935 1979 1 SM PDF
935 1979 1 SM PDF
Abstrak
Latar Belakang: Tingkat kekambuhan pada pasien AMI dapat berkurang dengan adanya mobilisasi
dini, pengetahuan dan konseling untuk pasien AMI, seperti memberikan dukungan dan informasi
kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit jantung, memberi semangat pasien untuk taat
terhadap program aktivitas dirumah dan program berjalan, program edukasi dan memberi semangat
terhadap pasien dan pasangannya untuk patuh terhadap program latihan di rumah sakit, serta
dukungan dari anggota keluarga untuk membantu perubahan sikap dan perilaku hidup pasien AMI.
Tujuan penelitian: Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap
pasien terhadap perilaku mobilisasi dini pada pasien AMI di ruang ICU RSUD Ungaran.
Metode penelitian: Metode yang digunakan adalah analitik dengan rancangan cross sectional.
Populasi dan sampel adalah semua pasien Akut Miokard Infark di ruang ICU RSUD Ungaran
sebanyak 60 pasien dengan teknik total sampling.
Hasil penelitian: Hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan tentang mobilisasi dini sebagian
besar cukup sebanyak 26 responden (43,3%). Sikap pasien tentang mobilisasi dini sebagian besar
cukup sebanyak 27 responden (45,0%). Perilaku mobilisasi dini sebagian besar tidak melakukan
sebanyak 32 responden (53,3%). Ada hubungan antara tingkat pengetahuan pasien AMI terhadap
perilaku mobilisisasi dini pada pasien AMI di ruang ICU RSUD Ungaran (pvalue=0,000). Ada
hubungan antara sikap pasien terhadap perilaku mobilisasi dini pada pasien AMI di ruang ICU RSUD
Ungaran (pvalue=0,031).
Kesimpulan: Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pasien AMI yang baik dalam melakukan
mobilisasi dini pada kondisi yang stabil akan mengurangi tingkat kekambuhan.
Kata kunci : Tingkat pengetahuan, sikap, perilaku mobilisasi dini pada pasien AMI
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pasien Terhadap Perilaku Mobilisasi Dini Pada Pasien Akut 1
Miokard Infark Di Ruang ICU RSUD Ungaran
Cahyaning Wijayanti, Yunani
Pendahuluan dukungan dari anggota keluarga untuk
Sistem kardiovaskuler membantu perubahan sikap dan perilaku
merupakan suatu sistem transpor tertutup hidup pasien AMI (Tedjasukmana, 2010).
yang terdiri dari beberapa komponen yaitu Pasien dengan kasus AMI pada
jantung, komponen darah dan pembuluh tahun 2002 merupakan penyebab
darah. Salah satu komponen dari kematian utama dunia, menurut World
pembuluh darah yaitu vena, venula, Health Organization (WHO, 2008),
kapiler, arteriol, dan arteri. Pembuluh terhitung sebanyak 7.200.000 (12,2%)
darah di jantung yang berfungsi kematian terjadi akibat penyakit infark
menyuplai makanan bagi sel-sel jantung, miokard akut di seluruh dunia. Penyakit
disebut dengan arteri koroner. Arteri infark miokard akut adalah penyebab
koroner dapat mengalami sumbatan akut utama kematian pada orang dewasa.
karena tidak adekuatnya pasokan darah, Infark miokard akut adalah penyebab
biasanya disebabkan oleh ruptur plak kematian nomor dua di negara
ateroma pada arteri koroner. Keadaan ini berpenghasilan rendah, dengan angka
biasa disebut dengan Akut Miocard Infark mortalitas 2.470.000 (9,4%), diIndonesia
(AMI) (Muttaqin, 2009). Penatalaksanaan pada tahun 2002 penyakit infark miokard
untuk mengurangi angka kematian akut merupakan penyebab kematian
penyakit Akut Miocard Infark diantaranya pertama dengan angka mortalitas 220.000
adalah mengurangi beban kerja jantung, (14%). Direktorat Jendral Yanmedik
meningkatkan curah dan kontraktilitas Indonesia meneliti pada tahun 2007,
jantung, selain hal tersebut mobilisasi dini jumlah pasien penyakit jantung yang
juga sangat diperlukan. menjalani rawat inap dan rawat jalan di
Mobilisasi dini diperlukan untuk RS diIndonesia adalah 239.548 jiwa.
mencegah dan membatasi kecemasan dan Kasus terbanyak adalah penyakit jantung
depresi, mencegah tromboemboli, iskemik, yaitu 110,183 kasus. Care
menurunkan angka morbiditas, serta fatelity rate (CFR) tertinggi terjadi pada
memperbaiki fungsional kardivaskuler infark miokard akut (13,49%) dan
dan mengurangi tingkat kekambuhan pada kemudian diikuti oleh gagal jantung
pasien AMI (Benson, 2000). Tingkat (13,42%) dan penyakit jantung lainnya
kekambuhan pada pasien AMI dapat (13,37%) (Depkes, 2009).
berkurang dengan adanya mobilisasi dini, Penelitian Wibowo (2009),
pengetahuan dan konseling untuk pasien angka leukosit dengan gagal jantung,
AMI, seperti memberikan dukungan dan kejadian gagal jantung tertinggi terjadi
informasi kepada pasien dan keluarganya pada angka leukosit tinggi sebanyak 2
tentang penyakit jantung, memberi orang (3,5%), angka leukosit dengan
semangat pasien untuk taat terhadap aritmia ventrikuler angka kejadian
program aktivitas dirumah dan program tertinggi sebesar 9 orang (15,8%), angka
berjalan, program edukasi dan memberi kejadian syok kardiogenik tertinggi terjadi
semangat terhadap pasien dan pada pasien dengan angka leukosit tinggi
pasangannya untuk patuh terhadap dengan jumlah 12 orang (21,1%), sebesar
program latihan di rumah sakit, serta 9 orang (15,8%) meninggal akibat
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pasien Terhadap Perilaku Mobilisasi Dini Pada Pasien Akut 3
Miokard Infark Di Ruang ICU RSUD Ungaran
Cahyaning Wijayanti, Yunani
pasien tentang mobilisasi dini pada tentang mobilisasi dini sebagian besar
pasien AMI di ruang ICU RSUD cukup sebanyak 27 responden (45,0%).
Ungaran, dari tabel dapat diketahui Sikap responden terhadap mobilisasi
bahwa tingkat pengetahuan tentang dini mayoritas sangat tidak setuju jika
mobilisasi dini sebagian besar cukup melakukan latihan mobilisasi tangan
sebanyak 26 responden (43,3%). Hasil sampai kaki dimulai hari pertama
penelitian ini sesuai dengan teori sampai hari kelima dan duduk pada
Notoatmodjo (2005), informasi hari pertama. Responden menganggap
mempengaruhi pengetahuan seseorang. pada hari pertama kondisi badan belum
Informasi yang diperoleh baik dari baik setelah adanya serangan infark.
pendidikan formal maupun non formal Oleh karena itu responden harus lebih
dapat memberikan pengaruh jangka banyak tidur setalah serangan nyeri
pendek (immediate impact) sehingga dada untuk menghindari kekambuhan
menghasilkan perubahan atau penyakit.
peningkatan pengetahuan. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal Sikap Frekuensi Persentase
memberikan landasan kognitif baru Kurang 23 38,3
bagi terbentuknya pengetahuan Cukup 27 45,0
terhadap hal tersebut. Baik 10 16,7
Menurut Black & Jacob (2002) Jumlah 60 100
mobilisasi dini dapat dimulai dari 8-24
jam setelah terbebas dari serangan.
3. Distribusi frekuensi responden
Apabila penderita AMI tanpa ada tanda
berdasarkan perilaku mobilisasi dini
aritmia, hipotensi, syok, nyeri dada,
pada pasien AMI di ruang ICU RSUD
tidak ada perubahan signifikan yang
Ungaran, dari tabel dapat diketahui
baru pada EKG dalam 8 jam terakhir
bahwa perilaku mobilisasi dini
dapat dilakukan mobilisasi dini.
sebagian besar tidak melakukan
Pelaksanaan latihan mobilisasi dini
sebanyak 32 responden (53,3%). hal
dapat dilakukan selama 15- 20 menit
ini ditunjukkan dengan responden tidak
dalam 24 jam.
melakukan latihan menggerakkan
secara aktif gerakan memutar pada
Tingkat Frekuensi Persentase pergelangan tangan dan kaki pada hari
Pengetahuan pertama setelah terbebas dari serangan
Kurang 21 35,0 nyeri dada, hal ini disebabkan
Cukup 26 43,3 responden umumnya takut untuk
Baik 13 21,7 melakukan gerakan tangan dan kaki
Jumlah 60 100 pada hri pertama karena responden
takut serangan nyeri dada akan terjadi
2. Distribusi frekuensi responden lagi setelah adanya serangan.
berdasarkan sikap pasien tentang
mobilisasi dini pada pasien AMI di
ruang ICU RSUD Ungaran, dari tabel
dapat diketahui bahwa sikap pasien
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pasien Terhadap Perilaku Mobilisasi Dini Pada Pasien Akut 5
Miokard Infark Di Ruang ICU RSUD Ungaran
Cahyaning Wijayanti, Yunani
Sikap responden yang dengan lingkungannya, serta untuk
menganggap mobilisai dini perlu berperilaku hendaknya didasarkan
dilakukan pada penderita AMI maka pada sikap yang positif sehingga akan
responden akan melakukan mobilisasi bersifat langgeng. Perilaku yang tidak
dini dengan baik. Lain halnya dengan didasarkan pada sikap yang baik dan
responden yang tidak mendukung kesadaran diri akan berlangsung tidak
untuk melakukan mobilisasi dini maka lama.
responden tidak melakukan mobilisasi
dini. Responden tidak melakukan Kesimpulan
mobilisasi dini dengan alasan 1. Tingkat pengetahuan tentang
responden takut serangan infark akan mobilisasi dini sebagian besar cukup
muncul kembali setelah beraktivitas. sebanyak 26 responden (43,3%).
Hasil penelitian ditemukan 2. Sikap pasien tentang mobilisasi dini
responden dengan sikap kurang baik sebagian besar cukup sebanyak 27
tetapi melakukan mobilisasi dini. responden (45,0%).
Walaupun responden menganggap
3. Perilaku mobilisasi dini sebagian besar
mobilisasi dini menyebabkan serangan
tidak melakukan sebanyak 32
infark, perawat di ruang ICU selalu
responden (53,3%).
menganjurkan pasien AMI melakukan
4. Ada hubungan antara tingkat
mobilisasi dini. Perawat menganjurkan
pengetahuan pasien AMI terhadap
pasien untuk duduk dihari pertama
perilaku mobilisisasi dini pada pasien
agar pasien cepat sembuh. Perawat
AMI di ruang ICU RSUD Ungaran
yang memberikan pengarahan tentang
(pvalue=0,000).
tujuan mobilisasi dini ini menyebabkan
responden mau menjalankan mobilisasi 5. Ada hubungan antara sikap pasien
dini. terhadap perilaku mobilisasi dini pada
pasien AMI di ruang ICU RSUD
Hasil penelitian juga ditemukan
Ungaran (pvalue=0,031).
responden dengan sikap yang baik
tetapi tidak melakukan mobilisasi dini.
Walaupun responden menganggap Saran
bahwa mobilisasi perlu segera 1. Bagi pelayanan kesehatan
dilakukan, responden tidak mau Bagi pelayanan kesehatan sebaiknya
melakukan mobilisasi dini. Hal ini dapat menetapkan SOP (Standar
terjadi karena kondisi fisik responden Operasional Prosedur) mobilisasi dini
yang lemah. Responden merasa pada klien AMI di pelayanan
tubuhnya sakit semua sehingga kesehatan RSUD Ungaran.
responden tidak mau melakukan 2. Bagi pasien
mobilisasi dini. Bagi pasien AMI sebaiknya mampu
Kondisi ini sejalan dengan teori meningkatkan pengetahuan tentang
(Notoatmodjo, 2003) yang mobilisasi dini, mengurangi tingkat
menyebutkan bahwa perilaku dibentuk kekambuhan pada pasien AMI dan
berdasarkan melalui suatu proses dan menurunkan tingkat mortalitas pada
berlangsung dalam interaksi manusia
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pasien Terhadap Perilaku Mobilisasi Dini Pada Pasien Akut 7
Miokard Infark Di Ruang ICU RSUD Ungaran
Cahyaning Wijayanti, Yunani