Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TATA HUTAN
SENTUL ECO EDU TOURISN FOREST (SEETF)
DI RESORT PEMANGKUAN HUTAN (RPH) BABAKAN MADANG,
BKPH BOGOR,
KPH BOGOR

Oleh :

Ahmad Ansharuddin
41205425117075

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
BOGOR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
nikmat dan hidayahNya, terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah Tata Hutan di Sentul Eco Edu
Tourism Forest (SEETF), Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Babakan Madang, BKPH
Bogor, KPH Bogor

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof.Dr.Ir.Mulyadi At.,M.Sc


selaku dosen mata kuliah Tata Hutan dan kepada pihak-pihak yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,,amiin.

Bogor 2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
I. PENDAHULUAN...............................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Tujuan............................................................................................................5
II. KONDISI UMUM.............................................................................................6
A. KPH BOGOR................................................................................................6
1. Letak dan Luas...........................................................................................6
2. Topografi dan Iklim...................................................................................7
B. BPKH Bogor..................................................................................................8
1. Letak dan Luas Areal................................................................................8
2. Topografi dan Iklim...................................................................................9
III. METODE PRAKTIKUM.............................................................................10
A. Waktu dan Lokasi.......................................................................................10
B. Alat dan Bahan...........................................................................................10
C. Metode Pengambilan Data.........................................................................11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................12
A. Pemantapan Kawasan Hutan.....................................................................12
B. Tata Batas Luar...........................................................................................13
C. Batas Hutan dengan Enclave......................................................................14
D. Penatagunaan Hutan...................................................................................14
1. Penatagunaan Hutan Makro...................................................................15
E. Penataan Hutan...........................................................................................16
F. Peta RPH Babakan Madang , BKPH Bogor, KPH Bogor.......................16
V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................17
A. Kesimpulan..................................................................................................17
B. Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
LAMPIRAN..........................................................................................................19
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kawasan Hutan wisata Sentul Eco Edu Tourism Forest (SEETF) di Resort
Pemangkuan Hutan (RPH) Babakan Madang, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan
(BKPH) Bogor, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor) di Jawa Barat.
Kawasan ini hasil kerja sama pemerintah Indonesia dan Korea tahun 2008.
Diresmikan oleh Menteri Kehutanan Korea dan Menteri Kehutanan RI saat itu tahun
2013. Pelaksanaan pembangunan dibawah pengawasan PT Korea Indonesia Forest Center
(KIFC) dan pengelolaannya oleh Perum Perhutani.
Pengelolaan sumberdaya hutan yang orientasinya lingkungan, pendidikan dan
wisata secara multi pihak. Sejak tahun 2012-2015 ada tujuh lembaga nasional dan
internasional yang ikut berperan menghijaukan hutan Sentul dengan luasan antara satu ha
sampai 700 ha dari dana CSR mereka, antara lain Pemerintah Korea, Astra Internasional,
PGN, PT SI, Seoul National University, Bank Permata, Suara Merlin Perdana dan
Allianz.SEETF adalah kawasan wisata seluas ± 670 ha ±45 menit ditempuh kendaraan
roda empat atau 14 km dari pintu tol Sentul Selatan.
Wisata Sentul Eco Edu menjadi perhatiannya dan penting bagi Perhutani untuk
disiapkan kerjasama dengan para pihak yang akan berinvestasi sekaligus menghijaukan
hutan Sentul di BKPH Babakan Madang Bogor ini karena daerah tersebut adalah
catchment area atau buffer zone (kawasan penyangga). Obyek wisata tersebut dilengkapi
dengan fasilitas dua bangunan cottage ukuran 1.200 m2, 2 asrama kapasitas 100 orang, 2
ruang meeting kapasitas 40 orang, kantin resto kapasitas 60 orang, 2 ruang tamu dan hall
terbuka ukuran 200 m2.
B. Tujuan
Tujuan praktek tata hutan di Sentul Eco Edu Tourism Forest (SEETF) di Resort
Pemangkuan Hutan (RPH) Babakan Madang,bagi mahasiswa/ mahasiswi kehutanan
Universitas Nusa Bangsa sebagai berikut :
1. Melihat, mengamati, mengenali kegiatan dan permasalahan pengelolaan tata hutan
dalam rangka menumbuhkan minat dan motivasi belajar pada tingkat-tingkat
semester berikutnya.
2. Mengenal dan memahami kegiatan pengelolaan tata hutan secara menyeluruh.
II. KONDISI UMUM

A. KPH BOGOR

1. Letak dan Luas

Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor adalah salah satu
unit manajemen di wilayah Divisi Regional Jawa Barat dan Banten. Luas wilayahnya
49.337,06 Ha meliputi kawasan hutan yang berada di Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Bekasi. Berdasarkan hasil evaluasi potensi sumber daya hutan tahun 2014, kawasan hutan
KPH Bogor adalah Hutan Produksi seluas 43.494,74 Ha (88,16 %) dan 5.842,32 Ha
(11,84 %) merupakan Hutan untuk Kawasan Perlindungan.
Secara geografis ( berdasarkan Garis Lintang dan Bujur ), wilayah KPH Bogor
terletak pada 1060 54’ 04” s.d 1070 00’ 34”  BT dan 060  37’ 29” s.d   060 37’ 54”  LS.
Kawasan hutan Kesatuan Pemangkuan Hutan ( KPH ) Bogor berada pada wilayah
administrasi pemerintahan Kabupaten Bogor, Bekasi dan Tangerang dengan batas-batas
geografis sebagai berikut :
1) Bagian Utara berbatasan dengan laut Jawa dan DKI Jakarta
2) Bagian Timur berbatasan dengan KPH Purwakarta dan Cianjur
3) Bagian Selatan berbatasan dengan KPH Sukabumi dan Banten
4) Bagian Barat berbatasan dengan KPH Banten

Penentuan Kelas Perusahaan (KP) di Wilayah KPH Bogor dilakukan dengan


pertimbangan kesesuaian lahan dan jenis tanaman yang dominan terdiri dari ;
KP Acacia mangium : 5.397,24 ha. - KP Payau : 11.832,81 ha
KP Meranti : 8.822,33 ha. - KP Pinus : 9.438,80 ha
Lain-lain/ Belum ditata : 18.260,73 ha. (data tahun 2007)
2. Topografi dan Iklim

Berdasarkan keadaan topografinya kawasan hutan di KPH Bogor secara umum


konfigurasi lapangan tersebar dari dataran landai hingga bergelombang, dengan sebaran
tofografi sebagai berikut :
1) Bagian hutan Parungpanjang konfigurasi lapangan yang sebagian besar relatif datar s/d
landai, dengan kemiringan lapangan bervariasi mulai dari datar (0-8%) dan
kemiringan agak curam (15-25%).
2) Bagian hutan Nanggung bentuk lapangan berbukit – bukit dan bergelombang dengan
kemiringan lapangan bervariasi mulai dari kemiringan landai (8-15%) sampai dengan
sangat curam (> 45%). Bagian hutan Gunung Bolang bentuk lapangan berbukit – bukit
dan bergelombang dengan kemiringan lapangan bervariasi mulai dari kemiringan
landai (8-15%) sampai dengan sangat curam (>45%).
3) Bagian hutan Megamendung bentuk lapangan berbukit – bukit, dengan kemiringn
landai (8-15%) sampai dengan sangat curam (>45%) dan bergelombang dengan
kemiringan lapangan bervariasi mulai dari kemiringan landai (8-15%) sampai dengan
sangat curam (>45%).
4) Bagian hutan Cariu bentuk lapangan berbukit – bukit, dengan kemiringn landai (8-
15%) sampai dengan sangat curam (>45%) dan bergelombang dengan kemiringan
lapangan bervariasi mulai dari kemiringan landai (8-15%) sampai dengan sangat
curam (>45%).
5) Bagian hutan Jonggol (belum ditata) bentuk lapangan berbukit – bukit, dengan
kemiringn landai (8-15%) sampai dengan sangat curam (>45%) dan bergelombang
dengan kemiringan lapangan bervariasi mulai dari kemiringan landai (8-15%) sampai
dengan sangat curam (>45%).
6) Bagian hutan Ujungkrawang (belum ditata) konfigurasi lapangan yang sebagian besar
relative datar.

Masing-masing RPH punya pelaksana lapangan untuk kegiatan tanaman,


pemeliharaan, penjarangan, keamanan, pembantu penyuluh / sosial, pembantu
lingkungan, dan tebangan (BKPH). Karyawan KPH Bogor berjumlah 263 orang.
B. BPKH Bogor
1. Letak dan Luas Areal
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bogor secara administratif Luas
Wilayah Kota bogor sebesar 11.850 Ha terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.
Kemudian Secara Administratif kota Bogor terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 31
kelurahan dan 37 desa (lima diantaranya termasuk desa tertinggal yaitu desa Pamoyanan,
Genteng, Balungbangjaya, Mekarwangi dan Sindangrasa), 210 dusun, 623 RW, 2.712 RT
dan dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor yaitu sebagai berikut :
a. Bagian Utara berbatasan dengan Kec. Kemang, Bojong Gede, dan Kec. Sukaraja
Kabupaten Bogor.

b. Bagian Timur berbatasan dengan Kec. Sukaraja dan Kec. Ciawi, Kabupaten Bogor.

c. Bagian Selatan berbatasan dengan Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin, Kabupaten Bogor.

d. Bagian Barat berbatasan dengan Kec. Darmaga dan Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor.

Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106’ 48’ BT dan 6’ 26’ LS, kedudukan
geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat
dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan,
transportasi, komunikasi, dan pariwisata. Kawasan Hutan BKPH Bogor ditetapkan
sebagai Kelas Perusahaan Acacia mangium 3.000 mm/tahun, pada Kelas Perusahaan
Meranti 4.000 mm/tahun dan pada kelas perusahaan Pinus 3.500 – 4.500 mm.

Tabel 1 Tabel Kelas Hutan


Kelas Kelas
No Luas (Ha) Keterangan No Luas (Ha) Keterangan
Hutan Hutan

1 TBP 144.23 - TBP : Tidak 11 KUIX 51.87 - LTJL : Lapangan


2 LDTI 597.46 Baik Untuk 12 KUX - Tebangan
3 KUI 403.86 Produksi 13 M T 5.84 Jangka lampau
4 KUII 414.73 - KU : Kelas 14 M R 8.32 - HAKL : Hutan
5 KUIII 311.69 Umur 15 LTJL 528.92 Alam Kayu Lain
6 KUIV 212.24 - M T : M asa 16 TK/TPR 666.36 - TABK : Tanaman
7 KUV 425.48 Tebang 17 HAKL 2.96 Acacia bertum-
8 KUVI 127.33 - M R : M iskin 18 TABK 755.23 buhan Kurang
9 KUVII 261.5 Riap 19 TKL 104.78 - TKL : Tanaman
10 KUVIII 374.44 Jml. 11-19 2,124.28 Kayu Lain
Jml. 1-10 3,272.96 Jumlah total 5,397.24
2. Topografi dan Iklim

Kawasan Hutan Kelas Perusahaan Acacia mangium di BKPH Bogor, Kota Bogor
mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m dari permukaan
laut. ondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan 26’ C dengan suhu terendah
21,8’ C dengan suhu tertinggi 30,4’ C. Kelembaban udara 70 %, Curah hujan rata-rata
setiap tahun sekitar 3.500 – 4000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember
dan Januari.
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Lokasi

Praktek Lapang Tata Hutan dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2019 di RPH
Babakan Madang, BKPH Bogor, KPH Bogor,

B. Alat dan Bahan


Praktikum Tata Hutan Kasus dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan
sebagai penunjang kegiatan. Alat dan bahan pada kegiatan ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2 Alat dan Bahan

No Nama Alat dan Bahan Fungsi

Alat

1 Alat tulis Untuk membantu mencatat data


Untuk membantu dalam mengolah data, menulis
2 Laptop
laporan dan membuat power point
3 Printer Untuk mencetak laporan
Bahan
4 Studi pustaka Sebagai penunjang informasi dalam laporan

C. Metode Pengambilan Data


Pelaksanaan Praktik Tata Hutan dilaksanakan di BKPH Bogor selama jangka
waktu tersebut dilakukan menggunakan metode pengambilan data sebagai berikut :
1. Observasi, Analisa dan Diskusi
Data diperoleh dengan cara mengamati, mengobservasi dan menganalisa serta
menilai kesesuaian teori dan prinsip-prinsip yang diperoleh dalam kuliah dengan praktik
di lapang. Dalam hal ini mahasiswa ditugaskan untuk mengamati dan menganalisa serta
menjadi pelaksana yang baik serta dalam rangka untuk menggali kesesuaian tersebut
dilaksanakan diskusi baik dengan pembimbing maupun dengan orang yang
berkepentingan atau yang beraktifitas di dalam kawasan hutan.
2. Wawancara Dengan Petugas/Pegawai Lapangan RPH Babakan Madang
Dalam kegiatan praktik diharapkan mahasiswa mampu menjaga dan menumbu
etos kerja serta etika pergaulan dalam kehidupan rimbawan. Data yang dikumpulkan pada
kegiatan praktikum disajikan dalam bentuk uraian. Data tersebut didapat dengan cara
berinteraksi langsung saat di lapang bersama petugas lapang RPH Babakan Madang.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemantapan Kawasan Hutan

Dasar pengelolaan hutan lestari adalah kawasan utan yang mantap (fisik dan
hukum) serta kawasan hutan terbagi ke dalam kesatuan pengelolaan hutan (KPH).
Pengelolaan hutan lestari harus dilakukan kegiatan pra kondisi pengelolaan hutan lestari
yang meliputi pengukuhan hutan, penatagunaan utan, penataan hutan, pembentukan
kesatuan pengelolaan hutan dan pembagian hutan ke dalam petak-petak kerja serta
penyusunan rencana pengelolaan hutan.
Pengukuhan kawasan hutan dilaksanakan untuk memberikan kepastian hukum
atau fisik di lapangan atas kawasan hutan tertentu. Kegiatan pengukuhan terdiri dari
penunjukkan kawasan hutan, penataan batas, pengukuhan dan penataan serta penetepan
kawasan hutan. Penatagunaan kawasan hutan merupakan kegiatan untuk menetapka
fungsi dan penggunaan kawasan hutan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan terdiri
dari sebagai berikut:
1. Wilayah pengelolaan hutan provinsi yang meliputi seluruh hutan yang terdapat dalam
wilayah provinsi.
2. Wilayah pengelolaan hutan kabupaten/kota yang meliputi seluruh hutan yang terdapat
dalam wilayah kabupaten/kota.
3. Unit hutan yaitu kesatuan pengelolaan hutan terkecil sesuai dengan fungsi pokok dan
peruntukkannya yang adapt dikelola secara efisien dan lestari. Unit pengelolaan hutan
terdiri dari yaitu sebagai berikut:
a. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL).
b. Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK).
c. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).
d. Kesatuan Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (KPHKM).
e. Kesatuan Pengelolaan Hutan Adat (KPHA).
f. Kesatuan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (KPDAS).
B. Tata Batas Luar

Pal batas kawasan hutan terdiri dari pal batas luar (pal B) dan pal batas enclave
(pal E). Pal-pal tersebut berfungsi untuk memberi tanda batas tanah milik Perum
Perhutani dengan milik penduduk yang ada di tengah hutan. Pal ini dipasang di tepi
hutan dan menghadap ke tanah milik dan mempunyai bentuk bulat seperti kapsul
dengan tinggi 130 cm dan berbentuk kerucut pada bagian ujung dengan tinggi 90 cm
(Gambar 1).
Bagian tas diberi cat putih dan diberi tulisan B sebagai tanda batas serta terbuat
daru beton atau besi. Pemasangannya disesuaikan dengan keadaan belokan yang
terdapat di sepanjang alur. Berat pal B kurang lebih 30 kg. Di RPH barengkok terdapat
pal DK atau pal batas tanah perusahaan. Pal ini berfungsi untuk menandai rumah
dinas, kantor dan sebagainya. Pal DK berguna untuk menunjukan bahwa tanah tersebut
miliki Perum Perhutani dan tidak dapat dipergunakan oleh pihak lain. Ukuran pal batas
yang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Pal Batas Kawasan

Kawasan yang telah dilaksanakan penataan hutan melalui kegiatan tata batas
selanjutnya akan disyahkan oleh Menteri Kehutanan. Pemeliharaan pal batas dilakukan
dengan memeriksa kondisi pal batas setiap tiga bulan sekali. Pemeriksaan ini dilakukan
oleh Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KRPH) atau Mantri. Jika terdapat kerusakan
pada pal batas, maka akan diberikan tanda pada pohon terdekat untuk menandai
kerusakan tersebut dan segera diperbaiki. Pemeriksaan ini dilakukan sebagai dasar
penataan kawasan hutan. Pal batas yang ditemukan dalam kondisi hilang atau rusak akan
diberikan tanda pada pohon terdekat dengan menggunakan cat hitam disertai nomor pal
tersebut.

C. Batas Hutan dengan Enclave

Pada dasarnya keberadaan kawasan hutan perlu dipertahankan, namun dalam proses
pengukuhan tidak jarang dijumpai adanya penggunaan lahan oleh masyarakat berupa
pemukiman maupun kegiatan budidaya pertanian atau perladangan. Penggunaan lahan
oleh masyarakat yang berada di dalam kawasan hutan disebut dengan enclave (Mulyadi
dan Rusli 2009).

(a) (b)
Gambar 2 (a) Pal Batas Luar (Enclave/E), (b) Batas Enclave/E

D. Penatagunaan Hutan
Penatagunaan hutan adalah upaya untuk mengatur suatu kawasan hutan atau
bagian-bagian tertentu dari suatu kawasan hutan untuk penggunaan sesuai dengan
fungsinya dan tujuan penggunaanya. Penatagunaan hutan merupakan tindak lanjut dari
penatagunaan tanah dan pengukuhan hutan. Pengukuhan hutan dan penatagunaan hutan
bertujuan untuk menciptakan prasarana pengurusan hutan berupa kemantapan dan
kepastian status hutan baik secara hukum administratif maupun materiil di lapangan. Hal
tersebut merupakan salah satu cara untuk menghindari salah urus dan konflik pengurusan
hutan dan untuk mengatur penggunaan lahan (hutan) agar tidak tumpang tindih.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Kehutanan dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan
Hutan, Menteri Pertanian (saat ini Menteri Kehutanan) diberi wewenang untuk menunjuk
dan atau menetapkan wilayah tertentu sebagai kawasan hutan. Menteri Pertanian (Menteri
Kehutanan) juga berwenang menetapkan kepemilikan dan fungsi-fungsi kawasan hutan.
Sedangkan, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1970 tentang Hak
Pengusahaan Hutan dan Hak Pemungutan Hasil Hutan Menteri Kehutanan memberikan
ijin pengusahaan suatu areal hutan dengan kawasan tertentu dan sekaligus areal hutan ini
merupakan penetapan sebagai kawasan hutan dab berdasarkan keputusan Menteri
Pertanian nomor 241/kpts/um/5/1970, semua areal hutan yang dibebani Hak
Pengusahaaan Hutan (HPH) ditetapkan sebagai kawasan Hutan Produksi (HP).

1. Penatagunaan Hutan Makro


Penatagunaan hutan makro di kawasan BKPH Bogor terbagi menjadi hutan
produksi dan hutan hutan lindung.
Hutan produksi adalah kawasan hutan yang berfungsi untuk menghasilkan
produksi hasil hutan (kayu dan non kayu) untuk kepentingan konsumsi langsung, industri,
dan eksport. Hutan produksi terbagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut.
a. Hutan Produksi Terbatas (HPT) yaitu hutan produksi yang keadaan dan sifat alamnya
masih dimungkinkan untuk dilakukan penebangan kayu secara terbatas dengan sistem
TPTI dan teknik eksploitasi khusus.
b. Hutan Produksi Tetap (HP) yaitu hutan produksi yang dapat dieksploitasi dengan
sistem TPTI dan sistem lainnya secara reduced impact logging (RIL), pembalakan
dengan dampak kecil atau penebangan ramah lingkungan.
c. Hutan produksi yang dapat dikonversi (HP konversi) yaitu hutan produksi yang dapat
diubah peruntukkannya bagi keperluan di luar hutan seperti untuk transmigrasi,
pertanian, perkebunan, industri, dan pemukiman.
Penatagunaan hutan di BKPH Bogor yang digunakan sebagai hutan produksi
luasnya sekitar 2.081,53 ha dengan luas tebangan kurang lebih 300 ha. Kayu yang
diproduksi di BKPH Parungpanjang yaitu Acacia magium. Kayu yang dihasilkan tersebut
dijual untuk kepeluan perusahaan dan eksport.
Hutan lindung adalah hutan yang keadaan dan sifat alaminya berfungsi untuk
memelihara kemantapan tata air, mencegah banjir dan erosi, memelihara kemantapan
kesuburan dan keawetan tanah serta mengamankan dan menyerasikan lingkungan hidup.
Kawasan yang layak menjadi hutan lindung yaitu kawasan yang bertopografi berat
(kawasan gunung atau berlereng curam) yang tanahnya peka terhadap erosi yang letaknya
berada di hulu, sepanjang aliran sungai, di tebing jurang, di sekitar mata air dan di
sepanjang garis pantai. Hutan lindung yang ada di sekitar BKPH Bogor berupa kawasan
cagar alam BKSDH (Balai Konservasi Sumberdaya Hutan) Yanlava.

E. Penataan Hutan
Penataan hutan adalah kegiatan huna menyusun rencana karya yang berlaku untuk
jangka waktu tertentu. Rencana penataan hutan memuat kegiatan guna menyusun rencana
karya untuk jangka waktu tertentu meliputi penentuan abatas hutan, pembagian hutan ke
dalam petak kerja, perisalahan hutan, pembukaan wilayah hutan, pengumpulan bahan
untuk penyusunan rencana karya dan pengukuran dan perpetaan.

F. Peta RPH Babakan Madang , BKPH Bogor, KPH Bogor

Gambar 1. Peta RPH Babakan Madang, BKPH Madang, KPH Bogor


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam Praktik ini, setelah diberi kesempatan untuk melihat, mengamati,


mengukur, melaksanakan dan mengambil keputusan dalam pemecahan masalah. maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hampir semua kegiatan di Perum Perhutani dilandasi oleh suatu pedoman kerja,
petunjuk kerja dan lain-lain sebagai upaya untuk menyeragamkan proses kegiatan
sebagai tolak ukur untuk menentukan standar yang baku mengenai biaya, waktu,
produktivitas kerja dan lain-lain yang menunjukan profesionalisme kerja Perum
Perhutani.
2. Adanya perubahan paradigma pada Perum Perhutani dalam pengelolaan hutannya
dimana sekarang Perum Perhutani mulai melibakan masyarakat secara aktif dalam
pengelolaan hutan seperti pola PHBM yang sedang dilaksanakan dan terus dikaji di
beberapa lokasi percobaan.
3. kawasan Sentul Eco Edu Tourism Forest tidak memiliki kawasan konservasi karena
fokus pada pemanfaatan pengembangan ekowisata
B. Saran
Dari hasil kegiatan Praktek yang telah dilaksanakan saran yang dapat kami
sampaikan diantaranya :
1. Pengelolaan hutan harus melibatkan masyarakat sekitar hutan dari mulai
perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian sampai dengan pemanenan dan
pembagian hasil, sehingga timbul kerjasama yang saling menguntungkan dan setiap
Petunjuk Kerja yang telah ada hendaknya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.
2. Petunjuk kerja atau petunjuk teknis yang ada agar segera ditinjau ulang dan segera
disesuaikan dengan keadaan kondisi sosial ekonomi yang berkembang saat ini
sehingga lebih realistis untuk diterapkan di lapangan.
3. Perum Perhutani harus mulai membuka diri terhadap perubahan yang berkembang dan
lebih bisa bekerja sama dengan instansi pemerintah yang terkait dan dapat merubah
pola birokrasi yang terlalu ketat sehingga Perum Perhutani lebih solid dan tidak ada
benturan-benturan kepentingan dengan pihak-pihak luar dalam hal ini instansi-instansi
terkait.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi AT. Abdurahman Rusli. Bambang Supriyono. 2011. Pembukaan Wilayah


Hutan. Universitas Nusa Bangsa. Bogor.

Mulyadi AT. Abdurahman Rusli. 2009. Tata Hutan. Universitas Nusa Bangsa. Bogor.
Perum Perhutani. 2001. Petunjuk Teknis Pembuatan Persemaian Acacia mangium.
Bandung.

Perum Perhutani SPH I Bogor, 2000. Buku Saku Petugas SPH. Bogor.

Perum Perhutani. 2002. Pengantar Umum Metodologi PRA. Bogor.

Perum Perhutani. Seksi Perencanaan Hutan I. Bogor. 2006. Rencana Pengaturan


Kelestarian Hutan Kelas Perusahaan Acacia mangium. Bogor..

Perum Perhutani KPH Bogor. 2006. Keadaan Umum KPH Bogor.

Poltak BP. Panjaitan. 2003. Pengantar Ilmu Kehutanan. Universitas Nusa Bangsa.
Bogor.

Undang-Undang No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.


LAMPIRAN

Foto beberapa sarana prasarana yang terdapat di SEETF

Anda mungkin juga menyukai