Laporan IMKG Prak - Topik 8
Laporan IMKG Prak - Topik 8
Penyusun:
1. Karina 021811133060
2. Naila Mufidah 021811133061
3. Nur Atika 021811133062
4. Louis Krisna W. 021811133063
5. Vankalayya Y. D. 021811133064
2
c. CMS dioleskan menggunakan kuas pada permukaan model
gip tepat di bawah garis patahan akrilik dan sekitarnya,
ditunggu hingga kering.
d. Bagian sampel diasah secukupnya untuk tempat bahan
reparasi.
e. Sampel dimasukkan kedalam mould, tanda pada akrilik dan
pada permukaan gip disesuaikan, plat akrilik difiksasi
dengan malam perekat.
f. Bubuk polimer dituangkan secukupnya ke dalam pot, lalu
monomer dituangkan dan keduanya diaduk sehingga
tercampur rata.
g. Adonan akrilik diambil, diletakkan pada bagian akrilik
yang patah dan diratakan, sehingga seluruh permukaan
akrilik yang patah tertutupi.
h. Sampel yang telah direparasi dimasukkan ke dalam air
selama 20 menit
3
TINJAUAN PUSTAKA
Perlu diketahui bahwa derajat polimerisasi yang dicapai menggunakan
akrilik yang diaktivasi secara kimia tidak sama dengan yang dicapai
menggunakan akrilik yang diaktivasi dengan panas, atau disebut juga heat cured
acrylic. Hal ini mengindikasikan adanya jumlah monomer sisa yang lebih banyak
pada self cured acrylic. Sisa monomer ini menyebabkan dua hal. Pertama,
berkurangnya kekuatan plastis dari denture resin, dalam hal ini akrilik. Kedua,
sisa monomer tersebut berpotensi menyebabkan iritasi jaringan, sehingga
mengurangi biokompatibilitas denture base.
Self cured acrylic merupakan salah satu jenis bahan akrilik yang
digunakan dalam praktik kedokteran gigi. Resin akrilik self cured ini merupakan
resin akrilik yang diaktivasi dengan penambahan cairan tertentu, contohnya
diamine-para-toluidine, pada bubuk akrilik. Self cured acrylic ini sering
digunakan sebagai konstruksi denture base, bahan reparasi, dan untuk relining
posisi line gigi karena memiliki sifat mekanik yang bagus. Self cured acrylic
terdiri dari dua pasta, yaitu liquid monomer dan serbuk polimer (Anusavice K.J,
2013, hal.286).
Komposisi
Self cured acrylic resin terdiri dari dua bagian, yaitu polimer (bubuk) dan
monomer (cairan). Komposisi polimer adalah metil metakrilat, organic peroxide
initiatir , agen titanium dioksida dan pigmen inorganik. Secara umum unsur yang
terkandung dalam polimer self cured acrylic resin
Manipulasi
4
Teknik salt and pepper
Pada pencampuran bubuk dan cairan ada lima stage yang terjadi, yaitu
1. Sandy stage
Tahap seperti pasir basah, sedikit atau tidak ada interaksi pada
tingkat molekuler. Butir-butir polimer tetap tidak berubah dan konsistensi
adonan dapat digambarkan kasar atau berbutir.
2. Stringy stage
3. Dough stage
5
Tahap adonan. Jumlah rantai polimer yang memasuki larutan
meningkat sehingga terbentuk suatu adonan monomer dan polimer
terlarut. Adonan tidak lagi berserat dan tidak melekat pada permukaan
cawan atau spatula pengaduk. Karakteristik fisika dan kimia yang terlihat
dari tahap ini ideal untuk tahap moulding tekanan. Tahap ini adalah tahap
terbaik dimasukkannya adonan ke dalam mould atau cetakan.
4. Rubbery stage
Tahap seperti karet atau elastis. Monomer habis karena penguapan dan
terserap lebih dalam pada butir-butir polimer yang tersisa.
5. Stiff stage
Sifat
- Kelebihan
● Tidak toksik dan tidak mengiritasi.
● Tidak larut oleh karena saliva.
● Rigid, tidak berubah bentuk dan kuat.
● Fleksibilitas tinggi dibandingkan heat cured acrylic.
● Mudah lepas dari kuvet.
● Lebih ringan berat molekulnya.
- Kekurangan
● Harganya cukup mahal.
● Warnanya tidak bagus dan kurang stabil.
● Kurang biokompatibel ( dapat menyebabkan iritasi ).
● Mengandung lebih banyak sisa monomer.
● Distorsi lebih besar dalam pemakaiannya.
● Elastisitas tergolong kurang.
● Sifat estetik tergolong kurang dibandingkan dengan heat cured acrylic.
Perendaman dalam air dilakukan agar sisa - sisa monomer yang tidak
terpolimerisasi berdifusi dengan air, sehingga mengurangi toksisitas dari denture.
Semakin lama waktu perendaman dalam air, semakin banyak pula sisa monomer
yang terlepas dari denture dan berdifusi dengan air (Milena Kostic, Ljubisa
Nikolic, et al.2018.).
6
Selain melepaskan sisa sisa monomer, perendaman dalam air dapat
menyebabkan polimerisasi lanjut pada denture pada tempat dengan radikal aktif
tinggi. Peningkatan flexural strengh terjadi mulai perendaman selama 24 jam,
namun tidak terjadi peningkatan yang signifikan pada perendaman selama 7 hari
dan 30 hari. Terjadi juga peningkatan modulus elastisitas yang berbading lurus
dengan lama perendaman. Perendaman tidak menghasilkan perubahan yang
signifikan dalam defleksi material dibandingkan dengan nilai semula. Peningkatan
defleksi baru bernilai signifikan setelah direndam selama 30 hari, dan dengan
gaya 25 N/mm2 (Milena Kostic, Ljubisa Nikolic, et al.2018.).
7
PEMBAHASAN
Sedangkan dengan teknik wet and packing, teknik ini menggunakan waktu
pembuatan yang harus cepat karena saat monomer telah dituangkan ke dalam pot
yang berisi polimer maka, setelah tetesan monomer membasahi minimal daerah ⅔
lingkaran maka kedua bahan tersebut harus segera diaduk dengan keras atau
kencang, kemudian adonan tersebut diletakan hingga tertutup dengan sempurna
pada bagian akrilik yang patah. Kelebihan dari teknik ini dapat menghasilkan
permukaan yang lebih rata dan rapi, serta kurang beracun pada pasien.
Kekurangannya adalah waktu manipulasi yang lebih singkat, sehingga bisa
terburu - buru oleh waktu. Juga teknik yang lebih sulit sehingga diperlukan
keahlian yang lebih.
Setelah teknik wet and packing dan salt and pepper selesai dilakukan,
dilakukan perendaman denture pada sebuah bowl dengan air bersuhu ruangan.
Perendaman dilakukan dengan harapan agar sisa sisa monomer yang tidak
terpolimerisasi larut dalam air, sehingga mengurangi toksisitas dari denture,
menghasilkan denture yang lebih biokompatibel. Juga perendaman dapat
menigkatkan flexure strengh dan modulus elastisitas dari denture, sehingga
8
denture menjadi lebih kuat. Peredaman lebih baik dilakukan menggunakan air
panas agar monomer sisa lebih cepat terlarut.
Oleh karena itu, atas kekurangan dan kelebihan masing - masing teknik
manipulasi, dikombinasikan kedua teknik tersebut. Pertama - tama digunakan
teknik salt and pepper yaitu menetesi permukaan denture yang akan direparasi.
Lalu resin akrilik diaduk dengan metode wet packing dan diaplikasikan pada
denture. Hal ini dilakukan agar tidak ada surface tension antara resin akrilik dan
denturem sehingga reparasi dapat lengket sempurna. Langkah selanjutnya denture
tetap direndam dalam air untuk melepaskan monomer sisa.
9
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
Powers JM and Wataha JC. 2008. Dental materials properties and manipulation.
9th ed. St Louis. Mosby Inc. p. 285-312
Anusavice KJ. 2003. Science of dental materials. 11th ed. St. Louis. WB
Saunders Co.p.475-5188.
Kostić, M., Nikolić, L., Nikolić, V., Petković, D., Igić, M., Krunić, N., Manić, M.,
Gligorijević, N., & Radenković, G. (2018). Effects of water boiling, microwave,
and water bath post-polymerization on mechanical properties of acrylic denture
resins. _ HEMIJSKA INDUSTRIJA, 72(3), 131,134.
doi:https://doi.org/10.2298/HEMIND170924008K
11