PENDAHULUAN
geografis yang unik. Adanya kepercayoan dan kebudayaan yang banyak membuat penanganan masalah
pada setiap daerah haruslah berbeda. AAenyesuaikan dengan karakterisitik daerah tersebut. Kenyataan ini
berbeda dari peraturan yang pernah berlaku untuk puskesmas di Indonesia. Peraturan yang juga disebut
sebagai paradigma lama puskesrms.Beberapa hal yang melekat pada paradigma lama itu
adalah,sentralisasi, pembangunan yang terbatas, pengobatan yang hanya bersifat kuratif, hukum
kebutuhan dan permintaan, dan sangat kental dengan unsur birokrasinya. Ketidakluwesan yang ada di
puskesmas ini lama kelamaan membuat fungsi puskesmas yang sebenamya menjadi samar dan bahkan
nyaris terlupa.
kesehatan?
pembangunan kesehatan.
kesehatan di Indonesia.
1.4 Manfaat
Bagi pembaca :
1. Menambah pengetahuan pembaca mengenai desentralisasi pembangunan kesehatan.
2. Memperluas dan memperdalam ilmu yang dimiliki para pembaca mengenai desentralisasi
pembangunan kesehatan.
Bagi penulis :
2. Memberikan informasi, serta dapat mengasah kemampuan dan pemahaman dalam penyusunan
2.1 Definisi
pemerintah pusat di Daerah yang disebut Dekonsentrasi maupun kepada badan-badan otonom daerah
yang sering disebut Devolusi. Selanjutnya PBB menjelaskan bahwa dua prinsip dari penyerahan
wewenang dan fungsi pemerintah adalah pertama ;Deconsentrasi area offices of administration (perangkat
wilayah yang berada di daerah) dan kedua, Devolusi dimana sebagian kekuasaan pemerintah diserahkan
kepada badan-badan politik di daerah yang diikuti dengan penyerahan kekuasaa/kewenangan sepenuhnya
Dikatakan oleh Bryant bahwa konsekuensi dari penyerahan wewenang dalam pengambilan
keputusan dan pengawasan kepada badan-badan otonomi adalah untuk memberdayakan kemampuan
lokal (empowerment local capasity). Wewenang dan sumber daya yang diberikan berkaitan erat satu sama
lainnya. Apabila badan-badan lokal disera hi tanggung jawab dan sumber daya, maka kemampuan untuk
mengembangkan otoritasnya akan meningkat. Sebaliknya, jika pemerintah lokal hanya ditugaskan untuk
mengikuti kebijkan pusat maka partisipasi para elit dan warganya akan rendah. Dengan demikian maka
kekuasaan pada tingkat pusat tidak akan berkurang bahkan akan memperoleh respek dan kepercayaan
dari tingkat lokal yang pada akhirnya akan meningkatkan pengaruh dan legitimasinya.
Sedangkan para ahli Indonesia, seperti R. Trsna, Koesoemaatmadja, Amrah Moeslimin, The Liang
1. Desentralisasi Jabatan (dekonsentrasi), adalah pemberian atau pemasrahan kekuasaan dari atas ke
Ketatanegaraan, merupakan pemberian kekuasaan untuk mengatur bagi daerah di dalam lingkungannya
guna mewujudkan azas demokrasi dalam pemerintahan negara. Desentralisasi ketatanegaraan ini ditxigi
Sementara itu Koesoemaatradja, Desentralisasi adalah sistem untuk mewujudkan demokrasi yang
memberikan kesempatan kepada rakyat untuk ikutserta dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
saluran perwakilan. Desentralisasi politik/ketatanegaraan ini dibagi lagi menjadi (1) desentralisasi teritorial,
yaitu : pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumahtangga daerah masing-masing;
(2)besentarlisasi fungsional, yaitu pelirrpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus sesuatu atau
Ahli lainnya adalah Amrah Moeslim yang tidak memasukkan dekonsentrasi sebagai salah satu
1. Desentralisasi Politik, yaitu : pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat yang menimbulkan hak
mengatur dan mengurus kepentingan rumahtangga sendiri bagi badan politik di daerah-daerah
mengurus satu macam atau segolongan kepentingan tertentu dalam masyarakat baik terikat
ataupun tidak.
3. Desentralisasi Kebudayaan adalah pemberian hak kepada golongan minoritas dalam masyarakat
Menurut pendapat The Liang Gie Desentralisasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah
setempat dari sekelompok penduduk yang mendiami suatu wilayah.5ementara itu menurut UU No 5 Tahun
1974 tentang, Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah atau Daerah tingkat
atasnya kepada Daerah, menjadi urusan rumah tangganya. 5edangkan menurut UU Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah, Desentralisasi adalah : penyerahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah
pemerintah pusat dengan menyerahkan sebagian fungsi-fungsi tertentu kepada unit-unit itu untuk
dilaksanakan secara mandiri. Devolusi adalah bentuk desentralisasi yang lebih ekstensif untuk merujuk
pada situasi dimana pemerintah pusat mentransfer kewenangan kepada pemerintah daerah dalam hal
Yang disebut sebagai pemindahan fungsi dari pemerintahan kepada swasta atau privatisasi adalah
penyerahan beberapa otoritas dalam perencanaan dan tanggung jawab administrasi tertentu kepada
organisasi swasta.
UU No. 22 tahun 1999 , PP No. 25 tahun 2000, sertaSE Menkes No. 1107/Menkes/E/VII/2CXX). UU No.
22 tahun 1999 pasal 1 ayat h menyebutkan "otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat (termasuk bidang kesehatan), menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku".
yang ada di Indonesia menganut semua jenis desentralisasi (dekonsentrasi, devolusi, delegasi dan
privatisasi). Hal ini terlihat dari masih adanya kewenangan pemerintah pusat yang didekontrasikan di
daerah propinsi melalui Dinas Kesehatan Provinsi. Selain itu, berdasarkan SE Menkes/E/VII/2000
disebutkan beberapa tugas yang mungkin tidak dapat dilaksanakan olehpemerintah kabupaten/kota
dapatdiserahkanketingkat yang lebih tinggi. Upaya privatisasi pelayanan kesehatan dan perusahaan
pendukung pelayanan kesehatan juga sedang giat dilakukan. Kandungan makna substansial dari
desentralisasi adalah bagaimana menyejahterakan dan menciptakan keadilan bagi kehidupan masyarakat
di daerah ( 丁 agela, 2001). Selanjutnya, Simangunsong (2001). Mengatakan bahwainti dari pelaksanaan
otonomi daerah adalah terdapatnya keluesan pemerintah daerah untuk melaksanakanpemerintahan sendiri
atasprakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat dalam mengembangkan dan memajukan daerahnya.
balam bidang kesehatan, implikasi desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain, adalah
sebagai berikut;
1. Terwujudya pembangunan kesehatan yang demokratis yang berdasarkan atas aspirasi masyarakat
4 Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya mengacu pada
petunjuk atasan
Kesemuanya ini bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah. Hakikat dari
pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan, pengakuan martabat, dan peningkatan serta apresiasi
dimaksudkan untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara merata diseluruh Indonesia, bengan
ad any a kebijakan desentralisasi maka terdapat keluwesan pemerintah daerah untuk melaksanakan
pemerintah sendiri atas prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat dalam mengembangkan dan
memajukan kesehatan di daerahnya. Implikasi dari kebijakan tersebut adalah daerah kabupaten/kota
Program pembangunan kesehatan harus bersifat bottom-up, yaitu berdasarkan aspirasi dari
bawah. Hal ini tidak mudah, karena selama ini daerah sudah terbiasa dengan kebijakan pembangunan
yang top-down tanpa memperhatikan aspirasi masyarakat. Di satu sisi , pihak pemerintah daerah(Dinas
Kesehatan) tidak terbisa merencanakan dan menyusun program pembangunan daerah. bi sisi lain,
masyarakat sangat jarang dilibatkan dengan proses pembangunan kesehatan. Oleh karena itu,
keberhasilan pembangunan kesehatan di era desentralisasi sangat tergantung pada kesiapan daerah
untuk melaksanakannya.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah (Dinas Kesehatan
Kesehatan, menetapkan system kesehatan daerah, merencanakan dan menyusun program pembangunan
secara bottom-up, menumbuhkan mental proaktif pada aparatur pemerintah, mengembangkan system
informasi kesehatan, menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga ilmiah dan pendidikan kesehatan,
mengembangkan model promosi kesehatan daerah ,menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga ilmiah
dan pendidikan kesehatan, meningkatkan kerjasama lintas sector, membentuk badan kerjasama antar
kesehatan. Selain itu, DPRD kabupaten/kota harus mengawasi jalannya pembangunan kesehatan dan
menghasilkan peraturan daerah yang memberikan suasana kondusif kepada proses pembangunan dan
yang dicanangkan dalam Indonesia sehat 2010, yaitu masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dalam Pembangunan Kesehatan di Indonesia. Sesuai Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan telah dicantumkan bahwa Tujuan Nasional Pembangunan Kesehatan adalah terwujutnya derajat
kesehatan masyarakat yang optimal berupa keadaan sejahtra dari badan, jiwa dansosial yang optimal,
yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. l/ntuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal, bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
kesehatan yang merupakan perwujudan dari paradigma sehat pada saat ini lebih banyak dilaksanakan di
Undang-undang No 22 tahun 1999 ten tang Otonomi daerah menjelaskan bahwa pelaksanaan
otonomi daerah yang luas dan utuh adalah melalui penerapan azas desentralisasi, pada daerah
penyelenggara pembangunan pada umumnya dan pembangunan kesehatan pada khususnya dengan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dituntut adanya sumberdaya manusia yang professional dan
mampumemberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi dan kesehatan adalah dinas kesehatan yang
mempuyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
aspirasi masyarakat dengan cara memberdayakan, menghimpun, dan mengoptimalkon potensi Daerah
untuk kepentingan Daerah dan prioritas Nasional dalam mencapai Indonesia Sehat 2010
memprioritaskan bidang-bidang pembangunan kesehatan, seperti Kesehatan Ibu dan Anak. Oleh karena
Sasaran utama strategi ini adalah seluruh desa menjadi desa siaga, seluruh masyarakat
berperilaku hidup bersih dan sehat serta seluruh keluarga sadar gizi.
Sasaran utama strategi ini adalah ; Setiap orang miskin mendapatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu; setipa bayi, anak, dan kelompok masyarakat risiko tinggi terlindungi dari penyakit; disetiap desa
tersedia 5DM kesehatan yang kompeten; di setiap desa tersedia cukup obat esensial dan alat kesehatan
dasar; setiap Puskesmas dan jaringannya dapat menjangkau dan dijangkau seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya; pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit, Puskesmas dan jaringannya memenuhi standar
mutu.
Sasaran utama dari strategi ini adalah: setiap kejadian penyakit terlaporkan secara cepat kepada
desa/lurah untuk kemudian diteruskan ke instansi kesehatan terdekat; setiap kejadian luar biasa (KLB) dan
wabah penyakit tertanggulangi secara cepat dan tepat sehingga tidak menimbulkan dompak kesehatan
masyarakat; semua ketersediaan farmasi, makanan dan perbekalan kesehatan memenuhi syarat;
terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan; dan berfungsinya sistem
Sasaran utama dari strategi ini adalah : pembangunan kesehatan memperoleh prioritas
pengganguran pemerintah pusat dan daerah; anggaran kesehatan pemerintah diutamakan untuk upaya
pencegahan dan promosi kesehatan; dan terciptanyasistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama bagi
rakyat miskin.
kesehatan akan membawa implikasi yang luas bagi pemerintah daerah dan masyarakat. Implikasi tersebut
da pat memberikan dampak positif dan dampak negatif.
Kesehatan
Makna substantial dari desentralisasi kesehatan adalah peran serta masyarakat, maka adanya
kebijakan desentralisasi akan memberi ruang dan waktu bagi masyarakat untuk mengemukakan pendapat
dan mengajukan usul berkenaan dengan pembangunan kesehatan di daerah. Masyarakat berhak dimintai
pendapatnya mengenai a pa yang terbaik bagi mereka dan apa yang mereka butuhkan. Organisasi sosial
kemasyarakatan, lembaga adat, tokoh masyarakat, dan lembaga swadayamasyarakat (LSM) harus secara
kebijakan yang dilakukan, sehingga masyarakat merasa turut memiliki pembangunan dan diakui
keberadaannya. Selain itu, masyarakat dapat berperan sebagai pengawas jalannya pembangunan
kesehatan.
Dampak positif desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain, adalah sebagai berikut :
1) Terwujudnya pembangunan kesehatan yang demokratis yang berdasarkan atas aspirasi masyarakat.
3) Optimalisasi potensi pembangunan kesehatan di daerah yang selama ini belum tergarap
4) Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya mengacu pada
petunjuk atasan,
Dampak negatif muncul pada dinas kesehatan yang selama ini terbiasa dengan kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat diharuskan membuat program dan kebijakan sendiri. Jika pemerintah
daerah tidak memiliki sumber daya yang handal dalam menganalisis kebutuhan, mengevaluasi program,
dan membuat program, maka program yang dibuat tidak akan bermanfaat. Selain itu, pengawasan dana
Arus desentralisasi semakin menuntut pemotongan jalur birokrasi aparatur pemerintahan. Hal ini
menjadi kendala karena perubahannya membutuhkan waktu yang lama dan komitmen dari aparatur
pemerintah.
1. Segi ekonomi, dari segi ekonomi banyak sekali keuntungan dari penerapan sistem desentralisasi
ini dimana pemerintahan daerah akan mudah mengelolah sumber daya alam yang dimilikinya,
dengan demikian apabila sumber daya alamyang dimiliki telah dikelolahsecara maksimal maka
2. Segi sosial budaya, dengan diadakannya desentralisasi, akan memperkuat ikatan social
budaya pada suatu daerah. Karena dengan diterapkannya sistem desentralisasi ini pemerintahan
daerah akan dengan tnudah untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah
tersebut. Bahkan kebudayaan tersebut da pat dikembangkan dan di perkenalkan kepada doerah
lain. Yang nantinya merupakan salah satu potensi daerah tersebut. Sedangkan dampak negatif
dari desentralisasi pada segi sosial budaya adalah masing-masing daerah berlomba-lomba untuk
3. Segi keamanan dan politik, dengan diadakannya desentralisasi merupakan suatu upaya
ini akan bisa meredam daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dengan NKRI, (daerah-
daerahyang merasa kurang puas dengan sistem atau a pa saja yang menyangkut NKRI). Tetapi
disatu sisi desentralisasi berpotensi menyulut konflik antar daerah. Dibidang politik, dampak positif
yang didapat melalui desentralisasi adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada
di daerah dapat diputuskan di daerah tanpaadanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Hal
ini menyebabkan pemerintahan daerah lebih aktif dalam mengelolah daerahnya. Tetapi dampak
negatif yang terlihat dari sistem ini adalah eufo ria yang berlebihan di mana wewenang tersebut
hanya mementingkan kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk
keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat
pusat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesunpulan
dari pemerintah atau Daerah tingkat atasnya kepada Daerah, yang bertujuan agar pelayanan kesehatan
dapat lebih cepat dan lebih baik serta pembangunan kesehatan yang dilakukan sesuai dengan kondisi
daerah masing-masing.
1. Dekonsentrasi
2. Delegasi
3. Devolusi
4. Privatisasi
1. Mengemukakan pendapat.
3) Optimalisasi potensi pembangunan kesehatan di daerah yang selama ini belum tergarap
4) Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya mengacu pad a
petunjuk atasan,
2. Pada dinas kesehatan yang selama ini terbiasa dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
kewenangan tersebut.Hal tersebut dikarenakan ada orang yang ingin menguasainya, atas dasar keegoisan
manusia
November 2012.
Ramadhani,Chasiah,2009.Desentralisasi Kesehatan.
Supriatna, Tjhya. 1993. Sistem AdministrasiPemerintah di Daerah. Jakarta: Bumi Aksara. Tjokroamidjojo,
Penulis
Nur Oktaviani