Pengawetan - Makanan DGN Irradiasi OK
Pengawetan - Makanan DGN Irradiasi OK
Energi yang dihasilkan oleh sumber radiasi dapat dimanfaatkan untuk tujuan menghambat
pertunasan dan pematangan serta membasmi serangga (dosis rendah) dan membunuh mikroba patogen
(dosis sedang), serta membunuh seluruh jenis bakteri yang ada (dosis tinggi), sehingga mutu bahan
pangan dapat tetap dipertahankan di dalam kemasan yang baik selama penyimpanan.
Sumber radiasi yang dapat digunakan untuk proses pengawetan bahan pangan terdiri dari 4
macam, yaitu: Co-60, Cs-137, masing-masing menghasilkan sinar gamma, mesin berkas elektron dan
mesin generator sinar-X. Dengan menggunakan pembatas dosis iradiasi dan batas maksimum energi dari
keempat sumber tersebut, maka bahan pangan yang diawetkan dengan iradiasi tidak menjadi radioaktif.
Uji keamanan makanan iradiasi untuk konsumsi manusia dikenal dengan istilah wholesomeness test,
mencakup uji toksikologi, makro dan mikro nutrisi serta uji mikrobiologi dan sensorik.
Dalam teknologi iradiasi, terjadinya interaksi antara radiasi dengan materi/sel hidup dapat
menimbulkan berbagai proses fisika dan kimia di dalam materi tersebut, yang diantaranya dapat
menghambat sintesa DNA dalam sel hidup, misalnya mikroba. Proses ini yang selanjutnya dimanfaatkan
untuk berbagai tujuan, yaitu menunda pertunasan, membunuh serangga dan mikroba.
Pembentukan residu zat radioaktif yang berasal dari sumber radiasi pada bahan pangan sama
sekali tidak ada, karena radionuklida sumber radiasi tersimpan rapat dalam kapsul logam yang berlapis.
Selama proses berlangsung, bahan pangan sama sekali tidak menempel pada sumber.
Iradiasi secara umum dapat digambarkan sebagai seberkas sinar yang menembus dengan kekuatan
yang berbeda bergantung pada panjang gelombang dan berbanding terbalik dengan frekuensinya. Oleh
karena itu, proses radiasi tidak meninggalkan residu apapun, baik pada bahan yang disinari, maupun
berada di sekitarnya, sehingga proses tersebut benar-benar aman, bersih dan ramah lingkungan.
Aspek Kimia
Proses penyinaran dengan menggunakan radiasi pengion merupakan proses “dingin” karena tidak
menimbulkan kenaikan suhu pada bahan yang dilaluinya. Energi yang diserap bahan pangan dengan
teknik tersebut jauh lebih rendah dari energi makanan yang dipanaskan. Akibatnya perubahan unsur
kimia yang terjadi akibat radiasi secara kuantitatif juga lebih sedikit. Senyawa kimia yang terbentuk
akibat radiasi bergantung pada komposisi bahan dan jumlahnya akan meningkat sesuai dengan
bertambahnya dosis radiasi. Perubahan kimia dapat ditekan dengan mengatur suhu dan kadar air bahan,
serta menghilangkan oksigen udara di sekeliling bahan yang diiradiasi.
Aspek Gizi
Sebagaimana diutarakan sebelumnya bahwa iradiasi dapat menimbulkan perubahan kimia pada
bahan pangan, maka timbul kekhawatiran bahwa iradiasi dapat mempengaruhi nilai gizi dari bahan
tersebut. Dari hasil penelitian terbukti bahwa hilangnya zat gizi pada makanan yang diiradiasi sampai
dosis
1 kGy tidak nyata. Iradiasi bahan pangan pada dosis sedang (1-10 kGy) dapat menurunkan beberapa
unsur mikro nutrisinya apabila udara dan suhu serta kondisi selama proses tidak diatur dengan baik.
Perlakuan kombinasi antara pengaturan kondisi iradiasi (dosis, suhu, oksigen) dan teknik pengemasan
dapat mempertahankan mutu dan nutrisi pada bahan pangan olahan siap saji.
Beberapa jenis vitamin seperti riboflavin, niacin dan vitamin D cukup tahan terhadap radiasi,
tetapi vitamin A, B, C dan E sangat peka. Pada umumnya, penurunan kadar vitamin dalam bahan pangan
akibat iradiasi hampir sama saja dengan penurunan akibat pemanasan. Pada sterilisasi panas, kadar
thiamin, niacin dan pridoksin masing-masing mengalami penurunan 80, 35 dan 16%, sedangkan pada
o
sterilisasi radiasi dengan dosis 45 kGy yang dilakukan pada2 suhu -79 C (CO padat) masing-masing
hanya mengalami
penurunan sebesar 15%, 22%, dan 2%.
Aspek Mikrobiologi
Paparan radiasi pengion dapat menyebabkan kerusakan DNA pada sel hidup termasuk sel mikroba
khususnya yang bersifat patogenss Namun, aplikasi iradiasi dosis sedang (1-10 kGy) tidak dapat
menyebabkan terjadinya mutasi pada mikroba yang bersifat lebih patogen atau resisten terhadap radiasi.
Sebagian besar bakteri patogen vegetatif, tidak berspora dan gram negatif sangat peka terhadap radiasi,
sedangkan bakteri berspora umumnya lebih tahan, kecuali diiradiasi pada dosis tinggi (> 10 kGy).
Aspek Toksikologi
Meskipun dengan cara analisis kimia tidak ditemukan senyawa apapun yang dapat
membahayakan kesehatan, namun uji toksikologi terhadap bahan pangan yang diawetkan dengan
radiasi masih tetap
dilakukan, terutama apabila ada pengembangan jenis produk yang baru. Uji coba keamanan pangan
dilakukan berdasarkan kode etik (ethical clearance) baik pada hewan maupun manusia. Sebagai relawan,
responden perlu mengisi inform consent untuk meyakinkan kesediannya. Uji toksikologi terhadap bahan
pangan iradiasi dilakukan dengan prosedur yang jauh lebih teliti dan paling lengkap bila dibandingkan
dengan pengujian terhadap proses konvensional.
Hasil pengujian pangan iradiasi yang dilakukan para pakar yang bergabung di dalam International
Food Irradiation Project (IFIP) dan berpusat di Karlshruhe membuktikan bahwa teknik iradiasi yang
diterapkan untuk memproses bahan pangan jauh lebih aman dibandingkan teknik pengolahan
konvensional lainnya.
Aspek Pengemasan
Persyaratan yang berlaku dalam pemilihan bahan pengemas yang digunakan sebagai pembungkus
makanan atau bahan pangan yang akan diiradiasi harus tetap diperhatikan. Bahan dan teknik pengemasan
merupakan unsur yang tidak kalah penting, karena mutu dari bahan pangan yang diiradiasi sangat
bergantung pada kekuatannya. Bahan pengemas yang “flexible” dalam bentuk laminasi saat ini lebih
banyak disukai daripada wadah yang terbuat dari kaleng, terutama untuk pembungkus makanan siap saji
yang diiradiasi. Bahan pengemas tersebut umumnya dibuat secara khusus dan bersifat tahan terhadap
o
radiasi, suhu -79 C, kedap udara serta tidak mudah terkelupas, sehingga mampu mempertahankan mutu
o
makanan di dalamnya untuk jangka panjang pada suhu kamar (28 - 30 C).
Aspek Dosimetri
Sebelum bahan pangan diiradiasi, dosis yang akan diterapkan sesuai tujuannya harus sudah
diketahui. Dosimetri ditujukan untuk menetapkan tingkat keseragaman dosis, sehingga bahan pangan
benar-benar menerima jumlah paparan dosis yang sama sesuai dengan tujuan iradiasi.
Penelitian makanan iradiasi sudah dikembangkan sejak tahun 1968, dan aplikasinya terus
mengalami peningkatan yang sangat nyata. Makanan iradiasi lazim pula disebut iradiasi pangan telah
dikomersialisasikan meskipun hanya terbatas pada kebutuhan ekspor ke berbagai negara di Eropa,
Amerika dan Timur Tengah. Komersialisasi bahan pangan iradiasi dilakukan berdasarkan peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 701/MENKES/PER/VIII/2009, Undang-undang Pangan RI
No. 7/1996, Label Pangan No. 69/1999 par. 34 dan peraturan perdagangan internasional dari segi
komersialisasinya.
Produk-produk
makanan yang
diiradiasi
•OeTJ
mann
T(>pung
•De JJmbu 8'11
Jagung
• Setbul Sari Kc!Jpa Saw1t
bt.Kro
• ManggJ, lkan Tongkol
clal
0.1
•Produ~~ku
o.~ • S..itvurJnl.t.'11nA
• Makanan s1ap sa11 • Aumput laut kc11np:
• Kt,.-m.l!l.Jn mt1kt1ni>n • La•nnya
•Madu Rcmpah • rcnipah
Iradiasi Pangan PATIR - BATAN Tahun 2010 Iradiasi Pangan Komersial Tahun 2010
Peraturan standar internasional untuk makanan iradiasi Codex General Standard for
Irradiated Foods (Codex stan 106-1983 Rev.2003) telah mengalami revisi pertama pada tahun
2003. Tambahan peraturan tentang dosis terabsorpsi untuk makanan yang disterilisasi dengan dosis
di atas 10 kGy harus mengacu pula pada undang-undang yang berlaku.
Dosis Serap
No. Jenis Pangan Tujuan Iradiasi Maksimum (kGy)
1. Umbi lapis dan umbi akar Menghambat pertunasan selama penyimpanan 0,15
2. Sayur dan buah segar (selain yang termasuk a. Menunda pematangan 1,0
kelompok 1) b. Membasmi serangga 1,0
c. Memperpanjang masa simpan 2,5
d. Perlakukan karantina* 1,0
7. Ikan, pangan laut (seafood segar maupun a. Mengurangi jumlah mikroorganisme patogen 5,0
beku) tertentu**
b. Memperpanjang masa simpan 3,0
c. Mengontrol infeksi oleh parasit tertentu** 2,0
8. Produk olahan ikan dan pangan laut a. Mengurangi jumlah mikroorganisme patogen 8
tertentu**
b. Memperpanjang masa simpan 10
9. Daging dan unggas serta hasil olahannya (segar a. Mengurangi jumlah mikroorganisme patogen 7,0
maupun beku) tertentu**
b. Memperpanjang masa simpan 3,0
c. Mengontrol infeksi oleh parasit tertentu** 2,0
d. Menghilangkan bakteri salmonella 7,0
10. Sayuran kering, bumbu, rempah, rempah a. Mengurangi jumlah mikroorganisme patogen 10,0
kering (dry herbs) dan herbal tea tertentu**
b. Membasmi serangga 1,0
11. Pangan yang berasal dari hewan yang a. Membasmi serangga 1,0
dikeringkan b. Membasmi mikroba, kapang dan khamir 5,0
12. Pangan olahan siap saji berbasis hewani*** Sterilisasi dan membasmi mikroba patogen termasuk 65
mikroba berspora serta memperpanjang masa simpan
* Dosis serap minimum dapat disesuaikan untuk membasmi organisme pertunasan pengganggu tumbuhan/organisme pengganggu
tumbuhan karantina. Untuk lalat buah: 0,15 kGy
o
Dikombinasi dengan pencelupan dalam air hangat pada suhu 55 C selama 5 menit
** Dosis minimum dapat ditetapkan dengan mempertimbangkan tujuan perlakuan untuk menjamin mutu higienis pangan
*** Wajib memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh institusi berwenang tentang iradiasi pangan dosis di atas 10 kGy