Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

Topik : Aplikasi Resin Akrilik Aktivasi Kimia (Cold Cured Acrylic)


Kelompok : B-1
Tgl. Praktikum : 26 Februari 2019
Pembimbing : R. Helal Soekartono, drg.,M.Kes

Penyusun:
1. Karina 021811133060
2. Naila Mufidah 021811133061
3. Nur Atika 021811133062
4. Louis Krisna W. 021811133063
5. Vankalayya Y. D. 021811133064

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
1.1. TUJUAN
Pada akhir praktikum mahasiswa dapat memanipulasi resin akrilik
aktivasi kimia dengan cara yang tepat sebagai bahan denture base dan
dapat membedakan manipulasi resin akrilik aktivasi kimia yang
digunakan sebagai bahan reparasi.

1.2. CARA KERJA


1. Resin akrilik aktivasi kimia sebagai bahan reparasi dengan teknik
salt and pepper
a. Bahan resin akrilik dan peralatan reparasi plat akrilik
disiapkan.
b. Fragmen akrilik diletakkan pada model gip, dan ujung -
ujung plat akrilik pada model gip ditandai dengan spidol.
c. CMS dioleskan menggunakan kuas pada permukaan model
gip tepat di bawah garis patahan akrilik dan sekitarnya,
ditunggu hingga kering.
d. Bagian sampel diasah secukupnya untuk tempat bahan
reparasi.
e. Sampel dimasukkan kedalam mould, tanda pada akrilik dan
pada permukaan gip disesuaikan, plat akrilik difiksasi
dengan malam perekat.
f. Bahan reparasi diaplikasikan pada daerah fraktur
menggunakan teknik “salt and pepper”
g. Bagian yang fraktur dibasahi dengan monomer, kemudian
polimer diberikan,dan diberi monomer lagi. Demikian
seterusnya sampai daerah fraktur penuh dengan bahan
tersebut.
h. Sampel yang telah direparasi dimasukkan kedalam air
selama 20 menit
2. Resin akrilik aktivasi kimia sebagai bahan reparasi dengan teknik
wet packing
a. Bahan resin akrilik dan peralatan reparasi disiapkan.
b. Fragmen akrilik diletakkan pada model gip, dan ujung -
ujung plat akrilik pada model gip ditandai dengan spidol.

2
c. CMS dioleskan menggunakan kuas pada permukaan model
gip tepat di bawah garis patahan akrilik dan sekitarnya,
ditunggu hingga kering.
d. Bagian sampel diasah secukupnya untuk tempat bahan
reparasi.
e. Sampel dimasukkan kedalam mould, tanda pada akrilik dan
pada permukaan gip disesuaikan, plat akrilik difiksasi
dengan malam perekat.
f. Bubuk polimer dituangkan secukupnya ke dalam pot, lalu
monomer dituangkan dan keduanya diaduk sehingga
tercampur rata.
g. Adonan akrilik diambil, diletakkan pada bagian akrilik
yang patah dan diratakan, sehingga seluruh permukaan
akrilik yang patah tertutupi.
h. Sampel yang telah direparasi dimasukkan ke dalam air
selama 20 menit

1.3. HASIL PRAKTIKUM

3
TINJAUAN PUSTAKA
Perlu diketahui bahwa derajat polimerisasi yang dicapai menggunakan
akrilik yang diaktivasi secara kimia tidak sama dengan yang dicapai
menggunakan akrilik yang diaktivasi dengan panas, atau disebut juga heat cured
acrylic. Hal ini mengindikasikan adanya jumlah monomer sisa yang lebih banyak
pada self cured acrylic. Sisa monomer ini menyebabkan dua hal. Pertama,
berkurangnya kekuatan plastis dari denture resin, dalam hal ini akrilik. Kedua,
sisa monomer tersebut berpotensi menyebabkan iritasi jaringan, sehingga
mengurangi biokompatibilitas denture base.

Resin akrilik berdasarkan polimerisasinya, dibedakan menjadi 3 macam :

1. Heat cured acrylic resin (resin akrilik aktivasi panas)

Menggunakan proses pemanasan untuk polimerisasi

2. Self cured acrylic resin/Cold curing acrylic

Merupakan resin akrilik aktivasi kimia. Menggunakan akselerator kimia


untuk polimerisasi

Self cured acrylic merupakan salah satu jenis bahan akrilik yang
digunakan dalam praktik kedokteran gigi. Resin akrilik self cured ini merupakan
resin akrilik yang diaktivasi dengan penambahan cairan tertentu, contohnya
diamine-para-toluidine, pada bubuk akrilik. Self cured acrylic ini sering
digunakan sebagai konstruksi denture base, bahan reparasi, dan untuk relining
posisi line gigi karena memiliki sifat mekanik yang bagus. Self cured acrylic
terdiri dari dua pasta, yaitu liquid monomer dan serbuk polimer (Anusavice K.J,
2013, hal.286).

Komposisi

Self cured acrylic resin terdiri dari dua bagian, yaitu polimer (bubuk) dan
monomer (cairan). Komposisi polimer adalah metil metakrilat, organic peroxide
initiatir , agen titanium dioksida dan pigmen inorganik. Secara umum unsur yang
terkandung dalam polimer self cured acrylic resin

Manipulasi

4
Teknik salt and pepper

1. Membasahi bagian akrilik yang fraktur dengan liquid monomer, kemudian


menuangkan serbuk polimer dalam botol di atas liquid monomer
selanjutnya adonan diarahkan untuk mengisi bagian yang fraktur
menggunakan spatula.
2. membasahi dengan liquid monomer, dan menuangkan serbuk polimer dan
seperti itu seterusnya hingga daerah patahan dari akrilik dengan bahan
reparasi.

Teknik wet packing

1. Memasukkan serbuk polimer ke dalam pot secukupnya, kemudian


menuangkan cairan monomer secara cepat dan membentuk round edge.
2. Mengaduk cairan monomer dan serbuk polimer secara cepat hingga
adonan tercampur rata menggunakan spatula.
3. Letakkan hasil adonan yang berada pada kondisi dough stage pada akrilik
yang mengalami fraktur.

Fase Fase Polimerisasi

Pada pencampuran bubuk dan cairan ada lima stage yang terjadi, yaitu

1. Sandy stage

Tahap seperti pasir basah, sedikit atau tidak ada interaksi pada
tingkat molekuler. Butir-butir polimer tetap tidak berubah dan konsistensi
adonan dapat digambarkan kasar atau berbutir.

2. Stringy stage

Tahap berserat, monomer masih bereaksi di permukaan butiran


polimer. Beberapa rantai polimer berikatan dalam monomer cair. Rantai-
rantai polimer melepaskan jalinan ikatan sehingga kekentalan adonan
meningkat. Bahan pada tahap ini mempunyai ciri berserat atau lengket bila
disentuh atau ditarik.

3. Dough stage

5
Tahap adonan. Jumlah rantai polimer yang memasuki larutan
meningkat sehingga terbentuk suatu adonan monomer dan polimer
terlarut. Adonan tidak lagi berserat dan tidak melekat pada permukaan
cawan atau spatula pengaduk. Karakteristik fisika dan kimia yang terlihat
dari tahap ini ideal untuk tahap moulding tekanan. Tahap ini adalah tahap
terbaik dimasukkannya adonan ke dalam mould atau cetakan.

4. Rubbery stage

Tahap seperti karet atau elastis. Monomer habis karena penguapan dan
terserap lebih dalam pada butir-butir polimer yang tersisa.

5. Stiff stage

Terjadi dan disebabkan karena penguapan monomer bebas. Secara visual,


adonan tampak sangat kering dan tahan terhadap deformasi mekanik.

Sifat
- Kelebihan
● Tidak toksik dan tidak mengiritasi.
● Tidak larut oleh karena saliva.
● Rigid, tidak berubah bentuk dan kuat.
● Fleksibilitas tinggi dibandingkan heat cured acrylic.
● Mudah lepas dari kuvet.
● Lebih ringan berat molekulnya.
- Kekurangan
● Harganya cukup mahal.
● Warnanya tidak bagus dan kurang stabil.
● Kurang biokompatibel ( dapat menyebabkan iritasi ).
● Mengandung lebih banyak sisa monomer.
● Distorsi lebih besar dalam pemakaiannya.
● Elastisitas tergolong kurang.
● Sifat estetik tergolong kurang dibandingkan dengan heat cured acrylic.
Perendaman dalam air dilakukan agar sisa - sisa monomer yang tidak
terpolimerisasi berdifusi dengan air, sehingga mengurangi toksisitas dari denture.
Semakin lama waktu perendaman dalam air, semakin banyak pula sisa monomer
yang terlepas dari denture dan berdifusi dengan air (Milena Kostic, Ljubisa
Nikolic, et al.2018.).

6
Selain melepaskan sisa sisa monomer, perendaman dalam air dapat
menyebabkan polimerisasi lanjut pada denture pada tempat dengan radikal aktif
tinggi. Peningkatan flexural strengh terjadi mulai perendaman selama 24 jam,
namun tidak terjadi peningkatan yang signifikan pada perendaman selama 7 hari
dan 30 hari. Terjadi juga peningkatan modulus elastisitas yang berbading lurus
dengan lama perendaman. Perendaman tidak menghasilkan perubahan yang
signifikan dalam defleksi material dibandingkan dengan nilai semula. Peningkatan
defleksi baru bernilai signifikan setelah direndam selama 30 hari, dan dengan
gaya 25 N/mm2 (Milena Kostic, Ljubisa Nikolic, et al.2018.).

7
PEMBAHASAN

Pada percobaan Aplikasi Resin Akrilik Aktivasi kimia (cold cured),


percobaan dilakukan dengan teknik salt and pepper serta teknik wet and packing
dimana reparasi tersebut dilakukan satu kali dalam satu bagian akrilik di daerah
patah yang berbeda-beda yaitu pada daerah palatal dan labial.

Percobaan dengan menggunakan teknik salt and pepper dilakukan pada


daerah patah dimana dari percobaan tersebut ditemukan bahwa menggunakan
teknik ini tidak memerlukan waktu pembuatan yang terburu-buru karena dalam
teknik ini fraktur hanya dibasahi dengan monomer kemudian dituangkan polimer
selanjutnya diberi monomer lagi seterusnya sampai daerah fraktur penuh dan
tertutup dengan sempurna dengan bahan tersebut. Kelebihan dari cara ini adalah
kemudahan manipulasinya, serta tidak terburu - buru oleh waktu. Kekurangannya
adalah banyaknya monomer sisa, sehingga lebih beracun pada pasien. Serta bisa
menghasilkan sambungan yang cekung atau cembung jika kelebihan atau
kekurangan akrilik.

Sedangkan dengan teknik wet and packing, teknik ini menggunakan waktu
pembuatan yang harus cepat karena saat monomer telah dituangkan ke dalam pot
yang berisi polimer maka, setelah tetesan monomer membasahi minimal daerah ⅔
lingkaran maka kedua bahan tersebut harus segera diaduk dengan keras atau
kencang, kemudian adonan tersebut diletakan hingga tertutup dengan sempurna
pada bagian akrilik yang patah. Kelebihan dari teknik ini dapat menghasilkan
permukaan yang lebih rata dan rapi, serta kurang beracun pada pasien.
Kekurangannya adalah waktu manipulasi yang lebih singkat, sehingga bisa
terburu - buru oleh waktu. Juga teknik yang lebih sulit sehingga diperlukan
keahlian yang lebih.

Setelah teknik wet and packing dan salt and pepper selesai dilakukan,
dilakukan perendaman denture pada sebuah bowl dengan air bersuhu ruangan.
Perendaman dilakukan dengan harapan agar sisa sisa monomer yang tidak
terpolimerisasi larut dalam air, sehingga mengurangi toksisitas dari denture,
menghasilkan denture yang lebih biokompatibel. Juga perendaman dapat
menigkatkan flexure strengh dan modulus elastisitas dari denture, sehingga

8
denture menjadi lebih kuat. Peredaman lebih baik dilakukan menggunakan air
panas agar monomer sisa lebih cepat terlarut.

Oleh karena itu, atas kekurangan dan kelebihan masing - masing teknik
manipulasi, dikombinasikan kedua teknik tersebut. Pertama - tama digunakan
teknik salt and pepper yaitu menetesi permukaan denture yang akan direparasi.
Lalu resin akrilik diaduk dengan metode wet packing dan diaplikasikan pada
denture. Hal ini dilakukan agar tidak ada surface tension antara resin akrilik dan
denturem sehingga reparasi dapat lengket sempurna. Langkah selanjutnya denture
tetap direndam dalam air untuk melepaskan monomer sisa.

9
KESIMPULAN

Setelah melakukan diskusi lebih lanjut, diputuskan bahwa kombinasi


antara kedua teknik salt and pepper dan wet packing adalah langkah yang paling
tepat. Mengkombinasikan teknik salt and pepper dan wet packing dilakukan
dengan menetesi denture terlebih dahulu, lalu teknik wet packing dilaksanakan.
Langkah tersebut menyediakan dasar bagi wet packing agar menempel rekat
dengan denture.

10
DAFTAR PUSTAKA

Powers JM and Wataha JC. 2008. Dental materials properties and manipulation.
9th ed. St Louis. Mosby Inc. p. 285-312

Anusavice KJ. 2003. Science of dental materials. 11th ed. St. Louis. WB
Saunders Co.p.475-5188.

Kostić, M., Nikolić, L., Nikolić, V., Petković, D., Igić, M., Krunić, N., Manić, M.,
Gligorijević, N., & Radenković, G. (2018). Effects of water boiling, microwave,
and water bath post-polymerization on mechanical properties of acrylic denture
resins. _ HEMIJSKA INDUSTRIJA, 72(3), 131,134.
doi:https://doi.org/10.2298/HEMIND170924008K

11

Anda mungkin juga menyukai