Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KESEHATAN MASYARAKAT KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Kesehatan Masyarakat Komunitas Adat
Terpencil

Dosen Pengampu : Oka Lesmana, S.KM., M. K. M

OLEH

KELOMPOK 1

Revaliyanti Era Utami (N1A117031)

Weni Sintia Undari (N1A117162)

Uswatun Khasanah Wd (N1A117170)

Nazrina Safitri (N1A117179)

Siska Meriza (N1A117200)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JAMBI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan
nikmat serta berkat-Nya, terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Kesehatan Masyarakat Komunitas Adat
Terpencil. Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memperdalam ilmu tentang


epidemiologi penyakit dan lingkungan yang mepengaruhi kesehatan masyarakat serta
faktor dan peran dari ilmu kesehatan masyarakat adat terpencil dalam kesehatan
masyarakat.

Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak keterbatasan dan jauh dari
kesempurnaan karena penulis masih proses belajar dan terus belajar. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Harapan penulis, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi pembaca.

Jambi, 15 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................2
1.3 TUJUAN............................................................................................................2
1.4 MANFAAT .......................................................................................................3

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................4

2.1 DEFINISI LINGKUNGAN...............................................................................4


2.2 DEFINISI EPIDEMIOLOGI.............................................................................4

BAB III: PEMBAHASAN............................................................................................ 5

3.1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT.........................................................................9

3.2 PRINSIP DAN METODE UNTUK MENGATASI PENYAKIT...................16

3.3 FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI...............................22

3.4 PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN.......................................27

BAB IV: PENUTUP.....................................................................................................32

A. KESIMPULAN.................................................................................................32
B. SARAN.............................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................33
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tujuan pembangunan nasional di Indonesia adalah
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagai modal dasar
pembangunan di masa mendatang. Tujuan pembangunan nasional tersebut
kemudian direalisasikan dalam Tujuan Pembangunan Mi- lenium atau
Millennium Development Goals (MDGs). Adapun target utama MDGs
dalam hal menurunkan angka kematian anak adalah menurunkan angka
kematian balita sebesar dua pertiganya antara tahun 1990 hingga tahun 2015
(Stalker 2008).
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai cita-cita bangsa Indonesia.
Sesuai amanat Pasal 14 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
“Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.” Namun,
pemerataan upaya kesehatan di Indonesia belum dapat dilaksanakan secara
optimal karena kendala geografis dan sosial, yaitu mereka yang tinggal di
Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK).
Suku Anak Dalam (SAD) merupakan salah satu komunitas adat
terpencil. Komunitas adat terpencil adalah kelompok sosial budaya yang
secara geografis bertempat tinggal di wilayah terpencil di Indonesia.
Menurut Sethi, 2007 di dalam Handayani dkk (2012) Lingkungan
dapat menyangkut aspek alam, sosial maupun binaan, dan merupakan faktor
tidak langsung yang mempengaruhi status gizi. Berbagai penelitian yang
berkaitan dengan gizi menyatakan bahwa, status gizi dapat disebabkan oleh
kondisi medis, status sosial ekonomi keluarga yang meliputi pendidikan ibu,
status pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pengeluaran pangan rumah
tangga, dan lingkungan sosial budaya atau sosio-kultural.
Menurut penelitian Ridwan dan lesmana (2018) menyatakan bahwa
suku anak dalam perlu ditingkatkan kemampuan dalam menjaga kebersihan
diri, kebersihan lingkungan pemukiman, gizi dan tumbuh kembang anak.
Dalam mengatasi masalah yang terjadi di wilayah komunitas
terpencil khususnya masalah kesehatan perlu adanya pemberdayaan kepada
mereka supaya mereka mampu untuk mengatasi masalah kesehatan yang
ada.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa Permasalahan epidemiologi penyakit pada KAT (komunitas adat
terpencil)?
2. Bagaimana Prinsip dan metode yang harus di lakukan untuk mengatasi
penyakit di KAT?
3. Apa saja Faktor lingkungan KAT yang mempengaruhi kesehatan?
4. Bagaimana Pengelolaan kesehatan lingkungan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Permasalahan epidemiologi penyakit pada KAT
(komunitas adat terpencil)
2. Untuk mengetahui Prinsip dan metode yang harus di lakukan untuk
mengatasi penyakit di KAT
3. Untuk mengetahui Faktor lingkungan KAT yang mempengaruhi
kesehatan
4. Untuk mengetahui cara Pengelolaan kesehatan lingkungan
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui Permasalahan epidemiologi penyakit pada KAT
(komunitas adat terpencil).
2. Dapat mengetahui Prinsip dan metode yang harus di lakukan untuk
mengatasi penyakit di KAT.
3. Dapat mengetahu Faktor lingkungan KAT yang mempengaruhi
kesehatan.
4. Dapat mengetahui cara Pengelolaan kesehatan lingkungan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu baik fisik, biologis maupun sosial


yang berada di sekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Ada tiga jenis
lingkungan antara lain (Lenihhan & Fletter, 2000) :

1. Lingkungan Fisik adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang
tidak bernyawa. Misalnya air, kelembaban, udara, suhu, angin, rumah dan
benda mati lainnya.
2. Lingkungan Biologis adalah segala sesuatu yang bersifat hidup seperti
tumbuh-tumbuhan hewan serta mikroorganisme.
3. Lingkungan sosial adalah segala sesuatu tindakan yang mengatur kehidupan
manusia dan usah-usahanya untuk mempertahankan kehidupan seperti
pendidikan pada tiap individu, rasa tanggung jawab, pengetahuan keluarga,
jenis pekerjaan, jumlah penghuni dan keadaan ekonomi.
4. Lingkungan rumah adalah segala sesuatu yang berada di dalam rumah,
lingkungan rumah terdiri dari lingkungan fisik yaitu ventilasi, suhu,
kelembaban udara serta lingkungan social yaitu kepadatan penghuni.
Lingkungan rumah menurut WHO adalah suatu struktur fisik dimana orang
yang menggunakan untuk tempat berlindung.

2.2 Definisi Epidemiologi


Epidemiologi adalah metode investigasi yang digunakan untuk
mendeteksi penyebab atau sumber dari penyakit, sindrom, kondisi atau risiko
yang menyebabkan penyakit, cedera, cacat atau kematian dalam populasi atau
dalam suatu kelompok manusia. Epidemiologi juga didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari sifat, penyebab, pengendalian, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan, dan kematian dalam
populasi manusia. Ilmu ini meliputi pemberian ciri pada distribusi status
kesehatan, penyakit, atau masalah kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan
usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan, pekerjaan, perilaku, waktu,
tempat, orang dan sebagainya. (Timmreck, 2004: 2)

- Ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit serta berbagai


masalah kesehatan di dalam masyarakat termasuk aplikasinya ditujukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (hasil kesepakatan
pertemuan internasional ahli epidemiologi di Amerika Serikat, 1991)

- Ilmu yang mempelajari distribusi dan faktor-faktor determinan yang


mempengaruhi status kesehatan atau menyebabkan terjadinya penyakit atau
gangguan kesehatan pada kelompok masyarakat tertentu dan penggunaan
studi tersebut untuk menganggulangi masalah-masalah kesehatan (Last,
J.M., Ed, 1988).

Berdasarkan pengertian tersebut terdapat tiga komponen penting dalam


Epidemiologi :

1. Frekuensi

Merupakan kuantifikasi status kesehatan (kondisi status kesehatan yang terekam


dalam data time series) analisa data sekunder, sebagai awal pengamatan
pola penyakit di dalam masyarakat (populasi).

2. Distribusi

Terkait dengan pola penyebaran penyakit dan merumuskan hipotesa tentang


kemungkinan faktor penyebab  orang, tempat dan waktu.

3. Determinan

Faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan baik yang menerangkan


frekuensi, penyebaran (distribusi) dan penyebab timbulnya masalah
kesehatan.
Epidemiologi berfokus pada tipe dan keluasan cedera, kondisi, atau
penyakit yang menimpa suatu kelompok atau populasi, epidemiologi juga
menangani faktor risiko yang dapat memberikan dampak, pengaruh, pemicu, dan
efek pada distribusi penyakit, cacat/ defek, ketidakmampuan, dan kematian.
Sebagai metode ilmiah, epidemiologi juga digunakan untuk mengkaji pola
kejadian yang mempengaruhi faktor-faktor di atas. Subjek-subjek yang dibahas
dalam epidemiologi adalah distribusi kondisi patologi dari populasi manusia
atau faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi tersebut.(Timmreck, 2004: 2)

I. Pengertian Epidemiologi Kesehatan Lingkungan :

- Ilmu yang menganalisa dan mengukur efek-efek kesehatan dari faktor-faktor


lingkungan dan menilai keefektifan strategi-strategi pengawasan (WHO,
1989)

- Ilmu dan seni yang mempelajari dan menilai (mengukur dan analisis) kejadian
penyakit atau ganggguan kesehatan dan potensi bahaya faktor penyebab
(bahan, kekuatan, kondisi) akibat perubahan keseimbangan lingkungan serta
menilai upaya-upaya pengendaliannya (Pentaloka Epidemiologi Lingkungan,
Ciloto, 28 Oktober dan 2 November 1991).

II. TUJUAN DAN LEVEL EPIDEMIOLOGI (EPIDKESLING )

1. TUJUAN EPIDEMIOLOGI (EPIDKESLING)

Tujuan Epid (kesling), yaitu :

a. mengumpulkan fakta dan data tentang berbagai masalah kesehatan yang ada
dalam masyarakat  EPIDKESLING berkaitan dengan pengaruh
(perubahan) kondisi lingkungan.

b. Menjelaskan sifat dan penyebab masalah kesehatan berdasarkan fakta dan


data yang diperoleh setelah dilakukan analisa.
c. Menemukan atau merencanakan pemecahan masalah serta mengevaluasi
pelaksanaannya

II LEVEL PENERAPAN EPIDEMIOLOGI (EPIDKESLING)

a. Level Pemahaman : dimulai dari pengamatan yang dilakukan secara ilmiah sampai
pada penarikan kesimpulan yang mengarah pada akumulasi pengetahuan
kejadian penyakit.

b. Level Intervensi : mengumpulkan informasi empiris yang dapat digunakan untuk


pengambilan keputusan kesehatan masyarakat.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 EPIDEMIOLOGI (EPID KESLING) PENYAKIT

I. RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI (EPIDKESLING)

Ruang lingkup Epidemiologi (Epidkesling)

1. Kondisi Lingkungan : perubahan kualilitas lingkungan berpengaruh terhadap


agent (penyebab penyakit), host (manusia).

2. Variabel Epidemiologi : orang, waktu dan tempat

3. Penyakit :

- Penyakit Infeksi/menular : akibat kondisi sanitasi yang buruk. Contoh


penyakit yang sering terjadi di lingkungan KAT yaitu Malaria, campak
dan diare.

- Penyakit menahun atau tidak menular : akibat menurunnya (perubahan)


kualitas lingkungan yang timbul sebagai dampak negatif dari aktivitas
pembangunan misalnya pencemaran yang terjadi pada air, tanah dan udara
akibat limbah industri, pertanian, pertambangan/energi, transportasi,
domestik dan sebagainya.

4. Ilmu sosial dan perilaku : perilaku manusia (higiene perorangan) dan


hubungannya dengan timbulnya kejadian penyakit.

5. Metoda (Design) : sebagai dasar yang digunakan dalam melakukan kajian


(analisa) untuk menarik kesimpulan baik level pemahaman maupun level
intervensi, misal penggunaan Metode-metode Statistik (kajian Ilmiah) dan
penggunaan konsep SIMPUL KESEHATAN LINGKUNGAN.

Berdasarkan pemaparan diatas, penyakit yang sering terjadi di KAT


adalah malaria, campak dan diare. sesuai dengan penlitian yang dilakukan oleh
Sagrim dkk 2015 menyebutkan “Masyarakat Suku Taburta pada dasarnya belum
memahami pemeberantasan jentik sebagai penyakit yang timbul karena faktor
lingkungan yang tidak bersih, dan diantara mereka masih membuang sampah
jauh dari pemukiman. Kejadian malaria masih dijumpai perkampungan ini
diikuti kesadaran mereka menggunakan kelambu berinsektisisda baik dirumah
atau saat berkebun dan berburuh.” Juga pernyataan berikut dalam jurnal Sagrim
dkk 2015 “Terjadinya diare di Kampung Taria disebabkan oleh kurangnya
kesadaran masyarakat dalam mengelolah air minum”.

II. VARIABEL EPIDEMIOLOGI (EPIDKESLING)

1. ORANG (PERSON)

Perbedaan Sifat/karakteristik individu secara tidak langsung memberikan perbedaan


sifat/keterpaparan, dipengaruhi oleh:

 Faktor Genetik  bersifat tetap, seperti : jenis kelamin, ras, data kelahiran,
dsb.

 Faktor biologik  berhubungan dengan kehidupan biologik, seperti : umur,


status gizi, kehamilan, dsb.

 Faktor Perilaku  berpengaruh secara individu, seperti: adat istiadat,


mobilitas, dsb.

 Faktor Sosial Ekonomi  seperti pekerjaan, status perkawinan, pendidikan,


daerah tempat tinggal.

2. TEMPAT (PLACE)

Pengetahuan distribusi geografis suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan


kesehatan dan dapat memberikan penjelasan etologi penyakit.

Keterangan tempat dapat bersifat :

 Keadaan geografis, misal: daerah pegunungan, pantai, dataran rendah, dsb.


 Batas administratif (misal: batas negara, propinsi, kabupaten/kota,
kecamatan/kelurahan), batas ekologis (batas penyebaran dampak).

Menganalisa hubungan penyakit dengan tempat harus dipikirkan hal-hal sbb :

 Keadaan penduduk setempat dan sifat karakteristiknya.

 Apakah penyakit berhubungan langsung dengan tempat, seperti :

- Angka kesakitan tinggi pada semua golongan umur.

- Penyakit tidak dijumpai/kurang ditempat lain.

- Penduduk yang pindah ke tempat tersebut akan terserang penyakit.

- Penduduk yang keluar dari tempat yang bersangkutan akan sembuh atau
penyakitnya tidak bertambah.

- Adanya gejala penyakit yang sama pada hewan.

 Faktor lingkungan biologis dan sosial ekonomi setempat harus diperhitungkan.

3. WAKTU

Perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan


faktor-faktor etiologis, yaitu dengan adanya :

a. faktor penyebab penyakit pada waktu tertentu

b. perubahan komposisi dan jumlah penduduk menurut waktu

c. perubahan komposisi lingkungan menurut waktu (lingk. fisik, biologi dan sosial
ekonomi).

d. perubahan kriteria dan alat diagnosa dari waktu ke waktu


e. perubahan pola penyakit karena usaha pencegahan dan penanggulangan serta
perubahan lainnya dari waktu ke waktu.

PERUBAHAN PENYAKIT MENURUT WAKTU :

1. Perubahan dalam waktu singkat :

a. Epidemi : jumlah penderita melampaui keadaan normal, umumnya terjadi pada


penyakit menular, namun tidak menutup kemungkinan karena akibat bahan
kimia/akibat fisik serta kelainan perilaku, misal penyakit menular DBD.

b. Common sources/Point epidemic : timbul wabah mendadak dengan terfokus pada


limit waktu sesuai dengan masa inkubasi terpanjang pada penyakit, misal
keracunan makanan.

c. Epidemi berkepanjangan : epidemi yang terus menerus berlangsung, terutama


penyakit dengan kontak person (umpama AIDS) maupun oleh vektor penyakit,
misal malaria.

2. Perubahan secara periodik :

a. Pengaruh musim :

 Hubungan penyakit dengan musim tertentu terutama penyakit menular, juga


dijumpai pada penyakit kronik, seperti asmatik.

 Perbedaan waktu erat hubungannya dengan keadaan cuaca yang dapat


mempengaruhi sifat penyebab, pejamu serta lingkungan.

 Perubahan tahunan secara epidemiologi karena sifat penyakit.

b. Perubahan periodik yang bersifat siklus :

 Perubahan insidensi penyakit secara reguler antara beberapa bulan tertentu


secara teratur.

3. Perubahan secara sekuler :


 Perubahan yang terjadi setelah sekian tahun (5-10 tahun atau lebih) yang
menampakkan perubahan keadaan penyakit/kematian yang cukup berarti dalam
hubungan interaksi antara pejamu/manusia (H), penyebab (A) dan lingkungan
(E).

PENGUKURAN EPIDEMIOLOGI

Ada 3 macam cara pengukuran dalam Epidemiologi :

1. RATE (ANGKA)

 perbandingan antara pembilang dan penyebut dinyatakan dalam kurun waktu


tertentu.

 Besarnya peristiwa (kejadiaan penyakit) yang terjadi pada suatu populasi


penduduk dalam kurun waktu tertentu.

a. Incidence Rate : mengukur perkembangan penduduk tanpa suatu penyakit


selama kurun waktu yang khusus.

b. Prevalensi Rate : mengukur jumlah orang pada suatu populasi yang menderita
penyakit pada waktu tertentu.

PR = jml kasus baru dan kasus lama pada tahun pengamatan : julah populasi
pengamatan x k

K = 1.000, 10.000 atau 100.000 (biasa dipakai)

c. Attack Rate : insidence rate yang dinyatakan dalam persen.


Jml kasus baru penyakit tertentu dlm kurun waktu tertentu

AR : ----------------------------------------------------------------------------- x 100 %

Jml populasi yang berisiko atau populasi keseluruhan

d. Mortality Rate  Frekuensi terjadinya kematian didalam suatu kelompok


masyarakat tertentu selama periode waktu tertentu.

 Crude Date Rate (CDR) atau Angka Kematian Kasar  jumlah kematian
selama satu tahun per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama.

Jml kematian selama 1 tahun

CDR : -------------------------------------------------------------------- x 1000

Jml penduduk pada pertengahan tahun yang sama

 Case Fatality Rate (CFR)  perbandingan antara jumlah kematian karena


penyakit tertentu yangt terjadi selama 1 tahun dengan jumlah penderita
penyakit tersebut pada tahun yang sama.

Jml kematian karena penyakit tertentu

CFR : ---------------------------------------------------- x 1000

Jml penderita penyakit tersebut

 Age Spesific Death Rate (ASDR) : Angka kematian berdasarkan golongan


umur atau golongan lainnya (jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dsb)

Jml kematian pada golongan umur (tertentu)


Jml penduduk pertengahan tahun pada gol umur (tententu)

Manfaat ASDR :

1. mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan masyarakat dengan


melihat kematian tertinggi pada golongan umur, misal:

 kematian tertinggi pada golongan umur bayi atau balita :


menggambarkan kondisi kesehatan masyarakat masih rendah.

 kematian tertinggi pada golongan lansia : menggambarkan kondisi


kesehatan masyarakat yang baik.

2. untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat diberbagai wilayah.

3. untuk menghitung rata-rata harapan hidup

2. PROPORSI (PROPOSIONAL DISTRIBUSI):

 perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian dari


penyebut dan dinyatakan dalam prosentase.

 prosentase diantara jumlah keseluruhan kejadian dari suatu seri data yang muncul
dalam suatu kategori tertentu dari seri data tersebut.

Jml kejadian pada kategori tertentu

Rumus : --------------------------------------------------------------- x 100 %

Jml keseluruhan kejadian pada semua kategori


3. RATIO:

 nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantitatif yang
pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut.

 Pernyataan frekuensi relatif dari timbulnya suatu kejadian dibandingkan dengan


kejadian lain.

Jml kejadian dengan kategori tertentu

Rumus : ---------------------------------------------------------------------

Jml kejadian dengan kategori tertentu yang berbeda

3.2 PRINSIP DAN METODE

I. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI (LINGKUNGAN)

Pengertian :

 Pengamatan terus menerus terhadap terjadinya penyebaran penyakit yang berbasis


lingkungan atau kondisi (lingkungan) yang dapat memperbesar resiko terjadinya
penyakit.

Tujuan :

 mementukan data dasar/besarnya masalah kesehatan.

 memantau atau mengetahui kecenderungan penyakit.

 mengindentifikasi adanya KLB

 membuat rencana tindak

 evaluasi program kesehatan

Manfaat :
 informasi tentang kejadian penyakit terutama yang berkaitan dengan kondisi
lingkungan

 informasi tentang pola penyebaran penyakit

 informasi tentang kelompok penduduk risiko tinggi

Pengamatan (Surveilans) dilakukan dengan 2 (dua) cara :

1. Pengamatan Pasif

 Pengumpulan data yang diperoleh dari laporan instansi terkait (kesehatan,


pertanian/peternakan, Bappedalda, dsb) yang ada di daerah.

Dari data yang diperoleh diketahui :

 distribusi geografis kesakitan dan kematian akibat penyakit tertentu

 Perubahan-perubahan kondisi lingkungan yang terjadi (penurunan kualitas


lingkungan, kematian binatang peliharaan, dsb).

 Kebutuhan tentang penelitian sebagai tindak lanjut untuk memperoleh


keterkaitan antara kejadian penyakit (kematian) dengan kondisi lingkungan.

2. Pengamatan Aktif

 Pengumpulan data yang dilakukan secara langsung untuk mempelajari penyakit


tertentu dalam waktu singkat dan dilakukan oleh petugas kesehatan secara
teratur seminggu sekali atau 2 minggu sekali untuk mencatat ada atau tidaknya
kasus baru penyakit tertentu.

Pencatatan pada pengamatan aktif meliputi :

 Variable demografi (umur, jenis kelamin, pekerjaan, social ekonomi)

 Saat waktu timbul gejala


 Pola makan

 Kondisi lingkungan berkaitan dengan ada atau tidaknya kejadian penyakit


tertentu.

Sasaran Pengamatan :

1. Individu

dilakukan pada individu yang terinfeksi dan mempunyai potensi untuk menularkan
penyakit.

2. Populasi lokal/kelompok lokal

kelompok penduduk yang terbatas pada orang-orang dengan risiko terkena suatu
penyakit.

 Kelompok individu yang kontak dengan penderita/karier.

 Pejamu yang rentan, misal: bayi, anak yang beum mendapat imunisasi.

 Kelompok individu yang mempunyai peluang kontak dengan penderita, missal:


dokter, perawat, petugas laboratorium.

 Kelompok individu yang berada pada kondisi lingkungan yang berisiko (pekerja
pabrik; pemukiman disekitar kawasan industri, bantaran sungai, TPA sampah
dsb).

3. Populasi Nasional

Pengamatan dilakukan terhadap semua penduduk atau kelompok penduduk secara


nasional.

misal :

 Pengamatan terhadap penyakit polio untuk menilai keberhasilan pelaksanaan PIN


vaksinasi polio.
 Pengamatan terhadap penyakit TBC untuk menilai keberhasilan pemberantasan
penyakit TBC secara nasional.

4. Populasi Internasional

 Pengamatan terhadap penyakit yang dilakukan oleh berbagai negara secara


bersama-sama.

misal :

 Pengamatan terhadap kasus penyakit Flu Burung (sebagai issue global yang
saat ini sedang dihadapi)

 Tujuan:

 untuk saling memberi informasi tentang epidemi yang timbul disuatu negara
agar negara lain yang tidak terkena dapat melakukan upaya pencegahan.

 Untuk menjamin hal ini dibuat Undang-undang karantina yang berlaku secara
internasional.

Langkah-langkah kegiatan Surveilans

1. Menetapkan tujuan surveilans dan menentukan data yang diperlukan.

2. mengumpulkan data secara jelas, tepat dan relevan

a. mengumpulkan dan menelaah ulang data yang diperoleh

b. melakukan penyelidikan kasus dengan menggunakan metodologi secara ilmiah.

3. mengolah data :

a. menemukan criteria guna penggolongan data (waktu, tempat & orang).

b. Menghitung rate, rasio dan proporsi

c. Membuat table, grafik


4. Menganalisa dan menginterpretasi data :

a. mencari golongan risiko tinggi dalam artian tempat, waktu dan orang.

b. Menginterpretasikan data untuk mengetahui persamaan dan perbedaan tingkat


penularan penyakit, dengan cara :

 Membandingkan analisa data surveilan saat ini dengan analisa data lalu,
analisa seluruh propinsi, analisa secara nasional.

 Menggunakan data yang tersedia dari studi lain pada waktu yang berbeda:

 Hewan sumber penularan penyakit

 Pemanfaatan produk biologis: vaksin, darah dsb.

 Penggunaan bahan-bahan kimia: obat-obatan, pestisida, dsb.

 Menggunakan data dari sumber nasional, propinsi dan lokal yang berkaitan,
missal :

 Studi demografi

 Studi lingkungan

 Studi yang berhubungan dengan penyebab penyakit

c. Mengidentifikasi faktor-faktor (penyebab) yang potensial berhubungan dengan


penularan penyakit.

d. Memilih faktor-faktor yang paling mungkin bertanggung jawab sebagai penularan


penyakit.

5. Merumuskan hipotesa berkenaan dengan faktor penyebab yang mempengaruhi


penularan penyakit dengan menggunakan analisa dan intrerpretasi diatas.

6. Menguji hipotesa

a. menentukan data yang diperlukan


b. mendapatkan data yang diperlukan

c. mengolah data

d. menganalisa dan menginterpretasi data

e. menyimpulkan bahwa hipotesa benar atau salah dan bila salah menyusun hipotesa
baru.

7. Merekomendasi dan/atau melakukan tindakan pemberantasan pencegahan setelah


faktor-faktor utama diketahui.

8. Membuat laporan untuk dipublikasikan

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

Pengertian :

 Peristiwa bertambahnya kejadian atau kematian yang bermakna secara epidemiologi


pada waktu dan lokasi tertentu.

Untuk mengetahui adanya perubahan perlu diketahui keadaan awal atau adanya
informasi awal sebelum adanya perubahan.

Informasi berkaitan dengan perubahan dapat berupa :

 Data penyakit (menurut waktu, tempat dan orang)

 Faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit (kondisi lingkungan: fisik, kimia,


biologi).

 Kegiatan manusia yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit.

Kegiatan dalam Pengamatan KLB :


1. Pengumpulan, pengolahan, analisa dan pelaporan data yang diperlukan, baik sebagai
data dasar maupun sebagai pembanding.

2. Sumber pelaporan adanya KLB dapat berasal dari berbagai sumber, misal:
masyarakat umum, aparat pemerintah, industri, dsb.
3. Petugas kesehatan bertanggung jawab dalam pengamatan KLB di suatu wilayah.
4. Sistem pencatatan dan pelaporan yang berlaku dan proses analisa yang memadai.
Penanggulangan KLB

Langkah penting yang perlu diambil antara lain:

1. Konfirmasi diagnosa untuk menentukan sifat dan risiko perluasan KLB.


2. Menentukan apakah peristiwa yang terjadi KLB atau kejadian biasa.
3. Menentukan hubungan KLB dengan waktu, tempat dan orang untuk mendapatkan
informasi besarnya masalah serta risiko untuk terjadinya masalah yang lebih besar.
4. Merumuskan hipotesis sementara.
5. Rencana kegiatan penaggulangan termasuk kuisioner dan pengumpulan sampel.
6. Pelaksanaan penyelidikan, baik melalui wawancara, observasi dan pengumpulan serta
pemeriksaan sample.
7. Analisa dan interpretasi.
8. Penyusunan laporan secara lengkap (penyelidikan dan penanggulangan).

3.3 FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI

INTERAKSI MANUSIA DAN LINGKUNGAN

EKOLOGI MANUSIA

 Ilmu yang mempelajari interaksi antara setiap segi kehidupan manusia (fisik, metal,
sosial) dengan lingkungan hidupnya (biofisis, psikososial) secara keseluruhan dan
bersifat sintesis.
 Studi yang menelaah hubungan timbal balik antara perilaku manusia dengan
lingkungannya baik pengaruh aktivitas manusia terhadap lingkungan disekitarnya
maupun sebaliknya manusia dengan lingkungan

 merupakan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, bidang ini merupakan suatu
perspektif dalam menelaah hubungan antara perilaku manusia dan lingkungannya.

HUB. EKOLOGI MANUSIA DENGAN KESLING

 Meningkatkan faktor eugenik (menguntungkan) dan mengurangi atau mengendalilan


faktor disgenik (merugikan)

PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT LINGKUNGAN

Komponen lingkungan (Agent/penyebab) pada sumbernya (Emisi) Misal :

 Pengukuran Kadar CO pada knalpot mobil, Cerobong asap pabrik

 Pengukuran Kadar Hg pada air limbah effluent

Agent/penyebab pada lingkungan (ambient) : air tanah, udara, bahan makanan,

 Pengukuran CO di udara

 Pengukuran Hg pada air sungai

 Residu pestisida dalam sayuran/buah-buahan

Agent/penyebab penyakit masuk ke dalam tubah manusia melalui pernafasan, sistem


pecernaan, kontak kulit : PEMAPARAN (bio-marker)
 Ada kandungan CO dalam darah,
 Adanya kandungan Hg dalam darah
 Penurunan cholinesterase dalam darah (indikasi kontak dengan pestisida).
Studi gejala penyakit (Efek) yang ditimbulkan akibat pemaparan agent/penyebab
penyakit.
 Pengukuran distribusi gejala sakit baik klinis maupun subklinis
SIFAT-SIFAT MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN
Masalah kesehatan lingkungan memiliki sifat sbb :
1. Dimensi Lintas Batas : lintas batas geografis, lintas disiplin/sektor. penanganan
masalah kesling harus memperhatikan dimensi ini.
Penanganan :
 Lintas batas (antar Kab./Kota)
 Lintas Sektor (Dinas terkait)

Misal :
 Penanganan penc. Lingk.
 Kasus Flu Burung (bata.

2. Dimensi Variabilitas
 Variabel Epid: variabel orang (kelompok/ populasi), variabel waktu dan variabel
tempat (geografis).
Dampak perubahan lingk. yang terjadi pada satu kelompok, belum tentu sama
dengan kelompok yang lain, misal :
 Kelompok yang terpapar bahan pencemar tertentu dalam dosis dan waktu
tertentu.
 Konsentrasi bahan pencemar pada suatu ambien lingk selalu befluaktuasi
karena adanya variabel waktu.

Masalah kesehatan lingkungan dipengaruhi oleh :


1. Pertumbuhan dan sebaran penduduk
2. Kebijakan/policy para pengambil keputusan
3. Mentalitas dan prilaku masyarakat
4. Kemampuan alam untuk mengendalikan penc.lingk (Self Purification).
Dalam studi Epidkesling juga harus diperhatikan beberapa hal terhadap kejadian
penyakit akibat kondisi lingkungan antara lain :
a. Kelompok risiko tinggi : sekelompok manusia (masyarakat) yang akan mengalami
risiko (sakit) terlebih dahulu dibandingkan dengan kelompok lain dalam skala ruang,
waktu dan dosis yang sama.
Misal :
 Polisi lalu lintas, penjaga pintu tol, berisiko tinggi terpapar Pb

b. Behavioral Exposure : konsep perkiraan (pengukuran) pemaparan bahan


pencemar/agent penyakit dengan memperhatikan faktor perilaku penduduk (sebagai
kelompok risiko tinggi).
Misal :
 Masyarakat yang tinggal dibantaran sungai yang tercemar, dan menggunakan air
sungai tsb untuk keperluan hidup sehari-hari.
c. Population at Risk : sekelompok penduduk yang mimiliki ancaman yang sama
dengan para korban, misal :
 Peserta pesta (memiliki risiko sama dengan korban keracunan makanan dalam
pesta tsb)
d. Penyebaran, waktu dan geografis : dengan mengetahui hal ini upaya pencegahan
dapat dilakukan

KEJADIAN SAKIT AKIBAT LINGKUNGAN

Komponen lingkungan  Agent (Penyebab Penyakit), merupakan potensi bahaya


menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat.

Klasifikasi Bahan Pencemar terhadap Kesehatan

1. Respiratory Pollutant :efek terhadap sistem saluran pernafasan.

 Misal : SO2, NH3, Cadmium, Nox, H2S, Cobalt, Asbestos, Mangan, Zink, dsb.

2. Systemic Pollutant : efek terhadap lebih dari satu jaringan tubuh, masuk dalam
saluran pencernaan dan disebarkan melalui aliran darah.

 Gangguan pada lambung, sistem syaraf pusat dan saluran air seni
 Pb, Hg, Fluorida, Cd, Organofospat, Chlorinated Hydrocarbon.

3. Host Spesific Polutant : bahan pencemar yang dapat menimbulkan reaksi, misal
alergi, karsinogenik, mutagenik

 Misal: Formaldehid, Thyocyanate, Nikel, Asbestos, Selenium, Arsenik, Metil


Merkury, Chlorinated Hydrocarbon, dsb.

3.4 PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN

ARKL (Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan) :

 Merupakan suatu pendekatan untuk mencermati potensi besarnya risiko yang dimulai
dengan mendiskripsikan masalah lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan
penetapan risiko pada kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah
lingkungan yang bersangkutan, baik pada saat ini atau di masa lalu (misalnya: lokasi
tercemar)

LANGKAH-LANGKAH ARKL

1. Analisa Risiko

2. Pengelolaan Risiko

3. Komunikasi Risiko

1. ANALISA RISIKO

Tahapan dalam Analisa Risiko :

 Tahap I, Identifikasi Bahaya

 Tahap II, Evaluasi Dosis-Respon

 Tahap III, Pengukuran Pemajanan

 Tahap IV, Penetapan Risiko


LANGKAH PERTAMA : IDENTIFIKASI BAHAYA

 Mengenal dampak buruk kesehatan yang disebabkan oleh pemajanan suatu bahan
(racun) .

 Memastikan mutu serta kekuatan bukti-bukti yang mendukungnya (daya racun


yang ditimbulkan oleh suatu bahan).

LANGKAH KEDUA : EVALUASI DOSIS – RESPON

 Melihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan atau menjelaskan
kondisi pemajanan (cara, dosis, frekuensi dan durasi) oleh suatu bahan yang
berhubungan dengan timbulnya dampak kesehatan.

LANGKAH KETIGA : PENGUKURAN PEMAJANAN

 Perkiraan besaran, frekuensi dan lamanya pemajanan pada manusia oleh suatu
bahan melalui semua jalur (Jalur 1, 2, 3, 4 dan 5) dan menghasilkan perkiraan
pemajanan secara numerik.

JALUR PEMAJANAN :

o Jalur 1, Sumber pencemar : asal pencemar, misalnya: pabrik yang membuang


limbah ke lingkungan atau timbunan sampah.

o Jalur 2, Media lingkungan dan mekanisme penyebaran : lingkungan dimana


pencemar dilepaskan misalnya : air, tanah, udara, dan biota yang
menyebarkan pencemar dengan mekanisme tertentu ke titik pemajanan

o Jalur 3, Titik pemajanan : suatu area potensial atau riil dimana terjadi kontak
antara manusia dengan media lingkungan tercemar, misal sumur atau
lapangan bermain

o Jalur 4, Cara pemajanan : pencemar masuk atau kontak dengan tubuh manusia
misalnya: tertelan, pernapasan atau kontak kulit.

o Jalur 5, Penduduk berisiko : orang-orang yang terpajan atau berpotensi


terpajan oleh pencemar pada titik pemajanan.
Untuk memudahkan Analisa Pemajanan diperlukan kategorisasi berdasarkan
tempat (lokasi) individu dan masyarakat (penduduk) berisiko berdasarkan
interaksi dengan lingkungan, antara lain:

 Lingkungan domestik/pemukiman

o Kepadatan nyamuk, sanitasi lingkungan, pencemaran lingkungan (air,


tanah, udara) di sekitar lingk.pemukiman.

 Lingkungan kerja

o Petani, nelayan, buruh/karyawan pabrik/industri, tenaga medis di


lingkungan kerjanya.

o Kebisingan, panas, bahan berbahaya (fisik, kimia, biologi, radioaktif), dsb


di lingkungn kerja ybs.

 Lingkungan tempat-tempat umum.

o Lingkungan rekreasi, sarana olah raga, hiburan (bioskop).

o Bahan pencemaran berbahaya yang terdapat di lingkungan tersebut.

 Lingkungan dalam batas wilayah

o skala administratif, ekologis, kawasan, dsb.

LANGKAH KEEMPAT PENETAPAN RISIKO

 Mengintegrasikan informasi daya racun dan pemajanan ke dalam “perkiraan


batas atas “ risiko kesehatan yang terkandung dalam suatu bahan.

- Membandingkan dengan Baku Mutu

- Melakukan uji LD50 atau LC50

2. PENGELOLAAN RISIKO
 Upaya mengendalikan risiko dampak pada tingkat yang tidak membahayakan
kesehatan, meliputi :

 Partisipasi masyarakat

 Pengendalian bahaya :

- Pengendalian pada sumber (emisi)

- Pengendalian pemajanan (ambien)

 Pemantauan risiko

3. KOMUNIKASI RISIKO

 Upaya untuk menginformasikan dan menyarankan masyarakat tentang hasil


analisis risiko dan dampaknya, mendengar reaksi mereka, dan melibatkan
mereka dalam perencanaan pengelolaan risiko.

SUMBER DATA DALAM ANALISA RESIKO KES.LINGK.

1. data Primer : Pengamatan/pengukuran sendiri

2. data Sekunder : dari institusi yang memiliki

 medical record RS, Puskesmas, Sarana Kes lainnya.

 Laporan bulanan berbagai institusi berkaitan dengan kesakitan (angka penyakit)


dan kondisi kualitas lingkungan.

 Pusat data, Dinas Kes, BPS dsb.

 Hasil Penelitian oleh yang dilakukan oleh pihak lain.

Instrumen Pengukuran : kuisioner, sangat penting, yang harus diperhatikan :

 Mempelajari gejala-gejala penyakit.


 Penyusunan definisi kasus berdasarkan gejala-gejala penyakit : kategori
individu/kelompok masyarakat yang memenuhi gejala tertentu untuk menjaring
atau tidaknya kasus.

 Setelah gejala-gejala tersusun dituangkan dalam pertanyaan.

 Uji validasi instrumen : kuisioner yang tersusun di uji apakah benar-benar


mengukur gangguan kesehatan yang dimaksud atau belum.

Indikator Pemajanan dapat diukur dengan cara :

1. Pengukuran pada Simpul II (lingkungan ambient).

2. Pengukuran dengan memperhatikan faktor perilaku penduduk atau individu


(behavioral exposure).

3. Pengukuran parameter biologis (bio-marker), misal pengukuran Pb dalam darah, Hg


dalam rambut
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Lingkungan adalah segala sesuatu baik fisik, biologis maupun sosial


yang berada di sekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Ada tiga jenis
lingkungan yaitu lingkungan fisik, lingkungan rumah dan lingkungan sosial.

Epidemiologi adalah metode investigasi yang digunakan untuk


mendeteksi penyebab atau sumber dari penyakit. Epidemiologi mempelajari
distribusi dan frekuensi penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan, pekerjaan,
perilaku, waktu, tempat, orang dan sebagainya.

Penyakit yang sering di derita oleh Komunitas Adat Terpencil (KAT)


adalah penyakit infeksi yang menular seperti malaria, campak dan diare, hal ini
dikarenakan kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk terjadinya malaria
serta sanitasi yang buruk dapat menyebabkan diare.

Sebagian besar masyarakat suku anak dalam masih perlu ditingkatkan


kemampuan dalam menjaga kebersihan diri, kebersihan permukiman, gizi dan
tumbuh kembang anak. Masyarakat SAD memiliki kebiasaan berpindah-pindah
permukiman. Mereka hidup berkelompok-kelompok. Akses jalan sangat sulit
untuk mencapai lokasi permukiman.

4.2 Saran

Pemerintah daerah agar mengalokasikan anggaran sebagai fasilitas


kesehatan dan akses jalan agar memudahkan masyarakat dalam mendapat
pelayanan kesehatan. Pemerataan petugas kesehatan juga perlu dilakukan agar
masyarakat terpencil mendapatkan pelayanan yang sama, agar masyarakat KAT
mendapatkan edukasi mengenai kebersihan diri, kebersihan lingkungan dan
dapat mencegah penyakit yang ditimbulkan akibat perilaku tidak bersih.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ridwan, M dan Oka Lesmana (2018). Model Pemberdayaan Suku Anak Dalam
Bidang Kesehatan di Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Jambi. Vol. 2, No. 2 : 97-103.
2. Handayani, L., dkk 2012. Menaklukan Kanker Serviks dan Kanker Payudara
dengan 3 Terapi Alami. Jakarta : Agromedia Pustaka.
3. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Timmreck, Thomas C, 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar. Nganjuk : EGC.
5. Murthi B. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. 
6. Bahan Mata Kuliah Epidemiologi Dasar. Depok: FKM UI; 2008. 
7. R. B, Bonita R, Kjellstrom T. 1993. Basic Epidemiology. Geneva: World Health
Organization.
8. Schlesselman JJ. 1982. Case-Control Studies. New York: Oxford University
Press. 
9. R B. 1997. Dasar-dasar Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. 
10. Gordis L. 2004. Epidemiology Third Edition. Philadepia: Elseiver Saunders. 
11. Sutrisna B. 1986. Pengantar Metode Epidemiologi. Jakarta: Dian Rakyat.  
12. Sagrim, Marthen dkk 2015. Kearifan Lokal Komunitas Adat Terpencil Suku
Taburta dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Berbasis Rumah Tangga Jurnal
MKMI, hal. 218-227

Anda mungkin juga menyukai