Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI SISTEM PERTANIAN SECARA ESENSIAL

TERHADAP KOMODITI CABE

OLEH:

DEWI PRIMA PUTRI NAINGGOLAN(190301165)

TEGUH DWI RAHARJO(190301164)

AGROTEKNOLOGI 3
IMPLEMENTASI SISTEM PERTANIAN MENURUT MOSHER SECARA
ESENSIAL TERHADAP KOMODITI CABAI

PASAR

Jenis cabai yang dibudidayakan secara umum di Indonesia adalah


Capsicum annum dan Capsicum frustescens.Menurut Biro Pusat Statistika, rata-
rata luas areal cabai antara tahun 1987-1991 adalah 232.000 ha/tahun dengan
produktivitas rata-rata 2,6 ton/ha.Produktivitas ini merupakan hasil dari usahatani
cabai merah (Capsicum annum) dan cabai rawit (Capsicum frustescens) ini
tergolong masih sangat rendah.

Berdasarkan data primer produktifitas rata-rata yang layak itu mencapai 20


ton/ha. Kebutuhan akan cabai terusmeningkat setiap tahun sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan industri yang membutuhkan
bahan baku cabai.Walaupun kebutuhan cabai terus meningkat, tetapi produksi
cabai di Indonesia tergolong masih rendah,karena kenaikan produksi nasional
rata-rata baru mencapai 3,3-3,5 ton/ha.

Usahatani cabai yang berhasil memberikan keuntungan besar bagi petani.


Akan tetapi, untuk usahatani cabai yang intensif memerlukan keahlian dan modal
besar. Petani cabai sering menemui kegagalan dalam proses produksi sehingga
menyebabkan kerugian yang besar.Untuk mengatasi permasalahan tersebut
diperlukan ketrampilan dalam penerapan.

Pemasaran cabai yang efektif tentunya berpengaruh terhadap efisiensi yang


menentukan pendapatan petani. Jika saluran pemasaran terlalu panjang tentu
menambah biaya dan berimbas pada harga produk ditingkat petani. Begitu
sebaliknya, saluran pemasaran yang pendek akan mendorong naiknya harga
produk di tingkat petani sehingga pendapatan petani meningkat. Pada umumnya
lokasi pertanian ada di daerah pegunungan sehingga untuk memasarkan hasil
pertanian terutama cabai merah, petani membutuhkan pedagang perantara
(pengumpul dan pengecer). Begitu juga dalam hal pemasaran, para pedagang
tidak hanya
menjual hasil usahatani terutama cabai merah pada pasar lokal saja, tetapi
pedagang juga menjualnya ke pasar induk bahkan ada yang di ekspor.

TEKNOLOGI

Perbaikan teknologi yang dapat diterapkan adalah penggunaan


benih atau bibit

unggul (faktor genetis) dan perbaikan atau manipulasi lingkungan tumbuh


tanaman (faktor lingkungan). Manipulasi lingkungan tumbuh yang saat ini banyak
dilakukan adalah pemulsaan dengan bahan atau material tertentu. Bahan mulsa
yang banyak digunakan dan mudah diperoleh adalah mulsa plastik hitam perak
(MPHP). Prajnanta (1995) menyatakan bahwa penggunaan mulsa dapat menekan
perkembangan hama dan penyakit serta meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil
cabai. Penggunaan MPHP mampu menekan populasi serangga aphids dan
serangan penyakit busuk buah antraknos serta meningkatkan hasil cabai merah
secara nyata.Hal lain yang juga penting diperhatikan adalah pengelolaan pupuk
secara benar, baik jenis dan dosis maupun cara aplikasinya. Penggunaan pupuk
yang tidak seimbang, selain dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak
sempurna juga dapat menyebabkan tanaman rentan terhadap serangan hama dan
penyakit.dengan melakukan perbaikan teknologi seperti penggunaan kompos,
manipulasi lingkungan (penggunaan mulsa plastik hitam perak) dan pemupukan
berimbang mampu memberikan pertumbuhan cabai lebih baik dan produksi lebih
tinggi dibanding pertanaman petani sebelumnya. Populasi dan persentase serangan
hama dan penyakit juga relatif rendah.

SARANA PRODUKSI

Sarana produksi pertanian adalah segala jenis peralatan, perlengkapan dan


fasilitas pertanian yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam
pelaksanaan produksi pertanian. Sarana produksi berperan penting di dalam usaha
mencapai produksi sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sarana produksi
pertanian atau saprotan terdiri atas bahan yang meliputi benih, pupuk, pestisida
dan zat pengatur tumbuh. Sarana –sarana tersebut sudah harus tersedia sebelum
memulai kegiatan budidaya tanaman.

INSENTIF

Cabai yang dikonsumsi masyarakat Indonesia terdiri dari cabai besar (cabai merah
keriting dan cabai merah besar) dan cabai rawit (cabai rawit merah dan cabai rawit
hijau). Produksi cabai besar maupun cabai rawit meningkat setiap tahunnya. Tren
harga dari 2 varian cabai dari tahun ke tahun memiliki pola yang sama

TRANSPORTASI

Cabai merah adalah salah satu komoditas pertanian yang dibutuhkan masyarakat
Indonesia dan bernilai ekonomis yang tinggi. Cabai merah mudah rusak dan
dibutuhkan dalam bentuk segar, sehingga cara pengemasan yang tepat serta
transportasi yang baik menjadi titik kritis pascapanen untuk menjaga kesegaran
produk pada saat didistribusikan sampai ke tangan konsumen.Transportasi
langsung di lapangan dan simulasi transportasi di laboratorium dengan
pengemasan curah pada cabai merah keriting segar menunjukkan bahwa

1. Simulasi transportasi di laboratorium dapat mewakili transportasi di lapangan


secara

langsung tetapi dengan jejak getaran yang dikondisikan sama.

2. Susut bobot terjadi di setiap perlakuan kemasan dan transportasi akan tetapi
hasill

analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan kemasan dan transportasi tidak


berbeda nyata terhadap susut bobot cabai.
3. Kekerasan pada cabai keriting segar mengalami penurunan setelah transportasi
akan

tetapi analisis sidik ragam kekerasan menunjukkan kemasan dan transportasi tidak
berbeda nyata

terhadap kekerasan cabai.

4. Derajat warna (derajat L,a,b) mengalami perubahan setelah transportasi akan


tetapi

dari analisis sidik ragam derajat warna hanya derajat warna b yang berbeda nyata
terhadap perlakuan transportasi.

5. Penurunan kadar air selaras dengan susut bobot yang terjadi akibat transportasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Data Kurva Sigmoid

Tanggal Tanam : 10 Maret 2016

Komoditi : Jagung (Zea mays L.)

Parameter : Tinggi Tanaman (cm)

Tanggal Pengamatan MST Sampel 1 Sampel 2 Rataan


17 Maret 2016 1 14,6 14,8 14,7
24 Maret 2016 2 29,8 28,1 29
31 Maret 2016 3 46,8 43,3 45
7 April 2016 4 76,7 71,5 74,1
14 April 2016 5 93,8 98,5 96,2
21 April 2016 6 104,3 106,7 105,5
28 April 2016 7 110,2 116,8 113,5
5 Mei 2016 8 115,5 122,8 119,1

Kurva Sigmoid Tinggi Tanaman Jagung


Tanggal Tanam : 10 Maret 2016

Komoditi : Jagung (Zea mays L.)

Parameter : Jumlah Daun

Tanggal Pengamatan MST Sampel 1 Sampel 2 Rataan


17 Maret 2016 1 1.3 1.3 1.3
24 Maret 2016 2 3.0 2.7 2.9
31 Maret 2016 3 3.2 3.9 3.5
7-Apr-16 4 4.0 4.7 4.4
14-Apr-16 5 3.9 4.8 4.4
21-Apr-16 6 5.2 5.6 5.4
28-Apr-16 7 7.0 7.1 7.0
5 Mei 2016 8 9.8 10.1 10.0

Kurva Jumlah Daun Tanaman Jagung


Tanggal Tanam : 17 Maret 2016

Komoditi : Kacang Hijau (Vigna radiate L.)

Parameter : Tinggi Tanaman (cm)

Tanggal Pengamatan MST Sampel 1 Sampel 2 Rataan


24 Maret 2016 1 8.8 9.5 9.2
31 Maret 2016 2 13.6 13.3 13.5
7-Apr-16 3 17.7 16.2 17.0
14-Apr-16 4 21.4 22.3 21.9
21-Apr-16 5 32.7 30.6 31.7
28-Apr-16 6 36.1 35.2 35.7
5 Mei 2016 7 39.9 38.5 39.2
12 Mei 2016 8 42.7 41.3 42.0
Kurva Sigmoid Tinggi Tanaman Kacang Hijau

Tanggal Tanam : 17 Maret 2016

Komoditi : Kacang Hijau (Vigna radiate L.)

Parameter : Jumlah Daun

Tanggal Pengamatan MST Sampel 1 Sampel 2 Rataan


24 Maret 2016 1 2.4 2.4 2.4
31 Maret 2016 2 2.5 2.5 2.5
7-Apr-16 3 3.0 3.5 3.3
14-Apr-16 4 4.1 4.4 4.3
21-Apr-16 5 6.2 5.3 5.8
28-Apr-16 6 7.2 6.9 7.1
5 Mei 2016 7 8.2 8.2 8.2
12 Mei 2016 8 9.0 9.3 9.2

Kurva Sigmoid Jumlah Daun Kacang Hijau


Pembahasan

Pada hasil pengamatan pertumbuhan tanaman jagung didapatkan bahwa

tinggi tanaman jagung pada 1 mst adalah 14,7 cm , pada 2 mst adalah 29 cm, pada

3 mst dalah 45 cm, pada 4 mst adalah 74,5 cm, pada 5 mst adalah 96,2 cm, pada 6

mst adalah 105,5 cm, pada 7 mst adalah 113,5 cm dan pada 8 mst adalah 119,1

cm. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tanaman jagung mengalami

pertambahan tinggi dari minggu pertama pertambahan tinggi terus terjadi. Hal ini

terjadi karena tanaman jagung terus melakukan pertumbuhan, yaitu melakukan

pembelahan sel, pemanjangan sel dan diferensiasi. Hal ini sesuai dengan literatur

Suparmuji (2013) yang menyatakan bahwa pertumbuhan didefinisikan sebagai

suatu proses bertambahnya ukuran atau volume tubuh akibat bertambahnya sel-sel
tubuh makhluk hidup, proses ini tidak dapat dibalik atau dikembalikan serta dapat

diukur dengan satuan pengukuran tertentu dan dapat dinyatakan dengan suatu

satuan karena bersifat kuantitatif.

Pada hasil pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman Kacang hijau pada 1

mst sebesar 9,2 cm, pada 2 mst sebesar 13,5 cm, pada 3 mst sebesar 17 cm, pada 4

mst sebesar 21,9 cm, pada 5 mst sebesar 31,7 cm, pada 6 mst sebesar 35,7 cm,

pada 7 mst sebesar 39,2 cm dan pada 8 mst sebesar 42 cm. Berdasarkan data hasil

pengamatan di atas terjadi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman kacang

hijau. Pertumbuhan terjadi terutama pada fase vegetatif, yaitu saat awal

pertumbuhan atau setelah massa berbunga. Hal ini sesuai dengan literatur

Nasution dan Sri (2010) yang menyatakan bahwa pertumbuhan suatu tanaman

dengan serangkaian hasil pertumbuhan sel-sel yang meristematik.

Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah genetic, enzim,

hormone, seperti auksin, gyberelin, sitokinin dan lainnya. Faktor eksternal yang

mempengaruhi pertumbuhan adalah lingkungan, seperti unsure hara, suhu,

kelembaban dan cahaya. Hal ini sesuai dengan literatur Siska (2000) faktor dalam

yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan adalah gen

dan zat pengatur tumbuh dan faktor luar adalah lingkungan.

Berdasarkan data hasil pengamatan jagung mengalami fase logaritmik

pada I mst sampai 4 mst yaitu dari tinggi tanaman 14,7 cm sampai 71,1 cm.Pada

tanaman kacang hijau fase logaritmik terjadi 1 mst sampai 4 mst. Fase ini

menunjukkan adanya pertambahan ukuran dan seiring dengan jalannya waktu,

laju pertumbuhan lambat pada awalnya kemudian meningkat terus. Hal ini sesuai
dengan literatur Yulia (2011) yang menyatakan bahwa pada fase logaritmik,

ukuran bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu ini berarti bahwa laju

pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus.

Dari data hasil pengamatan tanaman jagung mengalami fase linier pada

minggu ke 5 sampai ke 7. Pada tanaman kacang hijau fase linier terjadi pada 5 mst

sampai 6 mst. Pada fase ini pertumbuhan tanaman terjadi secara konstan dan

pertambahan tinggi dan daun tanaman tidak terlalu meningkat. Hal ini sesuai

dengan literatur Yulia (2011) yang menyatakan bahwa pada fase linier,

pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada laju maksimum

selama beberapa waktu lamanya.

Dari hasil pengamatan tanaman jagung akan mengalami fase penuaan

(asimptot) pada 8 mst. Pada tanaman kacang hijau mengalami fase penuaan

(asimptot) yaitu mulai dari 7 mst. Fase penuaan ini ditandai dengan laju

pertumbuhan yang menurun dari fase sebelumnya karena tumbuhan sudah

mencapai kematangan dan mulai menua. Hal ini sesuai dengan literature

Perwtasari (2012) yang menyataka bahwa kurva pertumbuhan pada fase

vegetative sampai titik tertentu akibat pertumbuhan sel tanaman dan kemudian

melambat.
KESIMPULAN

1. Tanaman jagung mengalami pertumbuhan tinggi dan jumlah daun dari

1mst sebesar 14,7 cm dan jumlah daun 1,3 sampai 8 mst dengan tinggi

tanaman 119,1 cm dan jumlah daun 10.

2. Tanaman kacang hijau mengalami pertumbuhan tinggi dan jumlah daun

dari 1mst sebesar 9,2 cm dan jumlah daun 2,4 sampai 8 mst dengan tinggi

tanaman 42 cm dan jumlah daun 9,2.

3. Faktor internal adalah genetik, enzim, hormone dan faktor eksternal yang

mempengaruhi pertumbuhan adalah lingkungan, seperti unsure hara, suhu,

kelembaban dan cahaya.

4. Fase logaritmik pada tanaman jagung terjadi pada 1 mst sampai 4 mst dan

pada kacang hijau dari 1 mst sampai 4 mst.


5. Fase linier pada jagung terjadi dari 5 mst sampai 7 mst dan pada kacang

hijau pada 5 mst sampai 6 mst

6. Fase penuaan pada jagung terjadi mulai dari 8 mst dan pada kacang hijau

mulai terjadi dari 7 mst.

DAFTAR PUSTAKA

Akil,M. dan H.A Dahlan. 2009. Budidaya Jagung dan Diseminasi Teknologi.
Balai Penelitian Tanaman Serelia Maros
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.2000.Jagung.Jakarta: Kantor Deputi
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu dan
Teknologi.
Harahap,H.2007.Pola Pertumbuhan dan Produksi Jagung(Zea mays L.) Pada
Musim Kering Terhadap Perbedaan Waktu Tanam.Medan:Universitas
Sumatera Utara.
Jasmani. 2006. Respon Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) Varietas Walet
terhadap Jarak Tanam dan Pemupukan Phospor. Universitas Mercu
Buana.Yogyakarta.
Latifah, S. 2004. Tinajuan Konseptual Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan
Hutan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Mariska, I. 2012. Mekanisme Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan


Tanaman. BB Biogen. Bogor.

Nasution, A.H. dan Sri Endah. 2010. Kurva Sigmoid. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Perwtasari, B., M. Tripatmasari dan C. Wasonowati. 2012. Pengaruh Media
Tanam dan Nutrisi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi
dengan Sistem Hidroponik. Universitas negeri Malaysia. Malaysia.

Putra,A.S. 2011. Evaluasi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata (L.) Wilczek)
Untuk Kecambah (Tauge). Universitas Sumatera utara.Medan.

Ramadani, B. W., N. Wayan dan Loekito. 2010. Penerapan Schnute Growth pada
Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.). Universitas Brawijaya.
Malang.

Rinaldi. 2009. Pola Pertumbuhan Tanaman Pangan Holtikultur. Universitas


Andalas. Padang

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.

Sihotang, B. P. 2010. Respons Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung


Manis (Zea mays Saccharata Sturt) Terhadap Pemberian Limbah Kopi
Dan Tepung Darah Sapi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Simbolon, H. 1992. Biologi SMA. Erlangga. Jakarta.
Siska. 2000. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Universitas Bengkulu.
Bengkulu.

Sumarji.2013. Teknik Budidaya Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata (L)


Wilczek). Universitas Islam Kediri. Kediri.
Suparmuji. 2010. Pertumbuhan dan Perkembangan. Diktat Pembelajaran.
Nunukan Selatan.
Suparmuji. 2013. Insight Pertumbuhan dan Perkembangan. Diktat Pembelajaran.
Nunukan Selatan.
Tambunan,A.S.2013. Efisiensi Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Tanah Andisol Dan Ultisol.Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Yulia. 2011. Kurva Sigmoid. Universitas Tanjung Pura. Pontianak.

Zulkifli, T. 2012. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah Terhadap


Pemberian Kompos Jerami. Universitas Sumatera Utara. Medan.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai