TENTANG
Menimbang : a. bahwa salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna
membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah dan adalah retribusi
daerah;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang Undang Dasar Negera Republik Indonesia
Tahun 1945;
Page 1 of 25
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);
Page 3 of 25
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS
dan
BUPATI MUSI RAWAS
MEMUTUSKAN :
Menetapkan:: PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN
Menetapkan
BANGUNAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Kabupaten adalah Kabupaten Musi Rawas.
2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Musi Rawas.
3. Bupati adalah Bupati Musi Rawas.
4. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang
Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
5. Bangunan adalah bangunan gedung dan bangunan bukan gedung.
6. Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi
yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau
seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air,
yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,
baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan,
kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
7. Bangunan bukan gedung adalah suatu perwujudan fisik hasil
pekerjaan kosntruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya
sebagaian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah
dan/atau air, yang tidak digunakan untuk tempat hunian atau tempat
tinggal.
8. Klasifikasi bangunan gedung adalah sebagai dasar penggolongan
bangunan gedung terhadap tingkat kompleksitas, tingkat permanen,
tingkat resiko kebakaran, tingkat zonasi gempa, lokasi ketinggian
bangunan dan kepemilikan bangunan dari fungsi bangunan gedung
sebagai dasar pemenuhan persyaratan administrasi dan
persyaratan teknis.
Page 4 of 25
9. Izin Mendirikan Bangunan, yang selanjutnya disingkat IMB adalah
perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten kepada
pemohon untuk membangun baru, rehabilitasi/renovasi, dan/atau
memugar dalam rangka melestarikan bangunan sesuai dengan
persyaratan administrasi dan persyaratan teknis yang berlaku.
10. Persil adalah suatu perpetakan tanah yang terdapat dalam lingkup
rencana tata ruang atau lingkup perluasan tata ruang atau jika
sebagian masih belum ditetapkan rencana perpetakannya yang
menurut ketentuan Pemerintah Daerah dapat digunakan untuk
mendirikan suatu bangunan.
17. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut
peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk
melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau
pemotong retribusi tertentu.
18. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas
waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan perizinan tertentu.
Page 6 of 25
25. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak
pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
BAB II
Pasal 2
Pasal 3
(1) Objek Retribusi IMB adalah pemberian Izin untuk mendirikan suatu
bangunan.
(3) Tidak termasuk objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah pemberian izin untuk bangunan milik Pemerintah atau
Pemerintah Daerah.
Pasal 4
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Page 7 of 25
BAB IV
Pasal 6
Jenis Bangunan adalah :
a. Bangunan rumah tempat tinggal dan sejenisnya.
b. Bangunan sarana pendidikan.
c. Bangunan tempat usaha.
d. Bangunan sosial.
e. Bangunan tempat industri.
f. Bangunan sarana olahraga.
g. Bangunan perkantoran.
h. Bangunan peternakan.
i. Bangunan budidaya Burung Walet dan sejenisnya.
j. Bangunan Kolam Air Deras.
k. Bangunan Tower Telekomunikasi
l. Bangunan menara air.
m. Bangunan pagar, teras, lantai jemur, dermaga kapal, kolam
penampungan air limbah industri dan bangunan lainnya yang
bersifat penunjang bangunan utama.
n. Bangunan sarana ibadah.
o. Bangunan campuran.
Pasal 7
Page 8 of 25
d. Bangunan fungsi IV (empat) adalah bangunan yang berfungsi
dan/atau dipergunakan tempat industri serta bangunan lainnya yang
sejenis.
Pasal 8
Pasal 9
(1) Bangunan harus dibuat sesuai dengan gambar yang telah disyahkan
oleh pejabat yang berwenang.
(2) Letak dan jarak bangunan setengah x lebar jalan ditambah 4 (empat)
meter dari jarak bibir siring setengah (bagian dalam pekarangan).
Page 9 of 25
sempadan atau ketentuan lain dengan persetujuan antar
sempadan.
Page 10 of 25
(10) Bangunan-bangunan hendaknya dilengkapi dengan WC yang baik
dan tertutup rapat serta diberi corong untuk pengeluaran udara dan
letak sumur sekurang-kurangnya 10 meter dari lubang peresapan
septitank.
(11) Bangunan harus dibuat drainase agar tidak terkena genangan air
dipekarangan sehingga dapat mengganggu kesehatan.
(12) Bangunan dilengkapi dengan bak pembuangan sampah dan
bangunan perangkap air.
(13) Bangunan tidak dibenarkan mempergunakan bahan-bahan yang
mudah terbakar.
(14) Segala pekerjaan yang dilaksanakan pada waktu mendirikan
bangunan tidak boleh mendatangkan kerugian pada tanah milik
orang lain.
(15) Pemegang IMB selama masih dalam pelaksanaan diwajibkan
menjaga kesehatan pada pekerja dan tidak mengganggu lalu lintas
serta tidak mengotori jalan umum.
(16) Pemasangan instalasi listrik dan bangunan industri harus
dilaksanakan oleh instalator yang sah yang dikuatkan dengan
Surat Pernyataan yang disahkan oleh Instansi yang berwenang.
BAB V
KETENTUAN PERIZINAN
Pasal 10
(1) Orang pribadi atau badan yang akan mendirikan bangunan harus
memperoleh izin terlebih dahulu dari Bupati.
(2) Untuk memperoleh IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
menyampaikan permohonan terlebih dahulu kepada Bupati.
Pasal 11
Pasal 12
Page 11 of 25
a. Untuk bangunan fungsi I, II, III, IV dan bangunan-bangunan lainnya.
b. Untuk bangunan fungsi V selain syarat tersebut dalam ayat (1) dapat
ditambah dengan :
Page 12 of 25
Pasal 13
(2) Jika persyaratan telah lengkap dan benar, permohonan diterima dan
diberikan bukti tanda terima.
Pasal 14
(3) IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekaligus berlaku bagi
penggunaan bangunan.
BAB VI
Pasal 15
Pasal 16
Page 13 of 25
c. Apabila pekerjaan belum dilaksanakan selama 6 (enam) bulan,
maka IMB tidak berlaku lagi.
c. Dikenakan denda.
d. Bangunan dibongkar
BAB VII
BAB VIII
Pasal 18
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi didasarkan pada
tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan
pemberian IMB.
Page 14 of 25
BAB IX
Pasal 19
(2) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sebagai berikut :
a. Bangunan Fungsi I
b. Bangunan Fungsi II
Page 15 of 25
e. Bangunan Fungsi V
1) Bangunan Tower Telekomunikasi dihitung Rp. 20.000,-/ M2.
2) Budidaya Burung Walet perhitungan tarif retribusinya
dikenakan sebagaimana dimaksud Pasal 21 ayat (1).
f. Terhadap bangunan lain yang tidak tercakup dalam bangunan
fungsi I, II, III, IV dan V dengan Klasifikasi a, b, c, d dan e
dikenakan retribusi sebesar Rp. 5000,- / M2.
Pasal 20
Pasal 21
(1) Terhadap bangunan yang lebih dari satu lantai, maka tiap lantai
dikenakan retribusi sebagai berikut :
(2) Bangunan menara air setiap kelipatan tinggi 6 meter dihitung satu
tingkat dan dikenakan retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 ayat (2) huruf c.
BAB X
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 22
Page 16 of 25
BAB XI
MASA RETRIBUSI
Pasal 23
BAB XII
Pasal 24
BAB XIII
Pasal 25
BAB XIV
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 26
(1) Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya
atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang
Page 17 of 25
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan
menggunakan STRD.
BAB XV
Pasal 27
(2) Dalam jangka 7 (tujuh) hari setelah Surat Teguran Wajib Retribusi
harus melunasi retribusi yang terutang.
BAB XVI
KEBERATAN
Pasal 28
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi
dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi
karena keadaan di luar kekuasaannya.
Page 18 of 25
Pasal 29
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas
keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan
Keberatan.
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah
lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang
diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 30
BAB XVII
Pasal 31
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak
diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah
dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan,
Page 19 of 25
permohonan pengembalian pembayaran Retribusi dianggap
dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu
paling lama 1 (satu) bulan.
BAB XVIII
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 32
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa
setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat
terutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan
tindak pidana di bidang retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tertangguh apabila:
a. diterbitkan Surat Teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik
langsung maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak
tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan
Page 20 of 25
kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi
dan belum melunasinya kepada Pemerintah Kabupaten.
(5) Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan
angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan
keberatan oleh Wajib Retribusi.
BAB XIX
Pasal 33
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak
untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat
dihapuskan.
BAB XX
Pasal 34
Page 21 of 25
BAB XXI
PEMERIKSAAN
Pasal 35
BAB XXII
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 36
BAB XXIII
PENYIDIKAN
Pasal 37
Page 22 of 25
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah
Kabupaten diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk
melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.
BAB XXIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 38
Pasal 39
BAB XXV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
Page 24 of 25
Pasal 41
Ditetapkan di Lubuklinggau
pada tanggal 26 Oktober 2011
dto
RIDWAN MUKTI
Diundangkan di Lubuklinggau
pada tanggal 26 Oktober 2011
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN MUSI RAWAS
dto
SULAIMAN KOHAR
Page 25 of 25