Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalahnegara dengan tingkat keragaman tinggi yang tersebar di berbagai area

geografis yang unik. Adanya kepercayoan dan kebudayaan yang banyak membuat penanganan masalah

pada setiap daerah haruslah berbeda. AAenyesuaikan dengan karakterisitik daerah tersebut. Kenyataan ini

berbeda dari peraturan yang pernah berlaku untuk puskesmas di Indonesia. Peraturan yang juga disebut

sebagai paradigma lama puskesrms.Beberapa hal yang melekat pada paradigma lama itu

adalah,sentralisasi, pembangunan yang terbatas, pengobatan yang hanya bersifat kuratif, hukum

kebutuhan dan permintaan, dan sangat kental dengan unsur birokrasinya. Ketidakluwesan yang ada di

puskesmas ini lama kelamaan membuat fungsi puskesmas yang sebenamya menjadi samar dan bahkan

nyaris terlupa.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa definisi dari desentralisasi pembangunan kesehatan ?

2. Bagaimana sistem desentralisasi pembangunan kesehatan ?

3. Bagaimana peranserta Masyarakat dalam mendukung kebijakan desentralisasi pembangunan

kesehatan?

4. Bagaimana dampak desentralisasi ?


1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk menginformasikan kepada para pem baca mengenai definisi desentralisasi

pembangunan kesehatan.

2. Untuk menjelaskan dan menginformasikan mengenai sistem desentralisasi pembangunan

kesehatan di Indonesia.

3. Untuk menjelaskan bagaimana peran serta masyarakat dalamkebijakan desentralisasi kesehatan.

4. Untuk memberitahu dan menjelaskan dampak dari desentralisasi pembangunan kesehatan.

1.4 Manfaat

Bagi pembaca :
1. Menambah pengetahuan pembaca mengenai desentralisasi pembangunan kesehatan.

2. Memperluas dan memperdalam ilmu yang dimiliki para pembaca mengenai desentralisasi

pembangunan kesehatan.

3. 5ebagai reverensi penulisan karya ilmiah atau makalahyang berhubungan dengan

desentralisasi pembangunan kesehatan.

Bagi penulis :

1. Membagi pengetahuan mengenai desentralisasi pembangunan kesehatan.

2. Memberikan informasi, serta dapat mengasah kemampuan dan pemahaman dalam penyusunan

makalah serta pengetahuan tentang desentralisasi kesehatan.


BAB I
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjelaskan bahwa Desentralisasi adalah

penyerahan wewenang/transfer wewengang dari pemerintah pusat baik kepada pejabat-pejabat

pemerintah pusat di Daerah yang disebut Dekonsentrasi maupun kepada badan-badan otonom daerah

yang sering disebut Devolusi. Selanjutnya PBB menjelaskan bahwa dua prinsip dari penyerahan

wewenang dan fungsi pemerintah adalah pertama ;Deconsentrasi area offices of administration (perangkat

wilayah yang berada di daerah) dan kedua, Devolusi dimana sebagian kekuasaan pemerintah diserahkan

kepada badan-badan politik di daerah yang diikuti dengan penyerahan kekuasaa/kewenangan sepenuhnya

untuk mengambil keputusan baik secara politis maupun adminstratif.

Dikatakan oleh Bryant bahwa konsekuensi dari penyerahan wewenang dalam pengambilan

keputusan dan pengawasan kepada badan-badan otonomi adalah untuk memberdayakan kemampuan

lokal (empowerment local capasity). Wewenang dan sumber daya yang diberikan berkaitan erat satu sama

lainnya. Apabila badan-badan lokal disera hi tanggung jawab dan sumber daya, maka kemampuan untuk

mengembangkan otoritasnya akan meningkat. Sebaliknya, jika pemerintah lokal hanya ditugaskan untuk

mengikuti kebijkan pusat maka partisipasi para elit dan warganya akan rendah. Dengan demikian maka

kekuasaan pada tingkat pusat tidak akan berkurang bahkan akan memperoleh respek dan kepercayaan

dari tingkat lokal yang pada akhirnya akan meningkatkan pengaruh dan legitimasinya.

Sedangkan para ahli Indonesia, seperti R. Trsna, Koesoemaatmadja, Amrah Moeslimin, The Liang

Gie dan sebagainya termasuk dalamaliran Kontinental.

Menurut R. Tresna desentralisasi dapat dibedakan kedalam :

1. Desentralisasi Jabatan (dekonsentrasi), adalah pemberian atau pemasrahan kekuasaan dari atas ke

bawah dalam rangka kepegawaian, guna kelancaran pekerjaan semata-mata. 2 .Desentralisasi

Ketatanegaraan, merupakan pemberian kekuasaan untuk mengatur bagi daerah di dalam lingkungannya
guna mewujudkan azas demokrasi dalam pemerintahan negara. Desentralisasi ketatanegaraan ini ditxigi

menjadi: Desentralisasi teritorial dan desentralisasi fungsional.

Sementara itu Koesoemaatradja, Desentralisasi adalah sistem untuk mewujudkan demokrasi yang

memberikan kesempatan kepada rakyat untuk ikutserta dalam penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan. Desentralisasi menurutnya dapat dibedakan menjadi: dekonsentrasi dan desentralisasi

ketatanegaraan atau desentralisasi politik.yaitu : pelimpahan kekuasaan perundang-undangan dan

pemerintahan kepada daerah- daerah otonom di dalam lingkungannya. Dalam Desentralisasi

politik/ketatanegaraan ini masyarakat dilibatkan dalam penyelenggaraan pemerintahan melalui saluran-

saluran perwakilan. Desentralisasi politik/ketatanegaraan ini dibagi lagi menjadi (1) desentralisasi teritorial,

yaitu : pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumahtangga daerah masing-masing;

(2)besentarlisasi fungsional, yaitu pelirrpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus sesuatu atau

beberapa kepentingan tertentu.

Ahli lainnya adalah Amrah Moeslim yang tidak memasukkan dekonsentrasi sebagai salah satu

jenis desentralisasi. Menurut Meoslim, desentralisasi dibedakandalam tiga jenis, yaitu :

1. Desentralisasi Politik, yaitu : pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat yang menimbulkan hak

mengatur dan mengurus kepentingan rumahtangga sendiri bagi badan politik di daerah-daerah

yang dipilih oleh rakyat daerah.

2. Desentralisasi Fungsional, yaitu : pemberian hak kepada golongan-golongan tertentu untuk

mengurus satu macam atau segolongan kepentingan tertentu dalam masyarakat baik terikat

ataupun tidak.

3. Desentralisasi Kebudayaan adalah pemberian hak kepada golongan minoritas dalam masyarakat

untuk menyelenggarakan kebudayaan sendiri (pendidikan, agama dll).

Menurut pendapat The Liang Gie Desentralisasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah

pusat kepada satuan-satuan organisasi pemerintahan untuk menyelenggarakan segenap kepentingan

setempat dari sekelompok penduduk yang mendiami suatu wilayah.5ementara itu menurut UU No 5 Tahun

1974 tentang, Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah atau Daerah tingkat
atasnya kepada Daerah, menjadi urusan rumah tangganya. 5edangkan menurut UU Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah, Desentralisasi adalah : penyerahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah

kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

ada empat kegiatan dalam desentralisasi menurut Koiruddin (2005); yaitu:

1. Dekonsentrasi wewenang administrasi

Dekonsentralisasi berupa pergeseran volume pekerjaan dari departemen pusat pada

perwakilannya yang ada di daerah tanpaadanya penyerahanatau pelimpahan kewenangan untuk

mengambil keputusan atau keleluasaan untuk membuat keputusan.

2. Delegasi kepada oenguasa otorita

Delegasi adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan kewewenangan manajerial untuk

melakukan tugas-tugas khusus kepada suatu organisasi yang secara langsung

berada dibawah pengawasan pusat.

3. Devolusi kepada pemerintah daerah

Devolusi adalahkondisi dimana pemerintah pusat membentuk unit-unit pemerintahan diluar

pemerintah pusat dengan menyerahkan sebagian fungsi-fungsi tertentu kepada unit-unit itu untuk

dilaksanakan secara mandiri. Devolusi adalah bentuk desentralisasi yang lebih ekstensif untuk merujuk

pada situasi dimana pemerintah pusat mentransfer kewenangan kepada pemerintah daerah dalam hal

pengambilan keputusan, keuangan dan manajemen.

4. Pemindahan fungsi dari pemerintah kepada swasta

Yang disebut sebagai pemindahan fungsi dari pemerintahan kepada swasta atau privatisasi adalah

penyerahan beberapa otoritas dalam perencanaan dan tanggung jawab administrasi tertentu kepada

organisasi swasta.

2.2 Sistem Desentralisasi Pembangunan Kesehatan

Desentralisasi kesehatan di Indonesia secara lebih jelas dilaksanakan setelah dikeluarkannya

UU No. 22 tahun 1999 , PP No. 25 tahun 2000, sertaSE Menkes No. 1107/Menkes/E/VII/2CXX). UU No.

22 tahun 1999 pasal 1 ayat h menyebutkan "otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat (termasuk bidang kesehatan), menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku".

Menurut aturan perundang-undangan dan dalam prakteknya, desentralisasi bidang kesehatan

yang ada di Indonesia menganut semua jenis desentralisasi (dekonsentrasi, devolusi, delegasi dan

privatisasi). Hal ini terlihat dari masih adanya kewenangan pemerintah pusat yang didekontrasikan di

daerah propinsi melalui Dinas Kesehatan Provinsi. Selain itu, berdasarkan SE Menkes/E/VII/2000

disebutkan beberapa tugas yang mungkin tidak dapat dilaksanakan olehpemerintah kabupaten/kota

dapatdiserahkanketingkat yang lebih tinggi. Upaya privatisasi pelayanan kesehatan dan perusahaan

pendukung pelayanan kesehatan juga sedang giat dilakukan. Kandungan makna substansial dari

desentralisasi adalah bagaimana menyejahterakan dan menciptakan keadilan bagi kehidupan masyarakat

di daerah ( 丁 agela, 2001). Selanjutnya, Simangunsong (2001). Mengatakan bahwainti dari pelaksanaan

otonomi daerah adalah terdapatnya keluesan pemerintah daerah untuk melaksanakanpemerintahan sendiri

atasprakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat dalam mengembangkan dan memajukan daerahnya.

balam bidang kesehatan, implikasi desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain, adalah

sebagai berikut;

1. Terwujudya pembangunan kesehatan yang demokratis yang berdasarkan atas aspirasi masyarakat

2. Pemerataan pembangunan dan pelayanan kesehatan

3. Optimalisasi potensi pembanmgunankesehatan di daerah yang selama ini belum tergarap,

4 Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya mengacu pada

petunjuk atasan

5. Menumbuh kembangkan pola kemandirian pelayanan kesehatan (termasuk pembiayaan kesehatan)

tanpa mengabaikan peran serta sector lain.

Kesemuanya ini bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah. Hakikat dari

pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan, pengakuan martabat, dan peningkatan serta apresiasi

terhadap harga diri masyarakat. Kebijakan desentralisasi pembangunan kesehatan seyoganya

dimaksudkan untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara merata diseluruh Indonesia, bengan

ad any a kebijakan desentralisasi maka terdapat keluwesan pemerintah daerah untuk melaksanakan

pemerintah sendiri atas prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat dalam mengembangkan dan
memajukan kesehatan di daerahnya. Implikasi dari kebijakan tersebut adalah daerah kabupaten/kota

(pemerintah,DPRb,dan masyarakat) harus merencanakan dan merumuskan sendiri program pembangunan

kesehatan di daerahnya tanpa harus menunggu kebijakan dari atas.

Program pembangunan kesehatan harus bersifat bottom-up, yaitu berdasarkan aspirasi dari

bawah. Hal ini tidak mudah, karena selama ini daerah sudah terbiasa dengan kebijakan pembangunan

yang top-down tanpa memperhatikan aspirasi masyarakat. Di satu sisi , pihak pemerintah daerah(Dinas

Kesehatan) tidak terbisa merencanakan dan menyusun program pembangunan daerah. bi sisi lain,

masyarakat sangat jarang dilibatkan dengan proses pembangunan kesehatan. Oleh karena itu,

keberhasilan pembangunan kesehatan di era desentralisasi sangat tergantung pada kesiapan daerah

untuk melaksanakannya.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah (Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota) untuk meningkatkan kesiapan daerah dalam menghadapi dan melaksanakan

desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain,adalahmenata ulang struktur organisasi Dinas

Kesehatan, menetapkan system kesehatan daerah, merencanakan dan menyusun program pembangunan

secara bottom-up, menumbuhkan mental proaktif pada aparatur pemerintah, mengembangkan system

informasi kesehatan, menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga ilmiah dan pendidikan kesehatan,

mengembangkan model promosi kesehatan daerah ,menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga ilmiah

dan pendidikan kesehatan, meningkatkan kerjasama lintas sector, membentuk badan kerjasama antar

kabupaten/kota, meningkatkan keterlibatan masyarakat, dan mengembangkan model pembiayaan

kesehatan. Selain itu, DPRD kabupaten/kota harus mengawasi jalannya pembangunan kesehatan dan

menghasilkan peraturan daerah yang memberikan suasana kondusif kepada proses pembangunan dan

infestasi bidang kesehatan di derah.

Akhirnya, dengan adanya kebijakan desentralisasi, pemerintah dan masyarakat harus

bersama-sama bahu-membahu menjalankan pembangunan kesehatan untuk mencapai kondisi kesehatan

yang dicanangkan dalam Indonesia sehat 2010, yaitu masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan

dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil

dan merata, serta tnemiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.


Sistem Desentralisasi yang sekarang ini berlaku di Indonesia, membawa perubahan tersendiri

dalam Pembangunan Kesehatan di Indonesia. Sesuai Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang

kesehatan telah dicantumkan bahwa Tujuan Nasional Pembangunan Kesehatan adalah terwujutnya derajat

kesehatan masyarakat yang optimal berupa keadaan sejahtra dari badan, jiwa dansosial yang optimal,

yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. l/ntuk mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal, bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan

pemeliharaan, peningkatan kesehatan. pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatanyang dilaksanakansecara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, pelaksanaan pelayanan

kesehatan yang merupakan perwujudan dari paradigma sehat pada saat ini lebih banyak dilaksanakan di

pusat kesehatan masyarakat.

Undang-undang No 22 tahun 1999 ten tang Otonomi daerah menjelaskan bahwa pelaksanaan

otonomi daerah yang luas dan utuh adalah melalui penerapan azas desentralisasi, pada daerah

kabupaten/kota. Pemerintah daerah kabupaten/kota, bertanggung jawab sepenuhnya dalam

penyelenggara pembangunan pada umumnya dan pembangunan kesehatan pada khususnya dengan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dituntut adanya sumberdaya manusia yang professional dan

mampumemberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi dan kesehatan adalah dinas kesehatan yang

mempuyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Mewujudkan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang berlandaskan prakarsa dan

aspirasi masyarakat dengan cara memberdayakan, menghimpun, dan mengoptimalkon potensi Daerah

untuk kepentingan Daerah dan prioritas Nasional dalam mencapai Indonesia Sehat 2010

Point dalam desentralisasi kesehatan :

1.Mendekatkan Pengambilan Keputusan

2. Pembangunan Kesehatan Lebih Sesuai Dengan Local Specific

3. Potensi Masyarakat Lebih biberdayakan

4. Derajat Kesehatan Meningkat

5.Human Development Index Indonesia Meningkat

6. Indonesia Sehat 2010 - Masyarakat Mandiri Untuk Hidup Sehat.


Ditengah keterbatasan dumber daya dalam hal pembiayaan dan tenaga adalah

memprioritaskan bidang-bidang pembangunan kesehatan, seperti Kesehatan Ibu dan Anak. Oleh karena

itu, Depkes akan menempuh 4 strategi utama, yaitu :

1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.

Sasaran utama strategi ini adalah seluruh desa menjadi desa siaga, seluruh masyarakat

berperilaku hidup bersih dan sehat serta seluruh keluarga sadar gizi.

2. Meningkatkan akses masyarakat tehadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Sasaran utama strategi ini adalah ; Setiap orang miskin mendapatkan pelayanan kesehatan yang

bermutu; setipa bayi, anak, dan kelompok masyarakat risiko tinggi terlindungi dari penyakit; disetiap desa

tersedia 5DM kesehatan yang kompeten; di setiap desa tersedia cukup obat esensial dan alat kesehatan

dasar; setiap Puskesmas dan jaringannya dapat menjangkau dan dijangkau seluruh masyarakat di wilayah

kerjanya; pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit, Puskesmas dan jaringannya memenuhi standar

mutu.

3. Meningkatkan sistem surveillans, monitoring dan informasi kesehatan.

Sasaran utama dari strategi ini adalah: setiap kejadian penyakit terlaporkan secara cepat kepada

desa/lurah untuk kemudian diteruskan ke instansi kesehatan terdekat; setiap kejadian luar biasa (KLB) dan

wabah penyakit tertanggulangi secara cepat dan tepat sehingga tidak menimbulkan dompak kesehatan

masyarakat; semua ketersediaan farmasi, makanan dan perbekalan kesehatan memenuhi syarat;

terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan; dan berfungsinya sistem

informasi kesehatan yang evidence based di seluruh Indonesia.

4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.

Sasaran utama dari strategi ini adalah : pembangunan kesehatan memperoleh prioritas

pengganguran pemerintah pusat dan daerah; anggaran kesehatan pemerintah diutamakan untuk upaya

pencegahan dan promosi kesehatan; dan terciptanyasistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama bagi

rakyat miskin.

Implikasi desentralisasi pembangunan kesehatan. Ad any a kebijakan desentralisasi dalam bidang

kesehatan akan membawa implikasi yang luas bagi pemerintah daerah dan masyarakat. Implikasi tersebut
da pat memberikan dampak positif dan dampak negatif.

2.3 Peran Serta Masyarakat dalam Mendukung Kebijakan Desentralisasi Pembangunan

Kesehatan

Makna substantial dari desentralisasi kesehatan adalah peran serta masyarakat, maka adanya

kebijakan desentralisasi akan memberi ruang dan waktu bagi masyarakat untuk mengemukakan pendapat

dan mengajukan usul berkenaan dengan pembangunan kesehatan di daerah. Masyarakat berhak dimintai

pendapatnya mengenai a pa yang terbaik bagi mereka dan apa yang mereka butuhkan. Organisasi sosial

kemasyarakatan, lembaga adat, tokoh masyarakat, dan lembaga swadayamasyarakat (LSM) harus secara

bersama-sama dan bahu- membahu dengan pemerintah menjalankan pembangunan kesehatan di

daerahnya.Pemerintah harus memberi akses yang sebesar-besarnya kepada masyarakat tentang

kebijakan yang dilakukan, sehingga masyarakat merasa turut memiliki pembangunan dan diakui

keberadaannya. Selain itu, masyarakat dapat berperan sebagai pengawas jalannya pembangunan

kesehatan.

2.4 Dampakdari Desentralisasi Pembangunan Kesehatan

Dampak positif desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain, adalah sebagai berikut :

1) Terwujudnya pembangunan kesehatan yang demokratis yang berdasarkan atas aspirasi masyarakat.

2) Pemerataan pembangunan dan pelayanan kesehatan,

3) Optimalisasi potensi pembangunan kesehatan di daerah yang selama ini belum tergarap

4) Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya mengacu pada

petunjuk atasan,

5) Menumbuhkembangkan pola kemandirian pelayanan kesehatan (termasuk pembiayaan kesehatan)

tanpa mengabaikan peran serta sektor lain.

Dampak negatif muncul pada dinas kesehatan yang selama ini terbiasa dengan kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat diharuskan membuat program dan kebijakan sendiri. Jika pemerintah

daerah tidak memiliki sumber daya yang handal dalam menganalisis kebutuhan, mengevaluasi program,

dan membuat program, maka program yang dibuat tidak akan bermanfaat. Selain itu, pengawasan dana

menjadi hal yang harus diperhatikan untuk menghindari penyelewengan anggaran,

Arus desentralisasi semakin menuntut pemotongan jalur birokrasi aparatur pemerintahan. Hal ini

menjadi kendala karena perubahannya membutuhkan waktu yang lama dan komitmen dari aparatur

pemerintah.

Adapun dampak lainnya dari desentralisasi:

1. Segi ekonomi, dari segi ekonomi banyak sekali keuntungan dari penerapan sistem desentralisasi

ini dimana pemerintahan daerah akan mudah mengelolah sumber daya alam yang dimilikinya,

dengan demikian apabila sumber daya alamyang dimiliki telah dikelolahsecara maksimal maka

pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan meningkat.

2. Segi sosial budaya, dengan diadakannya desentralisasi, akan memperkuat ikatan social

budaya pada suatu daerah. Karena dengan diterapkannya sistem desentralisasi ini pemerintahan

daerah akan dengan tnudah untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah

tersebut. Bahkan kebudayaan tersebut da pat dikembangkan dan di perkenalkan kepada doerah

lain. Yang nantinya merupakan salah satu potensi daerah tersebut. Sedangkan dampak negatif

dari desentralisasi pada segi sosial budaya adalah masing-masing daerah berlomba-lomba untuk

menonjolkan kebudayaannya masing-masing. Sehingga, secara tidak langsung melunturkan

kesatuan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia itu sendiri.

3. Segi keamanan dan politik, dengan diadakannya desentralisasi merupakan suatu upaya

untuk mempertahankan kesatuan Negara Indonesia, karena dengan diterapkannya kebijaksanaan

ini akan bisa meredam daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dengan NKRI, (daerah-

daerahyang merasa kurang puas dengan sistem atau a pa saja yang menyangkut NKRI). Tetapi

disatu sisi desentralisasi berpotensi menyulut konflik antar daerah. Dibidang politik, dampak positif

yang didapat melalui desentralisasi adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada

di daerah dapat diputuskan di daerah tanpaadanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Hal

ini menyebabkan pemerintahan daerah lebih aktif dalam mengelolah daerahnya. Tetapi dampak

negatif yang terlihat dari sistem ini adalah eufo ria yang berlebihan di mana wewenang tersebut
hanya mementingkan kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk

keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat

pusat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesunpulan

Jadi kesimpulanya desentralisasi pembangunan kesehatan ialah penyerahan urusan pemerintah

dari pemerintah atau Daerah tingkat atasnya kepada Daerah, yang bertujuan agar pelayanan kesehatan

dapat lebih cepat dan lebih baik serta pembangunan kesehatan yang dilakukan sesuai dengan kondisi

daerah masing-masing.

Ada 4 jenis Desentralisasi yang di anut di Indonesia yakni

1. Dekonsentrasi

2. Delegasi

3. Devolusi

4. Privatisasi

Peran masyarakat dapat berupa :

1. Mengemukakan pendapat.

2. Mengajukan usul berkenaan dengan pembangunan kesehatan di daerah

3. Masyarakat dapat berperan sebagai pengawas jalannya pembangunan kesehatan

Dampak positif desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain.adalah sebagai berikut :

1) Terwujudnya petnbangunan kesehatanyang demokratisyang berdasarkan atasaspirasi masyarakat.

2) Pemerataan pembangunan dan pelayanan kesehatan,

3) Optimalisasi potensi pembangunan kesehatan di daerah yang selama ini belum tergarap

4) Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya mengacu pad a

petunjuk atasan,

5) Menumbuhkembangkan pola kemandirian pelayanan kesehatan (tertmsuk pembiayaan kesehatan)


tanpa mengabaikan peran serta sektor lain.
Dampak Negatif Desentralisasi:

1. Waktu pengambilan kebijakan.

2. Pada dinas kesehatan yang selama ini terbiasa dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah

pusat diharuskan membuat program dan kebijakan sendiri.

3. Adanya ketimpangan pegambilan keputusan olehpihak-pihak yang tidak seharusnya mempunyai

kewenangan tersebut.Hal tersebut dikarenakan ada orang yang ingin menguasainya, atas dasar keegoisan

manusia

4. Peluang terjadinya penyelewengan dana lebih besar.


DAFTAR PUSTAKA

Benzhaonenes. 2011. Kesiapan Daerah Menghadapi desentralisasi Kesehatan. http://www.dinkes-ende

web.id/,diakses 2 Desember 2012.

Ikha.2012. Desentralisasi Dalam Sistem Kesehatan.

http://ikmalOfknw.f iles.wordpress.com/. diakses 30 November 2012.

Junaidi. Wawan. 2011. Pengertian Desentralisasi. http://wawan-iun(iidi.bJogspot.com/, diakses 30

November 2012.

Ramadhani,Chasiah,2009.Desentralisasi Kesehatan.

http://chasiahramadhani.blogspot.com/, diakses 30 November 2012.

Suhadi. 2011. AdministrasiPembangunan Kesehatan. Kendari,

Supriatna, Tjhya. 1993. Sistem AdministrasiPemerintah di Daerah. Jakarta: Bumi Aksara. Tjokroamidjojo,

Bintoro.1974. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3 E5.


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .........................................................................................................................................


KATA PENGANTAR..............................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................................................................
1.1. Latar Belakang ..............................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................
1.3. Tujuan...........................................................................................................................
1.4. 1.4・ Manfaat...............................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN........................................................................................................................
2.1. Defenisi.........................................................................................................................
2.2. Sistem Desentralisasi Pembangunan Kesehatan ........................................................
2.3. PeranSerta Masyarakat Dalam Mendukung Kebijakan besentralisasi Pembangunan
Kesehatan.........................................................................................................................
2.4. Dampak Dari besentralisasi Pembangunan Kesehatan ................................................
2.5. BAB III : PENUTUP........................................................................................................
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................................

TUGAS MAKALAH DESENTRALISASI KESEHATAN


Dosen pengampu : Ns.Mutmainah,S.Kep,.M.Kep
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
PRODI DIII KEPERAWATAN UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt,karena a+as limpahan rahmat


dan hidayahnya kepada kita semua shingga makalh '' DESENTRALISASI
PEMBANGUNAN KE5EHATAN" ini dapat terselesaikan dengan baik.kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan .olehanya itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
audiens.

Penulis

Nur Oktaviani

Anda mungkin juga menyukai