Anda di halaman 1dari 24

Mitchell dalam Kusnadi (2002), mengemukankan bahwa jaringan sosial yaitu merupakan

seperangkat hubungan khusus atau spesifik yang terbentuk diantara sekelompok orang.
Karakteristik hubungan tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk menginterpretasi motif-
motif perilaku sosial dari orang-orang yang terlibat didalamnya. Seperti yang telah banyak
dikemukakan dalam studi-studi sebelumnya mengenai pendekatan jaringan sosial.
Agusyanto (2007), menjelaskan mengenai jaringan sosial secara rinci, dimana hal ini yaitu
untuk membedakan suatu analisis dalam kebudayaan dan struktur sosial. Analisis jaringan
sosial yaitu muncul ketika para ahli antropologi sosial mulai mengarahkan perhatian pada
masyarakat yang lebih kompleks, mereka mulai banyak mengalami kesulitan atau
merasakan kekurangan dari pendekatan struktur-fugsional yang digunakan. Hal ini yang
dikarenakan pendekatan stuktural fingsional yang digunakan itu dibangun melalui studi-studi
masyarakat tribal dan masyarakat yang lebih sederhana, dimana perubahan-perubahan
yang terjadi disana adalah lambat sehingga tidak memadai ketika diterapkan pada
masyarakat yang lebih kompleks dimana pembahan yang terjadi relatif cepat. Pada
dasarnya analisis struktural-fungsional konvensional secara definitif yang memandang
masyarakat adalah statis. Perilaku orang-orang (person) selalu dijelaskan melalui peran-
peran mereka dan hak serta kewajiban merupakan hasil dari posisi-posisi formal yang
mereka duduki didalam berbagai pranata yang ada hubungan sosial yang tersedia dalam
masyarakat, disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada pada diri individu yang
bersangkutan. Manusia tidak selalu menggunakan semua hubungan sosial yang dimilikinya
dalam mencapai tujuan-tujuannya tetapi disesuaikan dengan ruang dan waktu atau
konteks sosialnya.
Dengan
demikian, hubungan-hubungan
sosial itu
tidak
terbentuklterjadi
secara
acak
(random),
melainkan menunjukan adanya suatu
keteraturan.
Berkenaan dengan
itu, Epistein
(1
962) dan
Mitchell
(1
969)
secara terpisah
membagi tiga
tipe keteraturan,
yaitu:
Keteraturan
struktural,
dimana perilaku
orang-orang diinterpretasikan
dalam term
tindakan-tindakan
yang
sesuai
dengan posisi-posisi yang
mereka
duduki
dalam suatu
perangkat
tatanan
posisi-posisi.
Keteraturan kategorikal,
dimana
perilaku seseorang didalam
situasi-situasi
yang tidak
terstruktur bisa diinterpretasikan kedalam
streotipe-streotipe
seperti
kelas,
ras, atau suku bangsa dan
sebagainya.
Keteraturan personal,
dimana
perilaku orang-orang,
baik
dalam
situasi
yang
terstruktur
maupun
yang
tidak, bisa diinterpretasikan kedalam
pengertian ikatan-ikatan personal
yang
dimilki
seorang individu
dengan
oang
lain.
Dengan
demikian,
jaringan sosial
menawarkan suatu pendekatan
baru
untuk
mengatasi
atau
memahami
masalah-masalah kompleksitas perilaku dan
struktur
dengan level-level
abstraksi
analisis
yang
berbeda-bed%
tetapi terintegrasi
satu
sama
lainnya.
Pertama,
jaringan
sosial
yang
te rjadi disatu
sisi
menciptakan
struktnu
sosial,
sementara
di
disisi
lain
struktur
sosial yang diciptakan
tersebut
membatasi atau memberikan
ketidakleluasaan terhadap
tindakan, baik tindakan
individual
maupun
tindakan
kolektif
para
individu
yang terlibat didalam
saling
keterhubungan itu.
Struktur
sosial yang
dimaksud
adalah suatu
pola yang
bertahan
relatif lama
dari
rangkaian
hubungan-hubungan sosial dimana didalamnya
terdapat
aturan-aturan
mengenai
rekruitmen
anggota
dan tipe-tipe hubungan
sosial,
posisi-posisi sosial
dimana anggota
dipetakan
dan
regulitas-regulitas
saling
keterhubungan anggota-anggota
yang
menduduki
posisi-posisi sosial didalamnya.
Kedua,
sikap
dan
perilaku
individu
ditentukan oleh kanteks-konteks sosial dimana
tindakan itu
diwujudkan.
Setiap komunitas terdiri
atas
elemen
pembentuknya
yang
saling
berhubungan
satu
sama
lain dan membentuk satu kesatuan
utuh
yang
terikat
melalui
suatu
jaringan sosial. Jaringan
sosial
pada
suatu masyarakat
menunjukkan
berbagai
tipe hubungan sosial yang
terikat
atas
dasar
identitas kekerabatan, ras,
etnik,
pertemanan,
ketetanggaan,
ataupun
atas
dasar
kepentingan tertentu.
Menurut
Boissevain (1978) diacu dalam
(http://www.ikanmania.wordpress.com)
,
jaringan
sosial
masyarakat
adalah
struktur
sosial masyarakat itu
sendiri. Jaringan
sosial
adalah pola hubungan
sosial
di
antara
individu, pihak, kelompok
atau
organisasi.
Jaringan sosial memperlihatkan
suatu
hubungan sosial yang
sedang
terjadi sehingga lebih menunjukkan
proses
daripada
bentuk
(Bee, 1974).
Menurut
Warner
dan
Scott
(1991) diacu
dalam
(http:Nwww.ikanrnania.wordpress.com),
hubungan
sosial
yang
te
rjadi
bersifat
mantaplpermanen,
memperlihatkan kohesi
dm
integrasi
bagi bertahannya suatu
komunitas,
serta
menunjukkan
hubungan
tirnbal
balik.
Dengan
demikian,
suatu
komunitas
pada dasamya
merupakan
kumpulan
hubungan yang membentuk jaringan sebagai
tempat
interaksi
antara
satu
pihak dengan pihak
lainnya.
Jaringan sosial adalah suatu
jaringan tipe
khusus,
dimana
ikatan
yang
menghubungkan
satu titik ke titik lain
dalam jaringan adalah huhungan
sosial.
Berpijak
pada
jenis
ikatan
ini,
maka
secara
langsung
atau tidak
langsung
yang
menjadi
anggota
suatu
jaringan
sosial adalah manusia
(person).
Sementara
menurut
Zanden
(1990) diacu dalam
Agusyanto
(2007),
hubungan sosial atau
saling
keterhubungan merupakan
interaksi
sosial yang berkelanjutan
(relatif
cukup
lama
atau
permanen) yang
akhimya
diantara mereka
terikat satu
sama lain
dengan
atau
oleh seperangkat
harapan
yang relatif stabil.
Selanjutnya
dikatakan
bahwa hubungan sosial bisa dipandang sebagai
sesuatu
yang
seolah-olah
merupakan
sebuah
jalur
atau
saluran yang
menghubungkan
antara satu orang (titik)
dengan
orang lain,
dimana melalui
jalur
atau saluran
tersebut
dapat dialirkan
sesuatu, misalnya,
barang,
jasa atau
inforrnasi..
Hubungan sosial
antara dua
orang, mencerminkan adanya
pengharapan
peran
dari
masing-masing
lawan
interaksinya.
Ada
pengulangan
tingkah laku
untuk
hal-ha1
yang
sama
dan dalam situasi yang sama, ini menandakan suatu
keteraturan
dan adanya 'sesuatu'
yang
membuat tingkah laku yang diwujudkan
menjadi
'teratur'.
Jadi,
ada
hak
dan kewajiban
yang
mengatur
saling
keterhubungan
diantara
mereka
dalam
suatu
jaringan sosial.
Menurut
Kusnadi
(2000),
ditinjau
dari hubungan sosial
yang
membentuk
jaringan-jaringan sosial
yang
ada
dalam masyarakat,
dapat
dibedakan
menjadi
tiga
jenis
jaringan sosial,
yaitu:
1.
Jaringan
interest
(kepentingan),
diiana
hubungan sosial
yang
mernbentuknya adalah
hubungan
sosial yang
bermuatan
kepentingan,
2.
Jaringan sentiment
(jaringan
emosi), dimana jaringan
yang terbentuk
atas
dasar
hubungan sosial
yang
bermuatan
emosi.
3.
Jaringanpower
(jaringan kekuasaan),
diiana
hubungan sosial
yang
terbentuk
bermuatan
kekuasaan.
Kemudian
mengenai ke-tiga jenis
jaringan sosial tersebut,
dijelaskan
secara
rinci
oleh Agusyanto
(2007),
yaitu
sebagai
berikut
:
-
Jaringan kepentingan
terbentuk
atas
dasar
hubungan-hubungan
sosial
yang
bermakna
pada
'tujuan-tujuan'
tertentu atau
khusus
yang
ingin
dicapai
oleh
para
pelaku.
Bila
tujuan-tujuan
tersebut
sifatnya spesifik dan konkret
seperti
memperoleh
barang,
pelayanan,
peke
jaan
dan
sejenisnya,
maka
setelah
tujuan-tujuan
tersebut
tercapai
biasanya hubungan-hubungan terseut tidak
berkelanjutan. Bila tujuan-tujuan dari hubungan-hubungan sosial yang
temjud
spisifik dan konkret
seperti
ini,
struktur
sosial
yang
lahir
dari
jaringan sosial
tipe
ini
juga sebentar
dan berubah-ubah.
Namun
bila
tujuan-
tujuan
tersebut
tidak
sekonkret
dan
spesif&
seperti
ini
atau
ada
kebutuhan-
kebutuhan
untuk rnemperpanjang tujuan (tujuan
tarnpak
selalu berulang),
struktur
yang
terbentukpun relatif
stabil.
Oleh
karena
itu,
tindakan
dan
interaksi
yang
terjadi
dalam
jaringan
kepentingan
ini
selalu
dievaluasi
berdasarkan
tujuan-tujaun
relasional.
Pertukaran (negosiasi) yang
terjadi
dalam jaringan kepentingan
ini
diatur
oleh
kepentingan-kepentingan para pelaku yang terlibat
didalamnya
dan
serangkaian
norma-norma
yang
sangat
umwn.
Dalam mencapai tujuan-
tujuannya,
para
pelaku
bisa
memanipulasi
hubungan-hubungan
power
atau
hubungan-hubungan
emosi.
Pada jaringan
emosi
terbentuk
atas
hubungan-hubungan sosial, dimana
hubungan sosial
itu sendiri
menjadi
tujuan
tindakan sosial misalnya dalam
pertemanan,
percintaan
atau
hubungan
kerabat
dan
sejenisnya.
Struktur
sosial
yang
dibentuk oleh
hubungan-hubungan emosi
ini cendemng lebih
mantap
dan
permanen.
Maka
muncul
sebagai konsekuensi, suatu mekanisme
yang
fungsinya
menjamin
stabilitas
strukhx
yang
ada
sehingga
hubungan-hubungan
sosial semacam ini bisa
dinilai
semacam norma-norma yang dapat membatasi
suatu tindakan sosial
yang
cenderung
mengganggu
kepermanenan
struktrur
jaringan tersebut,
ada
sejumlah
kompleks
nilai
dan
norma
yang
ditegakan
atas
struktur
hubungan
guna
memelihara
keberlangsungannya.
Hubungan-hubungan sosial yang
tenvujud
biasanya cenderung menjadi
hubungan yang
dekat
dan
menyatu.
diantara para
pelaku
terdapat
kecenderungan
menyukai atau
tidak menyukai pelaku-pelaku
lain
dalam
jaringan. Oleh
karena itu,
muncul
adanya saling
kontrol
yang relatif kuat
antar
pelaku
dalam jaringan
yang
bersangkutan
sehingga
memudahkan
lahimya
nilai-nilai dan norma-norma yang mengembangkan
kontinuitas
pola-pola
jaringan
yang relatif
stabil
sepanjang
waktu.
Akibatnya
jaringan-jahgan
tipe
ini
menghasilkan
suatu
rasa
solidaritas
,
artinya
para
pelaku
cenderung
mengurangi kepentingan-kepentingan
pribadinya.
Biasanya
mereka saling
memberi dan menerima
antara
pelaku-pelaku
lainnya
dalam
cara-cara
yang
terpola
secara
tradisional berdasarkan
saling
keterhubungan
diantara mereka
(resiprokal).
-
Pada
jaringan
power,
konfigurasi-konfigurasi
saling
keterhubungan
antarpelaku
didalamnya
disengaja
atau
diatur.
Tipe jaringan sosial ini muncul
bila
pencapaian tujuan-tujuan yang
telah
ditargetkan
lnembutuhkan
tindakan
kolektif
clan
konfigurasi
saling
keterhubungan
antqelaku
biasanya
dibuat
permanen. Hubungan-hubungan
power
ini
biasanya
ditujukan
pada
penciptaan
kondisi-kondisi yang
dibutuhkan
untuk
mencapai
tujuan-tujuan
yang
telah
ditetapkan.
Unit-unit sosialnya
adalah
artifisial
yang
direncanakan
atau
distrukturkan
secara sengaja
olehpower.
Jaringan sosial
tipe
ini
hams
mempunyai
pusat
power,
yang
secara
tems
menerus
mengkaji
ulang
kineja
unit-unit sosialnya
dan
memolakan
kembali
struktumya
untuk
meningkatkan efisiensinya.
Kontrol
informal
tidak
memadai,
masalahnya
lebih kompleks
dibandingkan
jaringan sosial
yang
terbentuk
secara alami.
Dalam
kehidupan
nyata
,
ketiga tipe
jaringan
ini
secara terus
menerus
saling
berpotongan
.
Pertemuan-pertemuan
tersebut
mambangkitkan suatu
ketegangan bagi
pelaku
yang
bersangkutan karena logika
situasional
atau
struktur
sosial
dari
masing-masing
tipe jaringan
berbeda
atau
belum
tentu
sesuai
satu sama
lain. Aturan-aturan, norma-norma
dan
nilai-nilai
yang
lahir
dari perpotongan-perpotongan
ketiga
tipe
ini
yang berlaku, akibatnya
aturan-
aturan
formal
apapun, begitu
juga dengan
norma-noma
dan
nilai-nilai yang
terdapat pada
kebudayaan dan
struktur
sosial tidak
dapat
diterapkan atau
berlaku
sepenuhnya
dalam
realita kehidupan.
Jadi
yang
namanya
kebudayaan
dan struktur sosial
bukanlah
seperangkat
pengetahuan
yang operasional
dalam kehidupan
nyata melainkan
bersifat
normatif
atau
ideal,
yaitu
berisi
model-model pengetahuan yang kompleks
tentang
bagaimana
yang
seharusnya.

Anda mungkin juga menyukai