Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) “STIMULUS PERSEPSI UMUM”

PADA KLIEN DENGAN HALUSINASI

OLEH :

Marzuki, S.Kep

Tiara Sonza, S.Kep

Venty Fiorentina M, S.Kep

Widya Oktaviona, S.Kep

Zaharatul Amaliah, S.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES MITRA BUNDA PERSADA BATAM
TAHUN AJARAN 2018/2019
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI

PADA KLIEN DENGAN HALUSINASI

Topik : Stimulasi Persepsi Umum

Sesi ke : II (Dua) (Membaca majalah/koran/artikel)

Terapis : Leader : Marzuki, S. Kep

Sasaran : 6 Orang Klien dengan Halusianasi

A. TUJUAN :
1. Tujuan Umum :
Klien diharapkan mampu untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulasi membaca majalah/koran/artikel.
2. Tujuan Khusus :
a. Klien mampu mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat
b. Klien mampu dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami
c. Klien mampu memberikan tanggapan terhadap apa yang dibaca
B. LANDASAN TEORITIS
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah/pola stimulus yang datang disertai
gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus tersebut (Nanda-1,
2012).
Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat
stimulus. Tipe halusinasi yang sering adalah halusinasi pendengaran (Auditory-hearing
voices or sound), penglihatan (Visual-seeing persons or things), penciuman (Olfactory-
smelling odors), pengecapan (Gustatory-experiencing tastes) (Yosep, 2011). Menurut
Kusumawati dan Hartono (2010: 106), tahapan halusinasi terdiri dari 4 fase yaitu :
1. Fase I (Comforting)
Comforting disebut juga fase menyenangkan, pada tahapan ini masuk dalam
golongan nonpsikotik. Karakteristik dari fase ini klien mengalami stress, cemas, perasaan
perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat di selesaikan. Pada
fase ini klien berperilaku tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asik dengan
halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Fase II (Conndeming)
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik klien pada fase ini menjadi pengalaman sensori menjijikkan dan
menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir sendiri menjadi dominan.
Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu dan klien
dapat mengontrolnya. Perilaku klien pada fase ini biasanya meningkatkan tanda-tanda
sistem syaraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik
dengan halusinasinya dan tidak dapat membedakan realita
3. Fase III (Controlling)
Controling disebut juga ansietas berat, yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa.
Karakteristik klien meliputi bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai
dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya,
rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa berkeringat,
tremor, dan tidak mampu memenuhi perintah.
4. Fase IV (Conquering)
Conquering disebut juga fase panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.
Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik yang muncul pada klien meliputi halusinasi
berubah menjadi mengancam, memerintah dan memerahi klien. Klien menjadi takut,
tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang
lain dan lingkungan. Perilaku klien menunjukan perilaku teror akibat panik, potensi
bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu
merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
Menurut Videbeck dalam Yosep Iyus (2009) tanda pasien mengalami halusinasi
pendengaran yaitu pasien tampak berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah
sendiri, menutup telinga karena pasien menganggap ada yang berbicara dengannya.
Bahaya secara umum yang dapat terjadi pada pasien dengan halusinasi adalah gangguan
psikotik berat dimana pasien tidak sadar lagi akan dirinya, terjadi disorientasi waktu, dan
ruang ( Iyus Yosep, 2009).
Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua
pancaindra (sensori) agar klien dapat berespon terhadap stimulasi pancra indra yang
diberikan tepat. Aktivitas stimulasi sensori dapat berupa stimulus terhadap penglihatan,
penglihatan, pendengaran dan lain-lain seperti gambar, video, tarian dan nyanyian
(Arkenat & Budi A. Keliat. 2005)
C. KRITERIA ANGGOTA KELOMPOK
a. Klien kelolaan yang mengalami perubahan sensori persepsi
b. Klien diluar kelolaan mahasiswa yang mengalami perubahan sensori persepsi
c. Klien yang sedang dalam keadaan tenang
D. PROSES SELEKSI
a. Mengobservasi klien halusinasi
b. Mengidentifikasi klien yang termasuk dalam kriteria
c. Mengumpulkan klien yang termasuk kriteria
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju mengikuti kegiatan kelompok
1) Menjelaskan tujuan terapi pada klien atau kelompok
2) Menjelaskan rencana kegiatan kelompok
3) Menjelaskan aturan main dalam kelompok
E. URAIAN STRUKTUR KEGIATAN
1. Hari/Tanggal : Rabu, 19 Februari 2020
2. Tempat kegiatan : Ruang Perawatan Rokan RSJ Tampan
3. Waktu kegiatan : 10.00-11.00 WIB
4. Metode kegiatan : Dinamika Kelompok : Melihat Video
Diskusi dan Tanya jawab
5. Anggota kelompok : 6 Orang
6. Media/alat : - Video player
- Kaset video
- Laptop
7. Setting tempat : Perawat duduk mengelilingi klien.
F. MEKANISME KEGIATAN TAK

No Waktu Kegiatan Terapis Kegiatan Peserta


1. 10 menit 1. Persiapan Peserta diminta duduk
a. Membuat kontrak dengan klien diteras yang telah
tentang TAK dipandu oleh fasilitator
b. Mempersiapkan alat dan tempat dan Co leader
pertemuan
2. 5 menit 2. Orientasi Setiap klien mengikuti
a. Salam teraupetik kegiatan dari awal
Salam dari terapis pada klien sampai selesai.
b. Evaluasi validasi
1) Menanyakan perasaan klien
hari ini
2) Meanyakan masalah yang
dirasakan
3) Menanyakan penerapan
TAK yang lalu
c. Kontrak
1) Perawat menanyakan tujuan
kegiatan, yaitu membaca
majalah/koran/artikel
2) Perawat menjelaskan aturan
main sebagai berikut :
a.  Jika ada klien yang ingin
meninggalkan klien
harus meminta izin
kepada perawat.
b. Lama kegiatan 45 menit
c. Klien mengikuti kegiatan
dari awal sampai selesai
3. 35 menit 3. Tahap Kerja Setiap klien mengikuti
a. Tentukan bacaan yang akan kegiatan dari awal
dibaca sampai akhir dengan
b. Bacalah isi majalah/kotan/artikel menceritakan
selama 10 menit (jika mungkin halusinasinya
berikan foto kopi bacaan pada
klien)
c. Tanyakan pendapat seorang
klien mengenai isi bacaan
d. Tanyakan pendapat klien lain
terhadap pendapat klien
sebelumnya
e. Berikan pujian/penghargaan atas
kemampuan klien memberi
pendapat
f. Ulangi c,d,e sampai semua klien
mendapat kesempatan
g. Berikan kesimpulan tentang
bacaan yang dibaca.
4. 10 menit 4. Terminasi Klien mengungkapkan
a. Evaluasi perasaannya setelah
1) Perawat menanyakan mengikuti TAK
perasaan klien setelah
mengikuti TAK
2) Perawat memberi pujian atas
keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien untuk
melatih kemampuan
membaca dan
mendiskusikannya pada
orang lain.
2) Membuat jadwal membaca
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan TAK
yang akan datang
2) Menyepakati waktu dan
tempat

G. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
1. Leader : Marzuki
2. Co leader : Widya Oktaviona
3. Observer : Venty Fiorentina M
4. Fasilitator : Tiara Sonza
Zaharatul Amaliah

FUNGSI DAN PERAN ANGGOTA KELOMPOK

Leader : - Mengkoordinir seluruh kegiatan


- Memimpin seluruh kegiatan
- Memimpin diskusi
Co. Leader : - Membantu mengkoordinir seluruh kegiatan
- Membantu memimpin kegiatan
- Menggantikan leader bila ada halangan
Fasilitator : - Memotifasi anggota dalam perkenalan kelompok
- Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan pada kegiatan TAK
- Membimbing kelompok selama kegiatan dan diskusi
- Membantu leader dalam melaksanakan tugas
- Bertanggungjawab terhadap program antisipasi masalah
Observer : - Mengamati proses kegiatan yang berkaitan waktu, tempat dan acara
- Melaporkan hasil pengamatan kepada leader dan semua anggota
kelompok sebagai self evaluasi kelompok
H. MEDIA DAN ALAT
Media : Video Player
Alat : Laptop dan Kaset

I. SETTING TEMPAT

Keterangan :
J. : Leader
K. : : Co. Leader
: Fasilitator
L. : : Observer
M. : Klien
: Undangan

N. PROSES EVALUASI
 Evaluasi struktur
 Dalam pelaksanaan TAK lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
 Posisi tempat di Ruangan Rokan
 Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
 Alat yang digunakan dalam kondisi baik
 Leader, Co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya
 Evaluasi proses
 Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir
 Leader mampu memimpin acara
 Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan
 Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan
 Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam
antisipasi masalah
 Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang
berfungsi sebagai evaluator kelompok
 Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
 Evaluasi hasil
 Diharapkan 75 % dari kelompok mampu:
 Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat
 Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas

O. PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat dalam meningkatkan peran dan fungsi perawat
professional dalam menangani klien dengan masalah gangguan jiwa dalam bentuk terapi
aktivitas kelompok. Semoga bermanfaat bagi rekan-rekan se profesi atau tim kesehatan
lainnya.

Pekanbaru, 19 Februari 2020

Ketua kelompok

(………………………)

DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat, S. M (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC
Fitria, N, 2010, “ Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan strategi
pelaksanaan tindakan”.
Lilik (2011). Keperawatan Jiwa Yogyakarta: Graha Ilmu
Makrifatuk, lilik, “Keperawatan Jiwa” Yogyakarta, Graha Ilmu
Wati. (2011). TAK Stimulus Persepsi: Halusinasi. Universitas Sumatera Utara,5-14
Wijayaningsih, K. S. (2015). Panduan Lengkap Praktek Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai