Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di

Indonesia. Puskesmas merupakan unit strategis dalam mendukung terwujudnya

perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang

optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal tentu diperlukan upaya

pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan

masyarakat selaku konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut, selain itu

fasilitas tingkat kesehatan tingkat pertama yang menyelengarakan Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM), dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) dengan

mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Rasoki

Kota Padangsidimpuan (PerMenKes 2017).

Puskesmas sebagai unit kesehatan masyarakat memiliki peranan penting dalam

mewujudkan Indonesia Sehat, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan

dengan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan

yang setingi-tingginya menuju Indonesia Sehat 2015, Indonesia terus bertekad

mencapai target Milenium Development Goals (MDGs), antara lain menuntaskan

kemiskinan nasional, memberikan ruang kepada pekerja perempuan untuk lebih

berkontribusi, penyediaan air minum untuk perkotaan dan pedesaan, menuntaskan

1
2

gizi pada anak (MDGs, 2015).

Menurut badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) pada

tahun 2014 menyebutkan, jumlah masyarakat yang memanfaatkan pelayanan

kesehatan di India 60,4 juta jiwa, di China sebanyak 985 juta jiwa yang

memanfaatkan pelayanan kesehatan, sedangkan di bagian lain Asia tercatat sebesar

38,4 juta jiwa yang masih kurang memanfaatkan pelayanan.

Demand pelayanan kesehatan Puskesmas yang menyelenggarakan upaya

kesehatan yang bersifat menyeluruh dan terpadu dilaksanakan melalui upaya

peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan disertai dengan upaya

penunjang yang diperlukan. Ketersediaan sumber daya baik dari segi kualitas

maupun kuantitas, sangat berhubungan pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti

pelayanan kesehatan masyarakat antara lain promosi kesehatan, kesehatan

lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak, perbaikan Gizi serta pemberantasan penyakit

menular dan pengobatan (Masita, 2015).

Pada saat ini puskesmas telah berdiri dihampir seluruh pelosok tanah air

untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, puskesmas diperkuat dengan

puskesmas pembantu serta puskesmas keliling. Tercatat pada tahun 2014 jumlah

puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.277 unit, puskesmas pembantu 21.587 unit,

puskesmas keliling 5.084 unit (perahu 716 unit, ambulance 1.302 unit). Sedangkan

puskesmas yang telah dilengkapi rawat inap tercatat sebanyak 1.818 unit, sisanya

sebanyak 5.459 unit tidak dilengkapi dengan fasilitas rawat inap (Depkes RI, 2014).

Propinsi Sumatera Utara sampai tahun 2016 tercatat 571 fasilitas pelayanan

kesehatan berupa puskesmas (Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera


3

Utara, 2016) dan di kota Padangsidimpuan sendiri saat ini tercatat 10 Puskesmas

yang melayani pelayanan kesehatan dasar untuk masyarakat Padangsidimpuan

(Profil Kesehatan Kesehatan Kota Padangsidimpuan, 2017).

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, puskesmas belum dimanfaatkan

secara maksimal. Keadaan ini dapat dilihat dari data provinsi Sumatera Utara hasil

Survei Sosoal Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2002 dan Badan Pusat Statistik

(BPS), dari penduduk yang berobat jalan tercatat 15,23% memanfaatkan puskesmas,

5,79% yang memanfaatkan puskesmas pembantu dan hanya 6,62% yang

memanfaatkan rawat inap di Puskesmas (Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Utara, 2017).

Di kota Padangsidimpuan, kondisi ini juga tidak jauh berbeda. Pemanfaatan

puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan dasar masyarakat ternyata masih sangat

minim. Hasil Survei Kesehatan Daerah tahun 2017 menunjukkan bahwa puskesmas

hanya menjadi pilihan ketiga bagi anggota rumah tangga yang mencari pengobatan

untuk mengatasi keluhan penyakit. Pilihan utama masyarakat menurut survey ini

adalah praktek dokter dan pilihan kedua adalah praktek tenaga kesehatan (Survei

Kesehatan Daerah Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan, 2017).

Kondisi ini memprihatinkan, mengingat berbagai upaya yang sudah dilakukan

oleh dinas kesehatan kota Padangsidimpuan untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan dasar terasa sia-sia melihat minimnya angka demand masyarakat akan

pelayanan puskesmas. Dari upaya yang dilakukan, baik pembangunan fisik, maupun

non fisik selama 3 tahun terakhir, ternyata belum mampu meningkatkan tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan puskesmas.


4

Permasalahan yang klasik yang sering timbul di puskesmas adalah berupa

ketersediaan tenaga kesehatan yang kurang serta kelengkapan obat yang belum

memadai, ditambah dengan sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap pasien

yang berkunjung di puskesmas, serta tarif yang kurang sesuai dan berubah-ubah

yang dapat memicu masyarakat akan beralih ke pelayanan tahap kedua (Marnah,

2016).

Menurut Perda Kota Padangsidimpuan No 4 Tahun 2010 Tentang Distribusi

Jasa Umum besar retribusi pelayanan kesehatan Puskesmas dengan tarif sebagai

berikut:

Tabel 1.1 Retribusi Pelayanan Kesehatan Kota Padangsidimpuan

Jasa
Jasa Sarana Jumlah
No Jenis Distribusi Pelayanan
(Rp) (Rp)
(Rp)
1 Rawat Jalan (Pemeriksaan 2.500 1.000 3.500
Umum)
2 Pemeriksaan Khusus 3.500 1.500 5.000
3 Surat Keterangan Sakit/Sehat 10.000 5.000 15.000
4 Jahit Luka (1-3 Simpul) 12.000 3.000 15.000
5 Pembersihan Luka (Buka 7.000 3.000 10.000
Perban)
6 Persalinan Normal 150.000 100.000 250.000
7 Pelayanan KB 20.000 30.000 50.000
8 Pemeriksaan Darah (HB) 7.000 3.000 10.000
9 Suntik Injeksi (Demam) 5.000 7.000 12.000

Dari uraian diatas telah ditetapkan peraturan daerah kota Padangsidimpuan

tentang tarif dalam pelayanan kesehatan di puskesmas, namun kenyataan dilapangan

banyak oknum pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung jawab dengan sesuka

hati menganti tarif yang telah ditetapkan oleh Perda Kota Padangsidimpuan, sebagai

contoh pasien yang berobat di Puskesmas dengan jahit luka 3 simpul serta
5

pengurusan surat sakit yang seharusnya dengan tarif (15.000 + 15.000 = 30.000),

kenyataan dilapangan ternyata pasien tersebut hasus membayar retribusi pelayanan

sebesar Rp.150.000. Dengan demikian, hal menyebabkan masyarakat kurang

demand atas pelayanan Puskesmas.

Dari anggaran kesehatan puskesmas Labuhan Rasoki Anggaran tahun 2016 -

2019, tercatat dana yang dialokasikan untuk kesehatan sebagai berikut :

Tabel 1.2 Jumlah Alokasi anggaran untuk Kesehatan di Puskesmas Labuhan


Rasoki Tahun 2016 – 2019

Tahun Anggaran Jumlah Dana

2016 (Belanja Langsung JKN) Rp. 138.828.000


2017 Rp. 165.674.000
2018 Rp. 178.253.322
2019 Rp. 187.150.000

2016 Bantuan Operasional Kesehatan BOK) Rp. 136.300.000


2017 Rp. 212.600.000
2018 Rp. 253.657.000
2019 Rp. 351.975.000

Sumber : Bendahara BOK dan Bendahara JKN Puskesmas Labuhan Rasoki, 2016 –
2019

Dengan jumlah anggaran yang diuraikan di atas ditambah dengan dana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD), provinsi diterima oleh Dinas Kesehatan kota

Padangsidimpuan untuk pembangunan kesehatan dari tahun 2017-2019.

Dengan jumlah Anggaran yang begitu besar ternyata selama empat tahun

terakhir ini dinas kesehatan kota Padangsidimpuan belum mampu meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap demand Puskesmas sebagai pilihan pertama sarana


6

pencarian pengobatan. Hal ini terjadi diperkirakan karena pembangunan pelayanan

kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan tidak menyentuh demand

(permintaan) dari masyarakat umum sebagai konsumen dari pelayanan kesehatan

dasar tersebut.

Penelitian sebelumnya (Meitrika, 2017), menunjukkan ada hubungan persepsi

tentang pelayanan spesialis terhadap pemanfaatan pelayanan puskesmas. Hal ini

sesuai dengan pendapat Buchari yang dikutip Meitrika (2017), yang mengatakan ada

beberapa faktor yang berhubungan dalam penggunaan pelayanan kesehatan, yaitu

faktor system pelayanan kesehatan seperti kelengkapan program, tersedianya

pelayanan spesialis, pelayanan yang teratur dan hubungan antara dokter/tenaga

kesehatan lainnya dengan pasien. Demikian juga pendapat Dever yang dikutip oleh

Noerjoedianto (2016) dalam Meitrika (2017), yang menyatakan bahwa pemanfaatan

pelayanan kesehatan dihubungkan oleh faktor-faktor interaksi konsumen – petugas

kesehatan.

Selanjutnya Budiarto (2016) menemukan bahwa; semakin lengkap fasilitas

maka semakin tinggi tingkat pemanfaatan pelayanan puskesmas. Hal ini sesuai

dengan pendapat Lapau (1997) dalam Meitrika (2017) yang menyatakan bahwa

pelayanan kesehatan di puskesmas dihubungkan oleh sistem pelayanan kesehatan

yang bersangkutan yang tergambar dalam persepsi masyarakat terhadap tipe

organisasi, kelengkapan program kesehatan yang didalamnya tersedia tenaga dan

fasilitas pelayanan kesehatan.

Selanjutnya peneliti Budiarto (2016) dalam pelayanan kesehatan, tidak selalu


7

kebutuhan yang dirasakan tersebut berupa menjadi demand walaupun kemampuan

konsumen untuk membeli. Masalah avaibilitas, aksesibilitas, merupakan faktor yang

harus dipertimbangkan daripada pertimbangan ekonomi. Pemanfaatan ini pelayanan

kesehatan relative masih rendah, Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga

menunjukkan bahwa 63,2% penderita yang ditemukan sakit berobat, 24,2% penderita

berobat di puskesmas, 8,9% ke praktek dokter, 8,1% ke praktek paramedis serta

13,9% berusaha mengobati sendiri. Dari pihak lain terus berusaha mendekatkan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui penyediaan 6.700 puskesmas

pembantu, sebanyak 17.600 buah dan 32.000 lebih bidan di desa disamping itu 2.500

Posyandu. Dari uraian diatas tampak bahwa demand pelayanan kesehatan oleh

masyarakat masih sangat kurang, walaupun secara fisik jumlah fasilitas pelayanan

kesehatan terus ditingkatkan. Hal tersebut mungkin disebabkan karena fasilitas

pelayanan kesehatan tersebut kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Dari studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Labuhan Rasoki, bahwa

sebagian besar yang memanfaatkan layanan puskesmas adalah masyarakat kalangan

menengah ke bawah dan PNS, pengguna Badan Penyelengara Jaminan Kesehatan,

(BPJS) yakni 1.109 jumlah kunjungan dari 2.000 jumlah kunjungan (Profil

Puskesmas Labuhan Rasoki, 2018).

Dari data diatas dapat dilihat bahwa Puskesmas Labuhan Rasoki belum bisa

menjaring konsumen dari kalangan menengah ke atas (non BPJS) karena pelayanan

yang diberikan belum bisa memenuhi demand yang diharapkan oleh masyarakat

kalangan menengah ke atas tersebut. Padahal kondisi objektif yang ada di kota

Padangsidimpuan bagi masyarakat kalangan menengah ke atas bila merasa ada


8

keluhan sakit, tidak jarang langsung ke Malaysia atau Singapura karena merasa

permintaannya akan pelayanan kesehatan terpenuhi di negara tetangga tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian di Puskesmas Labuhan Rasoki tentang “Hubungan

Pelayanan Kesehatan dan Sarana Prasarana Serta Tarif Puskesmas Dengan

Public Demand Dalam Pelayanan Kesehatan Wilayah Puskesmas Labuhan

Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2020. Hal ini perlu dilakukan karena

keberadaan Puskesmas Labuhan Rasoki sebagai pusat pelayanan kesehatan dasar di

Kota Padangsidimpuan yang memiliki jumlah penduduk 2.056 jiwa dengan 490

Kepala Keluarga dimana 200 Kepala Keluarga merupakan keluarga menengah ke

atas (Profil Puskesmas Labuhan Rasoki, 2018).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana hubungan pelayanan tenaga kesehatan dengan Public Demand

masyarakat (non BPJS) di Puskesmas Labuhan Rasoki ?

2) Bagaimana hubungan sarana dan prasarana dengan Public Demand

masyarakat (non BPJS) di Puskesmas Labuhan Rasoki?

3) Bagaimana hubungan tarif dengan Public Demand masyarakat (non BPJS) di

Puskesmas Labuhan Rasoki?


9

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif

Puskesmas dengan Public Demand dalam pelayanan kesehatan wilayah Puskesmas

Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan Tahun 2020.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Menganalisis Bagaimana hubungan pelayanan tenaga kesehatan dengan

Public Demand masyarakat (non BPJS) di Puskesmas Labuhan Rasoki

2. Untuk mengetahui hubungan antara sarana dan prasarana dengan Public

Demand masyarakat (non BPJS) di Puskesmas Labuhan Rasoki

3. Untuk mengetahui hubungan antara tarif dengan Public Demand masyarakat

(non BPJS) di Puskesmas Labuhan Rasoki

4. Menganalisis variabel yang paling dominan antara pelayanan kesehatan,

sarana dan prasarana serta tarif dalam Public Demand permintaaan pelayanan

kesehatan di puskesmas Labuhan Rasoki

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti

Meningkatkan kemampuan peneliti serta penambahan wawasan pengetahuan

dalam menganalisis masalah kepelayanan kesehatan khususnya Analisis Hubungan

Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Serta Tarif Puskesmas Terhadap

Demand Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Wilayah Puskesmas Labuhan

Rasoki Kota Padangsidimpuan.


10

1.4.2. Manfaat Bagi Pendidikan

Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat

dibidang pelayanan kesehatan terutama di pendidikan Institut Kesehatan DELI

HUSADA Deli Tua yang nantinya dapat dipraktikkan didunia kerja khususnya

dipelayanan puskesmas agar dapat mengoptimalkan pelayanan kesehatan

dimasyarakat.

1.4.3. Bagi Perpustakan

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan bidang ilmu pengetahuan di bidang pelayanan kesehatan pada

masyarakat pada umumnya dan tenaga kesehatan khususnya dan sebagai referensi

atau titik tolak tambahan bila diadakan penelitian lebih lanjut khususnya bagi pihak

lain yang ini mengkaji mengenai analisis hubungan pelayanan kesehatan, sarana dan

prasarana serta tarif puskesmas terhadap demand masyarakat dalam pelayanan

kesehatan wilayah puskesmas.

1.4.4. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan bagi puskesmas terkait dalam hal permintaan

pelayanan kesehatan di Puskesmas Labuhan Rasoki dan sebagai dasar dalam

mengambil kebijakan bagi puskesmas selanjutnya, serta manajemen pengembangan

kualitas pelayanan kesehatan yang prima dan optimal sehingga masyarakat bisa

memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai