Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ( OBAT ANEMIA, IMUNOLOGI, DAN ANTIBIOTIKA )

Nama : Femi Dwi Cahyanti

Npm : 1930701056

Jurusan : Kebidanan

Lokal : A2

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA.

1). DEFINISI

Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitungeritrosit (red cell count)
berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurangdari 12 gr% .
Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr%
pada trimester I dan III ataukadar <10,5 gr% pada trimester II.

Dapat disimpulkan bahwa anemia adalah penurunan kadar sel darah merah (Hb)dibawah rentang
normal.

2). ETIOLOGI

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak
jarang keduannya saling berinteraksi. MenurutMochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah
sebagai berikut:

a. kurang gizi (malnutrisi)

b. kurang zat besi dalam diit

c. malabsorpsi

d. kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain

e. penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

3). GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL

a. Mudah lelah
b. Lemas dan lesu

c. Detak jantung lebih cepat dan tidak beraturan

d. Sulit berkonsentrasi

e. Napas pendek

f. Kulit pucat

g. Sakit di bagian dada

h.Pusing atau berkunang-kunang

i. Tangan dan kaki terasa dingin

4). PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3 – 5 gr besi, hampir dua
pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada proses penuaan serta kematian sel dan diangkat
melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk eritropoiesis. Pada peredaran zat besi berkurang,
maka besi dari diet tersebut diserap oleh lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi keto
dalam lambung dan duodenum, penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejenum proksimal,
kemudian besi diangkat oleh tranferin plasma ke sumsum tulang, untuk sintesis hemoglobin atau ke
tempat penyimpanan di jaringan.

Pembentukan Hb terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium pematangan besi
merupakan susunan atau sebuah molekul dan hemoglobin, jika zat besi rendah dalam tubuh maka
pembentukan eritrosit atau eritropoetin akan mengganggu sehingga produksi sel darah merah
berkurang, sel darah merah yang berkurang atau menurun mengakibatkan hemoglobin menurun
sehingga transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi berkurang, hal ini mengakibatkan
metabolisme tubuh menurun (Price, 1995).

5). PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan darah dalam tinja. Pemeriksaan feses atau tinja ini dilakukan jika dicurigai penyebab
anemia defisiensi besi adalah perdarahan saluran cerna.

b. Endoskopi. Pemindaian ini dilakukan untuk melihat sumber perdarahan dalam saluran pencernaan
yang bisa menyebabkan anemia defisiensi zat besi.

c. USG panggul. Pemeriksaan ini dilakukan pada wanita yang mengalami menstruasi dengan perdarahan
banyak, untuk melihat penyebab kondisi tersebut.
6). PENATALAKSANAAN

Anemia (yang tidak berat)


Anak (umur < 6 tahun) menderita anemia jika kadar Hb < 9,3 g/dl (kira-kira sama dengan nilai Ht < 27%).
Jika timbul anemia, atasi - kecuali jika anak menderita gizi buruk, untuk hal ini lihat bagian 7.4.6.

1.Beri pengobatan (di rumah) dengan zat besi (tablet besi/folat atau sirup setiap hari) selama 14 hari.

Catatan: jika anak sedang mendapatkan pengobatan sulfadoksin-pirimetamin, jangan diberi zat besi
yang mengandung folat sampai anak datang untuk kunjungan ulang 2 minggu berikutnya. Folat dapat
mengganggu kerja obat anti malaria. Lihat bagian 7.4.6 untuk pemberian zat besi pada anak dengan gizi
buruk.

1. Minta orang tua anak untuk datang lagi setelah 14 hari. Jika mungkin, pengobatan harus diberikan
selama 2 bulan. Dibutuhkan waktu 2 - 4 minggu Untuk menyembuhkan anemia dan 1-3 bulan setelah
kadar Hb kembali normal untuk mengembalikan persediaan besi tubuh.

2. Jika anak berumur ≥ 2 tahun dan belum mendapatkan mebendazol dalam kurun waktu 6 bulan,
berikan satu dosis mebendazol (500 mg) untuk kemungkinan adanya infeksi cacing cambuk atau cacing
pita.

3. Ajari ibu mengenai praktik pemberian makan yang baik.

Anemia Berat
Beri transfusi darah sesegera mungkin (lihat di bawah) untuk:

1. semua anak dengan kadar Ht ≤ 12% atau Hb ≤ 4 g/dl

2. anak dengan anemi tidak berat (haematokrit 13–18%; Hb 4–6 g/dl) dengan beberapa tampilan klinis
berikut:

a. Dehidrasi yang terlihat secara klinis

b. Syok

c. Gangguan kesadaran

d. Gagal jantung

e. Pernapasan yang dalam dan berat

f. Parasitemia malaria yang sangat tinggi (>10% sel merah berparasit).


3. Jika komponen sel darah merah (PRC) tersedia, pemberian 10 ml/kgBB selama 3–4 jam lebih baik
daripada pemberian darah utuh. Jika tidak tersedia, beri darah utuh segar (20 ml/kgBB) dalam 3–4 jam.

4. Periksa frekuensi napas dan denyut nadi anak setiap 15 menit. Jika salah satu di antaranya mengalami
peningkatan, lambatkan transfusi. Jika anak tampak mengalami kelebihan cairan karena transfusi darah,
berikan furosemid 1–2 mg/kgBB IV, hingga jumlah total maksimal 20 mg.

5. Bila setelah transfusi, kadar Hb masih tetap sama dengan sebelumnya, ulangi transfusi.

6. Pada anak dengan gizi buruk, kelebihan cairan merupakan komplikasi yang umum terjadi dan serius.
Berikan komponen sel darah merah atau darah utuh, 10 ml/kgBB (bukan 20 ml/kgBB) hanya sekali dan
jangan ulangi transfusi.

7). KOMPLIKASI

Anemia yang tidak tertangani dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi yang
membahayakan. Salah satunya adalah masalah pada jantung, seperti detak jantung yang cepat dan tidak
beraturan. Kondisi ini dapat memicu kardiomegali atau gagal jantung. Untuk wanita hamil, komplikasi
yang timbul dari anemia defisiensi besi adalah kelahiran prematur atau berat badan lahir yang rendah
pada bayi.

Pada bayi dan anak-anak, komplikasi yang dapat muncul adalah gangguan pertumbuhan. Selain itu,
anak-anak penderita anemia ini juga rentan terkena infeksi. Kondisi ini dapat dicegah dengan memberi
asi pada bayi selama 1 tahun, dan memberi sereal yang diperkaya zat besi (setelah bayi berusia 6 bulan)
sampai bayi bisa mengonsumsi makanan padat lainnya.

8). PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluru(Boedihartono,
1994).

Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :

1) Aktivitas / istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk
bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis,
lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh
tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan
keletihan.
2) Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina,
CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia
kompensasi).

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera :
biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut :
kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

3) Integritas ego

Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi


darah.

Tanda : depresi.

4) Eleminasi

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses
dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.

Tanda : distensi abdomen.

5) Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi
(DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung
jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane
mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan
glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).

6) Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia,
penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ;
parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat
dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang
(aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif,
paralysis (AP).

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8) Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9) Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap
pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas.
Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis
(aplastik).

10) Seksualitas

Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan
wanita). Imppoten.

Tanda : serviks dan dinding vagina pucat

9). DIAGNOSA

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :

1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna
atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan.

4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologist.

6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan;
efek samping terapi obat.

7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ;


tidak mengenal sumber informasi

10). INTERVENSI

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan (Effendi, 1995).

Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999) adalah :

1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).

Tujuan : Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil : - mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.

- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam

LAPORAN PENDAHULUAN IMUNOLOGI.

IMUNOLOGI
A. Pengertian Imunologi
jarinfgan asing. Jika sistem kekebalan dalam tubuh melemah, kemampuan melindungi tubuh juga
berkurang, sehingga menyebabkan patogen termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor dan
terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker
Imunologi adalah ilmu yang luas, yang mencakup peneitian dasar sampai dengan aplikasi klinis .
imunologi mempelajari antigen, antibody dan fungsi pertahanan tubuh penjamu yang diperantai oleh sel,
terutma yang berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitif, lergi dan
penolakan.

B. FUNGSI SYSTEM IMUN


Melindungi tubuh dari infeksi penyebab penyakit dengan menghancurkan dan
mennghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, virus, parasit, jamur serta tumor) yang
masuk kedalam tubuh, menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk perbaikan
jaringan, menggenali sel atau jaringan yang abnormal. Sasaran utama yaitu bakteri, patogen dan
virus. Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast).

C. Antigen
Antigen ( imunogen ) adalah suatu bahan bila dimasukkan ke dalam tubuh dapat
membangkitkan respons imun baik respons imun seluler maupun humoral. Karaktristik
antigen yang sangat menentukan imunogenitas respomn imun adalah sebagai berikut:

a). Asing ( berbeda dari sself) : pada umumnya, molekul yang bersifat self tidak bersifat
imunogenik; untuk menimbulkan respon imun, molekul harus dikenal sebagai nonself .
b). Ukuran molekul : molekul dengan berat kurang dari 10.000 (misalnya asam amino) tidak
bersifat imunogenik. Mereka hanya bisa menjadi imunogenik hanya jika bergabung dengan
protein pembawa.
c). Komplekstisitas kiiawi dan stuktural : jumlahhtetetu kompleksitas kmiawi diperlukan.
Contohnya: homo polimer lebih imunogenik dibanding heteropolimer .
d). Determinan antigeik ( epitop ) : unit terkecil dari suatu antigen kompleks yang dapat
diikat oleh antiboddi isebu antigen atau epitop.
e). tatanan genetic penjamu : dua strain bintang yang dari spesies yang sama dapat merespon
secara berbeda terhadap antigren yang sama karena perbedaan komposisi gen respon imun.
f). dosis, cara dan pemberian antigen : respon imun dapat dioptimalkan dengan cara
menentukan dosis antigen denga cermat .

D. Antibodi
Antibodi adalah protein immunoglobulin yang disekresi oleh sel B yang teraktifasi oleh antigen.
Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk melawan sel-sel asing
yang masuk ke tubuh manusia. Antibodi mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel
plasma (proliferasi sel B) akibat kontak/dirangsang oleh antigen. Macam Imunoglobulin: Ig G, Ig
A, Ig M, Ig E dan IgD.
Antibodi mempunyai sifat yang sangat luar biasa, karena untuk membuat antibodi spesifik untuk
masing-masing musuh merupakan proses yang luar biasa, dan pantas dicermati. Proses ini dapat
terwujud hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnya dengan baik. Dan, di alam ini
terdapat jutaan musuh (antigen). Dia mengetahui polanya berdasarkan perasaan. Sulit bagi
seseorang untuk mengingat pola kunci, walau cuma satu, Akan tetapi, satu sel B yang
sedemikian kecil untuk dapat dilihat oleh mata, menyimpan jutaan bit informasi dalam
memorinya, dan dengan sadar menggunakannya dalam kombinasi yang tepat.
E. sitem komplemen
Sistem komplemen membantu antibodi atau sel fagositik untuk membersihkan patogen dalam
tubuh. Komplemen merupakan bagian dari sistem imun non-spesifik (innate immune system),
tetapi dapat juga berperan dalam sistem imun spesifik yang setiap waktu dapat diaktifkan
kompleks imun. Istilah komplemen merujuk pada kemampuan protein tersebut untuk
mengkomlementasikan atau menggabungkan efek komponen-komponen yang lain dari system
imun ( misalnya antibody ). Komplemen mempunyai beberapa pengaruh yaitu : (1) melisis sel
(misalnya sel bakteri dan tumor ), (2) produksi mediator yang berperan dalam inflamasi dan
menarik fagosit, dan (3) penguatan respon imun yang diperantarai antibody. Protein komplemen
disintesis terutama olehh hepar dan oleh sel fagositik. Komplemen yang tidak tahan panas,
diinaktivasi pada suhu 56 ͦ C selama 30 menit; imunoglobulin tidak mengalami inaktivasi pada
suhu tersebut.
Beberapa komponen komplemen merupakan proenim, yang harus dipecahkan untuk membentuk
enim yang aktif. Aktivasi komponen komplemen terjadi melalui dua jalur yaitiu; (1) jalur klasik
untuk mengaktivasi IgM dan IgD, (2) jalur alternative: banyak senyawa yang tidak berkaitan,
dari kompleks kimiawi sampai dengan agen infeksius, mengaktifkan komplemen melalui jalur
yang berbeda.
F. Macam-Macam Imun
1. Imunitas Pasif
Imunitas pasif diperankan oleh antibodi atau limfosit yang telah dibentuk sebelumnya didalam
tubuh penjamu yang lain . pemberian secara pasif antibodi (dalam antiserum) terhadap bakteri
menyebabkan antitoksin tersedia dengan cepat dalam jumlah berlebih untuk menetralkan toksin.
Keuntungan utama imunitas pasif dengan antibodi yang telah dibentuk sebelumnya (siap pakai)
adalah tersedianya antibodi dalam jumlah banyak secara cepat. Kerugiannya adalah jangka
waktu antibody yang pendek dan reaksi hipersensitivitas yang dapat terjadi jika diiberikan
antibodi (imunoglobulin) dari spesies lain.
2 .Imunitas Aktif
Imunitas aktif diinduksi setelah kontak dengan antigen. Kontak ini dapat berupa
Infeksi klinis atau sub klini, imunisasi dengan agen infeksius yang masih hidup atau sudah mati
atau antigennya, paparan terhadap hasil mikroba atau transplantasi se lasing. Pada semua
keadaan ini, tubuh penjamu aktif membentuk antibodi dan sel limfoid yang mampu merespon
antigen. Keuntungan imunitas aktif adalah imunitas bersifat jangka panjang. Kerugiaanya adalah
onset imunitas lambat dan membutuhkan kontak dengan antigen lebih lama atau kontak ulangan.

ANTIBIOTIKA

A.  Pengertian Antibiotika


Antibiotik berasal dari kata Yunani tua, yang merupakan gabungan dari kata anti (lawan)
dan bios (hidup). Kalau diterjemahkan bebas menjadi "melawan sesuatu yang hidup".
Antibiotika di dunia kedokteran digunakan sebagai obat untuk memerangi infeksi yang
disebabkan oleh bakteri atau protozoa. Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu
mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis
lain. Banyak antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam
prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba.
Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki
khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi
manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk
kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri (Tjay & Rahardja, 2007).
Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme, yang dalam jumlah
kecik dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain
(Harmita dan Radji, 2008).
Antibiotik yang digunakan untuk membasmi mikroba, khususnya penyebab infeksi pada
manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif yang setinggi mungkin. Artinya, antibiotik
tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk
inang/hospes (Gan dan Setiabudy, 1987). Usaha untuk mencari antibiotik yang dihasilkan oleh
mikroorganisme. Produk alami yang disentesis oleh mikroorganisme menjadi sangat penting.
Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis mikroba dan termasuk
didalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa, anti virus, dll. Antibiotik
berbeda dengan istilah disinfectant karena desifektant membunuh kuman dengan cara membuat
lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan kerja dariantibiotik adalah cenderung
bersifat Toksisitas Selektif dan dapat membunuh kuman tanpa merugikan inang.
Prinsip Penggunaan Antibiotik:
a.    Berdasarkan penyebab infeksi: Dari hasil pemeriksaan mikrobiologis, pemberian antibiotika
tanpa pemeriksaan mikrobiologis dapat didasarkan pada educate guess.
b.    Berdasarkan faktor pasien: Fungsi ginjal dan hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap  infeksi,
daya tahan terhadap obat, usia, wanita hamil dan menyusui.

B.  Pengolongan Antibiotik

Penisilin

Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jenis yang
dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzil penisilin ternyata paling aktif.
Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasal dari sicilia (1943) penisilin
bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi dinding sel.
Penisilin terdiri dari :
1.    Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
a.       Benzil Penisilin
1)   Indikasi: infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive,
gonore.
2)   Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin
3)   Efek samping: reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,   angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
b.    Fenoksimetil Penisilin
1)      Indikasi: tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksis infeksi pneumokokus.
2.      Pensilin Tahan Penisilinase
a.       Kloksasilin
1)      Indikasi: infeksi karena stapilokokus yang memproduksi  pensilinase.
2)       Peringatan: gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik
kronik, dan AIDS, riwayat infeksi.
3)      Interaksi: obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. tetapi penetrasi ke
dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
4)      Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
5)      Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leuk opoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
b.      Flukoksasilin
1)      Indikasi  :infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
2)      Peringatan :gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik
kronik, dan AIDS.
3)      Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke
dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
4)       Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
5)      Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.

.    Aminoglikosida

Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram
negative. Gentamisin, Amikasin dan kanamisin  juga aktif terhadap pseudomonas aeruginosa.
Streptomisin aktif terhadap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya sekarang
hampir terbatas untuk tuber kalosa.
1)        Gentamisin
a.       Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya. Infeksi
bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis, pneumonia nosokomial, terapi tambahan
pada miningitis karena listeria.
b.       Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
c.       Efek samping: nefrotoksisitas yang biasanya terjadi pada orang tua atau pasien gangguan fungsi
ginjal. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal maka interval pemberian harus diperpanjang.
d.       Mekanisme kerja obat: Aminoglikosida bersifat bakterisidal dan digunakan terutama pada
infeksi bakteri gram positif dan negatif. Aktivitas bakterisid melalui penghambatan sintesis
protein bakteri.
e.       Pengaturan dosis Gentamisin: Dosis pada pasien infeksi serius dengan fungsi ginjal normal 3
mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga setiap 8 jam.
Anak-anak :  6-7,5 mg/kg/hari (2-2,5 mg/kg setiap 8 jam)
Infant dan neonatus :   7,5 mg/kg/hari (2,5 mg/kg setiap 8 jam)
Neonatus umur < 1 minggu :  5 mg/kg hari (2,5 mg setiap 12 jam).
Durasi terapi   : biasanya 7-10 hari. Dosis pada pasien infeksi serius dengan fungsi   ginjal
normal 3 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga setiap 8 jam.

f.       Sediaan Gentamisin (generik):cairan injeksi 10 mg/ml;40 mg/ml (K)


Garamycin®: cairan injeksi 20 mg/ml; 40 mg/ml; 60 mg/ml; 80 mg/ml (K)
g.      Perhatian: gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut (sesuaikan dosis, awasi fungsi ginjal,
pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan jangka panjang.
Aminoglikosida dapat menembus sawar plasenta, sehingga pemberian pada wanita hamil sedapat
mungkin dihindari (Kategori C). Apabila bila menyusui ekresi gentamisin dalam ASI sangat
minimal (Kategori A).
2)    Amikasin
Indikasi : infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.
3)    Kanamisin
Indikasi: infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin
Makrolida
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hampir sama dengan penisilin, sehingga
obat ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran
napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.
1)      Eritromisin
a)    Indikasi: sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis
kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, prostatitis
kronik, akne vulgaris, dan profilaksis difteri dan pertusis.
b)   Kontraindikasi: penyakit hati.
c)    Efek samping: Mual, muntah, dan diare.Untuk infeksi ringan efek samping ini dapat dihindarkan
dengan pemberian dosis rendah.
d)   Mekanisme kerja obat: Antibiotik golongan makrolida terikat secara reversible pada sisi P
ribosom subunit 50s dari bakteri dan dapat menghambat RNA-dependent protein synthesis
dengan cara merangsang pemutusan peptidyl t-RNA dari ribosom. Antibiotik ini dapat bersifat
bakteriostatik maupun bakterisid, tergantung faktor konsentrasi obat.
e)    Interaksi obat / Makanan : Jika diberikan bersamaan dengan antasida, konstanta kecepatan
eliminasi eritromisin dapat turun, dan berikan 2 jam sebelum atau sesudah makan. Eritromisin
estolat dan etilsuksinat, dan eritromisin base dalam bentuk tablet lepas lambat tidak dipengaruhi
oleh makanan.
f)    Pengaturan dosis: Oral : Dewasa dan Anak di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5-1 g
tiap 12 jam. Anak sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam.
Infus intravena: infeksi berat pada dewasa dan anak, 50 mg/kg/hari secara infus  kontinyu atau
dosis terbagi tiap 6 jam; infeksi ringan 25 mg/kg/hari bila pemberian per oral tidak
memungkinkan.

g)      Sediaan Erybiotic : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 200 mg/5 ml sirop.
Erysanbe : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 200 mg/5 ml sirop kering; 200 mg/tablet kunyah.
Erythrocin : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 250 mg/5 ml sirop; 200 mg/tablet; 100 mg/2,5 ml
sirop tetes.
h)      Perhatian Kehamilan: eritromisin dapat melewati plasenta tetapi menghasilkan kadar yang
rendah dalam jaringan. Gunakan jika hanya benar-benar perlu (Kategori B).
Menyusui: eritromisin diekskresikan melalui ASI. Meskipun demikian, belum  ditemukan
adanya efek samping pada bayi (Kategori A).
2)      Azitromisin
Indikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa
kompliasi.
3)      Klaritromisin
Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan lunak;
terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak
4)      Spiramisin
Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat
sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi terutama
melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
Sefalosforin terbagi atas :
1)      Sefadroksil
a.    Indikasi: infeksi baktri gram (+) dan (-)
b.    Kontra indikasi: hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria
c.    Interaksi: sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti mikroba
masing-masng derrivat bervariasi.
d.   Efek samping: diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan dosis tinggi) mual
dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll
2)      Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.
3)      Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
4)      Sefuroksim
Indikasi : profilaksis tindakan bedah, lebih aktif terhadap H. influenzae dan N gonorrhoeae.
5)      Sefamandol
Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan.
Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama
semakin berkurang karena masalah resistansi.
1)      Tetrasiklin.
a.       Indikasi: akne vulgaris, eksaserbasi bronkitis kronis, klamidia, mikoplasma dan riketsia,    efusi
pleura karena keganasan atau sirosis.
b.      Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap golongan tetrasiklin.
c.       Mekanisme kerja obat: tetrasiklin merupakan bakteriostatik yang bekerja dengan mempengaruhi
sintesis protein pada tingkat ribosom. Antibiotik ini berikatan secara reversible dengan ribosom
subunit 30s dari bakteri, mencegah terjadinya ikatan aminoacyl transfer RNA dan menghambat
sintesis protein, serta perkembangan sel. Golongan tetracycline mempunyai aktivitas luas
terhadap bakteri gram positif dan negatif.
d.      Efek samping: Mual, muntah, diare, eritema (hentikan pengobatan), sakit kepala dan gangguan
penglihatan dapat merupakan petunjuk peningkatan intrakranial, hepatotoksisitas, pankreatitis
dan kolitis.
e.        Interaksi obat / makanan: Jika diberikan bersama antasida, garam besi, maka absorpsi dan kadar
serum tetrasiklin turun. Pengatasan: tetrasiklin diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah
antasida.
Jika diberikan bersama kontrasepsi oral maka tetrasiklin mempengaruhi resirkulasi
enterohepatik kontrasepsi steroid, sehingga menurunkan efeknya.
Jika diminum menggunakan susu, maka tetrasiklin akan membentuk khelat yang sulit
diabsorpsi.
f.       Pengaturan dosis: Oral : 250 mg tiap 6 jam. Pada infeksi berat dapat ditingkatkan sampai 500 mg
tiap 6-8 jam
 Sifilis primer, sekunder dan laten: 500 mg tiap 6-8 jam selama 15 hari.
Uretritis non gonokokus: 500 mg tiap 6 jam selama 7-14 hari (21 hari bila pengobatan pertama
gagal atau bila kambuh).
Injeksi intra vena: 500 mg tiap 12 jam, maksimum 2 g perhari
Sediaan: Bufacyn : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul; 125 mg/5 ml sirop.
Conmycin : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul.
Erlacylin : 30 mg/g salep, 1 % salep mata.
Hufacyclin : 250 mg/kapsul; 250 mg/5 ml sirop.
Megacycline : 250 mg/tablet.
Sakacyclin : 250 mg/kapsul.
Super Tetra : 250 mg/kapsul lunak.
Tetradex : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul.
g.      Perhatian:
Kehamilan: golongan tetrasiklin dapat melewati plasenta dan ditemukan  dalam jaringan
fetus. Dapat terjadi efek toksis pada fetus yang berupa retardasi perkembangan tulang (Kategori
D).
Menyusui: tetrasiklin dapat diekskresikan melalui air susu ibu.
Penggunaan antibiotik golongan tetrasiklin selama masa pertumbuhan gigi (dari akhir masa
kehamilan sampai anak usia 8 tahun) dapat menyebabkan perubahan warna gigi (kuning, abu-
abu, coklat) yang bersifat permanen.
Antibiotik golongan tetrasiklin membentuk kompleks kalsium yang stabil pada jaringan
pembentuk tulang.

 2)      Demeklosiklin Hidroklorida


Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone antidiuretik
Efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi pernah dilaporkan terjadinya
diabeters indipidus nefrogenik.
3)      Doksisiklin
Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis , pretatitis
kronis, penyakit radang perlvis (bersama metronidazo)
4)      Oksitetrasiklin
Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)
Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial. Kapsul 250 mg (K).

Obat Antibotika Pada Ibu Hamil


Antibiotika banyak digunakan secara luas pada kehamilan. Karena adanya efek samping yang potensial
bagi ibu maupun janinnya, penggunaan antibiotika seharusnya digunakan jika terdapat indikasi yang
jelas.
kehamilan akan mempengaruhi pemilihan antibiotik. Umumnya penisilin dan sefalosporin dianggap
sebagai preparat pilihan pertama pada kehamilan, karena pemberian sebagian besar antibiotik lainnya
berkaitan dengan peningkatan risiko malformasi pada janin. Bagi beberapa obat antibiotik, seperti
eritromisin, risiko tersebut rendah dan kadang-kadang setiap risiko pada janin harus dipertimbangkan
terhadap keseriusan infeksi pada ibu.
Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh antibiotika dipengaruhi oleh :
a.       Besarnya dosis yang diberikan.
b.      Lama dan saat pemberian.
c.       Sifat genetik ibu dan janin.
d.      Jenis antibiotik.
e.       Trimester kehamilan.

a. Berikut beberapa contoh antibiotik yang dinyatakan aman digunakan  selama


kehamilan:
1)      Amoxicillin
2)      Ampicillin
3)      Clindamycin
4)      Erythromycin
5)      Penicillin
Berdasarkan indeks keamanan obat pada kehamilan menurut United States Food and Drug
Administration (US FDA), klasifikasi obat berdasarkan tingkat keamanan penggunaannya
selama kehamilan  dibagi dalam lima kategori. Lima kategori tersebut terdiri dari A, B, C, D, dan
X, dengan urutan yang paling aman hingga paling berbahaya.
Pada ibu hamil, penggunaan antibiotik dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1)      Antibiotik yang dianggap aman
2)      Atibiotik yang harus diberikan secara hati-hati
3)      Antibiotik yang merupakan kontraindikasi
1.    Antibiotik yang dianggap aman
Kenyataannya amat jarang obat yang termasuk kategori A, bahkan vitamin pun tergolong
kategori B. Beberapa golongan antibiotik kategori A:
1)      Golongan Penisilin dengan ikatan protein rendah mampu melintasi plasenta dengan mudah dan
dianggap aman untuk digunakan namun beberapa golongan Metiltetrazoletiol harus digunakan
lebih hati-hati.
2)      Golongan Makrolid tidak menunjukkan efek samping yang berbahaya untuk janin, tetapi tetap
diperhatikan kontraindikasi pada kehamilan.
3)      Golongan Nitrofurantion dan metronidazol juga dapat dianggap aman.
                    

2.    Antibiotik yang harus digunakaan hati-hati


Obat yang termasuk kelompok ini hanya boleh digunakan dalam kondisi tertentu yang
sangat diperlukan. Golongan antibiotik B diantaranya adalah Fluorokuinolon, Kontrimoksazol,
dan Kloramfenikol. Pada Kloramfenikol sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan, kecuali
bila obat lain yang lebih aman tidak bisa digunakan. 
3.    Antibiotik yang merupakan kontraindikasi
Antibiotik yang termasuk dalam golongan C adalah Tetrasiklin dan Aminoglikosida.
Tetrasiklin bila diberikan pada periode perkembangan tulang dan gigi (bulan keempat dan kelima
gestasi) menimbulkan yellow dyscoloration yang akan mempengaruhi gigi dan tulang yang
sedang dibentuk.  Sedangkan Aminoglikosida harus digunakan secara hati-hati pada trimester
kedua.

Anda mungkin juga menyukai