Anda di halaman 1dari 15

Kontribusi Kompetensi Guru (Pedagogis, Kepribadian, Kompetensi Profesional dan Sosial) Terhadap Kinerja

Pembelajaran

Adnan Hakim Dosen di Fakultas Ekonomi, Universitas Halu Oleo Kendari

-ABSTRAK------------------------------------------------ -

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menentukan kontribusi kompetensi guru (pedagogis,
personal, profesional dan kompetensi sosial) terhadap kinerja pembelajaran. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah korelasi dengan teknik proporsional sampling. Hasil analisis data menggunakan
regresi berganda menunjukkan bahwa, secara parsial pedagogis, kompetensi pribadi, kompetensi
profesional dan kompetensi sosial memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan kinerja
pembelajaran. Kontribusi semua kompetensi mengajar secara bersamaan atau bersama-sama dinyatakan
signifikan memiliki pengaruh dalam meningkatkan kualitas kinerja dalam proses pembelajaran.

Kata kunci: Kompetensi Pedagogis, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, Kompetensi Sosial,
Kinerja Dosen.

I. PENDAHULUAN

Kemajuan pembangunan suatu bangsa dan negara sangat tergantung pada kualitas sumber daya
manusia (SDM) yang dimiliki. Ini berarti bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah
persyaratan yang harus menjadi prioritas utama jika suatu negara dan bangsa ingin maju dan berdaya
saing. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu menyerap pengetahuan dan
teknologi serta setia dan mengabdi pada kekuatan, dibutuhkan guru yang profesional. Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa
para pendidik adalah para profesional yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, pembinaan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Berfokus pada hukum bahwa pendidik dapat dikategorikan sebagai
profesional diharapkan untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas dan meningkatkan kualitas siswa
menjadi manusia yang unggul. Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran di kelas tidak terlepas dari
peran dan kompetensi staf pengajar. Kompetensi pada dasarnya adalah gambaran tentang apa yang harus
dilakukan seseorang terhadap pekerjaan itu. Menurut Spencer dan Spencer (1993) kompetensi adalah
karakteristik yang mendasari seseorang terkait dengan efektivitas kinerja individu pada pekerjaan atau
karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan sebab akibat atau sebab dan akibat dengan kriteria
yang dirujuk, efektif atau sangat baik. atau kinerja yang unggul di tempat kerja atau dalam situasi tertentu.

Ahli lain mengklaim bahwa kompetensi adalah dasar dari karakteristik pribadi yang merupakan
faktor penentu dalam keberhasilan atau kegagalan seseorang melakukan pekerjaan atau dalam situasi
tertentu (McClelland, 1993). Sedangkan Moeheriono (2009: 4) menyatakan bahwa banyak perusahaan
konsultan manajemen internasional yang mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik dasar yang
terdiri dari keterampilan, pengetahuan dan atribut pribadi yang lebih mampu membedakan seseorang yang
melakukan dan tidak melakukannya. Jadi intinya kompetensi itu adalah alat yang menentukan untuk
memprediksi keberhasilan seseorang bekerja di posisi tertentu. Antara kompetensi dengan kinerja memiliki
hubungan yang sangat erat sekali, terlihat pada hubungan kedua hubungan kausal (Moeheriono: 2009: 8).
Spencer (1993) menyatakan bahwa hubungan antara kompetensi kinerja karyawan sangat dekat dan
penting, ada relevansi dan kuat, akurat, bahkan mereka (karyawan) jika ingin meningkatkan kinerja, harus
memiliki kompetensi sesuai dengan tugas pekerjaan. Setiap jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang,
termasuk kompetensi guru akan memerlukan dasar yang berbeda untuk meningkatkan motivasi dan
meningkatkan kinerjanya, baik secara individu maupun kinerja organisasi. Salah satu tuntutan yang harus
dipenuhi oleh guru dalam menjalankan kegiatannya, yaitu harus dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional. Untuk menjadi pengajar profesional dalam menjalankan tugasnya, maka dituntut memiliki
kompetensi dan kemampuan mentransfer ilmu sesuai dengan substansi sains bidang keilmuan.

Kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang tutor sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi,
kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa
kompetensi hubungannya dengan kinerja bisnis dan kinerja individu dalam kariernya. Seperti yang
dinyatakan oleh Wasilezuk (2002) bahwa kompetensi kewirausahaan atau pemilik dapat mempengaruhi
pertumbuhan perusahaan. Demikian juga ditemukan oleh Welsa (2006) bahwa, kemampuan bisnis memiliki
dampak yang signifikan terhadap kinerja bisnis. Studi lain telah menemukan pedagogis mempengaruhi
kinerja, dan tidak mempengaruhi kompetensi profesional kinerja guru (Hamidi dan Sri Indrastuti, 2012)
serta kompetensi pribadi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru (Harycoon Angmalisang,
2011).

Kualitas kompetensi mengajar memainkan peran penting dalam penciptaan dan pembentukan
kualitas proses pembelajaran bagi siswa, dan juga menunjukkan tingkat profesionalisme guru sesuai
bidangnya dan dapat berkontribusi dalam meningkatkan kinerja pembelajaran. Karena pentingnya kedua
konsep ini maka saya tertarik untuk melakukan penelitian untuk menentukan dan menganalisis pengaruh
kompetensi guru termasuk kompetensi pedagogis, kompetensi pribadi, kompetensi profesional dan
kompetensi sosial terhadap kinerja guru dalam proses pembelajaran.

II STUDI TEORI

Setiap individu yang bekerja di organisasi, baik organisasi yang bergerak di bidang pendidikan maupun non-
pendidikan, tentunya memiliki berbagai tujuan dan target yang ingin dicapai di masa depan. Salah satu
tujuan yang ingin dicapai oleh institusi pendidikan, yaitu penciptaan generasi yang berpendidikan dan
berkualitas serta berdaya saing tinggi. Untuk mewujudkan kualitas pendidikan, seperti yang diharapkan,
keberadaan guru profesional di lapangan memainkan peran penting dalam proses pembelajaran dan
pembentukan pola pikir, sikap dan mengikuti pola siswa mereka. Pengajar Profesional dalam melaksanakan
tugasnya memiliki berbagai kompetensi yang diperlukan dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa
mereka termasuk kompetensi pedagogis, kompetensi pribadi, kompetensi profesional dan kompetensi
sosial (hal. No.19 tahun 2005).

• Kompetensi Pedagogik

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk berolahraga atau melakukan pekerjaan atau
tugas yang didasarkan pada keterampilan, pengetahuan dan sikap yang didukung oleh pekerjaan sesuai
dengan tuntutan pekerjaan. Menurut Spencer (1993) bahwa, kompetensi merupakan karakteristik yang
mendasari seseorang terkait dengan efektivitas kinerja individu pada pekerjaan atau karakteristik dasar
individu yang memiliki hubungan sebab akibat atau sebab dan akibat dengan kriteria yang dirujuk, efektif
atau sangat baik. atau kinerja yang unggul di tempat kerja atau pada situasi tertentu. Konsep yang
mengambil kompetensi seseorang diperlukan dalam manajemen pembelajaran disebut kompetensi
pedagogis. Kompetensi selalu terkait dengan kemampuan seorang guru terkait dengan tingkat pemahaman
peserta didik, proses pembelajaran dan aktualisasi diri. Menurut Mulyasa (2007) bahwa, kompetensi
pedagogis adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman peserta didik,
desain dan implementasi pembelajaran, evaluasi hasil pembelajaran, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan potensi mereka.

Komponen yang termasuk dalam kompetensi pedagogis, yaitu: (1) mengendalikan karakteristik lea
dari aspek fisik, moral spiritual, sosial, budaya, emosional dan intelektual; (2) kontrol teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan materi
pelajaran; (4) melakukan pembelajaran pendidikan; (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk kepentingan pembelajaran; (6) memfasilitasi pengembangan pelajar potensial untuk
mengaktualisasikan potensi mereka; (7) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan siswa;
(8) melakukan proses penilaian dan evaluasi serta hasil pembelajaran; (9) memanfaatkan penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; (10) mengambil tindakan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran reflektif (Asmani, 2009). Untuk keperluan analisis konsep pedagogis digunakan indikator
pengukuran, antara lain; tingkat pemahaman peserta didik, desain pembelajaran, dan pelaksanaan
pembelajaran pendidikan diagnosis, evaluasi pembelajaran dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan potensi mereka.

• Kepribadian Kompetensi

Model seorang pendidik atau dosen dibutuhkan oleh siswa mereka. Oleh karena itu, seorang pendidik perlu
memiliki kemampuan berkenaan dengan pengembangan kepribadian. Ini adalah kompetensi pribadi dari
kompetensi pribadi, yaitu berkaitan dengan kemampuan pribadi untuk memahami diri sendiri, penerimaan
diri, pengarahan diri sendiri dan realisasi diri (Surya, 2003: 138 dalam Hamidi dan Indrastuti, 2012).
Sedangkan PP. 19 tahun 2005 menyatakan bahwa kompetensi pribadi meliputi pribadi yang mantap, stabil,
dewasa, bijaksana, berwibawa dan teladan. Kemudian Komara (2007) menyatakan bahwa, kompetensi
pribadi meliputi mantap, mulia, bijak dan bijaksana, bermartabat, stabil, dewasa, jujur, menjadi teladan
bagi siswa dan masyarakat, untuk secara obyektif mengevaluasi kinerja mereka sendiri, dan
mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

Pengukuran kompetensi pribadi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) kepribadian stabil dan
stabil, yang diukur dengan indikator bertindak sesuai dengan norma (hukum), norma sosial, senang bekerja
sebagai guru dan memiliki konsistensi dalam bertindak; (2) kepribadian orang dewasa, yang diukur dengan
indikator menunjukkan independensi dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai
pendidik; (3) Kepribadian yang bijaksana yang diukur dengan indikator menampilkan tindakan yang
bermanfaat bagi siswa, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan
bertindak; (4) kepribadian berwibawa yang diukur dengan indikator memiliki sikap positif terhadap siswa,
dan perilaku yang dihormati; (5) Kompetensi yang berkaitan dengan akhlak mulia, yang diukur dengan
indikator, yang bertindak sesuai dengan norma dan perilaku keagamaan yang dapat diikuti oleh peserta
didik.

• Kompetensi profesional

Kompetensi yang terkait dengan keterampilan guru dalam proses pembelajaran termasuk dalam kategori
kompetensi profesional. Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran yang luas dan
mendalam, meliputi penguasaan konten kurikulum dan substansi mata pelajaran ilmiah secara filosofis
(Jamal, 2009: 157). Sedangkan Komara (Jamal: 2009: 157) menyatakan bahwa kompetensi profesional
adalah kemampuan menangani tugas penyesuaian dan kompetensi dosen sangat penting karena berkaitan
langsung dengan kinerja yang ditunjukkan.
Menurut Wijaya (1992: 25-30 dalam Saragih, 2008) bahwa kemampuan profesional yang harus
dimiliki guru dalam proses pembelajaran adalah: pengendalian materi, mengelola program pembelajaran,
mengelola kelas, menggunakan sumber media, menguasai dasar-dasar pendidikan, mengelola interaksi
pengajaran pembelajaran, menilai prestasi siswa demi peserta pengajaran, mengetahui fungsi dan
program, layanan bimbingan dan konseling, dan mengatur administrasi sekolah mengetahui dan
memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan untuk tujuan pengajaran . Indikator
yang digunakan untuk mengukur tingkat kompetensi profesional meliputi pemahaman materi pengajaran
kurikulum yang sesuai, memahami konsep dan hubungan dengan ilmu-ilmu lain, serta menguasai langkah-
langkah dalam penelitian dan analisis kritis untuk mengeksplorasi bahan ajar.

• Kompetensi sosial

Pengajaran profesional di lapangan, selain perlu memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian dan
kompetensi profesional juga dibutuhkan kompetensi yang berkaitan dengan kegiatan sosial (kompetensi
sosial). Kompetensi sosial diperlukan oleh kemampuan seseorang untuk berhasil dalam berurusan dengan
orang lain, termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan tanggung jawab sosial (Surya: 2003: 138
dalam Hamidi dan Indrastuti, 2012). Dalam Peraturan No. 19 tahun 2005 itu disebutkan bahwa, kompetensi
sosial mencakup kemampuan berkomunikasi, bergaul di sekolah dan masyarakat. Mulyasa (2007)
menyatakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain termasuk: peserta didik, mengikuti guru,
orang tua / wali siswa dan masyarakat. Indikator yang digunakan dalam pengukuran kompetensi sosial guru
meliputi kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan siswa, sesama guru dan tenaga
kependidikan serta orang tua / wali siswa dan masyarakat.

• Pembelajaran Kinerja

Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang akan mengharapkan untuk mendapatkan hasil maksimal.
Dengan kata lain, dapat mencapai kinerja yang sesuai dengan harapan. Kinerja adalah tingkat kesuksesan
seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan pada periode tertentu. Samsudin (2006) menyatakan
bahwa kinerja tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai dengan menggunakan kemampuan dan
keterbatasan seseorang yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan Nawawi
(2005: 234) menyatakan bahwa kinerja sebagai hasil dari pelaksanaan suatu pekerjaan. Pemahaman ini
menyiratkan bahwa, kinerja suatu tindakan atau perilaku yang secara langsung atau tidak langsung dapat
diamati oleh orang lain. Lainnya berpendapat bahwa, seperti kinerja kinerja, pelaksanaan pekerjaan,
pencapaian pekerjaan, pekerjaan atau kinerja (Mulyasa, 2007: 136).

Keberhasilan seseorang dalam mencapai kinerja tertentu dapat digunakan sebagai sumber
informasi tentang kompetensi dan motivasi seseorang sehingga dapat mencapai kinerja tersebut. Robbins
menyatakan bahwa kinerja sebagai fungsi dari kemampuan atau kemampuan dan motivasi serta peluang.
Formulasi kinerja menunjukkan bahwa kinerja merupakan hasil interaksi antara kemampuan, motivasi dan
peluang seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas. Untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dengan
kualitas yang baik, seseorang harus memiliki kompetensi yang mendukung penyelesaian pekerjaan.

Seseorang yang berprofesi sebagai dosen dalam melakukan kegiatan belajar, diharapkan dapat
mencapai kinerja yang baik dan meningkat dari periode ke periode. Menurut Sanjaya (2005) bahwa kinerja
guru pada tugas perencanaan manajemen pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa. Sedangkan
Brown di Sudirman (2000: 142) menggambarkan tugas dan peran guru, antara lain: menguasai dan
mengembangkan materi pembelajaran, merencanakan dan menyiapkan pelajaran setiap hari,
mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan belajar siswa.
Berdasarkan dua pandangan ini, dapat dikatakan bahwa, dalam tugas mengajar yang membutuhkan
penguasaan pembelajaran materi ajar yang akan diajarkan kepada siswa dan cara mengajar penguasaan
materi ajar menjadi pilihan pembelajaran. Pemilihan bahan ajar dan strategi pengajaran yang akan
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik siswa yang akan
diajar dan kurikulum yang berlaku. Maka untuk mewujudkan proses dan kualitas hasil belajar tentu
membutuhkan kinerja guru yang maksimal. Untuk meningkatkan kualitas kinerja guru, setidaknya seorang
guru harus memiliki penguasaan materi apa yang harus diajarkan dan bagaimana cara mengajar sehingga
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien serta komitmen untuk melaksanakan tugas
secara profesional dan profesi. Kinerja guru dapat dinyatakan sebagai keseluruhan tingkat keberhasilan
seseorang dalam proses pembelajaran dalam periode tertentu dapat diukur dengan indikator penguasaan
bahan ajar, kemampuan mengelola pembelajaran dan komitmen dalam menjalankan tugasnya dengan
baik. Helsey (1994: 148) menyatakan bahwa persyaratan untuk menjadi sukses dalam mengajar guru yang
benar adalah tidak ada yang harus diajarkan. Demikian pula diungkapkan oleh Nurdin (2005: 80) bahwa
penguasaan bahan ajar yang akan diajarkan mutlak dimiliki dan dikendalikan oleh masing-masing guru.
Kemudian Woolfolk (1984: 436) berpendapat bahwa pengetahuan guru tentang bahan ajar adalah salah
satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan guru dalam pembelajaran.

Penguasaan bahan ajar anggota fakultas akan muncul dalam perilakunya saat melakukan proses
pembelajaran. Otorisasi tersebut muncul pada kemampuan guru untuk menjelaskan, mengatur bahan ajar,
dan sikap guru dalam proses pembelajaran dan keterampilan dalam menciptakan dan memelihara kondisi
yang optimal untuk proses interaksi antara pihak-pihak yang terkait. Semakin baik penguasaan bahan ajar,
kemampuan guru untuk menjelaskan dan mengatur bahan ajar juga bisa dipastikan berjalan dengan baik.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penguasaan bahan ajar merupakan salah satu penentu kinerja
guru dalam proses pembelajaran. Pengukuran kinerja guru dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari
kemampuannya mengelola proses pembelajaran Keterampilan manajemen terkait dengan menciptakan
dan memelihara kondisi yang optimal untuk proses interaksi antara pihak-pihak yang berkepentingan
(Djamarah, 2005: 144). Menurut Woolfolk (1984: 436) bahwa keberhasilan guru dalam belajar, selain
ditentukan oleh pengetahuan guru tentang bahan ajar dan metode pengajaran juga ditentukan oleh kelas
manajemen. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk mengelola pembelajaran menjadi penting karena
berkaitan langsung dengan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Seorang guru harus berusaha untuk berpikir dan merencanakan dengan hati-hati untuk
meningkatkan kualitas pengajaran dan kesempatan belajar bagi siswa mereka. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa kemampuan mengelola pembelajaran menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh guru.
Menurut Usman (2002: 21) bahwa manajemen pembelajaran terkait dengan upaya guru untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung,
mengembangkan bahan ajar dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami
pembelajaran materi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang mereka butuhkan untuk capai. Selain
kemampuan menguasai bahan ajar dan kemampuan mengelola pembelajaran yang harus dimiliki oleh guru
agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, maka faktor komitmen terhadap tugas merupakan salah
satu indikator keberhasilan guru dalam proses pembelajaran. Komitmen adalah regulasi diri dalam
penerapan setiap keterikatan psikologis seseorang dengan organisasi. Komitmen selalu berkaitan langsung
dengan kesediaan, kesadaran, minat dan keterlibatan seseorang atas sesuatu dengan tanggung jawab
penuh. Mulyana (2007: 151) menyatakan komitmen perlu dibangun secara mandiri di setiap komunitas
sekolah individu termasuk guru, terutama untuk pengaturan menghilangkan kekakuan birokrasi pemikiran
dan budaya, seperti pengguna harus menunggu bos untuk mengubahnya menjadi pemikiran kreatif dan
inovatif .
Komitmen untuk menyelaraskan tugas guru secara psikologis dalam mengarahkan dan
membimbing kegiatan belajar siswa sehingga dapat menciptakan indikator pembelajaran yang efektif:
kesadaran akan kesulitan belajar siswa, partisipasi dalam membimbing kegiatan belajar siswa, menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan, kemauan yang tinggi untuk mendidik siswa serta memiliki tanggung
jawab dalam tugas pembelajaran. Dalam uraian sebelumnya telah dipresentasikan oleh Spencer (1993)
bahwa hubungan antara kompetensi kinerja karyawan sangat dekat dan penting, ada relevansi dan kuat,
akurat, dan bahkan mereka (karyawan) jika mereka ingin meningkatkan kinerja mereka, itu harus memiliki
kompetensi sesuai dengan tugas pekerjaan. Kemudian Moeheriono (2009: 8) menyatakan bahwa
kompetensi kinerja memiliki hubungan yang sangat erat sekali, terlihat pada hubungan hubungan sebab
dan akibat.

Hubungan antara kompetensi dan kinerja telah dipelajari oleh para peneliti sebelumnya, dan
menemukan bahwa, kompetensi kewirausahaan dapat mempengaruhi pertumbuhan perusahaan (Baum,
2011 dan Wasilezuk, 2002). Penelitian ini menguji hubungan antara kompetensi dengan kinerja guru yang
telah diteliti oleh peneliti sebelumnya, dan menemukan bahwa kompetensi memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja dosen (Rachman, 2012), efek kompetensi pedagogik kinerja dosen, kompetensi
pribadi tidak berpengaruh pada kinerja dosen, kompetensi sosial mempengaruhi kinerja dosen dan
kemampuan profesional tidak berpengaruh terhadap kinerja dosen (Hamidi dan Indrastuti, 2012).
Kemudian Udiyono (2011) menemukan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara kompetensi
profesional dengan kinerja guru.

AKU AKU AKU. KONSEP KERANGKA KERJA

Salah satu faktor yang menentukan kualitas pembelajaran dan kualitas siswa adalah kualitas guru dalam
proses pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang diberikan oleh guru sangat ditentukan oleh kompetensi
mereka terkait dengan profesi. Profesional guru dalam melaksanakan tugasnya dituntut memiliki
kompetensi dalam mentransfer pengetahuan kepada siswanya, yaitu: pedagogis, kompetensi pribadi,
kompetensi profesional dan kompetensi sosial (hlm. No.19 tahun 2005). Secara teoritis dinyatakan bahwa
kompetensi memiliki seseorang dalam kaitannya dengan kinerja kegiatannya, seperti yang disarankan oleh
Spencer (1993) bahwa hubungan antara kompetensi kinerja karyawan sangat dekat dan penting. Demikian
juga Moeheriono (2009: 8) menyatakan bahwa kompetensi untuk memiliki hubungan kinerja yang sangat
dekat sekali, terlihat pada hubungan hubungan sebab dan akibat. Hasil penelitian sebelumnya telah
menunjukkan bahwa, kompetensi kewirausahaan dapat mempengaruhi pertumbuhan perusahaan (Baum,
2011 dan Wasilezuk, 2002). Temuan lain menunjukkan bahwa, kompetensi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja dosen (Rachman, 2012). Kompetensi pedagogis adalah kemampuan seorang
guru terkait dengan tingkat pemahaman peserta didik, proses pembelajaran dan aktualisasi diri. Mulyasa
(2007) menyatakan bahwa, kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang mencakup pemahaman peserta didik, desain dan implementasi pembelajaran, evaluasi hasil
pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi mereka. Kompetensi
dinilai berkontribusi langsung pada tingkat keberhasilan guru dalam mentransfer pengetahuan mereka
kepada siswa. Telah dibuktikan oleh Hamidi dan Indrastuti (2012) bahwa kompetensi pedagogik
mempengaruhi kinerja dosen.

Hubungan pedagogis dengan studi konsep kinerja ingin mengetahui seberapa besar hubungan yang
diamati. Indikator yang digunakan untuk mengukur kompetensi pedagogik dalam penelitian ini meliputi:
tingkat pemahaman peserta didik, desain pembelajaran, penerapan pembelajaran yang mendidik dan
mendiagnosis, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
potensinya. Daya tarik siswa untuk mengikuti proses pembelajaran karena ada nilai-nilai teladan yang
dipegang oleh guru. Nilai teladan seorang pendidik dibutuhkan oleh siswa mereka. Oleh karena itu, seorang
pendidik perlu memiliki kemampuan berkaitan dengan pengembangan kepribadian. Kompetensi pribadi
adalah kompetensi pribadi yang berkaitan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri
sendiri dan realisasi diri. Endang Komara (2007) menyatakan bahwa, kompetensi pribadi mencakup
mantap, mulia, bijak dan bijaksana, bermartabat, stabil, dewasa, jujur, menjadi panutan bagi siswa dan
masyarakat, untuk secara obyektif mengevaluasi kinerja mereka sendiri, dan mengembangkan diri secara
mandiri dan berkelanjutan. Hasil penelitian sebelumnya menemukan bahwa kompetensi pribadi tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja dosen (Hamidi dan Indrastuti, 2012). Sementara studi
teoritis mengungkapkan bahwa kedua konsep ini memiliki relevansi. Oleh karena itu, kompetensi pribadi
guru sebagai salah satu variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Indikator yang digunakan untuk
mengukur kompetensi pribadi guru meliputi: kepribadian yang stabil dan stabil, terutama yang berkaitan
dengan kesesuaian tindakan dengan norma (hukum), norma sosial, senang bekerja sebagai guru dan
memiliki konsistensi dalam bertindak; Kepribadian dewasa, yang dikaitkan dengan kemandirian dalam
bertindak sebagai pendidik dan etos kerja sebagai pendidik; Kepribadian yang bijak berkaitan dengan
manfaat dari tindakan guru untuk siswa, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam
berpikir dan bertindak; Kepribadian berwibawa, termasuk perilaku positif terhadap peserta didik, dan
perilaku yang dihormati; Kompetensi berkaitan dengan karakter yang mulia, yang bertindak sesuai dengan
norma dan perilaku agama yang dapat diikuti oleh peserta didik.

Kompetensi penting lainnya yang dibutuhkan oleh guru dalam meningkatkan kinerja pembelajaran
adalah kompetensi profesional, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan penguasaan materi pembelajaran
yang luas dan mendalam, meliputi penguasaan konten kurikulum dan substansi mata pelajaran ilmiah
secara filosofis (Jamal, 2009: 157). Kompetensi ini telah memberikan kontribusi terhadap kinerja guru
dalam pembelajaran, seperti ditemukan Udiyono (2011) bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara
kompetensi profesional kinerja guru, sedangkan Hamidi dan Indastuti (2012) menyatakan bahwa
kemampuan profesional tidak memiliki signifikan terhadap kinerja dosen. Kompetensi profesional dalam
penelitian ini diukur dengan indikator: tingkat pemahaman kurikulum berbasis bahan ajar; untuk
memahami konsep dan hubungan dengan ilmu lain; menguasai langkah-langkah penelitian; tinjauan kritis
atas bahan ajar mengeksplorasi dan menyelesaikan masalah.

Pengajaran profesional di lapangan, selain perlu memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian dan
kompetensi profesional juga dibutuhkan kompetensi terkait kegiatan sosial (kompetensi sosial).
Kompetensi sosial diperlukan oleh kemampuan seseorang untuk berhasil dalam berurusan dengan orang
lain, dalam hal ini, termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan tanggung jawab sosial (Surya: 2003:
138 dalam Hamidi dan Indrastuti, 2012). Hasil penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
kompetensi sosial berkaitan dengan pencapaian kinerja, seperti yang ditemukan oleh Hamidi dan Indrastuti
(2012) bahwa kompetensi sosial mempengaruhi kinerja dosen. Dalam Peraturan itu. 19 tahun 2005
menyatakan bahwa, kompetensi sosial meliputi kemampuan berkomunikasi, bergaul di sekolah dan
masyarakat. Kompetensi sosial dalam penelitian ini diukur menggunakan indikator, yaitu: kemampuan
berkomunikasi; kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan siswa; kemampuan bergaul dengan
sesama pendidik; kemampuan bergaul dengan tenaga kependidikan; serta kemampuan bergaul dengan
orang tua / wali siswa dan masyarakat.

Kompetensi keempat (kompetensi pedagogis, kompetensi pribadi, kompetensi profesional dan kompetensi
sosial) harus dimiliki oleh pengajaran profesional di lapangan, karena kompetensi ini terkait langsung
dengan pencapaian kinerja guru dalam proses pembelajaran. Kinerja guru pada tugas perencanaan,
manajemen pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa (Sanjaya, 2005). Brown dalam Sudirman (2000:
142) menyatakan bahwa peran guru, antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran,
merencanakan dan menyiapkan pelajaran setiap hari, mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan belajar
siswa. Pengukuran kinerja guru dalam penelitian ini, yaitu: penguasaan bahan ajar, kemampuan mengelola
pembelajaran dan komitmen dalam menjalankan tugasnya dengan baik. Penguasaan bahan ajar meliputi:
kemampuan guru untuk menjelaskan; mengatur bahan ajar; sikap guru dalam proses pembelajaran;
keterampilan dalam menciptakan interaksi dengan orang lain; keterampilan dalam mempertahankan
kondisi optimal untuk proses interaksi antara pihak-pihak yang terkait.

Kemampuan untuk mengelola keterampilan belajar terus-menerus yang terkait dengan


menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal untuk proses interaksi antara pihak-pihak terkait
(Djamarah, 2005: 144). Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan mengelola pembelajaran
meliputi: pengetahuan guru tentang bahan ajar; metode pengajaran dan manajemen kelas; menciptakan
kondisi untuk pembelajaran yang efektif; mengembangkan bahan ajar dengan benar; meningkatkan
kemampuan siswa untuk memahami materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Komitmen pada tugas
mengajar bias psikologis dalam mengarahkan dan membimbing kegiatan belajar siswa untuk menciptakan
indikator pembelajaran yang efektif: kepedulian terhadap kesulitan belajar siswa; partisipasi dalam
membimbing kegiatan belajar siswa; menciptakan suasana belajar yang menyenangkan; adanya kemauan
yang tinggi dalam mengajar siswa; memiliki tanggung jawab dalam tugas pembelajaran.

Hubungan antara kompetensi guru dengan kinerja pembelajaran dapat dijelaskan dalam model sebagai
berikut:

Berdasarkan studi teoritis dan hasil penelitian sebelumnya dapat disimpulkan sementara (hipotesis)
bahwa, secara parsial kompetensi guru meliputi: kompetensi pedagogis (H1), kompetensi pribadi (H2),
kompetensi profesional (H3) dan kompetensi sosial (H4) ) berpengaruh signifikan terhadap kinerja belajar
positif (Y), dan secara simultan kompetensi guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
pembelajaran (Y).

IV. METODE.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kompetensi guru dalam kaitannya dengan
kinerja pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam rangka membangun dan menciptakan siswa yang
berkualitas dengan daya saing tinggi. Untuk pengamatan pengajaran yang telah disertifikasi untuk menjadi
dosen sebagai profesional di bidang dalam populasi ini. Dengan ukuran populasi terlalu besar untuk
sebagian besar sampel diambil secara proporsional sebanyak 117 fakultas menyebar dari 25 sekolah tinggi
yang tersebar di Konawe Sulawesi Tenggara.

Variabel yang diamati adalah kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi, kompetensi profesional
dan kompetensi sosial yang dikategorikan sebagai variabel independen, dan variabel kinerja belajar sebagai
variabel dependen. Untuk mengumpulkan semua data yang diperlukan terkait dengan penggunaan
instrumen variabel observasi dalam bentuk kuesioner yang diedarkan langsung ke responden target, dan
menggunakan skala pengukuran Likert. Sedangkan alat analisis statistik yang digunakan adalah regresi linier
berganda, dan pengolahannya menggunakan SPSS versi 13 untuk windows, dan produk olahan dianalisis
secara deskriptif.

Setelah pengujian kelayakan instrumen dalam penelitian ini layak dicatat bahwa responden untuk
analisis lebih lanjut dari 115 responden dan dua di antaranya tewas karena mereka tidak memiliki standar
validitas dan reliabilitas. Variabel kompetensi menggambarkan kemampuan guru untuk melaksanakan
tugas pembelajaran secara profesional meliputi kompetensi pedagogis (X1), yang diukur menggunakan lima
indikator, kompetensi pribadi (X2), yang diukur dengan lima indikator, kompetensi profesional (X3), dan
diukur dengan lima indikator dan kompetensi sosial (X4) yang diukur dengan lima indikator. Selanjutnya,
variabel kinerja pembelajaran dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam keseluruhan proses belajar
mengajar dalam periode tertentu berdasarkan indikator penguasaan bahan ajar, kemampuan mengelola
pembelajaran dan komitmen dalam menjalankan tugasnya dengan baik.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

• Deskripsi Variabel Penelitian

Penelitian ini menguji empat variabel kompetensi yang dikategorikan sebagai variabel independen,
yaitu pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial dan variabel
kinerja pembelajaran sebagai variabel dependen. Berdasarkan analisis terlihat bahwa pedagogis umum
telah dikategorikan dengan baik, terutama yang berkaitan dengan tingkat pemahaman peserta didik pada
83,5% atau 96 responden dari 115, yang menyatakan baik, sedangkan sisanya 16,5% masih dalam kategori
tidak menguntungkan , sementara desain pembelajaran mencapai skor 84,4%, implementasi pembelajaran
yang mendidik dan mendiagnosis 82,6%, sebesar 80,9% dari studi evaluasi dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang berbeda dari 82,7%. Dilihat dari kontribusi masing-
masing variabel indikator dalam membentuk nilai pedagogis tertinggi pedagogis skor terkait dengan tingkat
pemahaman guru kepada siswa, dan kontribusi terendah dalam membentuk variabel pedagogis, yaitu
kemampuan untuk melakukan evaluasi 80,9 %, dan masih ada sekitar 19,1% dari responden menyatakan
kurang diamati dengan baik dan perlu ditingkatkan dengan baik.

Nilai keteladanan adalah faktor penting dan dibutuhkan oleh siswa, dan nilainya jauh lebih
tercermin oleh kompetensi kepribadian guru. Analisis menunjukkan bahwa kompetensi pribadi yang terkait
dengan kemantapan dan stabilitas untuk bertindak sesuai norma (hukum) dan norma sosial berdasarkan
persepsi responden mengatakan sudah baik dengan skor 79,2%, sedangkan sisanya 28,8% masih dalam
kondisi kurang menguntungkan. kategori. Kemudian indikator kompetensi pribadi terkait dengan tingkat
kegembiraan terhadap profesi sebagai guru dari sejumlah 115 responden diamati, hasil yang diperoleh
rata-rata 81,8% diklaim telah mendapat sumur, sedangkan kepribadian terkait dengan independensi dalam
bertindak sebagai pendidik dan etos kerja sebagai pendidik berdasarkan persepsi responden adalah 82,6%,
dan manfaat dari tindakan guru terhadap siswa dan 77,4% dari sekolah, masyarakat dan keterbukaan
dalam berpikir dan bertindak, dan kompetensi yang berkaitan dengan karakter mulia mendapat skor rata-
rata 80,8%. Kondisi ini menggambarkan bahwa, kompetensi pribadi dengan guru yang telah disertifikasi
sebagai profesional, dapat dikategorikan baik, dan yang paling dominan dalam membentuk variabel
kepribadian terkait dengan tingkat kemandirian dan etos kerja sebagai pendidik, dan masih harus
ditingkatkan, manfaat dari tindakan indikator untuk kompetensi pribadi siswa dan guru terkait dengan
stabilitas dan stabilitas untuk bertindak sesuai norma (hukum) dan norma sosial mendapat skor di bawah
80%.

Realitas variabel kompetensi profesional dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
pemahaman bahan ajar berdasarkan rata-rata kurikulum telah dikategorikan baik, setelah mencapai skor
81,7%, kemampuan memahami konsep dan keterkaitan dengan ilmu lain menunjukkan skor 84,6%, serta
penguasaan langkah-langkah dalam penelitian dan analisis kritis untuk mengeksplorasi bahan ajar dan
menemukan solusi untuk masalah sebesar 82,6%. Ini berarti bahwa sebagian besar responden menyatakan
bahwa kompetensi profesional guru telah dikategorikan baik, tetapi masih ada sebagian kecil yang perlu
ditingkatkan menjadi lebih baik.

Kompetensi sosial adalah kompetensi yang dapat membentuk tingkat profesionalisme guru di bidangnya.
Analisis menunjukkan bahwa, kompetensi sosial yang terkait dengan keterampilan komunikasi,
kemampuan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik mendapat skor rata-rata 86,1%, dan
kemampuan bergaul dengan sesama guru dan sebesar 84,3%, serta kemampuan bergaul dengan orang tua.
/ wali siswa dan masyarakat sebesar 79,1%. Secara umum dapat dinyatakan bahwa kompetensi sosial guru
yang telah diamati dalam penelitian ini didasarkan pada persepsi sebagian besar responden yang
dinyatakan sudah berada di kedua kategori. Profil kinerja guru dalam proses pembelajaran berdasarkan
persepsi responden menunjukkan bahwa, tingkat penguasaan bahan ajar rata-rata dikategorikan baik
terkait dengan kemampuan guru dalam menjelaskan bahan ajar dengan skor 83,5%, menyusun bahan ajar.
sebesar 80%, sikap guru dalam proses pembelajaran sebesar 80%, keterampilan dalam menciptakan
interaksi dengan pihak lain 81,7%, keterampilan dalam mempertahankan kondisi yang optimal untuk proses
interaksi antara pihak terkait adalah sebesar 84,3%.

Unsur pembentuk kinerja belajar dapat dilihat dalam hal mengelola pembelajaran, nampak bahwa
pengetahuan guru tentang bahan ajar berdasarkan persepsi responden dinyatakan sudah dalam kategori
baik dengan skor 80%, metode pengajaran dan manajemen kelas sebesar 81%. %, menciptakan kondisi
untuk pembelajaran yang efektif sebesar 84,5%, mengembangkan bahan ajar dengan baik sebesar 80,8%,
meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami materi sesuai dengan tujuan pembelajaran 79,1%.
Kemudian pandangan komitmen guru secara psikologis dalam mengarahkan dan membimbing kegiatan
belajar siswa sehingga menciptakan pembelajaran yang efektif menunjukkan bahwa, kepedulian terhadap
kesulitan belajar siswa adalah 84,4%, partisipasi dalam membimbing kegiatan belajar siswa sebesar 80%,
menciptakan suasana kesenangan belajar 84,4%, kemauan yang tinggi dalam mengajar siswa di 83,4%,
memiliki tanggung jawab dalam tugas belajar di 80,9%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru
sehubungan dengan tingkat komitmen dalam membimbing dan mengarahkan siswa pada umumnya sudah
dalam kategori baik.

• Hasil Analisis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi variabel kompetensi pengajaran dalam meningkatkan
kinerja pembelajaran, dan pada saat yang bersamaan berusaha membuktikan dugaan yang telah
dikemukakan dalam uraian sebelumnya, bahwa kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi, kompetensi
profesional dan kompetensi sosial secara parsial diduga memberikan kontribusi pengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja pembelajaran, dan bersama-sama komponen pembentuk kompetensi guru
diduga memiliki kontribusi positif dan signifikan terhadap kinerja pembelajaran. Untuk menjawab hipotesis
dan juga untuk mengetahui jawabannya, baik secara parsial atau simultan kemudian dilakukan analisis
regresi berganda yang diproses dengan SPSS for window. Hasil analisis statistik dengan program regresi
berganda dapat dilihat hasilnya sebagai berikut:

Tabel 1 . Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda Variabel Kompetensi Dosen terhadap Kinerja Belajar.

Berdasarkan hasil analisis statistik seperti yang ditunjukkan secara singkat pada Tabel 1 di atas,
dapat diartikan bahwa, model regresi berganda variabel kompetensi guru (kompetensi pedagogik,
kompetensi pribadi, kompetensi profesional dan kompetensi sosial) pada kinerja pembelajaran sebagai
berikut: Y = 1,416 + 1.238X1 + 0.811X2 + 0,560X3 + 0.726X4. Sedangkan nilai konstan diperoleh pada 1,416
dengan nilai signifikansi 0,000. Jika hasil dibandingkan dengan nilai signifikansi standar (α) 5%, dapat
dinyatakan bahwa nilai statistik berbeda secara signifikan dari nol sehingga dapat dimasukkan ke dalam
model penelitian yang sedang dipelajari.

Hasil analisis simultan variabel kompetensi guru untuk memperoleh kinerja belajar nilai F-hitung sebesar
794 526, dengan nilai signifikan 0000. Jika nilai signifikansi (0,000) dibandingkan dengan standar alpha 5%,
maka dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi (0,000) <α 5%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa,
sebagai variabel statistik kompetensi pedagogis, pribadi, profesional dan sosial secara simultan memiliki
dampak signifikan terhadap kinerja pembelajaran (Y) pada tingkat kepercayaan 95%. Besarnya korelasi atau
hubungan antara variabel kompetensi tenaga kerja terhadap kinerja belajar dapat dilihat dari hasil atau
nilai koefisien korelasi R (0,983). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa, korelasi atau hubungan antara
variabel kinerja belajar dengan variabel kompetensi keempat (variabel independen) kuat, karena hasilnya di
atas 0,5.

Hasil analisis koefisien determinasi (R Square) diperoleh sebesar 0,967. Nilai ini dapat memberikan
gambaran seberapa kuat variabel kinerja pembelajaran dapat dijelaskan oleh variabel kompetensi.
Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R Square), dapat dinyatakan bahwa, 96,7% variasi dalam variabel
kinerja pembelajaran dapat dijelaskan oleh variasi dalam variabel pedagogis, kepribadian, profesional dan
sosial. Sedangkan 3,3% sisanya berada di luar model yang sedang diamati dalam penelitian ini. Berfokus
pada ringkasan hasil analisis terdapat pada Tabel 1, menunjukkan hasil pengujian kontribusi parsial variabel
pedagogis, kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial pada kinerja pembelajaran.
Berdasarkan analisis tampak bahwa, nilai-nilai t-test dan probabilitas antara variabel pedagogis pada
kinerja 8719, dengan nilai signifikansi 0,000. Ketika membandingkan nilai signifikansi (0,000) dengan nilai α
5%, dapat disimpulkan bahwa, variabel pedagogis (X1) memiliki kontribusi positif dan signifikan terhadap
kinerja pembelajaran, karena nilai signifikansi (0,000) <α 5%. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa,
pedagogis (X1) memiliki kontribusi positif dan signifikan terhadap prestasi belajar (Y).

Hasil pengujian kompetensi variabel kepribadian terhadap kinerja pembelajaran dapat dilihat
dengan melihat nilai thitung yang diperoleh sebesar 6,448 atau nilai signifikansi 0,000. Jika nilai signifikansi
(0,000) dibandingkan dengan alpha standar (α) 5%, dapat disimpulkan bahwa variabel kompetensi pribadi
(X2) memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja pembelajaran (Y). Dalam tabel 1 tampak
bahwa variabel kompetensi profesional (X3) mendapatkan koefisien (B2) 0,560 dan nilai-t 3,229 serta nilai
signifikan 0,002. Jika nilai signifikansi 0,002 dibandingkan dengan nilai α 5%, dapat dikatakan bahwa nilai
signifikansi (0,002) <α 5%. Ini berarti bahwa kompetensi profesional (X3) memiliki dampak signifikan pada
kinerja pembelajaran (Y). Hubungan antara variabel kompetensi sosial (X4) dengan variabel kinerja belajar
(Y) dapat dilihat dari hasil analisis statistik seperti yang ditunjukkan pada data pada Tabel 1. Tampak dalam
tabel nilai koefisien (0,726) dan nilai uji-t dengan taraf signifikansi 3,083 sebesar 0,003. Nilai signifikansi
kompetensi sosial (0,003) <nilai α 5%. Ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara kompetensi
sosial dengan pencapaian kinerja guru dalam proses pembelajaran.

• Diskusi

Berdasarkan hasil analisis statistik seperti yang dibahas pada uraian sebelumnya bahwa koefisien
determinasi (R2) diperoleh pada 0,967. Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa, kontribusi
kompetensi guru, baik kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi, kompetensi profesional dan kompetensi
sosial dalam meningkatkan kinerja proses pembelajaran. Besarnya kontribusi guru atau kompetensi guru
dalam peningkatan kinerja guru dalam proses pembelajaran sebesar 96,7%. Hasil ini menunjukkan bahwa
baik kompetensi guru sebagai kompetensi pedagogis, pribadi, profesional dan sosial memiliki kontribusi
yang cukup kuat untuk mendorong terciptanya kinerja pembelajaran, baik yang berkaitan dengan tingkat
penguasaan materi pembelajaran maupun kemampuan mengelola pembelajaran dan tingkat komitmen
guru dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. Sedangkan sisanya 3,3% tidak termasuk dalam model
penelitian ini. Ini berarti bahwa ada faktor lain yang berkontribusi di luar model yang telah dipelajari, tetapi
kontribusinya sangat kecil.

Makna lain yang harus dijelaskan dalam penelitian ini, adalah besarnya variabel kekuatan
pedagogik, kompetensi pribadi, kompetensi profesional dan kompetensi sosial dalam meningkatkan
kualitas kinerja pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0983 atau
sebesar 98,3%. Nilai ini menyiratkan bahwa, kompetensi pedagogis, kompetensi pribadi, kompetensi
profesional dan kompetensi sosial atau hubungan memiliki korelasi yang sangat kuat (98,3%) dalam
meningkatkan kualitas kinerja proses pembelajaran, baik yang terkait dengan peningkatan penguasaan
bahan ajar maupun peningkatan kemampuan untuk mengelola pembelajaran serta besarnya komitmen
guru dalam melaksanakan tugas mereka secara profesional. Untuk meningkatkan semua hipotesis yang
telah disajikan dalam penelitian ini pertama-tama perlu melihat hasil analisis statistik masing-masing
variabel independen termasuk pedagogis, pribadi, profesional dan sosial pada variabel dependen (kinerja
belajar). Variabel kompetensi pedagogis menggambarkan kemampuan anggota fakultas terkait dengan
tingkat pemahaman peserta didik, proses pembelajaran dan aktualisasi diri, dan variabel ini diukur dengan
indikator; tingkat pemahaman peserta didik, desain pembelajaran, dan pelaksanaan pembelajaran
pendidikan diagnosis, evaluasi pembelajaran, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
potensi mereka. Semua indikator sangat valid dan dapat diandalkan dalam membentuk variabel pedagogis,
bahkan ditemukan bahwa sebagian besar responden menyatakan pedagogis sudah masuk dalam kategori
baik, sedangkan yang masih perlu ditingkatkan sekitar 19,1%.

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik memiliki kontribusi
yang signifikan dalam meningkatkan kinerja pembelajaran. Ini dibuktikan dengan nilai signifikan (0,000) <α
5%. Temuan ini menyiratkan bahwa, dalam rangka meningkatkan kualitas kinerja pengajaran terutama
terkait dengan penguasaan bahan ajar, peningkatan dalam mengelola pembelajaran dan komitmen untuk
melakukan pekerjaan dengan baik, maka faktor pedagogis memainkan peran penting dalam meningkatkan
kinerja pembelajaran. . Hasil penelitian ini dapat memberikan dukungan untuk pandangan bahwa kinerja
Robbins adalah fungsi dari kompetensi dan motivasi. Demikian pula dengan Spenser (1993) yang
menyatakan bahwa kompetensi merupakan karakteristik yang mendasari seseorang terkait dengan
efektivitas kinerja individu pada pekerjaan. Temuan ini memperkaya hasil penelitian sebelumnya yang
menyatakan bahwa kompetensi pedagogis mempengaruhi kinerja Dosen (Hamidi dan Indrastuti, 2012), dan
temuan Wasilezuk (2002); Baum (2011) yang menyatakan bahwa dapat mempengaruhi pertumbuhan
kompetensi kewirausahaan perusahaan. Temuan ini datang untuk membuktikan hipotesis bahwa,
kompetensi pedagogis memiliki kontribusi positif dan signifikan terhadap kinerja pembelajaran.

Berdasarkan analisis deskripsi variabel kompetensi pribadi, tampak bahwa semua indikator telah
memberikan dukungan yang baik dalam bentuk kompetensi, terutama yang berkaitan dengan
independensi dalam bertindak sebagai pendidik dan etos kerja sebagai pendidik, karakter yang mulia,
kemantapan dan stabilitas untuk bertindak sesuai norma (hukum) dan norma sosial, manfaat tindakan guru
untuk peserta didik. Kemudian hasil hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai uji signifikansi 0,000
dengan uji-t (6448), sedangkan standar α yang digunakan adalah 5%. Jika nilainya dibandingkan maka
terlihat bahwa, nilai signifikansi (0,000) <α 5%. Ini berarti kompetensi pribadi guru berkenaan dengan
tingkat kemandirian, etos kerja, karakter, stabilitas dalam bertindak dan manfaat yang diberikan kepada
siswa mereka berkontribusi secara signifikan untuk meningkatkan kualitas kinerja guru dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa kompetensi pribadi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pembelajaran terbukti benar. Hasil penelitian ini sekaligus memperkaya hasil
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kompetensi pribadi memiliki pengaruh signifikan terhadap
kinerja guru (Angmalisang, 2011), dan pendapat pendukung Moeheriono (2009: 8) bahwa kompetensi
kinerja memiliki hubungan yang sangat dekat sekali. Makna lain yang dapat diambil dari hasil ini bahwa,
untuk meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran faktor kompetensi pribadi perlu perhatian
serius, karena ini adalah kompetensi pribadi dari kompetensi pribadi yang terkait dengan keterampilan
pribadi yang berkaitan dengan pemahaman diri, penerimaan dan perwujudan diri mereka sendiri. Hal-hal
ini dibutuhkan oleh para pendidik untuk meningkatkan nilai keteladanan yang dibutuhkan oleh para siswa.
Selain kompetensi pedagogis dan kompetensi pribadi yang dibutuhkan oleh staf pengajar profesional di
lapangan, merupakan prasyarat bahwa kompetensi profesional juga diperlukan untuk anggota fakultas
yang ingin bekerja secara profesional. Berdasarkan hasil analisis deskriptif bahwa semua indikator yang
digunakan dalam mengukur kompetensi profesional adalah valid dan reliabel dan telah layak dikategorikan,
karena nilai skor rata-rata yang diperoleh sebagian besar di atas 80%, walaupun masih buruk dan masih
membutuhkan untuk ditingkatkan agar menjadi lebih baik di masa depan.

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa, hasil uji t sebesar 3,229 dan 0,002 untuk uji
signifikansi. Nilai signifikansi kurang dari 5% dari nilai α (t - sig 0,002 <α 5%), karena nilainya lebih kecil,
dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional memiliki kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan
kinerja pembelajaran. Ini berarti bahwa, kompetensi profesional guru tercermin dalam tingkat pemahaman
bahan ajar, kemampuan untuk memahami konsep dan hubungan dengan ilmu lain, penguasaan langkah-
langkah dalam penelitian dan analisis kritis untuk mengeksplorasi bahan ajar dan menemukan solusi untuk
masalah yang dihadapi memainkan peran penting dalam rangka meningkatkan kualitas kinerja
pembelajaran, baik dalam hal penguasaan bahan ajar maupun kemampuan untuk mengelola pembelajaran
dan komitmen untuk melakukan pekerjaan yang baik. Temuan ini membuktikan hipotesis bahwa,
kompetensi profesional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pembelajaran. Hasil penelitian
ini mendukung temuan Udiyono (2011) bahwa, terdapat hubungan positif dan signifikan antara kompetensi
profesional dengan kinerja guru walaupun tidak sejalan dengan hasil penelitian dan Indrastuti Hamidi
(2012) bahwa, kemampuan profesional tidak memiliki berpengaruh signifikan terhadap kinerja dosen.

Kompetensi sosial adalah kompetensi yang perlu dimiliki oleh seseorang yang mengedepankan kekuatan
profesionalisme di bidang termasuk guru. Analisis deskriptif menunjukkan bahwa, kompetensi sosial yang
berkaitan dengan keterampilan komunikasi, kemampuan berinteraksi secara efektif dengan siswa, sesama
guru dan staf pendidikan, orang tua / wali siswa dan masyarakat, dinyatakan cukup baik dan signifikan
dalam membentuk kompetensi sosial. Kemudian dilihat dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa, dari
3,083 t-test dengan nilai signifikansi 0,003. Nilai dari uji signifikansi kecil yang lebih tidak jelas adalah
persyaratan standar (t-sig 0,003 <α 5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa, kompetensi sosial memiliki
pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan kinerja pembelajaran.

Untuk meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran, terutama terkait dengan tingkat
penguasaan bahan ajar (kemampuan guru untuk menjelaskan bahan ajar, sikap guru dalam proses
pembelajaran, keterampilan dalam menciptakan interaksi dengan orang lain, keterampilan dalam
mempertahankan kondisi yang optimal untuk proses interaksi antara pihak-pihak terkait), dan kinerja
dalam manajemen pembelajaran (pengetahuan guru tentang bahan ajar, metode pengajaran dan
manajemen kelas, menciptakan kondisi untuk pembelajaran yang efektif dan bahan ajar mengembangkan
dan meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran),
serta komitmen fakultas psikologi dalam mengarahkan dan membimbing kegiatan belajar siswa (kepedulian
terhadap kesulitan belajar siswa, partisipasi dalam membimbing kegiatan belajar siswa, menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan, kehadiran kemauan yang tinggi dalam mengajar siswa serta
memiliki tanggung jawab dalam tugas pembelajaran, maka kompetensi sosial menjadi salah satu faktor
yang berperan penting dalam menentukan terjadinya dan peningkatan kinerja dalam proses pembelajaran.
Temuan ini membantu mendukung penelitian dan Indrastuti Hamidi (2012) yang mempengaruhi
kompetensi sosial kinerja fakultas. Penelitian ini secara parsial menemukan bahwa kompetensi pedagogis,
kompetensi pribadi, dan kompetensi profesional dan kompetensi sosial memiliki kontribusi yang signifikan
dalam meningkatkan kinerja pembelajaran sehingga semua hipotesis yang telah diajukan telah diterima.
Berarti dari temuan ini bahwa, untuk meningkatkan kinerja pembelajaran pedagogis, kompetensi pribadi,
kompetensi profesional dan kompetensi sosial telah menjadi faktor penentu dan kontribusi sangat
signifikan jika dilihat dari kontribusi masing-masing kompetensi ini.

Variabel kompetensi yang secara simultan mengajar meliputi kompetensi pedagogis, personal,
profesional dan sosial secara bersama-sama menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dalam
meningkatkan kinerja pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil uji F pada 794,526 dengan nilai
signifikansi 0,000 lebih kecil dari standar yang disyaratkan (α 5%). Temuan ini membuktikan hipotesis
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi guru dengan prestasi belajar. Hasil penelitian ini
sekaligus memperkuat konsep yang telah disampaikan oleh Spencer (1993) bahwa, kompetensi merupakan
karakteristik yang mendasar dari seseorang terkait dengan efektivitas kinerja individu pada pekerjaan.
Sedangkan Mc Clelland (1993) menyatakan bahwa kompetensi merupakan dasar dari karakteristik pribadi
yang merupakan faktor penentu dalam keberhasilan atau kegagalan seseorang melakukan pekerjaan dalam
situasi tertentu. Kemudian Moeheriono (2009: 8) menyatakan bahwa kompetensi kinerja memiliki
hubungan yang sangat erat sekali. Temuan ini memperkaya hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan
bahwa, kompetensi pengusaha atau pemilik bisnis dapat mempengaruhi pertumbuhan (Wasilezuk, 2002),
dan kemampuan bisnis untuk memiliki dampak signifikan pada kinerja bisnis (Welsa, 2006) serta Studi
Hakim (2011) menyatakan bahwa kompetensi wirausahawan telah berkontribusi pada peningkatan kinerja
bisnis dan kelangsungan bisnis.

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan diskusi tentang kontribusi kompetensi guru dalam meningkatkan kualitas
pengajaran dan pembelajaran, kita dapat menyimpulkan beberapa temuan sebagai berikut:

Kompetensi pedagogis terutama berkaitan dengan tingkat pemahaman peserta didik, desain pembelajaran,
dan pelaksanaan pembelajaran diagnosis, evaluasi pembelajaran, pengembangan peserta didik telah
memberikan dukungan yang signifikan dalam bentuk pengajaran pedagogis profesional. Berkat dukungan
itu ditemukan bahwa pedagogis signifikan memiliki dampak dalam meningkatkan kinerja pembelajaran
terutama berkaitan dengan penguasaan bahan ajar, kemampuan mengelola pembelajaran dan komitmen
untuk melakukan pekerjaan yang baik.

Kompetensi kepribadian guru berkenaan dengan independensi tindakan, etos kerja, sebagai
pendidik, akhlak mulia, kemantapan dan stabilitas bertindak berdasarkan norma, manfaat bagi siswa yang
telah berkontribusi positif sebagai elemen pembentuk kompetensi pribadi. Kompetensi pribadi guru telah
terbukti memiliki kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan kontrol bahan ajar,
kemampuan untuk mengelola pembelajaran dan komitmen untuk melakukan pekerjaan yang baik (kinerja
pembelajaran). Hasil penelitian ini menemukan bahwa kompetensi profesional memiliki kontribusi yang
signifikan dalam meningkatkan kinerja pembelajaran. Ini berarti bahwa, kompetensi profesional guru
tercermin dalam tingkat pemahaman bahan ajar, kemampuan untuk memahami konsep dan keterkaitan
dengan ilmu lain, penguasaan langkah-langkah dalam penelitian dan analisis kritis untuk mengeksplorasi
bahan ajar dan menemukan solusi Permasalahan yang dihadapi memegang peranan penting dalam rangka
meningkatkan kualitas kinerja pembelajaran. Kompetensi sosial adalah kompetensi yang berkaitan dengan
kemampuan berkomunikasi, kemampuan bergaul dengan siswa, sesama guru dan staf pendidikan, orang
tua / wali siswa dan masyarakat, dapat memberikan dukungan yang cukup baik dalam bentuk keterampilan
sosial guru. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa, kompetensi sosial memiliki pengaruh yang signifikan
dalam meningkatkan kinerja pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kompetensi
pedagogik, personal, profesional dan sosial secara bersama-sama berpengaruh signifikan dalam
meningkatkan kinerja pembelajaran. Temuan ini juga berkontribusi pada konsep Spencer (1993) bahwa,
kompetensi merupakan karakteristik yang mendasari seseorang terkait dengan efektivitas kinerja individu
pada pekerjaan, dan Mc Clelland (1993) bahwa kompetensi adalah dasar dari karakteristik pribadi yang
faktor penentu dalam keberhasilan atau kegagalan seseorang melakukan pekerjaan dalam situasi tertentu .

Anda mungkin juga menyukai