Anda di halaman 1dari 5

STUDI KASUS MENGENAI SANITASI RUMAH SAKIT : ANALISIS SISTEM

MANAJEMEN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT DALAM ASPEK PENGELOLAAN


LIMBAH MEDIS PADAT

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan Institusi)

Dosen Pengampu:

Rahayu Sri Pujiati, S.KM., M.Kes.

Disusun oleh:
Mella Septiana Wahyudi 172110101048

FAKULTAS KESEHATAN MASYRAKAT


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2020
Judul ANALISIS SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
DALAM ASPEK PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT
Tahun 2016
Penerbit Lib.unnes.ac.id

PEMBAHASAN

Studi Kasus Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal. Rumah sakit ini merupakan
tipe rumah sakit B milik pemerintah Kota Tegal. Konsep dari sistem manajemen lingkungan
rumah sakit ini sproses pengolahan limbah medis padat terdiri dari pemilahan,
pewadahan,pemindahan, pengankutan, dan penanganan akhir dengan Incinerator. Permasalahan
selain mengelola sampat dari rumah sakit sendiri tetapi rumah sakit ini juga bekerja sama untuk
menerima pembakaran limbah medis dari instansi/klinik/RS/laboratorium. Rata-rata jumlah
limbah yang dihasilkan rumah sakit umum Daerah Kardinah Kota Tegal sebanyak 132,05
kg/hari dan rata-rata limbah medis yang berasal dari eksternal seperti
instansi/klinik/RS/laboratorium sebanyak 793,17 kg/bulan, pada proses pengelolaan limbah
medis padat di lapangan masih terdapat limbah medis yang dalam pewadahannya masih belum
sesuai prosedur. Dimana limbah medis yang seharusnya dimasukan kedalam kantong plastic
kemudian diikat agar tidak terlihat dan mengurangi kontak langsung mikroba dengan manusia
namun dilapangan masih terdapat kantong plastik yang tidak terikat sehingga limbah medis
tersebut keluar dari kantong plastik. Selain itu ketika petugas mengumpulkan limbah dan
membawa ketempat penanganan akhir, troli tidak tertutup rapat karena terlalu banyak limbah
yang diangkut. Petugas menekan-nekan limbah agar didalam troli tidak ada sisi yang kosong.
Sehingga dijumpai ketika akan dikeluarkan dari troli untuk dibakar, ada limbah yang keluar dari
plastik dan tercecer didalam troli.

Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah telah memperoleh ISO 9001:2008 tentang manajemen
mutu, namun perlu adanya konsep penerapan ISO 14001 dalam manajemen lingkungan di
Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah. Hal tersebut sangat penting dilakukan karena pelaksanaan
di lapangan manajemen lingkungan yang ada di Rumah Sakit tersebut belum optimal. Hal ini
dibuktikan dengan masih adanya ketidak sesuaian di lapangan dalam penanganan limbah medis
padat dengan peraturan mengenai prosedur pengelolaan limbah medis padat.
Sistem manajemen lingkungan ISO 14001 Merupakan bagian dari ISO 14000 yang
merupakan suatu sistem yang mengorganisasikan kebijakan lingkungan, perencanaan,
implementasi, pemeriksaan, tindakan koreksi, dan tinjauan manajemen perusahaan dalam
melaksanakan kegitan pengelolaan lingkungan sehingga tercapai perbaikan lingkungan yang
bersifat terus- menerus atau berkesinambungan. Tujuan secara menyeluruh penerapan sistem
manajemen lingkungan ISO 14001 sebagai standart internasional adalah untuk mendukung
perlindungan lingkungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosial
ekonomi.

Dalam penyusunan sistem manajemen lingkungan khususnya pengelolaan limbah mengacu


pada Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004. Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah
sudah memiliki sistem manajemen lingkungan terutama dalam aspek pengelolaan limbah medis
padat yang baik. Dimana rumah sakit sangat memperhatikan dalam hal pengelolaan lingkungan.
Hal ini dibuktikan dengan adanya kebijakan menegenai sistem manajemen lingkungan yang di
susun oleh Instalasi Penyehatan Lingkungan kemudian disetujui oleh pihak Rumah sakit.

Tetapi pada sisi lain berdasarkan wawancara dan observasi dipeoleh hasil yang masih kurang
sesuai pada prakteknya dilapangan terutama dalam hal pemilihan yang masih ditemukan pada
saat akan dilakukan pembakaran masih ada sampah domestik yang tercampur dengan sampah
medis dan penanganan abu sisa hasil pembakaran yang tidak diikutkan dengan pihak ketiga.
Kondisi tempat penampungan sementara limbah medis padat sebelum dibakar terlihat banyak
limbah yang tercecer karena tidak ada container besar yang digunakan untuk menampung limbah
dan kondisi tempat yang terbuka, tidak ada atap. Terjadi penjualan botol bekas infuse dan botol-
botol kaca bekas obat yang tidak dibakar menggunakan incinerator. Sudah disbutkan dalam
Permenkes Nomor 7 Tahun 2019 Pasal 12 (4) yang berbunyi “ dalam rangka pembinaan dan
pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1),
Menteri, Kepala Dinas kesehatan daerah provinsi, kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota
sesuai kewenangan masing-masing dapat memberikan sanksi administrastif berupa teguran lisan
atau teguran tertulis kepada rumah sakit yang tidak menyelenggarakan kesehatan lingkungan
rumah sakit.

Sanksi tegas lainnya terjadi pada Kasus rumah sakit yang lalai terhadap pembuangan limbah
medis adalah rumah sakit Yarsis yang ada di kota Surakarta. Yaitu terkait dengan temuan limbah
medis yang ditemukan di tempat pembuangan akhir sampah. Pihak rumah sakit telah mengakui
bahwa kurang melakukan pengawasan terhadap pembuangan limbah medis. Direktur umum
rumah sakit Yarsis mengatakan bahwa akan lebih teliti terhadap penanganan limbah rumah sakit
tersebut. Kasus tersebut diatur dalam Pasal 103 dalam UUPPLH berbunyi “Setiap orang yang
menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
59, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda paling sedikit Rp. 1. 000.000.000,00 (satu milliar rupiah) dan paling banyak Rp. 3.
000.000.000,00 (tiga milliar rupiah)”.

Pertanggungjawaban rumah sakit terkait dengan tindak pidana lingkungan hidup di atur dalam
Pasal 118 dan 119 UUPPLH. Pasal 118 UUPPLH, berbunyi: Terhadap tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1) huruf a, sanksi pidana dijatuhakan kepada
badan usaha yang diwakili oleh pengurus yang berwenang mewakili di dalam dan di luar
pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selaku pelaku fungsional. Dalam Pasal
118 mengatur bahwa pelaku tindak pidana lingkuangan hidup yaitu badan usaha, hal ini dapat
dilihat sebagaimana maksud dalam Pasal 116 ayat (1) huruf a yaitu badan usaha. Oleh karena
badan usaha sebagai pelaku maka yang dikenakan sanksi pidana adalah badan usaha tersebut.
Bahwa kata yang mewakili oleh pengurus yang berwenang mewakili di dalam dan di luar
pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selaku pelaku fungsional diartikan
sebagai dalam hal badan usaha sebagai pelaku tindak pidana (yang didakwakan) maka yang
hadir di depan persidanngan adalah pengurus yang berwenang mewakili badan usaha tersebut.
Pengurus dihadirkan di depan persidangan pengadilan merupakan jabatannya di badan usaha,
artinya pengurus tersebut dihadapkan di depan pengadilan karena jabatannya, bukan sebagai
tanggung jawab pribadi
Daftar pustaka

Bibliography
Sihotang, H. N. (2015). PERTANGGUNGJAWAB PIDANA RUMAH SAKIT TERKAIT
DENGAN TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP YANG DILAKUKAN
PEGAWAI RUMAH SAKIT. USU Law Journal.

Permenkes 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai