Anda di halaman 1dari 8

RESUME

TRAUMA THORAX

Nama : Mecthildis Andreana P. Boruk


NIM : 052019027

Konsep Medis
1. Defenisi
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Nugroho, 2015).
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax
yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thorax akut (Sudoyo, 2010).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru,
diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat
menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).
Dari beberapa definisi tentang trauma dapat disimpulkan bahwa Trauma
Thorax adalah kondisi dimana dinding thorang/dada mengalami cidera yang
disebabkan baik karena benda tumpul atau tajam yang dapat menyebabkan gangguan
pernafasan atau kegawatdaruratan thorax akut.

2. Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65%
dan trauma tajam 34.9 % (Ekpe & Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks tersering
adalah kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%) (Saaiq, et al., 2010). Dalam
trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis benturan (impact) yang berbeda, yaitu
depan, samping, belakang, berputar, dan terguling (Sudoyo, 2010).
Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang
lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda. Penyebab
trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3 berdasarkan tingkat
energinya, yaitu berenergi rendah seperti trauma tusuk, 11 berenergi sedang seperti
tembakan pistol, dan berenergi tinggi seperti pada tembakan senjata militer.
Penyebab trauma toraks yang lain adalah adanya tekanan yang berlebihan pada
paru-paru yang bisa menyebabkan Pneumotoraks seperti pada aktivitas menyelam
(Hudak, 2011).
Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan sternum,
rongga pleura saluran nafas intratoraks dan parenkim paru. Kerusakan ini dapat
terjadi tunggal ataupun kombinasi tergantung dari mekanisme cedera (Sudoyo,
2010).

3. Patofisiologi
(GAMBAR)
4. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut Hudak,
(2009) yaitu :
1. Temponade jantung
 Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung
 Gelisah
 Pucat, keringan dinginPeninggian TVJ (9Tekanan Vena Jugularis)
 Pekak jantung melebar
 Bunyi jantung melemah
 Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
 ECG terdapat low Voltage seluruh lead
 Perikardiosentesis kuluar darah
2. Hematothorax
 Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
 Gangguan pernapasan (FKUI:2005)
3. Pneumothoraks
 Nyeri dada mendadak dan sesak napas
 Gagal pernapasan dengan sianosis
 Kolaps sirkulasi
 Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas
 yang terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali
 Pada auskultasi terdengar bunyi klik

5. Pemeriksaan Penunjang

Radiologi : Foto Thorax (AP)

Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik

Gas Darah Arteri (GDA) dan Ph

CT-Scan

Ekhokardiografi

EKG
Angiografi

Hb (Hemoglobin)

6. Penatalaksanaan Medis
Gawat Darurat / Pertolongan Pertama
a. Pemeriksaan dan Pembebasan Jalan Napas (Air-Way)
b. Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Usaha Napas (Breathing)
c. Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Siskulasi (Circulation)
d. Tindakan Kolaboratif
Konservatif
a) Pemberian Analgetik
b) Pemasangan Plak / Plester
d) Fisiotherapy
Invasif / Operatif
a. WSD (Water Seal Drainage)
b. Ventilator

Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
1) Pengkajian Primer
A= Airway
Pernapasan ada , napas ronchi, cepat dan dangkal dengan
RR 35x/menit, tampak gelisa dan sesak, ketidakefektifan
bersihan jalan napas.
B= Breathing
Pernapasan cuping hidung, pasien ngorok, penggunaan
otot – otot pernapasan, pasien sesak dengan RR 35x/menit,
gangguan pola napas.
C= Circulation
Ada nadi, nadi 110x/menit, TD : 120/80 mmHg, akral
teraba dingin dan tampak sianosis, gangguan perfusi
jaringan
D=Disability
Penurunan kesadaran, kesadaran sopor GCS 8 (E2V2M4)
E= Exposure
Terdapat bengkak dan jejas di bagian dada sebelah kiri, akral
teraba dingin, tampak sianosis dan bagian tubuh lain nya.
2) Secondary survey
Jika primary survey sudah lengkap masuk kebagian secondary survey.
Primary survey terkait dengan Anamnesis AMPLE (Alergi, Medikasi, past illness,
last meal, event/environtment), mekanisme cidera/perlukaan, Head To toe,
Reevaluasi, Neurologis score.

2. Diagnosa
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret yang
berlebih, gumpalan darah yang menghalangi pernapasan.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi


dan perrfusi

3. Intervensi
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret yang berlebih,
gumpalan darah yang menghalangi pernapasan.
Status Pernafasan
Pastikan kebutuhan oral/suction
- Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suction
- Berikan oksigen menggunakan nasal kanul
- Monitor status napas dan oksigen
- Buka jalan napas gunakan tekhnik chin lift
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi keluarkan secret dengan cara

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi dan


perrfusi
Airway Management
- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan secret dengan batuk atau suction

4. Implementasi
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret yang berlebih,
gumpalan darah yang menghalangi pernapasan.
- Mempastikan kebutuhan oral/suction
- Mengauskultasi suara napas sebelum dan sesudah suction
- Memberikan oksigen menggunakan nasal kanul
- Memonitor status napas dan oksigen
- Membuka jalan napas gunakan tekhnik chin lift
- Momposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasikeluarkan
secret dengan cara suction
- Memonitor respirasi dan status oksigen

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi dan


perrfusi
Membuka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
- Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Melakukan fisioterapi dada jika perlu
- Mengeluarkan secret dengan batuk atau suction
- Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Mengatur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
- Memonitor respirasi dan status O2.
- Monitoring rata-rata,kedalaman, irama dan usaha respirasi
- Mencatat gerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals
- Memonitor suara nafas seperti dengkur
- Mengauskultasi suara nafas, catat area penurunan/tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
- Mengauskultasi suara paru setelah tindakan untuk
memaksimalkan tindakan
DAFTAR PUSTAKA
Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi - VIII
Jakarta: EGC
Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana gawat darurat.
Padang : Medical book

Nurarif, A.H, dan Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis & NANDA NIC-NOC , jilid 1. jogjakarta : penerbit buka Mediaction.

Rendy , M.C, & Th, M. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah penyakit dalam .
yogjakarta : Nuha medika

https://www.researchgate.net/public/330357547_TRAUMA_THORAKS
diakses tanggal 14 April 2020 12;45

Anda mungkin juga menyukai