TB 2016
TB 2016
Fransiska Maria C.
Bag. FKK-UJ
PENGERTIAN
Msk ke perm.alveoli
• Pemeriksaan bakteriologis
– dahak/sputum (SPS : Sewaktu-Pagi-Sewaktu)
– Biakan
– Tes diagnostik cepat (GenXpert) resistensi obat
Rifampicin
• Pemeriksaan klinis
– Foto torax/ rontgent dada
– Data laboratorium
– Uji histopatologis
– Pertimbangan dokter
Klasifikasi Pasien TB
Terduga TB
TB paru
• TB pada parenkim paru
• Millier TB
TB Ekstra paru
• Limadenitis TB
• Pleuritis TB
Bila ditemukan pada paru
• Spondilitis TB
dan organ lain
• Meningitis TB
• Perikarditis TB
• dll
Klasifikasi TB berdasarkan riwayat pengobatan
• Pasien TB yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan obat kurang
dari 1 bulan (28 dosis)
Pasien baru
• Kambuh pasien TB yang sudah pernah mendapatkan pengobatan dengan OAT secara
lengkap atau telah dinyatakan sembuh, namun kembali didiagnosis TB berdsrkn
pemeriksaan bakteriologis/klinis
• Diobati kembali stlh gagal pasien yang pernah diobati & dinyatakan gagal pd
pengobatan terakhir
Pernah mendapat
OAT • Putus berobat (lost to follow up) pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to
follow up
• Lain-lain pasien yang pernah diobati namun hasil akhir tiak diketahui
Kategori I : 2HRZE/4H3R3
Kategori II : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
o
TUBERKULOSIS pada
ANAK
ALUR
DIAGNOSIS
TB ANAK
• Kategori anak 2RHZ/4RH
Pengobatan TB anak
Depkes, 2007
Pengobatan TB pd kondisi khusus
• TB pada Kehamilan
– Ibu hamil yang terinfeksi TB harus diterapi dgn
OAT supaya bayinya tidak beresiko tertular TB
– Semua obat TB (OAT) aman untuk ibu hamil,
kecuali streptomisin karena bersifat permanan
ototoxic dan menembus plasenta
– Pengobatan dapat menggunakan kombinasi
isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol
• TB pada hepatitis akut
– Pemberian obat TB pada penderita hepatitis
akut sebaiknya ditunda sampai sembuh
– Apabila sangat diperlukan pengobatan TB
saat itu juga maka berikan kombinasi
streptomisin dan etambutol maks 3 bulan
sampai hepatitisnya sembuh, kemudian
dilanjutkan dg rifampisin dan isoniazid
selama 6 bulan
• TB dengan Gagal Ginjal
– Obat TB Isoniazid, Rifampisin dan
Pirazinamid aman untuk pasien TB dg gagal
ginjal karena diekskresikan mll empedu
– Streptomisin dan etambutol sebaiknya
dihindari pada pasien TB dg gagal ginjal krn
eksresi utamanya mll ginjal, atau dapat
dilakukan penyesuaian dosis sesuai
keparahan gagal ginjalnya.
• TB dengan HIV
– Pengobatan TB dg HIV sama dg tx pada non
HIV
– Pengobatan dgn OAT didahulukan daripada
pengobatan dg ARV (Anti Retro Virus)
– Jika jumlah CD4 pasien < 100, penggunaan
rifampisin-isoniazid 2x sehari harus dihindari
Efek Samping Obat
*) Jika seorang pasien dalam pengobatan OAT mulai mengeluh gatal-gatal singkirkan dulu kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu
anti-histamin,sambil meneruskan OAT dengan pengawasan ketat. Gatal-gatal tersebut pada sebagian pasien hilang, namun pada
sebagian pasien malahan terjadi suatu kemerahan kulit. Bila keadaan seperti ini, hentikan semua OAT. Tunggu sampai kemerahan kulit
tersebut hilang. Jika gejala efek samping ini bertambah berat, pasien perlu dirujuk (DepKes RI, 2007)
DRP Rekomendasi Monitoring
Efeksamping obat: Ingatkan penderita untuk melaporkan Fungsi penglihatan pasien
Etambutol : Neuritis optik (gangguan bila terjadi gangguan penglihatan dipantau
penglihatan); buta warna merah dihentikan. Gangguan penglihatan
dan hijau akan kembali normal dalam beberapa
minggu setelah obat dihentikan.
Rifampisin : KIE (yakinkan pasien dan beritahukan 1. Perhatikan fungsi
1. Kencing, air ludah, dahak, dan air sebelum pengobatan) pendengaran
mata akan menjadi coklat merah
2. Monitoring fungsi hati
2. Ketulian frekuensi rendah sementara (SGOT, SGPT, bilirubin)
( jarang)
3. Hepatotoksik
Isoniazid : diberi vit B6 (piridoksin) 10-15 mg/hari Monitoring SGOT, SGPT,
1. Hepatotoksik bilirubin
2. Defisiensi B6
Pirazinamid : 1. Monitoring fungsi hati
1. Hepatotoksik (SGOT, SGPT, bilirubin)
2. Hiperuricemia 2. Monitoring kadar asam
urat
Interaksi Obat