merekomendasikan memanfaatkan waktu tidur siang yang singkat ,

bukannya yang panjang, untuk menghindari tidur berkepanjangan.


5. Berolahraga secara teratur, menjaga berat badan yang sehat, dan tidak merokok.
Jika Anda memiliki salah satu faktor risiko untuk DVT, konsultasikan dengan dokter Anda

sebelum perjalanan panjang. Dokter banyak yang merekomendasikan untuk menggunakan kaos

kaki khusus atau stoking karena dapat mengurangi penumpukan darah di kaki 13

12
http://www.healthyenthusiast.com/deep-vena-trombosis.html.
13
http://www.news-medical.net/health/Deep-Vein-Thrombosis-(DVT)-Treatment-and-Prevention-(Indonesian).aspx.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan:

Trombosis vena cukup sering ditemukan pada penderita yang di rawat di rumah

sakit, terutama terjadi pada immobilisasi yang lama dan post operatif ortopedi.Penyakit ini

tidak menimbulkan kematian, akan tetapi mempunyai resiko besar untuk timbulnya emboli

paru yang dapat menimbulkan kematian.Manifestasi kliniknya tidak spesifik, sehingga

memerlukan pemeriksaan obyektif lanjutan. Pengobatan adalah mencegah timbulnya embol

paru, mengurangi morbiditas dan keluhan post flebitis dan mencegah timbulnya hipertensi

pulmonal.Pengobatan yang di anjurkan adalah pemberian heparin dan dilanjutkan dengan

anti koagulun oral.

Saran:

Berdasarkan makalah yang penyusun buat ini, penyusun dapat menyarankan ke

semua Tim Kesehatan khususnya perawat untuk lebih dapat mengetahui, memahami tentang

DVT (Deep Vein Thrombosis) beserta etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, kompikasi,

penatalaksanaan, dan pencegahannya. Dan penyusun mengundang kritik yang membangun

dari pembaca untuk kelengkapan makalah berikutnya.


DAFTAR PUSTAKA

C Smeltzer, Suzanne & G Bare, Brenda. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta

http://repository.unand.ac.id/161/2/Hal_46-55_no.2_vol_25_2001._Trombosis_vena_dalam_-

_Isi.doc

http://www.healthyenthusiast.com/deep-vena-trombosis.html

http://eprints.undip.ac.id/37814/1/Valentino_Rangga_G2A008189_Lap.KTI.pdf.

http://eprints.undip.ac.id/37423/1/BHIMO_PRIAMBODO,G2A008037,LAPORAN_KTI.pdf.

http://www.news-medical.net/health/Deep-Vein-Thrombosis-(DVT)-Treatment-and-Prevention-

(Indonesian).aspx.

Anda mungkin juga menyukai