Anda di halaman 1dari 27

2.2.

2   DAMPAK EKSTERNALITAS
Dilihat dari dampaknya eksternalisasi dapat di bagi menjadi 2 yaitu;
a). Eksternalitas positif
Eksternalitas positif yaitu dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan yang
dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya konvensasi dari pihak yang di
untungkan.
b). Eksternalitas negatif
Eksternalitas negatif yaitu dampak yang merugikan dari suatu tindakan yang dilakukan
oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya konvensasi dari pihak yang dirugikan.
Eksternalitas itu dapat terjadi dari empat interaksi ekonomi sebagai berikut:
1.  Dampak suatu produsen terhadap produsen lain (effects of producer on other produceres).
Suatu kegiatan produksi di katakan mempunyai dampak eksternal terhadap produsen lain
jika kegiatan nya itu mengakibatkan terjadinya perubahan atau penggeseran fungsi produksi dari
produksi lain. Contoh: perusahaan yang menghasilkan limbah kealiran sungai dan semacamnya,
sehingga ikan terganggu dan merugikan produsen lain yakni para nelayan.
2.    Dampak produsen terhadap konsumen(effects of producer on consumeres).
Suatu produsen di katakan mempunyai eksternal terhadap konsumen, jika aktivitas nya
merubah atau menggeser fungsi rumah tangga. Contoh : polusi udara suatu perusahaan yang
mengakibatkan kepuasan konsumen terhadap pemanfatan daerah-daerah rekreasi berkurang.
3.    Dampak konsumen terhadap konsumen lain ( effects of  consumeres on consumeres).
Suatu dampak konsumen terhadap konsumen yang lain terjadi jika aktivitas seseorang atau
kelompok tertentu mempengaruhi atau mengganggu konsumen lain. Contoh : asap rokok
seseorang terhadap orang yang ada disekitarnya yang tidak merokok.
4.    Dampak konsumen terhadap produsen ( effects of consumeres on producer)
  Suatu dampak konsumen terhadap produsen terjadi jika aktivitas konsumen mengganggu
fungsi produksi suatu produsen. Contoh: limbah rumah tangga yang mencemari aliran sungai
sehingga merugikan para nelayan.

Dalam buku teori mikro ekonomi edisi 5 karangan walter nicholson, eksternalisasi di bagi
menjadi berbagai jenis:
a). Eksternalitas antar perusahaan
Untuk mengilustrasikan masalah eksternalitas dalam bentuk yang paling
sederhana,pertimbangkan dua perusahaan satu memproduksi barang  X  dan lainnya
memproduksi barang  Y  dimana perusahaan hanya menggunakan satu masukan yaitu tenaga
kerja .produksi barang Y dikatakan memiliki pengaruh eksternal terhadap produksi  X  jika
keluaran  X  tidak hanya bergantung pada jumlah tenaga kerja yang dipilih oleh perusahaan  X 
tetapi juga oleh tingkat dimana produksi  Y  dilakukan secara notasi fungsi produksi untuk
barang  X.             
b). Eksternalitas yang menguntungkan
Hubungan diantara kedua perusahaan dapat menguntungkan sebagian contoh tentang
eksternalitas positif seperti itu berhubungan dengan pertanian kemungkinan contoh yang paling
terkenal yng diajukan oleh J.Meade melibatkan dua perusahaan satu memproduksi madu dan
yang lain memproduksi apel.dalam kasus persaingan sempurna yang biasa,kegiatan produksi dari
satu perusahaan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap produksi perusahaan-perusahaan
lain.

c). Ekternalitas dalam utilitas


Eksternalitas dapat juga terjadi jika kegiatan-kegiatan dari seorang pelaku ekonomi
secara langsung mempengaruhi utilitas seorang individu.satu jenis dari eksternalitas utilitas yang
relavan dengan analisis pilihan sosial timbul ketika utilitas seorang  individu bergantung secara
langsung pada utilitas orang lainnya.

d). Eksternalitas barang publik


Barang-barang yang bersifat “publik” atau “kolektif” memberikan ilustrasi spesifik 
tentang jenis eleksternalitas yang akan menjadi analisis kita dalam paruh kedua bab
ini.karakteristik yang khas dari barang-barang ini adalah barang ini tidak bersifat eksklusif yaitu
setelah barang tersebut diproduksi (baik oleh pemerintah oleh badan swasta tertentu)dan barang-
barang tersebut memberikan manfaat pada keseluruhan kelompok.

2.2.3 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB EKSTERNALITAS


1. Keberadaan Barang Publik Karena sifat barang publik yang tidak ekslusif dan merupakan
konsumsi umum. Keadaan seperti akhirnya cendrung mengakibatkan berkurangnya insentif atau
rangsangan untuk memberikan kontribusi terhadap penyediaan dan pengelolaan barang publik.
[1][9] Kalaupun ada kontribusi, maka sumbangan itu tidaklah cukup besar untuk membiayai
penyediaan barang publik yang efisien, karena masyarakat cendrung  memberikan nilai yang
lebih rendah dari yang seharusnya (undervalued).
2. Keberadaan sumber daya bersama (common resources) atau akses terbuka terhadap sumber daya
tertentu  ini tidak jauh berbeda dengan keberadaan barang publik di atas. Sumber-sumber daya
milik  bersama, sama halnya dengan barang-barang publik, tidak ekskludabel.  Sumber-sumber
daya ini terbuka bagi siapa saja yang ingin memanfaatkannya, dan cuma-cuma.  Namun tidak
seperti barang publik, sumber daya milik  bersama memiliki sifat bersaingan.  Pemanfaatannya
oleh  seseorang, akan mengurangi peluang bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama.  Jadi,
keberadaan sumber daya milik bersama ini, pemerintah juga perlu mempertimbangkan seberapa
banyak pemanfaatannya yang efisien.  Contoh klasik tentang bagaimana eksternalitas terjadi
pada kasus sumberdaya bersama ini adalah seperti yang diperkenalkan oleh Hardin (1968) yang
terkenal dengan  istilah tragedi barang umum (the tragedy of the commons).
3. Ketidak Sempurnaan Pasar
Masalah lingkungan bisa juga terjadi ketika salah satu partisipan didalam suatu tukar
manukar hak-hak kepemilikan (property rights) mampu mempengaruhi hasil yang terjadi
(outcome).  Hal ini bisa terjadi pada pasar yang tidak sempurna  (imperfect market) seperti pada
kasus monopoli ( Penjual Tunggal).
4.Kegagalan Pemerintah
Sumber ketidakefisienan dan atau eksternalitas tidak saja diakibatkan oleh kegagalan pasar
tetapi juga karena kegagalan pemerintah (government failure). Kegagalan pemerintah banyak
diakibatkan tarikan kepentingan pemerintah sendiri atau kelompok  tertentu (interest groups)
yang tidak mendorong efisiensi.  Kelompok tertentu ini memanfaatkan pemerintah untuk
mencari keuntungan (rent seeking) melalui proses politik, melalui kebijaksanaan dan sebagainya.

2.2.3   CARA MEMPERBAIKI ALOKASI SUMBER-SUMBER EKONOMI


1). TEORIMA COASE
           Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa adanya eksternalitas menimbulkan alokasi
sumber-sumber ekonomi yang didasarkan pada pertimbangan-petimbangan individu pihak yang
melakukan suatu aktivitas menjadi tidak efisien. Hal ini disebabkan karena perhitungan untung-
rugi oleh individu dilakukan tanpa menghiraukan dampak dari tindakannya terhadap orang lain
atau masyarakat secara keseluruhan. Coase mengemukakan bahwa masalah eksternalitas timbul
karena tidak jelasnya hak pemilikan suatu barang. Misalnya ada pabrik semen yang membuang
limbahnya kedalam sebuah sungai sedangkan di sebelah hilir sungai ada pabrik es yang
menggunakan air sungai untuk membuat es. Tindakan pabrik semen tersebut menyebabkan
pabrik es harus mengeluarkan biaya tambahan yang besarnya tergantung tingkat pencemaran air
yang sungai yang disebabkan oleh tindakan pabrik semen tersebut. Mengapa pabrik semen
membuang limbahnya kesungai? Ini disebabkan karena tidak adanya kejelasan mengenai siapa
yang berhak atas aliran sungai, sehingga semua orang akan menganggap bahwa aliran sungai
merupakan barang umum yang dapat dilakukan apapun terhadapnya.
Menurut Coase, apabila pabrik es diberi hak milik atas aliran sungai tersebut maka pemilik
pabrik es dapat menuntut pabrik semen untuk membayar atas tindakannya yang menyebabkan
polusi air sungai. Pembayaran tersebut akan masuk ke dalam kalkulasi harga semen sehingga
pabrik semen mempunyai insentif untuk tidak menimbulkan polusi terlalu banyak.
      Apabila hak milik sungai diberikan pada pihak penderita polusi (pabrik es) maka pabrik
semen akan membayar hak untuk membang limbah ke sungai. Pihak pabrik es bersedia
memberikan hak tersebut apabila jumlah yang dibayar oleh pabrik semen lebih besar daripada
MD (harga > MD). Pabrik semen bersedia membayar apabila jumlah yang dibayar lebih kecil
daripada MB-PMC (harga < MB-PMC). Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam mengatasi masalah
eksternalitas yang penting adalah ketegasan mengenai hak pemilikan, sebab dengan diketahuinya
hak pemilikan secara tegas maka  mekanisme pasar akan dapat membuat alokasi sumber-sumber
ekonomi yang efisien siapapun yang mempunyai hak milik, pihak penyebab polusi atau pihak
penderita.
Teori coase mengenai eksternalitas diatas dapat dilaksanakan hanya untuk masalah-masalah
dimana pihak-pihak yang terlibat jumlahnya sedikit sehingga dapat dilakukan negosiasi antara
kedua belah pihak. Pada umumnya pihak yang tersangkut dalam eksternalitas jumlahnya besar.
Misalnya pada masalah pencemaran air sungai, kenyataannya yang mencemarkan air sungai
jumlahnya banyak sekali selain pabrik-pabrik juga rumah-rumah penduduk yang membuang
sampah ke dalam  sungai. Untuk melaksanakan negosiasi, pemilik sungai harus mampu
menghitung jumlah polusi yang dilakukan dan mengenakan denda polusi kepada setiap orang /
pabrik. Selain itu pihak yang terkena akibat polusi juga banyak sekali baik pabrik maupun orang,
sehingga biaya untuk mengadakn negosiasi menjadi sangat mahal. Teori coase yang sangat baik
ini pada kenyataannya tidak dapat dilaksanakan dalam kenyataan sehari-hari, sehingga untuk
mengatasi masalah polusi diperlukan campur tangan pemerintah.

2). PAJAK PIGOVIAN


Pemerintah dapat memecahkan alokasi sumber yang lebih efisien dengan mengenakan pajak
kepada pihak penyebab polusi dimana pajak tersebut merupakan pajak perunit. Pajak yang
khusus diterapkan untuk mengoreksi dampak dan suatu eksternalitas negatif lazim disebut
sebagai Pajak Pigovian (Pigowan tax), mengambil  nama  ekonom  pertama  yang 
merumuskan  dan menganjurkannya, yakni Arthur Pigou (1877-1959).
Penerapan pajak ini diberlakukan untuk setiap ton limbah yang dibuang oleh pabrik.
Misalnya antara pabrik kertas dengan pabrik baja, pemerintah menerapkan pajak untuk setiap ton
limbah yang mereka buang. Besar kemungkinan salah satu pabrik (misalkan pabrik kertas), lebih
mampu (biayanya lebih murah) untuk menurunkan polusi dibanding pabrik lain (pabrik baja).
Jika keduanya dipaksa menurunkan polusi sama rata, maka operasi pabrik baja akan terganggu.
Namun melalui penerapan pajak, maka pabrik kertas akan segera mengurangi polusinya, karena
hal itu lebih murah dan lebih mudah dilakukan dari pada membayar pajak, sedangkan pabrik
baja, yang biaya penurunan polusinya lebih mahal, akan memilih membayar pajak saja sehingga
tidak akan menimbulkan inefisiensi bagi pabrik baja. Pada dasarnya, pajak Pigovian secara
langsung menetapkan harga atas hak berpolusi.
Pajak Pigovian tidaklah sama dengan pajak-pajak lain, dimana kita mengetahui bahwa pajak
pada umumnya akan mendistorsikan insentif dan mendorong alokasi sumber daya menjauhi 
titik  optimum  sosialnya.  Pajak  umumnya  juga menimbulkan beban baku berupa penurunan
kesejahteraan ekonomis (turunnya surplus produsen dan surplus konsumen), yang nilainya lebih
besar dari pada pendapatan yang diperoleh pemerintah dan pajak tersebut. Pajak Pigovian tidak
seperti  itu karena pajak ini memang khusus diterapkan untuk mengatasi masalah
ekstemalitas. Akibat adanya eksternalitas, masyarakat harus memperhitungkan kesejahteraan
pihak lain. Pajak Pigovian diterapkan   untuk   mengoreksi   insentif  ditengah   adanya
eksternalitas, sehingga tidak seperti pajak-pajak lainnya, pajak Pigovian itu justru mendorong
alokasi sumber daya mendekati titik optimum sosial. Jadi, selain memberi pendapatan tambahan
pada pemerintah, pajak Pigovian ini juga meningkatkan efisiensi ekonomi.

3. PEMBERIAN SUBSIDI
Cara lain untuk meningkatkan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi karena adanya
eksternalitas adalah dengan pemberian subsidi kepada pabrik. Pada parik yang menimbulkan
eksternalitas negatif subsidi diberikan atas setiap unit barang produksi yang dikurangi
produksinya. Apabila pabrik tidak mau mengurangi produksi, maka untuk setiap unit barang
produksi berati pabrik akan kehilangan subsidi dari pemerintah, sehinggan biaya oportunitas
perusahaan adalah biaya marginal ditambah subsidi yang hilang. Biaya oportunitas tersebut lebih
besar dari penerimaannya, sehingga perusahaan akan mengurangi produksinya.
Pada pabrik yang menimbulkan eksternalitas positif, pemerintah dapat memberikan subsidi
agar pengusaha terdorong untuk untuk memproduksi barangnya lebih banyak. Pada tingkat
produksi yang lebih kecil (OQ1) dari tingkat produksi optimum (OQ0), MC (marginal cost) >
PMC+subsidi sehingga pabrik tidak bersedia mengurangi produksinya tetapi akan menambah
produksi. Sedangkan pada tingkat produksi optimum (OQ0) keuntungan marginal sama dengan
biaya marginal ditambah subsidi, atau MB=PMC+subsidi, sehingga akan timbul keseimbangan
dimana sumber-sumber ekonomi dialokasikan secara efisien.

4. PEMBERIAN HAK POLUSI MELALUI LELANG


Inefisiensi yang timbul karena adanya eksternalitas dapat diatasi dengan cara lain yaitu
dengan pemberian hak untuk menimbulkan polusi dengan lelang. Perusahaan atau pabrik yang
bersedia membayar paling banyak yang diberi hak polusi pada tingkat polusi yang optimum.
Keuntungan dari cara ini adalah mudah dilaksanakan dalam praktik sehari-hari. Selain itu, akan
tercapai distribusi dari hak polusi yang optimal diantara para pengusaha, dalam arti pabrik yang
mendapat keuntungan terbesar dalam berproduksi dan menimbulkan polusi adalah pabrik yang
memperoleh hak untuk melakukan polusi.

5.  PERATURAN UNTUK MENGATASI EKSTERNALITAS


Pemerintah juga dapat mengeluarkan peraturan bagi pabrik untuk mengurangi polusi dalam
jumlah tertentu, atau akan dihukum  apabila melakukan pelanggaran. Kelemahan cara ini untuk
meningkatkan efisiensi pengguna sumber-sumber ekonomi adalah justru timbulnya inefisiensi
apabila terdapat dua pabrik yang menimbulkan polusi. Misalnya antara pabrik baja dan kertas,
jika pemerintah mewajibkan masing-masing pabrik untuk mengurangi polusi pada tingkat
tertentu. Jika setiap pabrik diwajibkan untuk mengurangi polusinya dalam jumlah yang sama,
padahal penurunan sama rata, bukan merupakan  cara  termurah menurunkan polusi. Ini
dikarenakan kapasitas dan keperluan setiap pabrik untuk berpolusi berbeda-beda. Mungkin
pabrik kertas mampu untuk menurunkan polusi karena biaya penurunan polusinya lebih murah.
Namun bagi pabrik baja penurunan polusi membutuhkan biaya yang lebih mahal sehingga akan
mengganggu jalannya proses produksi. Yang berarti justru malah akan timbul adanya inefisiensi
produksi.
Jadi peraturan pemerintah yang menetapkan jumlah polusi yang diperkenankan dalam jumlah
yang sama untuk semua pabrik akan menyebabkan ada pabrik yang tidak optimal. Karena adanya
perbedaan struktur dan biaya, tingkat polusi yang ditimbulkan dan juga struktur keuntungan
antara pabrik yang satu dengan pabrik lainnya, maka jumlah polusi yang diperkenankan juga
harus berbeda-beda antara pabrik-pabrik tersebut.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas kami dapat menyimpulkan bahwa Dalam suatu kegiatan ekonomi
pastinya terdapat beberapa aktivitas ekonomi yang kemungkinan dapat menimbulkan yang
namanya eksternalitas. Eksternalitas itu sendiri  merupakan suatu dampak yang ditimbulkan oleh
aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh suatu pelaku ekonomi terhadap pelaku ekonomi lain.
Eksternalitas sering disinggung ketika muncul dampak negatif dari suatu aktivitas ekonomi
karena pada dasarnya dengan adanya eksternalitas pelaku ekonomi mendapatkan kerugian yang
harus ditanggung, hal ini bisa terjadi Karena tindakan pelaku ekonomi lain yang tidak tercermin
dalam harga pasar sehingga menyebabkan eksternalitas dalam dunia perekonomian.

3.2 SARAN
Mengingat pentingnya mempelajari tentang eksternalitas dalam dunia perekonomian maka
perlu kiranya masalah ini diperhatikan dan dipahami dengan sebaik-baiknya. Setelah mamahami
arti yang sesungguhnya dari materi eksternalitas ini maka sebaiknya kita sebagai warga
masyarakat lebih peduli dengan hal tersebut selain itu kita juga harus mengetahui semua hal yang
menyangkut tentang eksternalitas baik secara individu maupun kelompok agar mencapai
kesejahteraan yang bersifat umum bagi semua warga Negara.

GAMBAR ILUSTRASI
      
Kebakaran hutan salah satu contoh               Menggunakan prinsip ekonomi agar
Eksternalitas.                                                       Tidak terjadi eksternalitas .
Memperhitungkan kembali kebutuhan         dampak lain dari eksternaliatas yaitu
yang akan dibeli untuk mencegah                 korupsi.
eksternalitas.
                                                              

DAFTAR PUSTAKA
Frank, Robert H. 1989. Microeconomics and Behavior, Forth Edition. Irwin Mc. Graw Hills, New
York., diakses pada, kamis 03 maret 2016
Guritno M. 1991. Ekonomi Publik, Edis Ketiga. BPFE Yogyakarta. Diakses pada, kamis 03 maret
2016
www.GrameenFoundation.orgwww.GrameenFoundation.org
Mangkoesoebroto, Guritno. 2010. Ekonomi Publik. Edisi Ketiga, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Samuelson, Paul.A. dan William, D.Nordhaus .1993. Ekonomi. Edisi Ke Dua Belas,Jakarta : Erlangga.

Suparmoko. 2001. Ekonomi Publik. Edisi Pertama,Yogyakarta

N.Gregory Mankiw, Pengantar Teori Ekonomi, Jakarta: Salemba Empat, 2004, hal 252


Agus Dimas, http://akusuccess.blogspot.com diakses pada 01-03-2015, pukul 15.25
Wikipedia.com, diakses pada 01-03-2015, pukul 15.25

BUKU REFERENSI
1.    Buchanan, James; Wm. Craig Stubblebine (November 1962).
"Externality". Economica 29 (116): 371–384.
2.    J.J. Laffont (2008). "externalities," The New Palgrave Dictionary of Economics, 2nd
Ed. Abstract.
3.    Kenneth J. Arrow (1969). "The Organization of Economic Activity: Issues Pertinent to the
Choice of Market versus Non-market Allocations," in Analysis and Evaluation of Public
Expenditures: The PPP System. Washington, D.C., Joint Economic Committee of Congress.
PDF reprint as pp. 1-16 (press +).
4.    Baumol, W. J. (1972). "On Taxation and the Control of Externalities". American Economic
Review 62 (3): 307–322. JSTOR 1803378.
5.    Caplan, Bryan (2008). "Externalities". Di David R. Henderson (ed.). Concise Encyclopedia of
Economics (2nd ed.). Indianapolis: Library of Economics and Liberty. ISBN 978-
0865976658. OCLC 237794267.
6.    Johnson, Paul M. Definition "A Glossary of Economic Terms"
7.    Pigou, A.C. (1920). Economics of Welfare. Macmillan and Co.
8.    Tullock, G. (2005). Public Goods, Redistribution and Rent Seeking. Edward Elgar Publishing,
Inc. ISBN 1-84376-637-X.
9.    Volokh, Alexander (2008). "Externalities". Di Hamowy, Ronald. The Encyclopedia of
Libertarianism. Thousand Oaks, CA: SAGE; Cato Institute. pp. 162–3. ISBN 978-1-4129-6580-
4. LCCN 2008009151. OCLC 750831024.
10. Weitzman, Martin (October 1974). "Prices vs. Quantities". The Review of Economic
Studies 41 (4): 477–491. doi:10.2307/2296698. JSTOR 2296698

A. Pengertian Eksternalitas Berbagai pendapat mengemukakan teorinya tentang pengertian


eksternalitas. Pendapat oleh Rosen (1988) menyatakan bahwa eksternalitas terjadi ketika
aktivitas suatu satu kesatuan mempengaruhi kesejahteraan kesatuan yang lain yang terjadi
diluar mekanisme pasar (non market mechanism). Tidak seperti pengaruh yang
ditransmisikan melalui mekanisme harga pasar, eksternalitas dapat mempengaruhi
efisiensi ekonomi. Fisher (1996) mengatakan bahwa eksternalitas terjadi bila satu
aktivitas pelaku ekonomi (baik produksi maupun konsumsi) mempengaruhi kesejahteraan
pelaku ekonomi lain dan peristiwa yang ada terjadi di luar mekanisme pasar. Sehingga
ketika terjadi eksternalitas, maka private choices oleh konsumen dan produsen dalam
private markets umumnya tidak menghasilkan sesuatu yang secara ekonomi efisien.
Berdasarkan pada pemahaman di atas dapat dijelaskan bahwa dalam perspektif teoritis,
eksternalitas terjadi karena adanya perbedaan antara marginal social dan private cost
suatu barang. 17 Dalam kasus kerusakan lingkungan menimbulkan negative externality
karena tidak adanya unsur biaya tambahan dalam bentuk social cost yang masuk dalam
komponen harga barang akhir. Oleh karena itu diperlukan governemnt intervention dalam
bentuk penetapan pajak atau subsidi guna mengkoreksi dampak-dampak dari
eksternalitas (Verhoef, 1999;Verhoef dan Nijkamp,2000). B. Bentuk –Bentuk
Eksternalitas Eksternalitas dalam kenyataannya memiliki dua macam bentuk, yakni : 1.
Eksternalitas Negatif Eksternalitas negatif (biaya eksternal) adalah biaya terhadap pihak
ketiga selain pembeli dan penjual pada suatu macam barang yang tidak direfleksikan
dalam harga pasar. Ketika terjadi eksternalitas yang negatif, harga barang atau jasa tidak
menggambarkan biaya sosial tambahan (marginal social cost) secara sempurna pada
sumber daya yang dialokasikan dalam produksi. Baik pembeli maupun penjual barang
tidak memperhatikan biaya- biaya ini pada pihak ketiga. 2. Eksternalitas Positif
Eksternalitas positif adalah keuntungan terhadap pihak ketiga selain penjual atau pembeli
barang atau jasa yang tidak direfleksikan dalam harga. Ketika terjadi eksternalitas positif,
maka harga tidak sama dengan keuntungan sosial tambahan (marginal social benefit) dari
barang dan jasa yang ada. 18 Contoh dari eksternalitas positif ini adalah dengan adanya
suntikan antibodi terhadap suatu penyakit, maka suntikan tersebut selain bermanfaat bagi
orang yang bersangkutan juga bermanfaat bagi orang lain yakni tidak tertular penyakit.
Menurut Harwick dan Olewifer(1998) mengatakan bahwa terdapat dua penggambaran
eksternalitas , yakni : a) Eksternalitas Privat dan b) Eksternalitas Public. Selain itu
eksternalitas juga terkait dalam efisiensi alokasi sumber daya alam. Hal ini sangat perlu
peranan pemerintah dalam pengendalian eksternalitas, melalui penetapan pajak pigovian,
dan jika solusi yang diberikan swasta dalam mengatassi esksternalitas tidak berhasil
pemerintah akan turun tangan dengan mengatasi nya seperti kebijakan tentang regulasi
pajak pigovian. Jika dilihat dari para pelakunya, eksternalitas dapat dilihat sebagai : 1)
Efek perbuatan satu produsen terhadap produsen lain (effects of producers on other
producers). Contohnya adalah nelayan dengan kapal-kapal besar akan mampu menjaring
ikan dengan jumlah yang sangat banyak, akan tetapi produsen yang lain (dalam hal ini
nelayan-nelayan kecil) akan mengalami kesulitan mendapatkan ikan karena telah habis
dijaring oleh nelayan besar. 2) Efek perbuatan produsen terhadap konsumen (effects of
producers on consumers). 19 Contohnya peternakan sapi ataupun ayam yang berada di
tengah permukiman. Orang-orangyang tinggal di sekitar pemukiman mungkin akan
merasa sangat terganggu dengan bau kotoran hewan-hewan ternak tersebut. 3) Efek
perbuatan konsumen terhadap konsumen lain (effects of consumers on consumers).
Contohnya sesorang yang merokok di bus atau angkutan umum akan mengganggu
penumpang lain yang berada di bus atau angkutan umum tersebut 4) Efek perbuatan
konsumen terhadap produsen (effects of consumers on producers). C. Jenis-Jenis
Ekternalaitas Ekternalitas di bagi atas dua jenis yaitu ; 1. Technical externality, yaitu
tindakan konsumsi/ produksi mempengaruhi tindakan konsumsi/ produksi orang lain
tanpa kompensasi. 2. Pecunary externality, yaitu tindakan/ produksi yang lebih
menekankan pada unsur harga dalam perekonomian yaitu kendala anggaran. Jenis-jenis
eksternalitas menurut jhon f.due dan ann fredlaender yaitu: 1. Eksternalitas konsumsi,
terjadi apabila kemakmuran dari suatu orang di pengaruhi oleh pola-pola konsumsi orang
lain. 2. Ekternalitas produksi, terjadi apabila keluaran atau (output) suatu perusahaan juga
bersifat sebagai masukan (input) bagi fungsi produksi perusahaan lain. 20 3. Ekternalitas
keuangan, timbul karena adnya ketergantungan dari hubungan-hubungan produksi yang
terdapat di setiap perekonomian. 4. Ekternalitas teknologi, terjadi apabila produsen dari
suatu kegiatan tertentu tidak dapat membuat semua keuntungan menjadi kenyataan atau
tidak di paksakan untuk memikul semua biaya yang di timbulkan akibat dari kegiatanya
yang diderita oleh perusahaan –perusahaan lain atau anggotaanggota masyarakat,
sehingga timbul keuntungan atau kerugian ekternal. D. Kebijakan Untuk Mengatasi
Eksternalitas 1. Solusi dalam mengatasi polusi Tentunya dalam melakukan proses
produksi , dihasilkan pula sisa pembuangan yang berbentuk cair, padat gas. Perusahaan
dapat membayar pajak polusi sebesar polusi yang dikeluarkan . pengenaan pajak tersebut
dapat dikatakan mampu menciptatakan internalisasi esternalitas. 2. Tradeobel Emmisions
permit Dapat dilakukan perusahaan terkait dengan mengurangi jumlah polusi yang
ditimbulkan dari pada harus membayar pajak yang mahal. 3. Juga dilakukan Proverty
Right Dalam Coase theorem menyatakan bahwa penerapan property right akan
mengarahkan pada solusi optimal, memperhatikan siapa yang menerimanya, jika
transaction cost kecil dan jumlah yang bernegosiasi terbatas.Contohnya, masyarakat
disekitar pabrik atau daerah pertambangan, berhak mendapat udara bersih, ketenangan,
air bersih.oleh 21 karena itu perusahaan harus membayar biaya untuk masyarakat yang
terkena dampak polusi. 4. Dibangunya sarana dan prasarana Misalnya berupa jembatan
penyebrangan, jalan raya, rel kereta api, dan sarana public lainya.Sehingga keberadaan
perusahaan dirasakan manfaat bagi warga sekitarnya.ini juga merupakan salah satu
tanggung jawab perusahaan dan limpahan manaat dari adanya teknologi yang dibuat. E.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Badan usaha milik Negara atau BUMN merupakan
suatu unit usaha yang sebagian besar atau seluruh modal berasal dari kekayaan negara
yang di pisahkan serta membuat suatu produk atau jasa yang sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. BUMN juga sebagai salah satu sumber penerimaan keuangan negara
yang nilanya cukup besar. Berikut di bawah ini adalah penjelasan dari bentuk
BUMN,yaitu persero perum beserta pengertian arti definisi : 1.Persero Persero adalah
BUMN yang bentuk usahanya adalah perseroan terbatas atau PT. Bentuk persero
semacam itu tentu saja tidak jauh bebeda sifatnya dengan perseroan terbatas / PT swasta
yakni sama-sama mengejar keuntungan yang setinggi-tingginya / sebesar-besarnya.
Saham kepemilikan persero sebagian besar atau setara 51% harus dikuasai oleh
pemerintah.Karena Persero diharapkan dapat memperoleh laba yang besar, maka
otomatis persero dituntut untuk dapat memberikan produk barang maupun jasa 22 yang
terbaik agar produk output yang dihasilkan tetap laku dan terus menerus mencetak
keuntungan. 2.Perum / Perusahaan Umum Perusahaan umum atau disingkat perum adalah
perusahaan unit bisnis negara yang seluruh modal dan kepemilikan dikuasai oleh
pemerintah dengan tujuan untuk memberikan penyediaan barang dan jasa public yang
baik demi melayani masyarakat umum serta mengejar keuntungan berdasarkan prinsip
pengolahan perusahaan. F. Perseroan Terbatas (PT) Perseroan terbatas (PT),dulu disebut
juga naamloze vennootschaap (NV),adalah persekutuan untuk menjalankan usaha yang
memiliki modal terdiri dari sahamsaham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak
saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjual
belikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan
perusahaan. Perseroan terbatas merupakan badan usaha dan besarnya modal perseroan
tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi
pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri.Setiap orang dapat
memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan perusahaan.Pemilik saham
mempunyai tanggung jawab yang terbatas, yaitu sebanyak saham yang dimiliki.Apabila
utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak
menjadi tanggung jawab para pemegang saham.Apabila perusahaan mendapat
keuntungan, maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.Pemilik saham akan 23 memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen,
yang besarnya tergantung pada besar kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan
terbatas. Selain berasal dari saham, modal PT dapat pula berasal dari obligasi
.Keuntungan yang diperoleh para pemilik obligasi adalah mereka mendapatkan bunga
tetap tanpa menghiraukan untung atau ruginya perseroan terbatas tersebut. Dalam
perseroan terbatas selain kekayaan perusahaan dan kekayaan pemilik modal terpisah juga
ada pemisahan antara pemilik perusahaan dan pengelola perusahaan.Pengelolaan
perusahaan dapat diserahkan kepada tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya
Profesional.Struktur organisasi perseroan terbatas terdiri dari pemegang
saham,direksi,dan komisaris.Dalam PT, para pemegang saham melimpahkan
wewenangnya kepada direksi untuk menjalankan dan mengembangkan perusahaan sesuai
dengan tujuan dan bidang usaha perusahaan.Dalam kaitan dengan tugas tersebut, direksi
berwenang untuk mewakili Perusahaan,mengadakan perjanjian dan kontrak, dan
sebagainya. Apabila terjadi kerugian yang amat besar (diatas 50%) maka direksi harus
melaporkannya ke para pemegang saham dan pihak ketiga, untuk kemudian dirapatkan.
Perseroan terbatas adalah perusahaan yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang
berbadan hukum.Sejak 1 Mei 1848,perseroan terbatas diatur dalam KUHD, namun aturan
itu tidak sesuai dengan prinsip ekonomi Indonesia yang berazaskan demokrasi sesuai
dengan Pancasila dan UUD 1945, maka dibentuk peraturan baru yang dituangkan dalam
UU No.1 tahun 1995 yang mengatur bahwa sebuah PT harus didirikan dengan syarat
harus memiliki etikat yang baik, azas keputusan, 24 dan azas kepantasan.Kemudian
setelah mengikuti berbagai perkembangan akhirnya dikeluarkan UU No.40 Thun 2007,
dimana adanya tambahan tentang Prinsip Tata Kelola Perseroan yang baik. G. Dampak
Kegiatan Produksi Pabrik Gula dari Aspek Sosial Ekonomi. Menurut Erikson (1979)
dalam Khoslah H.A Nawawi dampak sosial ekonomi ialah dampak yang terjadi pada
sitem ekonomi, menyangkut struktur ekonomi dan kondisi ekonomi. Gunawan suranto
dalam Armado (2008) menyatakan bahwa pembangunan suatu proyek sejak didalam
perencanaan memang sudah bertujuan untuk meningkatkan sosial ekonomi sehinggan
secara teoritis dampak setiap proyek haruslah positif bagi masyarakat setempat, propinsi,
nasional, ataupun internasional.Komponen yang dianggap penting dalam penetapan aspek
ekonomi adalah sebagai berikut: 1. Pola Perkembangan Penduduk. Pola perkembangan
penduduk yang perlu diketahui adalah jumlah penduduk, umur, perbandingan kelamin,
dan sebagainya. 2. Pola Perpindahan. Pola perpindahan ini juga erat hubungannya dengan
perkembangan penduduk, pola perpindahan yang perlu diketahui adalah pola perpindahan
keluar dan masuk ke suatu daerah secara umum, serta pola perpindahan musiman dan
tetap. 25 3. Pola Perkembangan Ekonomi. Pola perkembangan ekonomi masyarakat ini
erat hubungannya pula dengan pola perkembangan penduduk,perpindahan, keadaan
sumber daya alam yang tersedia dan sumber pekerjaan yang tersedia. 4. Penyerapan
Tenaga Kerja. Dampak penyerapan tenaga kerja tidak selalu berupa dampak langsung,
tetapi juga dampak yang tidak langsung, artinya timbulnya sumber-sumber pekerjaan
baru dan ini merupakan komponen berikutnya yang penting. 5. Berkembangnya Struktur
ekonomi. Yang dimaksud disini adalah timbulnya aktivitas perekonomian lain akibat
adanya proyek tersebut sehingga merupakan sebagai sumber-sumber pekerjaan yang
baru. 6. Peningkatan Pendapatan Masyarakat. Maksudnya adalah dengan adanya proyek
tersebut meningkatkan pendapatan masyarakat secara umum. 7. Perubahan Lapangan
Pekerjaan. Dengan timbulnya lapangan pekerjaan yang baru, baik langsung ataupun tidak
langsung, karena tidak selamanya dapat menguntungkan. 26 8. Tata Guna Usaha. Yang
dimaksud disini adalah timbulnya lapangan usaha akibat adanya proyek tersebut dengan
memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. H. Studi Empirik Tabel 4. Ringkasan
Penelitian Analisis Ekternalitas Sosial Ekonomi Masyarakat Keluranahan Pasar Tanjung
Enim. Judul “Analisis Ekternalitas Sosial Ekonomi Masyarakat Keluranahan Pasar
Tanjung Enim”. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, Indonesia
Penulis/tangal Ansky Ardian Mursa (2010) Tujuan Untuk mengetahui bagaimana
dampak eksternalitas Pt.Bukit Asam terhadap aspek sosial ekonomi masyarakat. Model
Estimasi Dan Variabel Metode analisis Multiplier Effect Variabel output, pendapatan dan
nilai tambah dari sektor sosial ekonomi. Jenis data Data sekunder dan data primel Hasil
penelitian Keberadaan Pt.Bukit Asam Membuat kondisi aspek sosial ekonomi masyrakat
kelurahan Tanjung Enim meningkat. Selanjutnya penelitian Mulyaningrum yang berjudul
“Eksternalitas Ekonomi Dalam PembangunanWisata Alam Berkelanjutan (Studi Kasus
pada kawasan Wisata Alam Baturaden – Purworkerto, Kabupaten Banyumas Provinsi
Jawa Tengah) 27 Selanjutnya penelitian Mulyaningrum yang berjudul “Eksternalitas
Ekonomi Dalam PembangunanWisata Alam Berkelanjutan (Studi Kasus pada kawasan
Wisata Alam Baturaden – Purworkerto, Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah)
Tabel 5. Ringkasan penelitian Eksternalitas Ekonomi Dalam Pembangunan Wisata Alam
Berkelanjutan (Studi Kasus pada kawasan Wisata Alam Baturaden – Purworkerto,
Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah) Judul “Eksternalitas Ekonomi Dalam
PembangunanWisata Alam Berkelanjutan (Studi Kasus pada kawasan Wisata Alam
Baturaden – Purworkerto, Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah) Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu, Indonesia Penulis/Tanggal Mulyaningrum
(2005) Tujuan Untuk menganalisis munculnya eksternalitas ekonomi sebagai damapak
dari kegiatan pembangunan wisata alam berkelanjutan, secara khusus dimaksudkan untuk
menganalisis nilai manfaat kegiatan wisata alam bagi masyrakat. Model Estimasi dan
Variabel Metode analisis Multiplier Effect Variabel output, pendapatan dan nilai tambah
dari sektor wisata . Jenis data Data sekunder dan data primer Hasil Penelitian Belum
menujukkan pengaruh yang besar terhadap PDRB, tetapi diyakini akan menjadi andalan
terbukti dengan nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan sektor primer seperti
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan dan kehutanan
Dampak Eksternalitas
Eksternalitas merupakan dampak yang tidak dapat dipilih atau ditolak oleh pihak
ketiga karena kejadiannya diluar kontrol pihak tersebut, oleh karena itu, banyak
anggapan bahwa eksternalitas bersifat merugikan.

Merugikan disini bukan hanya merugikan pihak ketiga yang dipengaruhi oleh
eksternalitas, namun ternyata juga dapat merugikan perusahaan yang
menyebabkan eksternalitas tersebut.

Eksternalitas negatif sudah jelas-jelas merugikan pihak ketiga, contohnya adalah


perokok yang menyebabkan orang-orang disekitarnya terpapar asap rokok dan
pabrik pembangkit yang mencemari udara sekitar.
Eksternalitas negatif menguntungkan pihak pelaku karena mereka tidak harus
membayar atau memperhitungkan dampak aktivitas mereka yang berdampak
kepada wilayah sekitar.

Meskipun begitu, sekarang sudah mulai ada kebijakan seperti carbon tax dan


kebijakan lainnya yang mencoba menginternalisasi dampak eksternalitas.
Eksternalitas positif juga secara tidak langsung merugikan, namun yang
dirugikan adalah pihak pelaku. Karena pelaku tersebut menyebabkan manfaaat
yang berguna bagi semua pihak, seharusnya ada balas jasa atau insentif yang
diberikan oleh pihak lain agar lebih banyak produk yang dihasilkan.
Ketika pelaku usaha yang menyebabkan eksternalitas positif tidak diberikan
insentif, maka akan terjadi inefisiensi produksi. Inefisiensi ini terjadi ketika barang
yang diproduksi tidak memenuhi jumlah optimal bagi kemaslahatan masyarakat.

Berkaca dari kasus diatas, contoh utama bagi eksternalitas positif adalah sektor
keamanan, sektor kesehatan publik, dan sektor pendidikan. Semua sektor
ekonomi tersebut menyumbang manfaat yang sangat besar bagi masyarakat
sehingga seharusnya diberikan insentif.
Masalah utama yang disebabkan oleh eksternalitas positif adalah free
rider problem dimana orang-orang yang tidak berkontribusi terhadap penyediaan
jasa ikut memanfaatkan jasa tersebut.
Contoh paling mudah adalah orang-orang yang menolak membayar pajak ikut
menikmati pembangunan jalan dan jaringan lampu jalanan, atau ketika orang-
orang yang tidak mau melakukan vaksinasi tetap aman dari penyakit karena
adanya herd immunity yang melindunginya.
 
Contoh-Contoh Eksternalitas
Secara umum, terdapat 5 jenis eksternalitas, yaitu negatif, positif, inframarginal,
teknologi, dan posisional.

Negatif
Eksternalitas negatif adalah aktivitas ekonomi yang menyebabkan dampak
negatif pada pihak ketiga. Dampak ini dapat muncul saat tahap produksi,
distribusi, atau konsumsi dari suatu produk.
Polusi, salah satu contoh dampak kegiatan produksi dan distribusi dianggap
sebagai eksternalitas karena dampak yang diberikan bukan terhadap pelaku
polusi, tetapi kepada masyarakat sekitarnya.

Rata-rata eksternalitas negatif berhubungan dengan dampak lingkungan dari


kegiatan ekonomi. Eksternalitas negatif umumnya dibagi menjadi dua sisi, yaitu
dari segi produksi dan dari segi konsumsi.
Eksternalitas Negatif Produksi
Ilustrasi Eksternalitas Negatif Produksi
Pada grafik diatas, dapat dilihat bahwa private cost (MPC) yang ada lebih kecil
dibandingkan dengan dampaknya (MSC). Oleh karena itu, perusahaan dapat
memproduksi barang lebih banyak (Q2) dibandingkan nilai optimalnya (Q1) jika
sudah memperhitungkan eksternalitas.
Inefisiensi pasar ini menyebabkan terjadinya deadweight loss welfare yang
disebabkan oleh overproduksi barang/jasa ber eksternalitas negatif.
Untuk menyelesaikan masalah ini, sebaiknya dinaikkan private cost nya agar
setara dengan marginal social cost (MSC). Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan kebijakan atau denda kepada perusahaan. Berikut ini adalah
beberapa contoh dari eksternalitas negatif dari segi produksi
 Polusi udara yang disebabkan oleh produksi dan distribusi barang dapat
menyebabkan kerusakan pada tumbuhan dan bangunan (hujan asam)
serta menimbulkan penyakit pernafasan dan penyakit kulit bagi penduduk
sekitar.
 Polusi air yang disebabkan oleh produksi dan distribusi barang lewat laut
juga dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem perairan.
Pencemaran air yang parah juga dapat mengurangi jumlah air yang dapat
diminum dan dimanfaatkan oleh manusia.
 Polusi tanah yang disebabkan pembuangan sampah dan aktivitas
produksi seperti pertambangan dan pengeboran dapat merusak daur air,
ekosistem daratan, serta mengurangi luas daerah yang dapat
dimanfaatkan untuk membangun.
 Polusi suara yang terjadi saat proses produksi dan distribusi dapat
mengganggu secara fisik maupun mental.
 Dampak negatif pertanian dan peternakan yang meliputi
penyalahgunaan antibiotik, deforestasi, dan alih guna lahan.
Penyalahgunaan antibiotik dapat menyebabkan imunitas bakteri terhadap
antibiotik sedangkan alih guna lahan dan deforestasi dapat menyebabkan
erosi serta berkurangnya lahan subur.
 Rusaknya ekosistem dapat disebabkan oleh pengambilan ikan
berlebihan, deforestasi, penggunaan pukat harimau (trawlers), dan
penambangan open pit.
 Perubahan iklim yang disebabkan oleh peningkatan gas rumah kaca
dapat mengurangi produktivitas pertanian, mengubah pola cuaca, dan
mempengaruhi ekosistem.
 Biaya penyimpanan limbah juga termasuk kedalam eksternalitas negatif.
Penumpukan sampah pada tempat pembuangan akhir dapat
menyebabkan polusi tanah dan air tanah, sedangkan penyimpanan limbah
nuklir dapat membuat area tersebut berbahaya bagi makhluk hidup selama
ribuan tahun.
 Spam dalam penjualan meliputi pengiriman surat elektronik, pengiriman
surat fisik, telefon, dan penjual jalanan yang membujuk kita untuk membeli
produknya walaupun kita tidak mau. Hal ini menyebabkan dampak negatif
dari segi kenyamanan bagi orang-orang yang ditarget sebagai konsumen.
 Risiko sistemik ekonomi adalah risiko yang timbul ketika industri
finansial, terutama perbankan mengambil risiko yang berlebih untuk
mendapatkan keuntungan atau memenuhi target lainnya. Kegiatan mereka
dapat mempengaruhi ekonomi dari segi suplai uang, oleh karena itu,
industri perbankan harus diregulasi.
 

Eksternalitas Negatif Konsumsi


Ilustrasi Eksternalitas Negatif Konsumsi
Dapat dilihat pada grafik diatas bahwa social marginal benefits (SMB) lebih
rendah dibandingkan dengan private marginal benefits (PMB). Oleh karena itu,
orang-orang dapat mengkonsumsi barang lebih banyak (Q1) dibandingkan
dengan jumlah idealnya (Q2).

Hal ini juga menyebabkan terjadinya deadweight loss pada segi welfare


masyarakat umum. Inefisiensi ini disebabkan oleh over-konsumsi barang ber
eksternalitas negatif.
Berikut ini adalah beberapa contoh eksternalitas negatif dari segi konsumsi

 Polusi suara karena orang mendengarkan musik di malam hari, clubbing,


atau karaoke dapat menyebabkan gangguan kenyamanan bagi penduduk
sekitar.
 Kekebalan antibiotik yang disebabkan oleh konsumsi antibiotik secara
tidak teregulasi oleh orang-orang dapat merugikan masyarakat. Hal ini
mengharuskan perusahaan menciptakan antibiotik yang lebih kuat dan
masyarakat membeli antibiotik yang lebih mahal.
 Perokok dapat menyebabkan gangguan pernafasan bagi orang-orang
disekitarnya karena adanya asap. Selain itu, asap yang dihasilkan juga
dapat menurunkan kenyamanan orang lain.
 Kemacetan disebabkan oleh orang-orang yang menyetir secara tidak baik
dan jumlah kendaraan yang terlalu banyak. Semakin banyak orang yang
menggunakan jalan raya, semakin berkurang utilitas jalan raya tersebut
untuk masing-masing orang.
 Inflasi dan deflasi disebabkan oleh tren pengeluaran masyarakat.
 
Positif
Eksternalitas positif adalah aktivitas ekonomi yang menyebabkan dampak positif
pada pihak ketiga. Sama seperti eksternalitas negatif, dampak ini dapat muncul
saat tahap produksi, distribusi, atau konsumsi dari suatu produk/jasa.
Eksternalitas positif dapat dilihat pula dari dua sisi, produksi dan konsumsi.

Eksternalitas Positif Produksi


Ilust
rasi Eksternalitas Positif dari Segi Produksi
Dapat dilihat pada grafik diatas bahwa social cost yang dirasakan oleh
masyarakat sekitar lebih besar dibandingkan dengan private cost yang dirasakan
oleh perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan memproduksi lebih sedikit barang
(market quantity) dibandingkan dengan nilai idealnya (socially optimal quantity).
Berikut ini adalah contoh-contoh eksternalitas positif dari segi produksi.

 Peternakan lebah yang menyebabkan penyerbukan pada tumbuhan-


tumbuhan disekitarnya
 Pembangunan jaringan transportasi seperti jalan tol, pelabuhan, atau
bandara akan meningkatkan aktivitas ekonomi disekitarnya
karena meningkatkan aksesibilitas.
 Perusahaan yang menyediakan pelatihan-pelatihan P3K dan
keselamatan kerja. Pekerja yang sudah terdidik tersebut dapat mengajari
anggota keluarganya dan teman terdekatnya. Pelatihan ini juga berguna
bagi kehidupan diluar kerja, seperti saat kecelakaan.
 Perusahaan yang meriset teknologi baru akan menyebabkan
kompetitornya semakin tertantang untuk menemukan teknologi yang lebih
canggih, sehingga meningkatkan laju inovasi. Selain itu, teknologi tersebut
juga dapat meningkatkan produktivitas/utilitas dari sektor ekonomi yang
dipengaruhinya.
 
Eksternalitas Positif Konsumsi

Ilustra
si Eksternalitas Positif dari Segi Konsumsi
Dapat dilihat pada grafik diatas bahwa private marginal benefits lebih rendah
dibandingkan dengan social marginal benefit. Oleh karena itu, orang-orang
mengkonsumsi barang lebih sedikit (market quantity) dibandingkan dengan nilai
idealnya (socially optimal quantity).

Hal ini menyebabkan inefisiensi dimana barang ber eksternalitas negatif tidak
cukup banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Contoh-contoh eksternalitas dari
segi konsumsi antara lain adalah

 Seseorang yang menjaga keindahan rumah dan lingkungan sekitarnya


dapat menyebabkan harga tanah wilayah tersebut meningkat. Sebuah
dampak yang dirasakan penduduk lainnya, yang mungkin tidak terlalu
peduli dengan keindahan rumah dan lingkungan.
 Seseorang yang menerima vaksinasi terhadap suatu penyakit akan
menurunkan kemungkinan orang-orang di lingkungannya terpapar
penyakit tersebut, hal ini dinamakan herd immunity. Hal ini terjadi karena
penyakit tidak dapat menyebar melalui individu yang sudah divaksin,
sehingga, semakin banyak orang yang divaksin semakin kebal masyarakat
terhadap suatu penyakit.
 Seseorang yang mengenyam pendidikan tinggi dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam bentuk peningkatan produktivitas,
penurunan angka pengangguran, dan peningkatan inovasi.
 Pada daerah-daerah yang tidak dilayani oleh pemadam kebakaran
pemerintah, orang yang menyewa jasa pemadam kebakaran swasta
akan mengurangi risiko kebakaran di lingkungannya.
 Semakin banyak yang membeli produk dengan
jaringan seperti smartphone atau komputer, maka semakin bermanfaat
juga produk tersebut. Bayangkan jika hanya kita yang memiliki telefon, kita
tetap tidak dapat menelfon siapa-siapa, namun jika semua orang memiliki
telefon, kita dapat langsung menghubungi semua orang dengan telefon
yang kita miliki.
 
Inframarginal
Eksternalitas inframarginal adalah kondisi dimana tidak ada manfaat atau
kerugian yang diderita oleh konsumen yang berada pada zona inframarginal.
Namun, kerugian tetap dirasa oleh pengguna atau masyarakat yang berada
pada kelompok inframarginal.

Contoh eksternalitas inframarginal adalah pendidikan tinggi. Misalnya pendidikan


hanya bermanfaat kepada masyarakat hingga level S1 dan S2. Pada kasus ini,
peningkatan pendidikan seseorang menuju level S3 tidak memiliki pengaruh apa-
apa dari segi sosial.

Oleh karena itu, ketika orang tersebut mengambil S3, keuntungannya hanya
dirasakan oleh dia sendiri, yaitu kelompok inframarginal. Masyarakat umum tidak
merasakan penambahan manfaat jika dia mengambil S3 dibandingkan dengan
gelarnya yang sekarang, yaitu S2.

 
Teknologi
Externalitas teknologi disebabkan oleh munculnya teknologi baru yang
mengubah tren produksi. Oleh karena itu, secara tidak langsung eksternalitas
teknologi dapat mempengaruhi karakteristik konsumsi masyarakat umum.
Contoh eksternalitas teknologi adalah ketika Henry Ford menemukan assembly
line yang dapat memproduksi mobil secara massal, atau ketika perusahaan
migas menemukan metode fracking sehingga meningkatkan produksi migas.
 
Posisional
Eksternalitas posisional terjadi ketika pembelian barang baru dapat mengubah
perspektif penilaian suatu barang posisional. Barang posisional pada kasus ini
adalah barang status seperti mobil, jam tangan, baju rapih, dan lainnya.

Contoh dari eksternalitas posisional adalah ketika kita sedang ingin melamar
pekerjaan, semua orang yang ada disitu menggunakan baju polo sedangkan ada
satu orang yang menggunakan jas.

Semua orang di ruangan itu akan terkesan tidak profesional dibandingkan


dengan orang yang menggunakan jas, padahal kalau tidak ada orang yang
menggunakan jas, mereka akan terlihat biasa-biasa saja.

Diagram Supply-Demand
Analisa fenomena eksternalitas dapat dilakukan dengan memanfaatkan
grafik supply and demand. Dalam grafik ini terdapat tambahan garis yaitu private
cost dan social cost.
Private cost/demand adalah biaya yang ditanggung oleh produsen atau pelaku
ekonomi ketika melakukan konsumsi atau produksi barang/jasa tersebut.
Social cost/demand adalah biaya yang ditanggung oleh masyarakat umum
ketika ada yang melakukan konsumsi atau produksi barang/jasa tertentu.
 
Biaya Eksternal (External Cost)
Ilustrasi Biaya Eksternal dalam
Eksternalitas
Grafik diatas menunjukkan efek dari eksternalitas negatif. Contohnya adalah
pabrik baja yang menjual produknya dalam pasar bebas. Pada pasar ini, tidak
ada biaya tambahan bagi perusahaan yang menyebabkan social cost seperti
polusi.
Oleh karena itu, private cost yang diemban oleh perusahaan tersebut lebih
rendah dibandingkan dengan social cost sebenarnya yang disebabkan oleh
produksi baja.
Tidak dihitungnya social cost dalam biaya produksi menyebabkan perusahaan
dapat memproduksi baja dalam jumlah lebih banyak (Qp) daripada jumlah
idealnya jika memperhitungkan social cost (Qs).
Oleh karena itu, pasar bebas yang tidak memiliki regulasi mengenai eksternalitas
dianggap tidak efisien

 
Manfaat Eksternal (External Benefits)
Manfaat Eksternal dalam
Eksternalitas
Grafik diatas menunjukkan efek dari eksternalitas positif. Contohnya adalah
perusahaan yang mensuplai vaksin pada pasar dengan persaingan sempurna.
Pada pasar ini, tidak ada insentif khusus bagi perusahaan farmasi yang
memproduksi obat-obatan.

Dapat dilihat bahwa manfaat sosial (social demand) lebih besar dibandingkan
dengan manfaat pribadi (private demand). Artinya, produksi serta konsumsi
vaksin memiliki manfaat terhadap masyarakat yang lebih besar dibandingkan
dengan biaya yang dibayarkan oleh masyarakat.

Karena harga pasar tanpa insentif ini hanya memperhitungkan manfaat pribadi,
jumlah barang yang diproduksi oleh perusahaan jauh lebih sedikit (Qp)
dibandingkan dengan jumlah barang yang idealnya diproduksi (Qs).

Penyebab Eksternalitas
Eksternalitas umumnya disebabkan oleh pendefinisian property rights yang
kurang jelas. Property rights sendiri didefinisikan sebagai hak kepemilikan
terhadap suatu barang atau ide.
Property rights terhadap barang-barang seperti kendaraan, perusahaan, uang,
tanah, dan rumah dapat dengan mudah dibuktikan oleh surat-surat kepemilikan,
namun barang seperti binatang liar, udara, dan air tidak dapat diklaim
kepemilikannya.
Oleh karena itu, banyak orang yang memanfaatkan barang-barang tersebut
tanpa membayar biaya secara penuh terhadap masyarakat serta lingkungan
yang dipengaruhinya. Hal ini akan menyebabkan eksternalitas negatif.

Eksternalitas positif juga disebabkan oleh lemahnya property rights. Seseorang


yang divaksin cacar akan menciptakan suatu herd immunity terhadap penyakit
cacar.
Namun, herd immunity tersebut tidak dapat ia miliki, sehingga insentif dia untuk
melakukan vaksinasi lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang dia
berikan terhadap masyarakat.
 

Solusi
Internalisasi Cost dan Benefit
Internalisasi dari dampak aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan
sangat penting dalam mengurangi eksternalitas. Ketika perusahaan yang
memproduksi barang ber eksternalitas positif diberikan insentif, perusahaan
tersebut akan mampu memproduksi lebih banyak barang. Begitu pula dengan
perusahaan yang memproduksi barang ber eksternalitas negatif.

Internalisasi cost dan benefit ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan


pajak pigouvian serta skema insentif. Pada dasarnya, kedua metode ini sama-
sama bertujuan untuk meningkatkan eksternalitas positif dan mengurangi
eksternalitas negatif.
Pajak Pigouvian
Pajak pigouvian adalah biaya yang dikenakan kepada perusahaan yang
menghasilkan eksternalitas negatif pada masyarakat. Biaya yang dikenakan
umumnya disetarakan dengan dampak dari eksternalitas tersebut.
Karena biaya produksinya meningkat, perusahaan tersebut terpaksa harus
menaikkan harga produk atau mengurangi produksi. Ketika harga produk
meningkat, permintaan produk akan turun. Baik penurunan produksi maupun
penurunan permintaan merupakan hasil yang sama baik bagi masyarakat umum.

Contoh pajak pigouvian adalah pajak polusi, pajak carbon, pajak barang alkohol,


pajak tembakau, pajak kendaraan boros bensin, dan pajak
Manfaat dari pajak pigouvian adalah meningkatkan pendapatan dari pemerintah.
Karena pemerintah memiliki penghasilan tambahan, pemerintah dapat
mengurangi pajak, memberikan insentif dalam bentuk subsidi, atau membantu
perusahan ber eksternalitas positif.
Selain itu, tambahan pendapatan ini juga dapat digunakan untuk
membangun pusat perekonomian sehingga menumbuhkan ekonomi nasional.
Namun, pajak pigouvian dapat mempengaruhi hubungan dagang dengan negara
lainnya. Hal ini karena barang yang masuk dan keluar dari negara tersebut dapat
dikenakan pajak ini, sehingga mempengaruhi insentif yang ada. Hal ini dapat
mengurangi aktivitas perdagangan dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
 
Insentif Pemerintah
Pemerintah dapat memberikan insentif dalam bentuk subsidi, pengurangan
pajak, atau regulasi yang menguntungkan perusahaan dengan eksternalitas
positif.

Dengan adanya insentif ini, perusahaan dengan eksternalitas positif akan


mampu memproduksi lebih banyak, sehingga masyarakat pun diuntungkan.

Contoh insentif pemerintah adalah subsidi pada pemasangan panel surya di


Inggris dan Jerman. Kebijakan ini meningkatkan penjualan dari perusahaan
panel surya serta menyebabkan puluhan ribu keluarga mengadopsi panel surya.

Tanpa adanya subsidi ini, konsumen tersebut mungkin masih akan


menggunakan tenaga listrik batubara atau minyak bumi yang lebih murah namun
memiliki eksternalitas negatif.
Contoh lain dari insentif ini adalah dengan mengurangi pajak kendaraan listrik
serta memberikan skema cash back untuk pembelian kendaraan listrik.
Kebijakan ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses
kendaraan listrik yang umumnya mahal dibandingkan kendaraan konvensional.
Selain itu, pajak yang lebih rendah juga membuat mobil listrik lebih menarik bagi
orang-orang yang mementingkan penghematan biaya berjalan (running cost).
Penggunaan kendaraan listrik akan mengurangi polusi di perkotaan sehingga
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selain itu, kendaraan listrik juga tidak
bising sehingga mengurangi polusi suara.

 
Kesadaran Konsumen
Selain intervensi pemerintah, kesadaran konsumen juga penting dalam
mengurangi eksternalitas negatif dan menambah eksternalitas positif. Ketika
konsumen sadar terhadap dampak dari produksi barang yang mereka beli,
perusahaan yang menghasilkan eksternalitas negatif tinggi akan
memiliki image yang lebih buruk di mata konsumen.
Ketika image suatu perusahaan sudah buruk, maka ada kemungkinan akan
terjadi penurunan penjualan atau bahkan dilakukan boikot terhadap produknya.
Hal ini terjadi lantaran konsumen merasa perusahaan tersebut merugikan
masyarakat umum.
Contoh yang paling nyata dari pengurangan konsumsi dan boikot produk adalah
pada produk yang mengandung minyak sawit asia tenggara.

Minyak sawit di asia tenggara mayoritas diproduksi oleh Malaysia dan Indonesia.
Produksi minyak sawit ini identik dengan praktik deforestasi dan pembakaran
hutan. Suatu praktik yang berbahaya karena mengurangi biodiversitas serta
menghancurkan ekosistem lokal.

Untuk memaksa produsen minyak sawit berhenti membakar hutan, konsumen


dan lembaga non-pemerintah melakukan aksi boikot produk dengan konten
minyak sawit.

Dengan adanya konsekwensi ekonomi dari tindakannya, diharapkan perusahaan


tersebut dapat mengambil langkah yang lebih bijak dalam menumbuhkan sawit.

Kritik
Banyak ahli ekonomi lingkungan mengkritik konsep eksternalitas karena
kurangnya pendekatan secara menyeluruh serta pengintegrasian berbagai ilmu
pengetahuan dalam penetapannya.

Intinya, konsep eksternalitas yang sekarang dianut oleh ahli ekonomi dirasa
belum cukup memberikan penalti terhadap perusahaan yang menghasilkan
eksternalitas negatif dan memberikan insentif kepada perusahaan yang
menghasilkan eksternalitas positif.

Namun, konsep eksternalitas ini sudah dianggap sebagai langkah yang tepat
dalam menjegal perusahaan-perusahaan yang merugikan masyarakat dan
membantu perusahaan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Referensi
Fort Lewis College, Externality
Wikipedia, Externality

Anda mungkin juga menyukai